HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 15 November 2017
Hari Biasa Pekan XXXII
Kebijaksanaan (6:2-11)
(Mzm 82:3-4.6-7)
Lukas (17:11-19)
Hari Biasa Pekan XXXII
Kebijaksanaan (6:2-11)
(Mzm 82:3-4.6-7)
Lukas (17:11-19)
“In Te speravi - PadaMu aku berharap."
Inilah yang bisa kita petik dari bacaan Injil hari ini ketika para orang kusta terus berharap pada Yesus. Dengan penuh harapan, kita yang sebenarnya telah banyak menerima kasih, kasih karunia, keselamatan, dan semua berkat rohani dari Allah juga diharapkan untuk tidak lupa menjadi saksi kerahimanNya.
Mengacu pada bacaan Injil hari ini, adapun langkah awal yang kita buat sebagai saksi kerahimanNya adalah datang kepadaNya dengan sebuah keyakinan dasar: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (1Yoh 4:19).
Setelah datang dan mendapat banyak berkat dariNya, kita kadang seperti ke-9 orang kusta yang lupa berterima kasih. Sebaliknya, orang kecil yang kerap kita singkirkan dan kucilkan ternyata malahan "tak lupa".
Di tengah dunia kita yang cenderung menganggap diri sebagai orang yang paling suci, kudus, ber-Tuhan dan telah diselamatkan. Di tengah klaim bahwa kita pasti masuk surga dan mereka yang lain kita anggap kafir-berdosa, tidak ber-Tuhan dan pasti menjadi penghuni neraka. Di tengah aneka pernyataan yang kerap sombong, angkuh, picik dan sempit inilah, Yesus mengajarkan harapan yang penuh kerendahan hati dari orang Samaria: Ia kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring dan tersungkur di depan Yesus.
Melihat kesungguhan dan ketulusan ucapan syukur itu, maka Yesus mengatakan: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau". Sungguh, ucapan syukur yang begitu tulus dan mulia akan menyelamatkan hidup kita, bukan? Sudahkah kita bersyukur hari ini?
Sudahkah kita juga mengucapkan terimakasih kepada Tuhan dan sesama yang kita jumpai, yang secara langsung/tak langsung telah banyak membantu hidup harian kita?
"Burung tekukur di Gunung Sahari - Mari bersyukur setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“O bone Jesu, exaudi me – Yesus yang murah hati luluskanlah doa kami!”
Yesus menyembuhkan para penderita kusta yang dianggap terkutuk (Bdk Imamat 13,14): “Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata, ‘Aku mau, jadilah engkau tahir!’ Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya.”
Adapun orang kusta itu pertama tama datang dan sujud menyembah Yesus. Ini merupakan kepercayaan iman kepada kuasa Yesus: “jika Tuan mau”, bukan “jika Tuan bisa”. Pastinya, dengan mujizat-mujizatNya Yesus menyatakan kekuasaanNya atas alam (Mat 8:23-27; Mat 14:22-23), khususnya atas penyakit (Mat 8:1-4,5-13,14-15; Mat 9:1-8,20-22,27-31; Mat 14:34-36; Mat 15:30; Mat 20:29-34; Mar 7:32-37; 8:22-26; Luk 14:1-6; 17:11-19; Yoh 5:1-16; 9:1-41), atas kematian (Mat 9:23-26; Luk 7:11-17; Yoh 11:1-44), dan atas roh-roh jahat (Mat 8:29).
Ya, Ia berkuasa bukan saja menyembuhkan badan, tetapi juga memulihkan harga diri dan harkat hidup seseorang: yang kusta menjadi tahir, yang hina menjadi mulia, yang lemah menjadi kuat.
"Cari usus di Sukabumi - Tuhan Yesus sembuhkanlah kami."
B.
Kutipan Teks Misa:
Menyembah Allah berarti dengan penuh hormat dan ketaklukan absolut mengakui, "keadaan makhluk yang tidak bernilai", yang memperoleh seluruh keberadaannya dari Allah. Menyembah Allah berarti memuja Allah, sebagaimana Maria di dalam Magnificat, bersyukur kepada-Nya dan merendahkan diri dihadapan-Nya, waktu orang mengakui dengan penuh terima kasih bahwa Ia telah melakukan yang besar dan bahwa nama-Nya kudus adanya Bdk. Luk 1:46-49.. Menyembah satu-satunya Allah membebaskan manusia dari ingat diri, perbudakan dosa, dan pendewaan dunia. (Katekismus Gereja Katolik, No. 2097)
Kutipan Teks Misa:
Menyembah Allah berarti dengan penuh hormat dan ketaklukan absolut mengakui, "keadaan makhluk yang tidak bernilai", yang memperoleh seluruh keberadaannya dari Allah. Menyembah Allah berarti memuja Allah, sebagaimana Maria di dalam Magnificat, bersyukur kepada-Nya dan merendahkan diri dihadapan-Nya, waktu orang mengakui dengan penuh terima kasih bahwa Ia telah melakukan yang besar dan bahwa nama-Nya kudus adanya Bdk. Luk 1:46-49.. Menyembah satu-satunya Allah membebaskan manusia dari ingat diri, perbudakan dosa, dan pendewaan dunia. (Katekismus Gereja Katolik, No. 2097)
Antifon Pembuka (1Sam 2:35)
Belalah orang lemah dan yatim piatu, berilah keadilah kepada orang hina dan papa. Luputkanlah orang lemah dan miskin, luputkanlah mereka dari tangan orang berdosa.
Belalah orang lemah dan yatim piatu, berilah keadilah kepada orang hina dan papa. Luputkanlah orang lemah dan miskin, luputkanlah mereka dari tangan orang berdosa.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami di surga, sumber segala rahmat, segala yang ada pada kami ini kami terima berkat kemurahan hati-Mu. Semoga kami selalu penuh rasa syukur atas segala anugerah-Mu dan penuh harapan, bahwa akan Kauselesaikan segala yang sudah dimulai pada diri kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Allah Bapa kami di surga, sumber segala rahmat, segala yang ada pada kami ini kami terima berkat kemurahan hati-Mu. Semoga kami selalu penuh rasa syukur atas segala anugerah-Mu dan penuh harapan, bahwa akan Kauselesaikan segala yang sudah dimulai pada diri kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (6:2-11)
"Dengarkanlah, hai para raja, dan pelajarilah kebijaksanaan."
"Dengarkanlah, hai para raja, dan pelajarilah kebijaksanaan."
Hai para raja yang memerintah orang banyak dan bermegah karena banyaknya rakyatmu, condongkanlah telingamu. Sebab dari Tuhanlah kamu diberi kekuasaan dan pemerintahan datang dari Yang Mahatinggi, yang akan memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu, oleh karena kamu yang hanya menjadi abdi dari kerajaan-Nya tidak memerintah dengan tepat, tidak pula menepati hukum, atau berlaku menurut kehendak Allah. Dengan dahsyat dan cepat Ia akan mendatangi kamu, sebab pengadilan yang tak terelakkan menimpa para pembesar. Memang yang bawahan saja dapat dimaafkan karena belas kasihan, tetapi yang berkuasa akan disiksa dengan berat. Sang Kuasa atas segala-galanya tidak akan mundur terhadap siapapun, dan kebesaran orang tidak dihiraukan-Nya. Sebab yang kecil dan yang besar dijadikan oleh-Nya, dan semua dipelihara oleh-Nya dengan cara yang sama. Tetapi terhadap yang berkuasa akan diadakan pemeriksaan keras. Jadi perkataanku ini tertuju kepada kamu, hai pembesar, agar kamu belajar kebijaksanaan dan jangan sampai terjatuh. Sebab mereka yang secara suci memelihara yang suci akan disucikan pula, dan yang dalam hal itu terpelajar akan mendapat pembelaan. Jadi, hendaklah menginginkan serta merindukan perkataanku, maka kamu akan dididik.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Bangunlah, ya Allah, hakimilah bumi.
Ayat. (Mzm 82:3-4.6-7)
1. "Berilah keadilan kepada orang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang lemah dan miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik."
2. Allah sendiri telah berfirman, "Kamu adalah allah, kamu sekalian adalah anak-anak Yang Mahatinggi. Namun kamu akan mati seperti manusia, dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
Ref. Bangunlah, ya Allah, hakimilah bumi.
Ayat. (Mzm 82:3-4.6-7)
1. "Berilah keadilan kepada orang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang lemah dan miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik."
2. Allah sendiri telah berfirman, "Kamu adalah allah, kamu sekalian adalah anak-anak Yang Mahatinggi. Namun kamu akan mati seperti manusia, dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (1Tes 5:18)
Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus.
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (1Tes 5:18)
Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (17:11-19)
"Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?"
"Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?"
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyusur perkotaan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus lalu memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam.” Dan sementara dalam perjalanan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka ketika melihat bahwa dirinya telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Pada Injil hari ini Yesus menyembuhkan kesepuluh orang sakit kusta. Ironisnya, dari kesepuluh orang kusta yang ditahirkan (disembuhkan) hanya satu orang yang kembali untuk memuliakan Allah. Kita sebagai manusia sering kali mampu mengucap syukur atas segala yang boleh kita terima. Sebagai orang beriman, kita perlu membiasakan diri untuk mengucap syukur. Dengan mengucap syukur, kita tidak hanya mengingat kebaikan Tuhan, tetapi juga dapat meningkatkan iman kita. Sikap syukur atas keberhasilan yang kita capai mesti menjadi bagian dari hidup kita. Mengapa? Karena kita ini makhluk yang hanya mengandalkan kasih karunia dari Tuhan. Kita hanya bisa hidup dengan baik, karena belas kasih Tuhan. Orang yang mampu bersyukur itu orang yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Orang yang tidak menganggap dirinya mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapinya. Hanya orang beriman, yang datang kepada Tuhan dan mengucap syukur. Sedangkan orang yang kurang beriman, akan melihat bahwa apa yang dia terima merupakan hasil usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah. Banyak peristiwa yang memperlihatkan betapa kita lemah dalam mengucap syukur. Misalnya, saat kita sehat, kita jarang mengucap syukur. Pada waktu sakit, kita baru ingat betapa pentingnya kesehatan. Kita juga jarang mengucap syukur bahwa kita dapat bernafas dengan gratis tanpa mengeluarkan uang. Pada saat kita sakit dan memakai selang oksigen, kita baru sadar, betapa mahalnya setiap hembusan nafas.
Pada Injil hari ini Yesus menyembuhkan kesepuluh orang sakit kusta. Ironisnya, dari kesepuluh orang kusta yang ditahirkan (disembuhkan) hanya satu orang yang kembali untuk memuliakan Allah. Kita sebagai manusia sering kali mampu mengucap syukur atas segala yang boleh kita terima. Sebagai orang beriman, kita perlu membiasakan diri untuk mengucap syukur. Dengan mengucap syukur, kita tidak hanya mengingat kebaikan Tuhan, tetapi juga dapat meningkatkan iman kita. Sikap syukur atas keberhasilan yang kita capai mesti menjadi bagian dari hidup kita. Mengapa? Karena kita ini makhluk yang hanya mengandalkan kasih karunia dari Tuhan. Kita hanya bisa hidup dengan baik, karena belas kasih Tuhan. Orang yang mampu bersyukur itu orang yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Orang yang tidak menganggap dirinya mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapinya. Hanya orang beriman, yang datang kepada Tuhan dan mengucap syukur. Sedangkan orang yang kurang beriman, akan melihat bahwa apa yang dia terima merupakan hasil usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah. Banyak peristiwa yang memperlihatkan betapa kita lemah dalam mengucap syukur. Misalnya, saat kita sehat, kita jarang mengucap syukur. Pada waktu sakit, kita baru ingat betapa pentingnya kesehatan. Kita juga jarang mengucap syukur bahwa kita dapat bernafas dengan gratis tanpa mengeluarkan uang. Pada saat kita sakit dan memakai selang oksigen, kita baru sadar, betapa mahalnya setiap hembusan nafas.
Antifon Komuni (Luk 17:17-18)
Bukankah sepuluh orang yang menjadi bersih? Di manakah yang kesembilan orang lainnya? Tiadakah seorang pun yang kembali memuliakan Allah kecuali orang asing ini?
Bukankah sepuluh orang yang menjadi bersih? Di manakah yang kesembilan orang lainnya? Tiadakah seorang pun yang kembali memuliakan Allah kecuali orang asing ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar