HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
"δικαιοσυνη - diakosune - kebenaran."
Inilah kata Yunani yang mengartikan istilah 'hidup keagamaan' dimana orang kristiani diajak hidup sebagai "orang benar."
Yesus mengharapkan bahwa "hidup keagamaan" (kebenaran) kita haruslah lebih benar daripada "hidup keagamaan" ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang kerap melupakan inti hukum Taurat.
Kebenaran ala orang Farisi dan ahli Taurat hanya bersifat lahiriah dengan mentaati banyak aturan tapi tidak punya kasih yang berpola salib (vertikal kepada Tuhan dan hortisontal pada sesama).
Mereka tampaknya memuliakan Allah dengan bibir, sedangkan nyatanya hati mereka jauh daripada Dia; dari luar tampaknya benar, tetapi hatinya sama sekali tidak mengasihi Allah.
Jelasnya, motivasi mereka untuk menaati Allah tidak bersumber dari iman yang "asli": hidup dan tulus tapi iman yang "palsu": mati dan penuh akal bulus(Mat 6:1-7; Yoh 14:21).
Disinilah, Yesus mengatakan bahwa kebenaran yang dikehendakiNya adalah yang bukan sekedar tindakan lahiriah/formalitas belaka tapi harus selaras dengan hidup yang berkualitas, dimana doa-ucapan dan karya nyata kita penuh dengan “hik”, harapan iman dan kasih kepada sesama.
Di lain segi, kita diajak untuk menghidupi "hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan" (Yak 1:25),
"hukum utama" (Yak 2:8),
"hukum Kristus" (Gal 6:2) dan
"hukum Roh" (Roma 8:2)
dimana harapan keselamatan itu terpadu antara iman+perbuatan kasih kepada sesama dimana perbuatan kasih itu menjadi wujud syukur dan kesaksian sebagai orang beriman (Yak 2:17).
"Dari Matraman ke Pangkalan Jati- Jadilah orang beriman yang sejati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Homo homini lupus - Manusia adalah serigala bagi sesamanya!"
Inilah kenyataan yang kadang terjadi di negara kita yang katanya beragama. Kita senang melihat setiap jumat: banyak mesjid penuh, setiap minggu: pelbagai gereja hiruk pikuk oleh pelbagai ritus dan kultus keagamaan. Tapi kita juga gamang melihat di balik kemegahan perayaan keagamaan: yang suka ke gereja tapi malas kerja, yang suka berkata halus ternyata penuh akal bulus, yang suka sholat tapi suka menghojat, yang bawa kitab suci ternyata juga getol korupsi, yang suka bicara pelayanan tapi malahan penuh dengan skandal dan ke-irihati-an.
Jelaslah bahwa "sensus fidelium/citarasa iman" kerap kalah oleh "sense of markets/citarasa pasar", dimana beragama tidak menjamin orang menjadi beriman, karena beragama kadang penuh dengan "tata lahiriah" sedangkan beriman lebih pada "tata laku": cara pikir dan cara hidup.
Mengacu pada bacaan injil hari ini, Yesus berkata: "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."
Disinilah, kita diajak untuk jujur melihat dan menelanjangi seperti apa kualitas iman kita sebagai orang beragama selama ini, jangan-jangan agama hanya menjadi kosmetik belaka, karena kita sibuk dengan tampilan lahiriah dan permukaan saja. Adapun 3 mentalitas buruk yg kadang dibuat org farisi dan ahli taurat yang juga kadang kita buat, antara lain:
A."Tomat - sekarang TObat besok kumat":
Kita menjadi pribadi yang labil, yang terus suka berkubang dalam kegelapan dosa dan tidak tegas bertobat secara total.
B."Dele - esuk DEle sore tempe lambe domble mencla mencLE":
Kita tidak bisa menjadi orang yang berkomitmen dan mudah berdusta demi kepentingan sendiri.
C."Blangkon - Bisa kotBah tidak bisa nglakoni":
Kualitas hidup kita hanya pada perkataan tapi tidak dalam kenyataan. Ini bisa terjadi ketika iman terpisah dari hidup harian, kita hanya sibuk berkata-kata baik tapi lupa untuk menjadi orang yang benar-benar baik. Bertobatlah!
"Cari baju di Pasar Semanan - Mari maju sebagai orang beriman."
2.
Providentia divina – Penyelenggaraan Ilahi”.
Bersama dengan datangnya masa prapaskah (“Hari Tobat” dan “Hari Pantang”), saya terkenang ketika saya berkarya di Paroki St Maria Fatima Sragen di Kevikepan Surakarta, kadang sehabis mempersembahkan misa harian, saya diajak menyantap seporsi soto kwali (“kwalitas ilahi - quales dives”).
Nah, tiga syarat mendasar yang diajukan Yesus supaya kita juga bisa menyadari penyelenggaraan ilahi sekaligus memiliki kualitas ilahi, al:
A.Integritas: Keutuhan
Hari ini, Yesus berkata: "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga!" Ya, bukankah orang Farisi dan ahli Taurat (yang terkenal sebagai orang yang taat dan tertib dalam hukum Taurat), cenderung merasa diri paling benar dan suci sehingga mudah merendahkan dan memandang buruk orang lain, bahkan selalu mencari-cari kesalahan orang lain (Mat 12:10; Mrk 12:13-17)?
Pastinya, kecakapan budi tidak menjamin keutuhan hati dan kebijaksanaan diri. Ibadat dan pengetahuan suci tidak menjamin kita menjadi benar-benar suci. Disinilah, kita diajak untuk beriman secara penuh-utuh dan menyeluruh, menyeimbangkan hidup doa dan karya, studi dan tugas mengabdi secara integral, dimana hidup doanya menjadi dasar dalam semua hidup karya, dan hidup karya menjadi buah-buah nyata dari hidup doanya.
B.Sanctitas: Kesucian
Seperti Yesus yang mengajak kita untuk selalu hidup suci dan berdamai dengan sesama sebelum berdoa kepada Tuhan, kita juga dipanggil untuk hidup suci
C.Veritas: Kebenaran
Yesus pernah mengatakan dirinya sebagai “Via Veritas Vita-Jalan Kebenaran dan Hidup”, bukan? Nah,kitapun juga diajak mewartakan kebenaran ilahi.
“Cari angsa di Pasar Baru - Kalahkan dosa dengan hati yang baru.”
3.
"Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati."
Bersama dengan masa prapaskah yang dibuka dengan Misa Rabu Abu, kita diajak untuk menjadi orang beriman yang rendah hati, yang sepenuh hati dan tidak suka mencari perhatian.
Adapun, Yesus mengangkat 3 bentuk olah rohani yang hendaknya secara khusus kita tingkatkan dan kita hayati dengan penuh kerendahan hati, yakni "PDA", Puasa Doa Amal.
Secara khusus, ketiga hal tersebut kita hayati sebagai bentuk pertobatan sebagaimana diserukan dalam bacaan I dan II.
Sebab, bertobat bukan sekedar menyesal dan tidak mengulangi lagi dosa-dosa yang telah kita lakukan tetapi "ber-metanoia", berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati" (Yl 2, 12-13).
Yang pasti, prinsip dasar yang dinyatakan pada masa prapaskah adalah ttg motivasi kita dalam ber-"PDA" secara tulus, asli dan tidak basa-basi.
Nah, apabila kita ber-“PDA” agar dipuji orang lain atau karena alasan yang meninggikan diri sendiri, kita akan kehilangan pahala/berkat Allah.
Kita malah dinilai sebagai orang "munafik" yang berkedok hendak memuliakan Allah, namun sesungguhnya mencari kemuliaan untuk diri sendiri.
Cacian/teguran ini sendiri mengenai semua orang "saleh gadungan" yang semata mencari-cari pujian. Dlm hal ini, Yesus khususnya teringat akan golongan orang Farisi (Mat 15:7; 22:18; 23:13-15) yg sarat dengan akal bulus dan selalu menganggap diri paling suci.
Bagaimana dengan kt?
"Buah pepaya di Kalibata - Mari bercahaya dg tindakan cinta yg nyata."
Tuhan,
bila aku tersenyum bahagia biarlah namaMu yang kusebut
bila aku menangis meratap biarlah hatiMu yang kucari
bila aku memandang ke surga biarlah wajahMu yang kulihat.
*****
Tuhan,
jiwaku milikMu
cintaku untukMu
usahaku berkatMu
kematianku undanganMu
*****
Tuhan,
aku bahagia
karena Engkau memberi aku hidup
karena Engkau memberi aku harapan
karena Engkau memberi aku kematian
agar dapat bersatu denganMu di surga
*****
Tuhan,
saat kupandang jemari tanganku yang tidak lagi selincah dulu,
aku menyadari kematian semakin mendekat karena roda hidup berputar
Tuhan, jangan redupkan pelitaku
karena aku masih ingin hidup memperbaiki diri membersihkan dosa agar aku menjadi putih melebihi salju dan setelah itu panggillah aku menghadapMu
*****
Tuhan, seharusnya aku memandang kematian dengan bahagia tapi kecintaan pada dunia membuat aku takut untuk melepaskannya
Tuhan, peganglah tanganku ini saat aku bimbang dan saat aku mati kelak.
******
4.
“Domine, doce nos orare - Tuhan, ajarlah kami berdoa”.
Adapun doa yg diajarkanNya adl doa “Bapa Kami” (Lat: Pater Noster, Yun: Πάτερ ἡμῶν).
Mengacu pd Sejarah Grj+Para Bapa Grj (St Agustinus-St Ambrosius-St Hieronimus+St Gregorius Agung), doa "Bapa Kami" ini adl bagian penting dr Misa. Scr sederhana, doa ini punyai dua dimensi, al: memuji (6:9-10)+memohon (6:11-13).
Dlm buku sy, "3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari" (Kanisius), doa ini jg mengandung 7 intensi al: "dimuliakanlah namaMu - datanglah kerajaanMu - jadilah kehendakMu - berilah kami rejeki - ampunilah kesalahan kami - jgn masukkan kami dlm percobaan dan bebaskan kami dr yg jht". Secara implisit, ada 7 inspirasi dsr dari doa "Bapa Kami" ini, al:
BERSAHABAT:
Allah yg jauh mjd yg dekat-hangat+brsahabat, yg blh kita sapa sbg “Bapa”. Bapa/Abba (Mk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6) dlm bhs Aram adl panggilan erat anak pd ayahnya (KGK no 270-“Allah nyatakan kekuasaanNya sbg Bapa dg mencukupi kebutuhan kita”). Pastinya, kt jg brsahabat dg smua org beriman+para kudus krn inilah doa Grj, doa yg mengangkat kita smua mjd anakNya.
BERSAKSI:
“Dimuliakanlah namaMu” adl tugas kesaksian agar semakin banyak org mengenal+memuliakan nama Allah lwt kata+warta kt.
BERPASRAH:
“Datanglah kerajaanMu-jadilah kehendakMu”. Inilah sikap pasrah, campuran "iman-harapan+kasih" yg persatukan hati kt dg hati Allah.
BERSERU:
“Berilah kami rejeki”. Inilah seruan keberanian anak2 Allah. St.Agustinus mengkait-kenangkan “Our Daily Bread” dg "Ekaristi", yg mjd "rejeki" rohani kt.
BERDAMAI:
“Ampunilah kami.." Buah doa adl pengampunan+damai dg Tuhan+sesama. Kalau mau berdamai dg "DIA"/Tuhan maka berdamailah dulu dg "dia"/sesama.
BERHARAP:
Inilah doa yg pnuh harapan bhw Allah sll mjd “Immanuel”: menyertai kita dlm cobaan+pergulat-geliatan dunia.
BERIMAN:
Penutup doa BapaKami adl “AMIN” (yukminu' يؤمن). Dlm bhs Arab, kata “Amin” lekat dg kata ‘iman’ (الإيمان)+'aman' (أمن). Doa ini ajak kt ajak kt u/sll mengamini+mengimani kasih Allah.
"Mba Tari keluar masuk Goa-Mari kt rajin u/ sll berdoa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar