HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI MONASTIK
KARYA-KARYA YOHANES KASSIANUS.
Sejak semula, Institutiones dan Collationes mencapai kegemilangan atau kesuksesan seperti yang dicatat secara tegas oleh St. Benediktus di dalam Peraturannya dan oleh St. Casiodorus di dalam bukunya: “De Institutione divinarum litteranum”.
St. Casiodorus tidak takut untuk mengingatkan kembali kritik-kritik St. Prosperus, dan mengajar kita bahwa seorang uskup Afrika, Victor Mattaritanus, telah mempersiapkan suatu penerbitan yang telah dikoreksi. Usaha itu tidak memberikan bekas-bekasnya, tetapi dapat mengilhami penyisipan-penyisipan tertentu pada masa selanjutnya.
Pada permulaan abad ke-6, penyebutan karya-karya Kassianus di dalam Dekrit Pseudo-Gelasius tidak menghentikan penyebarannya. Jarang perpustakaan kerahiban Barat, pada abad pertengahan, di mana tidak ditemukan suatu salinan dari manuskrip itu. Tugas penerbit modern tidak dipermudah oleh salinan-salinan itu, karena melalui sejumlah kesalahan-kesalahan baca, dan penyisipan ternyata makin berlipat ganda.
Teks kritik dari Petschenig bersandar atas salinan-salinan yang berasal semuanya dari abad ke-10. Di samping salinan-salinan itu, ringkasan-ringkasan menyebabkan gagasan-gagasan Kassianus tersebar luas.
Sahabatnya, St. Eucherius, uskup di Lyon, telah menyusun ringkasan itu. Di dalam isinya yang berbahasa Latin, kita tidak mengetahuinya, tetapi mungkin bahwa suatu ringkasan dalam bahasa Yunani dari buku Institutiones yang masih ada sebagian hanyalah terjemahan ringkasan St. Eucherius itu.
Bagaimanapun, M. Petschenig dan O. Berdenhewer setuju untuk mengakui di dalam risalah yang berbahasa Yunani itu seperti apa yang dilukiskan Photius di dalam perpustakaannya: ringkasan dari Collationes I, II, dan VII yang dibicarakan sarjana Byzantin itu tidak ada pada kita. Bagian lain telah diterbitkan di bawah nama St. Athanasius.
Kita menemukannya kembali diturunkan di dalam De Octo vitiis yang dianggap berasal dari Nil, di mana dicampur dengan kata-kata hikmat yang dipinjam pada pengarang-pengarang lain.
Institutiones dan Collationes tampil sebagai karya dengan jaminan otentisitas yang paling kuat.
Lagi pula kesatuan pengarang buku-buku itu diletakkan di luar bantahan melalui sindiran-sindiran yang ditolak oleh kedua karya itu satu sama lain.
Buku kedua dari Institutiones menggerakkan Collationes 9 dan 10. Sebagian dari Collationes 21 barangkali ditulis, ketika Kassianus menyusun fasal 18 dari Buku II Institutiones. Dan ia memikirkan Collationes 14, 18, dan 19 dalam menyusun Institutiones, Buku V. Kesatuan yang direncanakan dari karya rohani Kassianus dibedakan juga di dalam pendahuluan yang diletakkan dalam kepala karangan dari masing-masing dari tiga seri konferensinya.
De Incarnatione Domini contra Nestorium menarik minat kita secara kurang langsung. Memang otentisitasnya tidak dapat dibantah. Manuskrip-manuskrip jauh kurang banyak dan lebih muda daripada Institutiones dan Collationes: bukti materiil bahwa tradisi terutama mengakui Kassianus sebagai seorang pengarang rohani.
Perlukah mengidentikkan Regula Cassiani yang disebut oleh Gregorius dari Tours dengan Regula Sancti Cassiani yang dibicarakan oleh St. Benediktus Aniane pada abad VIII dan yang tersusun dari saripati Institutiones? Barangkali itu melulu berkenaan dengan Peraturan St. Augustinus yang kadangkala dikutip mengikuti karya rahib dari Marseille itu.
Kata-kata pendahuluan Kassianus merupakan surat-surat kiriman yang membuat kita mengenal secara sangat tepat sidang pembaca mana yang merupakan alamat surat itu ditulis. Jika kita mempercayainya, inisiatif publikasinya berasal dari Castor, uskup Apt, yang ingin mencontoh bagi biaranya atas type biara-biara di Timur dan terutama Mesir.
Collationes dipersembahkan kepada orang-orang yang pengaruhnya meliputi baik atas komunitas-komunitas yang luas seperti Lerins, maupun atas suatu populasi anakorit yang tersebar di kepulauan HyƩres.
Salah seorang dari antara mereka ialah uskup Leonce, tiga orang yang kemudian menjadi uskup: Hellade, Honoratus, dan uskup di Arles pada tahun 426 dan Eucherus, uskup Lyon tahun 435. Seri Collationes yang ketiga dialamatkan kepada para rahib yang sederhana yang teladannya tidak tanpa sinar: Jovinianus, Minervus, Leonce, dan Theodorus.
Sambil menganalisa ajarannya, kita akan mengatakan mengapa Kassianus secara eksklusif mengarahkan sasarannya kepada para rahib. Dari apa yang ditulis dalam Institutiones karya-karyanya tentang suatu kerangka hidup komunitas, dan dalam Collationes yang diilhami oleh ideal anakorit, orang akan salah menyimpulkan bahwa masing-masing berkenaan golongan-golongan hidup monastik yang mengecualikan satu sama lain. Seperti dikatakannya secara tegas di dalam kata pendahuluan pada bagian ketiga dari Collationes: ajarannya menyetujui “utrique professioni”.
Kassianus mengakui secara rendah hati kesulitan-kesulitan tugasnya dan kekurangan-kekurangannya sendiri. Tetapi jika ia menolak dari Castor akan jasa usahanya, ia toh sadar melalui publikasi-publikasinya melakukan suatu karya yang berguna dan bersifat pribadi.
Jika orang mempercayainya, ia kekurangan keutamaan baginya, ingatan yang tepat dari fakta-fakta yang dilaporkan, talenta literer dari seorang Basilius dan Hironimus. Kadang-kadang ia mengira membawanya dalam pengalaman.
Orang-orang yang mendahuluinya mengulangi lebih apa yang mereka dengar daripada apa yang mereka alami. Sedangkan ia, menyerahkan hasil-hasil angket yang dihayati secara pribadi.
Meskipun ia mengenal tulisan-tulisan Evagrius, Institutionesnya dalam karangan tentang cacat-cacat yang menyertainya, kelihatan tidak ada persamaannya dengan tulisan Evagrius itu dan sekurang-kurangnya itu benar bagi dunia barat.
Penyelidikan tentang ajarannya akan menunjukkan kepada kita bahwa ia terutama tertarik minatnya pada segi dalam dan praktik hidup monastik: ”Propositum siquidem mihi est non de mirabilibus Dei, sed de correctione morum nostrorum et consummatione vitae perfectae …. pauca disserere” (Inst. Pendahuluan).
A.
ANALISA.
Kita baru saja menunjukkan isi dari kata pengantar. Kita hendaknya puas dengan menyingkat secara padat karangan-karangan itu sendiri; prosa Kassianus yang subur dalam persoalan sama sekali tidak mengingini analisa.
I. INSTITUTIONES
Judulnya yang asli berbunyi: De institutis coenobiorum et de octo vitiorum principalium remidiis. Sejak semula memang hanya membentuk suatu karya saja. Karangan-karangan tentang cacat-cacat diikatkan bersama. Dua manuskrip kuno hanya berisi bagian ini.
Empat (4) buku yang pertama mengetengahkan tentang apa yang berhubungan dengan “manusia lahiriah” di dalam diri rahib: pakaiannya (I); doa kanonik pada waktu malam sesuai kebiasaan Mesir (II); doa kanonik pada siang hari sesuai dengan ritus Palestina dan Mesopotamia (III); organisasi hidup bersama dan keutamaan-keutamaan yang khas bagi rahib (IV).
Masing-masing buku yang mengikutinya dipersembahkan secara khusus untuk pergulatan melawan “delapan cacat utama”: nafsu makan serakah (V), kemewahan (VI), kelobaan (VII), kemarahan (VIII), kesedihan (IX), kelembaman (X), kemuliaan fana (XI), kesombongan (XII). Persoalannya terlalu banyak untuk dapat disingkat secara setia. Di dalamnya kita secara berlimpah menimba untuk menyusun bagian dari sintese kita sehubungan dengan “pemurnian hati”.
II. COLLATIONES.
Manuskrip-manuskrip, kecuali sebuah, memberikan judulnya dari karya yang kedua Kassianus itu: COLLATIONES. Buku itu tersusun atas 24 konferensi yang dibagi ke dalam tiga bagian: 10 – 7 – 7.
Di dalam konferensi/wejangan yang ke-24, Kassianus menggarisbawahi ciri simbolis dari angka itu yang mengingatkan 24 para tetua pada Kitab Wahyu. Demikian Collationes diberikan sebagai suatu pernyataan hormat yang dipersembahkan kepada Anak Domba Penyelamat.
Ketiga bagian membentuk masing-masing suatu keseluruhan yang diberi suatu kata pengantar dan diterbitkan secara terpisah.
Bagian pertama berisi suatu peraturan. Logika peraturan itu cukup sederhana. Orang dapat menyebutnya: “suatu karangan kecil dan benar perihal kesempurnaan”:
tujuan hidup kerahiban: kesempurnaan kristiani (1),
prasyarat dasar: diskresi (1 dan 2):
causa efficiens (alasan yang berdaya guna): rahmat panggilan dan terhadap panggilan itu: “pengingkaran diri” rahib menjawabnya (3), rintangan-rintangan: nafsu kepada kenikmatan duniawi (4),
cacat cela (5);
dosa (6).
Pergulatan rohani: peranan kehendak dan siasat iblis (7);
demonologi atau sejarah tentang roh-roh: malaikat dan setan (8).
Bentuk-bentuk doa dan kesempurnaan hidup kontemplatif (9 dan 10).
Di dalam dua bagian yang lain, ikatan yang menyatukan seluruh Collationes itu kurang nampak jelas. Kassianus “menjernihkan dan melengkapi” (Pendahuluan) apa yang sudah diajarkan. Ia bicara kembali pada pokok-pokok karangan tertentu di tempat lain atau ditinggalkan demi perhitungan.
Bagian kedua terutama menetapkan apa yang berhubungan dengan kesempurnaan:
cinta kasih (11);
“apatheia” atau kemurnian (12).
Hubungan antara rahmat dan kebebasan (13) (catatan: di sana secara prinsipiil dinyatakan: semipellagianisme dari pengarang tersebut); pengetahuan rohani (14);
karunia-karunia dan mukjizat-mukjizat (15); perihal persahabatan antara “orang-orang sempurna” (16);
pemecahan persoalan: yang hakiki dan yang tambahan di dalam hidup rohani (17).
Bagian ketiga menjawab sejumlah tertentu pertanyaan-pertanyaan yang secara relatif bertentangan:
ketiga jenis rahib (18);
tujuan akhir hidup senobit dan anakorit (19): monakisme dalam bentuk-bentuk yang berbeda di mana ditampilkan dengan nyata.
Konferensi 20 merupakan suatu karangan tentang “via pugativa” (jalan yang membersihkan).
Ceramah 21 mengagungkan “kebebasan” yang dibandingkan dengan ideal kesempurnaan injili; ceramah 22 membicarakan kembali godaan-godaan daging, pengobatan-pengobatannya dan kesesuaiannya dengan kesempurnaan; ceramah 23 menandaskan bahwa kemustahilan berdosa itu bukan dari dunia ini;
ceramah 24 menyinggung keuntungan dan tuntutan anakoretisme, mengagungkan kelembutan mengabdi Kristus.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar