Ads 468x60px

RIWAYAT HIDUP YOHANES KASSIANUS



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI MONASTIK
RIWAYAT HIDUP YOHANES KASSIANUS
Riwayat hidup Kassianus hanya kita kenal melalui fragmen-fragmen yang terlepas-lepas, tidak dalam bentuk keseluruhan. Karya-karyanya sendiri dan laporan yang diabadikan oleh Gennade merupakan sumber-sumber utama.
Dari sana kita dapat menimba dan menyusun kembali riwayat hidup Kassianus. Kassianus disebut Yohanes. Nama depan itu diberikan kepadanya entah pada waktu ia dibaptis, entah pada waktu ia masuk menjadi rahib.
Ia lahir sekitar tahun 360. Di negeri mana? Sampai di sini pertanyaan itu tidak mendapat jawaban yang definitif. Gennade mengatakan bahwa ia lahir di Scytha. Lalu, berdasarkan indikasi itu, para ahli sejarah menempatkan tanah air asalnya di Dobroudja, entah di Siria, entah di Palestina. Karena diilhami oleh bacaan dari beberapa manuskrip, sebagai ganti Scytha, diusulkan tempat yang lain, yaitu: Kurdistan, di daerah Rusia.
Para ahli yang lain lagi -dengan melihat ajaran-ajaran yang dihasilkan oleh Kassianus sendiri-, menyarankan tempat yang lain lagi, yaitu: Provence atau Konstantinopel. Pendidikannya di bidang kesusasteraan benar-benar matang dan terpelihara.
Kassianus hidup di dalam sebuah biara di Betlehem sebelum St. Hironimus datang ke sana untuk mendirikan biaranya. Ia masuk ke biara itu pada usia yang sangat muda dan telah mengadakan suatu kontak pertama dengan hidup kerahiban timur yang mana ia harus mencapai suatu pengalaman pribadi yang menarik perhatian karena luasnya.
Sekitar tahun 385, ketika Theophilus telah menjadi uskup di Alexandria, Kassianus tinggal menetap di Delta. Kaisar Valensius pasti sudah meninggal (379) ketika Kassianus berangkat ke Mesir, dan surat Theophilus yang menghukum anthropomorfite sudah sampai ke padang gurun ketika ia berdiam di Scete.
Kassianus tidak pergi berkelana seorang diri saja. Ia pergi bersama Germanus yang menjadi sahabatnya, tidak karena ikatan darah, tetapi karena suatu persaudaraan rohani yang begitu matang dan mendalam sehingga dikatakan tentang mereka: “Mereka menjadi satu jiwa dalam dua tubuh”.
Setelah tujuh tahun, keduanya pulang kembali ke Palestina untuk beberapa bulan. Dan setelah itu, mereka segera kembali ke tepi Bengawan Nil. Kita mengira bahwa mereka masih di Palestina pada tahun 394, ketika Theodosius meminta nasihat untuk kedua kalinya kepada Yohanes Lycopolis.
Para ahli tidak dapat mengatakan tahun yang tepat sampai kapan ia tinggal di Mesir. Mungkin sekitar tahun 400, mereka pergi ke tempat Yohanes Krisostomus di Konstantinopel.
Tepatnya, pada tanggal 26 Februari 398 dan Gennade mengatakan kepada kita bahwa Kassianus menerima diakonat dari tangan orang kudus itu. Peristiwa itu terjadi sebelum tahun 403, tahun di mana uskup Konstantinopel itu dibuang.
Pada tahun 401, para rahib origenist dari Nitria pernah - secara terpaksa - melarikan diri ke Konstantinopel. Tidak ada indikasi bahwa Kassianus merupakan salah seorang dari antara mereka dan rupanya keberangkatan Kassianus (dari Palestina) mendahului kedatangan mereka. Jadi dapat ditetapkan bahwa antara 12 sampai 15 tahun, kedua pengelana itu (Kassianus dan Germanus) melewatkan waktunya di sekolah para rahib Mesir.
Bukunya “Collationes” tidak secara khusus membicarakan kisah perjalanannya. Buku itu disusun lama sesudah perjalanannya dan kita akan melihat bahwa buku itu mengandaikan pengaruh-pengaruh lain daripada buku para guru padang gurun.
Namun detil-detil yang terkandung di dalamnya nampaknya cukup tepat untuk mengijinkan kita menyusun kembali titik balik dari masa ketika ia tinggal di Mesir.
Kedua sahabat itu berlayar ke Thennesis, di atas muara Bengawan Nil, di ujung timur Delta. Mereka diterima oleh uskup Panephysis, Archebius.
Di sekeliling kota keuskupan itu, mereka mengunjungi tiga orang pertapa eremit, yaitu: Cheremon, Nesteros, dan Yosef. Barangkali mereka juga mengunjungi Abas Pinufius, teman se-novisiat di Palestina, yang menjadi pembesar di Panephysis. Collationes bab 18 dan 19 lebih menunjukkan bahwa kunjungan itu terjadi sesudah mereka bertempat tinggal di Diolcos.
Perjalanan itu merupakan suatu perjalanan informatif yang diusahakan oleh kedua pengelana kita itu. Mereka ingin belajar dari pertapa eremit yang termasyur dengan keyakinan: “kalau tidak mengimbangi mereka, sekurang-kurangnya mengenal mereka”. Mereka bermaksud pergi sampai ke wilayah Mesir yang paling dalam, khususnya: Thebaide. Sambil berjalan ke arah barat, mereka memutar kembali ke arah utara.
Mereka berhenti di Diolcos, daerah pemukiman yang sangat padat dengan biara-biara yang masyur dan kuno. Rupanya, di tempat itu mereka menemukan untuk pertama kalinya suatu hidup kerahiban yang khas di Mesir, yaitu: suatu cenobium (kehidupan bersama).
Cenobium itu didiami oleh dua ratus orang rahib dan berkembang dengan subur di bawah suatu tata tertib yang keras dari Abbas Paulus.
Mereka hidup di daerah gurun pasir di mana mereka berjuang dalam pengasingan dan menghadapi pergulatan dalam kesunyian. Salah seorang dari rahib-rahib semacam itu ialah Archebius, yang tidak boleh dicampur-adukkan (disamakan) dengan uskup Panephysis di atas.
Ia membuat suatu peraturan/ketentuan untuk memberikan sel (sebutan untuk tempat tinggal para rahib) lengkap dengan alat-alat rumah tangganya kepada para pendatang baru.
Untuk itu, ia memberi penginapan kepada Kassianus dan kawannya, kita mereka datang. Di Diolcos, hidup juga Abbas Piammon. Selain Kassianus, ternyata banyak pengarang lain yang juga menyusun tulisan tentang Abbas itu.
Di dalam biara Abbas Paulus itulah, persekutuan para rahib bertempat tinggal. Di sana, Kassianus bertemu dengan Abbas Yohanes. Setelah ia menjalani hidup di padang gurun selama 20 tahun, ia masuk dalam hidup persekutuan di mana ia menjalankan ketaatan biarawi.
Scete adalah suatu wilayah yang sangat sunyi dan mencekam, yang harus dilalui oleh para pengelana, bila mereka hendak pergi ke Lembah Nitria dari arah utara.
Kedua pengelana kita ternyata berhasil melakukannya. Mereka tinggal di sana dalam waktu yang lama. Sementara diselingi oleh perjalanan, mereka kadang-kadang pergi juga ke Betlehem.
Empat kongregasi monastik berada di Scete. Di sana Kassianus menjadi tamu mereka. Kongregasi itu mempunyai imam yang bernama Pahnucius dan seorang ekonom yang bernama Theonas. Kassianus melukiskan penggarapan sel-sel yang indah dan sederhana di tempat itu dalam tulisannya. Ia pergi bersama Germanus ke tempat itu dengan maksud mencari pengajaran-pengajaran para anakorit agung, yaitu: Musa dari Libia, Daniel, Serapion, dan Isaac.
Di dalam buku Collationes, cukup kerap muncul pertanyaan tentang Padang Gurun Calame atau Porphyrion yang ditempati oleh (antara lain) Musa dari Ethiopia dan Paulus.
Namun tidak ada sesuatu pun yang terdengar bahwa Kassianus secara pribadi pernah pergi ke sana. Sebaliknya, Tillemont berpendapat bahwa ia telah lewat di Thebaide. Tempat itulah yang menjadi tujuan perjalanannya dan penggambaran yang dibuatnya tentang pusat monastik itu rupanya benar-benar merefleksikan suatu pengalaman yang sungguh dihidupi.
Para ahli sejarah modern menilai lemah hipotese ini. Karena jika benar ia mengalaminya sendiri, mengapa Kassianus tidak berkata apa-apa tentang kesulitan perjalanan? Apa yang diketahuinya tentang Thebaide, kemungkinan besar hanya melalui “kata orang” saja. Untuk motif apa Kassianus dan sahabatnya pergi ke Konstantinopel, ke tempat Yohanes Krisostomus itu? Kita tidak tahu persis alasannya.
Germanus adalah seorang imam yang diutus pada tahun 403 oleh seorang uskup yang sedang dianiaya, kepada Theophilus dari Alexandria yang sedang mengadakan konsili di Chene.
Pada tahun 404, diakon Kassianus menemani Germanus ke Roma: mereka membawa sebuah surat dari klerus Konstantinopel atas perintah seorang uskup yang dibuang. Surat itu berisi daftar bejana dan benda-benda gereja yang diambil alih oleh anggota kehakiman, dengan maksud melemahkan tuduhan palsu tentang ketamakan.
Yohanes Krisostomus ditugaskan untuk mengatasi hal itu. Pada tahun 414 atau 415, ketika skisma di Antiokia berhenti, seorang imam bernama Kassianus dikirim ke Roma oleh Alexander kepada Innocentius I.
Ia memainkan peranan sebagai penasehat resmi dan sahabat. Barangkali yang dimaksud ialah Kassianus, tokoh kita itu, yang menjadi murid Krisostomus. Kedatangan Kassianus ke Marseille terjadi pada waktu-waktu sesudah peristiwa itu.
Bagaimanapun, kita tahu melalui Gennade bahwa Kassianus adalah seorang imam ketika di kota Marseille itu, ia mendirikan dua buah biara, yaitu: satu biara putri di bawah sebutan Biara Sang Penyelamat, dan satu biara pria di bawah perlindungan St. Petrus dan Victor.
Sebelum mendirikan dua biara itu, (sekitar tahun 410) ia mendirikan sebuah biara di Lerins. Kita tidak tahu bagaimana Kassianus mengorganisir biara-biara itu.
Orang yakin bahwa biara para rubiah pernah mempunyai anggota sampai 5000 orang dan kiranya St. Caesarius pernah mempercayakan kepada Kassianus pendidikan seorang saudarinya.
Institutiones dan Collationes menunjukkan kepada kita betapa luas pengaruh Kassianus tersebar keluar, dan betapa dalam tertera dalam perundang-undangan (peraturan) hidup senobit. Peraturan itu disusun karena dorongan para uskup atau para rahib yang merupakan sahabat-sahabatnya.
Ia berusaha menulisnya karena anjuran Castor, uskup dari Apt dan pendasar dari suatu komunitas. Institusi-institusi yang dimaksudkannya berisi tentang institusi-institusi yang sudah dipelajari dan dipraktekkan di Mesir oleh dirinya sendiri.
Dengan adanya bukti-bukti itu, kiranya hal itulah yang menjadi model bagi pembentukan biara di tanah Gallia.
Suatu inspirasi istimewa yang akan diadaptasi oleh Kassianus perihal kebudayaan tradisi-tradisi kuno. Ia berusaha mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan Mesir untuk diterapkan bagi orang-orang barat sambil mencampurkannya dengan tradisi-tradisi dari Palestina dan Mesopotamia.
Karya yang pertama itu harus selesai sebelum tahun 417-418, karena Kassianus menyinggung Pelagianisme tanpa peringatan apapun dari kalimat yang disampaikan oleh Innocentius dan Zosime melawan bidaah Pelagianisme itu.
Setiap kali Kassianus menyusun Institutiones, ia teringat pada Collationes bahwa ia juga sudah berjanji untuk menulisnya.
Ketika ia mengakhiri seri dari sepuluh bab yang pertama, Castor meninggal. Kassianus menyerahkan hasil karyanya kepada Uskup Leonce dan Hellande. Jika Leonce itu benar-benar uskup Fréjus yang ditahbiskan tahun 419, maka bagian dari karya itu nyata-nyata jelas bukan terjadi sebelum tahun 419 (lagipula ditetapkan bahwa kematian Castor pada 2 September 420).
Bagian kedua terdiri atas tujuh konferensi. Bagian kedua ini diberikan kepada St. Honoratus, Abbas dari Lerins, sebelum pengangkatannya ke atas tahta di Arles pada tahun 426.
Bagian ketiga terdiri dari tujuh konferensi, kiranya terbit antara tahun 426 dan 429, selama masa episkopat Honoratus yang dijuluki dengan sebutan “uskup yang berbahagia, baik karena jabatan maupun anugerah”.
Di sini kita mengikuti kronologi yang ditetapkan oleh M. Petschenig. Orang-orang tertentu memundurkan waktu dari dua bagian terakhir dari Collationes itu yang pasti tidak diterbitkan sebelum tahun 428-429.
Kassianus tidak memimpikan apa-apa kecuali kembali secara definitif “ke dalam pelabuhan yang hening”. Namun ia harus menyerah kepada instansi-instansi keuskupan agung di Roma, terutama kepada calon Paus St. Leo, dan beberapa waktu setelah Collationes selesai, ia menyusunnya ke dalam tujuh buku karyanya, yang berjudul: “De Incarnatione Domini contra Nestorium”.
Konsili di Efese (413) waktu itu, belum mengumumkan penghukuman kepada Nestorius. Tillemont berpendapat bahwa waktu penulisan buku itu terjadi pada tahun 430, “segera setelah surat Celestinus kepada Nestorius” (tanggal 11 Agustus 430).
Sebentar sesudahnya, menurut kata Gennade, Kassianus meninggal di Marseille, “di bawah pemerintahan Theodosius dan Valentinianus”. St. Prosperus, dalam tahun 432, dalam suratnya Contra Collatorem, menyampaikan kabar meninggalnya Kassianus kepada kerabatnya yang masih hidup.
Petschenig menentukan suatu tanggal yang ekstrim pada kematian Kassianus dan berpendapat bahwa kematiannya terjadi tahun 435.
Beberapa gereja memberikan kehormatan liturgis kepada Yohanes Kassianus. Di Marseille, pestanya dirayakan pada tanggal 23 Juli, sedangkan Gereja-gereja di Yunani memperingatinya pada tanggal 28 atau 29 Februari.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar