Ads 468x60px

Rabu, 14 Februari 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 14 Februari 2018
Hari Rabu Abu - Hari Puasa dan Pantang
Yoel (2:12-18)
(Mzm 51:3-6a.12-14-17; Ul: 3a)
2 Korintus (5:20 - 6:2)
Matius (6:1-6.16-18)
“Pulvis et umbra sumus - Kita hanya debu dan bayangan.”
Abu adalah lambang biblis dari sesal dan tobat. Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu menjadi tanda tobat (Yun 3:6, Est 4:13, Ayb 42:6, Dan 9:3).
Gereja Perdana pun mewariskan penggunaan abu untuk alasan yang sama seperti yang dikatakan Eusebius dan secara khusus Tertulianus dalam De Poenitentia: "pendosa yang bertobat harus “hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu.”
Adapun 3 semangat iman pada hari Rabu Abu, antara lain:
1."Kebersamaan":
Penerimaan abu merupakan suatu tanda pertobatan yang universal dimana semua orang Katolik Sama-sama menerima abu di dahinya sebagai permulaan saat pertobatan dalam semangat ber-“PDA”, Puasa Doa dan Amal.
2."Keterbukaan":
Karena abu diurapkan di dahi, maka amatlah mustahil bahwa kita bisa melihat secara langsung betapa kotornya dahi kita tapi kita bisa dengan amat mudah melihat kotornya dahi orang lain. Disinilah orang lain seakan berdiri dan menjadi cermin tempat kita melihat diri kita masing-masing.
Dengan kata lain:
Kita diajak untuk terbuka karena sesama adalah gambaran dan cermin diri. Kita melihat diri yang penuh kelemahan melalui keterbukaan terhadap orang lain yang kini berada di depan kita. Tak ada yang bisa banyak kita katakan kecuali bersama-sama terbuka di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita adalah manusia lemah yang sama-sama membutuhkan rahmatNya.
3."Kerendahan hati":
Abu melambang dan mengingatkan kita akan ketidakabadian. Karenanya, ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di dahi, ia akan berkata, “Bertobatlah dan percaya kepada Injil" atau "Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu".
Inilah kalimat seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam (Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29; Pktbh 3:20). Ini juga sesuai dengan pengakuan Abraham, “Aku debu dan abu” (Kej 18:27). Dengan kata lain: Abu menjadi tanda ketidakabadian kita serta mengingatkan kita untuk selalu rendah hati.
"Cari obat di Sriwedari - Mari bertobat setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Intentio pura - Maksud yang tulus/murni."
Inilah kualitas iman yang diharapkan Yesus di tengah banyak orang yg mudah ber-intentio "pura-pura" (penuh akal bulus/tidak murni).
Adapun, dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda dengan tulus-lurus dan kudus: "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat."
Yesus mencela sikap hidup orang beriman yang "dangkal/banal" karena penuh kosmetika kepalsuan/kepura-puraan (Jawa: "slintat slintut") sekedar mau pamer/dipuja puji orang. Sikap ini juga kerap kita sebut sebagai mentalitas orang yang munafik ("MUlutnya pedas-NAlurinya iri dan FIKirannya negatif").
Secara sederhana, penghayatan iman orang kristiani yang tulus-lurus dan kudus setidaknya mencakup "4 pilar dasar/tetralogi", yakni "PDAM", antara lain:
A."Puasa":
Relasi dialog dengan diri sendiri, karena seperti kata St. Leo Agung, berpuasa itu tidak hanya berarti mengurangi makan/minum tapi memberantas semua habitus/kebiasaan jahat dalam diri kita supaya lebih reflektif dan instrospektif.
B."Doa":
Relasi dialog dengan Tuhan entah devosi/kontemplasi/meditasi, sehingga kita lebih mengalami "intimitas cum Deo, keakraban dengan yang ilahi" setiap hari.
C."Amal":
Relasi dialog dengan sesama, terlebih yang kecil dan miskin sehingga kita semakin hidup berbelarasa dan menjadi sahabat bagi semua orang.
D."Misa":
Relasi dialog bersama Gereja, karena jelaslah iman kita bersama iman gereja mesti berdimensi ekaristis, siap untuk dipilih diberkati dipecah dan dibagi-bagi bagi hidup sesama dan semesta.
"Makan srikaya di Surakarta - Mari berkarya penuh sukacita."
2.
"Zelo zelatus sum pro Domino Deo exercituum - Aku bekerja segiat-giatnya demi kemuliaan Tuhan semesta alam".
Inilah motto yang saya dapatkan di pintu masuk sebuah sekolah Katolik tertua di Malang, yakni SMA St Albertus Dempo ketika saya memberi retret tahunan untuk para guru dan beberapa bruder/suster Karmelit disana.
Nah, mengacu pada bacaan hari ini, setidaknya ada 3 hal dasar yang bisa kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan yakni "PDA - Puasa Doa + Amal" : Dengan puasa, kita diajak untuk lebih bersabar; dengan doa, kita diajak untuk lebih beriman; dengan amal, kita diajak untuk lebih berbagi.
Ke 3 hal ini, “Puasa Doa Amal” yang mengajak kita belajar “bersabar-beriman dan berbagi” tentunya dimaksudkan semata mata demi kemuliaan Tuhan atau dalam bahasa para suster Ursulin, "Soli Deo Gloria," karena kita lakukan dengan hati yang tulus/"munajat".
Di lain matra, Yesus hari ini juga mengatakan tentang sikap yang dibenciNya karena jelas tidak memuliakan nama Tuhan semesta alam adalah sikap yang penuh akal bulus/"munafik".
Dalam buku saya, "TANDA" (RJK, Kanisius), ada 3 indikasi dasar orang munafik, al: "MUlutnya pedas-NAlurinya iri & FIKirannya negatif. Nah, bersama teladan iman yang saya dapat dari motto sekolah Dempo Malang ini, marilah kita juga semakin giat ber"PDA", berpuasa berdoa dan beramal secara tulus, dan semakin giat juga menanggalkan sikap-sikap munafik yang penuh akal bulus, sehingga dengan perbuatan baik dan ketulusan hati, namaNya semakin dimuliakan dan hidup kita semakin diselamatkan.
"Belajar Kalkulus bersama Romo Sixtus –
Jadilah orang yang berhati tulus seperti Kristus."
3.
"When you pray, fast, and give alms"
A.
Gospel Reading: Matthew 6:1-6, 16-18
"Beware of practicing your piety before men in order to be seen by them; for then you will have no reward from your Father who is in heaven. "Thus, when you give alms, sound no trumpet before you, as the hypocrites do in the synagogues and in the streets, that they may be praised by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you give alms, do not let your left hand know what your right hand is doing, so that your alms may be in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you pray, you must not be like the hypocrites; for they love to stand and pray in the synagogues and at the street corners, that they may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward.
But when you pray, go into your room and shut the door and pray to your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you fast, do not look dismal, like the hypocrites, for they disfigure their faces that their fasting may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you fast, anoint your head and wash your face, that your fasting may not be seen by men but by your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you."
B.
Old Testament Reading: Joel 2:12-18.
"Yet even now," says the LORD, "return to me with all your heart, with fasting, with weeping, and with mourning; and rend your hearts and not your garments." Return to the LORD, your God, for he is gracious and merciful, slow to anger, and abounding in steadfast love, and repents of evil. Who knows whether he will not turn and repent, and leave a blessing behind him, a cereal offering and a drink offering for the LORD, your God? Blow the trumpet in Zion; sanctify a fast; call a solemn assembly; gather the people. Sanctify the congregation; assemble the elders; gather the children, even nursing infants. Let the bridegroom leave his room, and the bride her chamber. Between the vestibule and the altar let the priests, the ministers of the LORD, weep and say, "Spare your people, O LORD, and make not your heritage a reproach, a byword among the nations. Why should they say among the peoples, `Where is their God?'" Then the LORD became jealous for his land, and had pity on his people.
C.
Meditation.
Are you hungry for God and do you thirst for his holiness? God wants to set our hearts ablaze with the fire of his Holy Spirit that we may share in his holiness and radiate the joy of the gospel to those around us. St. Augustine of Hippo tells us that there are two kinds of people and two kinds of love: "One is holy, the other is selfish. One is subject to God; the other endeavors to equal Him." We are what we love. God wants to free our hearts from all that would keep us captive to selfishness and sin. "Rend your hearts and not your garments" says the prophet Joel (Joel 2:12). The Holy Spirit is ever ready to transform our hearts and to lead us further in God's way of truth and holiness.
Why did Jesus single out prayer, fasting, and almsgiving for his disciples? The Jews considered these three as the cardinal works of the religious life. These were seen as the key signs of a pious person, the three great pillars on which the good life was based. Jesus pointed to the heart of the matter. Why do you pray, fast, and give alms? To draw attention to yourself so that others may notice and think highly of you? Or to give glory to God? The Lord warns his disciples of self-seeking glory - the preoccupation with looking good and seeking praise from others. True piety is something more than feeling good or looking holy. True piety is loving devotion to God. It is an attitude of awe, reverence, worship and obedience. It is a gift and working of the Holy Spirit that enables us to devote our lives to God with a holy desire to please him in all things (Isaiah 11:1-2).
What is the sure reward which Jesus points out to his disciples? It is communion with God our Father. In him alone we find the fulness of life, happiness, and truth. May the prayer of Augustine of Hippo, recorded in his Confessions, be our prayer this Lent: When I am completely united to you, there will be no more sorrows or trials; entirely full of you, my life will be complete. The Lord wants to renew us each day and give us new hearts of love and compassion. Do you want to grow in your love for God and for your neighbor? Seek him expectantly in prayer, with fasting, and in generous giving to those in need.
The forty days of Lent is the annual retreat of the people of God in imitation of Jesus' forty days in the wilderness. Forty is a significant number in the scriptures. Moses went to the mountain to seek the face of God for forty days in prayer and fasting. The people of Israel were in the wilderness for forty years in preparation for their entry into the promised land. Elijah fasted for forty days as he journeyed in the wilderness to the mountain of God. We are called to journey with the Lord in a special season of prayer, fasting, almsgiving, and penitence as we prepare to celebrate the feast of Easter, the Christian Passover. The Lord gives us spiritual food and supernatural strength to seek his face and to prepare ourselves for spiritual combat and testing. We, too, must follow in the way of the cross in order to share in the victory of Christ's death and resurrection. As we begin this holy season of testing and preparation, let's ask the Lord for a fresh outpouring of his Holy Spirit that we may grow in faith, hope, and love and embrace his will more fully in our lives.
"Lord Jesus, give me a lively faith, a firm hope, a fervent charity, and a great love of you. Take from me all lukewarmness in the meditation of your word, and dullness in prayer. Give me fervor and delight in thinking of you and your grace, and fill me with compassion for others, especially those in need, that I may respond with generosity."
D.
Psalm 51:3-6,12-14,17.
For I know my transgressions, and my sin is ever before me.
Against you, you only, have I sinned, and done
that which is evil in your sight, so that you are
justified in your sentence and blameless in
your judgment.
Behold, I was brought forth in iniquity, and in sin
did my mother conceive me.
Behold, you desire truth in the inward being;
therefore teach me wisdom in my secret heart.
Restore to me the joy of your salvation, and
uphold me with a willing spirit.
Then I will teach transgressors your ways, and
sinners will return to you.
Deliver me from bloodguiltiness, O God, O God
of my salvation, and my tongue will sing
aloud of your deliverance.
The sacrifice acceptable to God is a broken spirit;
a broken and contrite heart, O God, you will
not despise.
E.
Daily Quote from the Early Church Fathers.
"Christians must always live in this way, without any wish to come down from their cross - otherwise they will sink beneath the world's mire. But if we have to do so all our lives, we must make an even greater effort during the days of Lent. It is not a simple matter of living through forty days. Lent is the epitome of our whole life." (Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 205, 1)
4.
KITAB Yoel terkenal dengan seruan kenabian yang akan selalu relevan bagi manusia sepanjang segala zaman, yaitu: “Koyakkanlah hatimu, bukan pakaianmu.” Kalau diikuti, pertobatan yang ditawarkan Yoel sungguh akan berdampak luar biasa bagi hidup umat, seperti yang bisa kita baca dalam nubuat-nubuat lain dalam Kitab Yoel. Suara kenabian Yoel ini akan selalu kita dengar ketika Gereja Universal memulai retret agung nya selama 40 hari pada masa Prapaskah.
Yoel menegaskan bahwa keputusan manusia untuk kembali kepada Tuhan bukan setengah-setengah, hanya kalau ingat, melainkan dengan sepenuh hati dan tidak pura-pura. Yoel mengajak seluruh pendengarnya untuk berpuasa, meratap, dan menangis. Tetapi bukan dalam kepura-puraan karena Tuhan mampu mengetahui isi hati manusia. Manusia bisa tertipu tetapi Tuhan tidak.
Keistimewaan Kitab Yoel dan juga beberapa nubuat nabi-nabi lain dalam Perjanjian Lama terletak pada bagaimana para nabi menjadikan belas kasih Tuhan sebagai dasar manusia untuk bertobat. Gagasannya jelas, bahwa manusia diajak bertobat pertama-tama bukan karena kemampuan diri sendiri, melainkan Allah yang pengasih, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia.
5.
Kutipan Teks Misa:
“Puasa rohani dan suci ini, sebaiknya kita kaitkan dengan pemberian sedekah, yang meliputi berbagai macam perbuatan kasih yang terpuji.” (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Keb 11:24.25.27)
Engkau mengasihi segala yang ada, ya Tuhan, dan tidak membenci apa pun yang telah Kauciptakan. Engkau tidak lagi memperhitungkan dosa manusia apabila mereka bertobat. Engkau berbelas kasih kepada mereka sebab Engkaulah Tuhan, Allah kami.
Miseris omnium, Domine, et nihil odisti eorum quæ fecisti, dissimulans peccata hominum propter pænitentiam, et parcens illis: quia tu es Dominus Deus noster.
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 57)
Doa Pembuka
Ya Allah, bantulah kami umat kristiani untuk memulai puasa suci ini. Semoga dengan pengendalian diri, kami memperoleh kekuatan untuk mengalahkan kelesuan rohani. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Yoel (2:12-18)
"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
“Sekarang,” beginilah sabda Tuhan, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: “Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 813
Ref. Mohon ampun kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-6a.12-14-17; Ul: 3a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)
"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."
Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Jangan kautegarkan hatimu; dengarkanlah suara Tuhan pada hari ini.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hari ini Gereja Katolik memasuki masa Prapaskah selama empat puluh hari. Dalam masa penuh rahmat ini, segenap anggota Gereja diajak untuk membarui diri dengan bersedekah, berdoa dan berpuasa.
Ada satu pesan penting yang disampaikan Yesus kepada para pengikut-Nya yang hendak membarui diri melalui bersedekah, berdoa dan berpuasa, yaitu agar mereka tidak melakukan hal-hal tersebut dengan tujuan untuk pamer agar dilihat orang. Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, orang tidak perlu pamer, tetapi melakukan latihan dan pengolahan diri dalam ketersembunyian. "Janganlah kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka." (Mat 6:1.5.16).
Nabi Yoel mengingatkan orang Israel agar yang dikoyakkan bukan pakaian melainkan hati. "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya." (Yl 2:13). Hati sebagai simbol pusat manusia, hati juga menjadi simbol ketersembunyian. Dalam mengisi masa Prapaskah dengan bersedekah, berdoa dan berpuasa dalam ketersembunyian kita mau memperbaiki hati yang terganggu dan rusak. Hati sebagai pusat relasi manusia dengan diri sendiri, lingkungan, sesama dan Allah.
Dengan bersedekah, berpuasa dan berdoa sebagai tanda penyesalan akan dosa dan kesalahan kita sesungguhnya mau mau berdamai dengan diri sendiri, lingkungan, sesama dan dengan Allah. Rasul Paulus mengingatkan, "Berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2Kor 5:20). Kesadaran untuk memperbaiki diri di hadapan Allah, sesama dan lingkungan merupakan status yang perlu terus-menerus diperbarui. Inilah jalan kemenangan, jalan ketersembunyian. Dengan demikian, tidak hanya pada dinding media sosial kita memperbarui status kita, tetapi yang jauh lebih penting yang harus diperbarui adalah diniding hati dalam ketersembunyian.
Seorang pemenang adalah orang yang berhasil memperbaiki hatinya, melalui cara-cara yang sesuai, bukan melalui pamer kebaikan. Dalam ketersembunyian, kita datang kepada Allah karena kita yakin dan percaya ia panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Dengan menekuni ketiga hal tersebut, diharapkan agar kita bisa meraih kemenangan atas diri sendiri, kemenangan untuk menguasai dan mengontrol diri sendiri. Hal yang perlu dipamerkan bukanlah kebaikan diri sendiri melainkan kebaikan Allah yang selalu memberikan kesempatan dan waktu kepada kita untuk datang kepada-Nya, karena Ia sungguh mengasihi kita menurut kasih setia-Nya, dan menghapus pelanggaran kita menurut rahmat-Nya yang besar. (Mzm 51:3).
Antifon Pembagian Abu (Bdk. Yl 2:13)
Marilah kita mengenakan karung dan menaburi kepala dengan abu. Marilah kita berpuasa dan meratap di hadapan Tuhan, karena Allah kita penuh belas kasihan; Ia akan mengampuni dosa-dosa kita.
Immutemur habitu, in cinere et cilicio: ieiunemus, et ploremus ante Dominum: quia multum misericors est dimittere peccata nostra Deus noster.
atau (Bdk. Yl. 2:17; Est 4:17)
Di balai depan dan altar para imam meratap dan berkata: Sayangilah, ya Tuhan, sayangilah umat-Mu, janganlah Engkau bungkam mulut orang yang memuji-Mu.
Iuxta vestibulum et altare plorabunt sacerdotes et levitæ ministri Domini, et dicent: Parce Domine, parce populo tuo: et ne dissipes pra calmantium ad te, Domine.
atau (Mzm 51:3)
Tuhan, hapuslah kesalahanku
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 51)
Antifon Persiapan Persembahan (Mzm 30:2-3)
Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. Tuhan, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.
Exaltabo te Domine, quoniam suscepisti me, nec delectasti inimicos meos super me: Domine clamavi ad te, et sanasti me.
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 30)
Antifon Komuni (Mzm 1:2-3)
Siapa saja yang merenungkan hukum Tuhan siang malam, akan menghasilkan buah pada waktunya.
Qui meditabitur in lege Domini die ac nocte, dabit fructum suum in tempore suo.
Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 1:1,2,3ab,3cd,4,5,6 atau Mazmur 60
Rabu Abu harus dijalani sebagai hari tobat dalam seluruh Gereja dengan pantang dan puasa. (Kongregasi Ibadat Ilahi, Perayaan Paskah dan Persiapannya, 16 Januari 1988, No. 22)
-----------



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
14 Feb 2018
St. Sirilus & St. Metodius
Kedua bersaudara ini berasal dari Tesalonika, Yunani.
Metodius dilahirkan pada 815 dan Sirilus pada 827.
Keduanya menjadi imam dan misionaris untuk bangsa Slavia:
Moravia, Bohemia, dan Bulgaria.
Pada th 862, pangeran Moravia memohon agar para misionaris diutus ke negaranya dan hendaknya berbicara dalam bahasa setempat.
Kedua bersaudara, Sirilus dan Metodius pergi kesana dan menciptakan abjad Slavia.
Mereka menerjemahkan Kitab Suci dan liturgi Gereja ke dalam bahasa Slavia.
Oleh karena jasa mereka, rakyat dapat menerima ajaran Kristiani dalam bahasa yang mereka mengerti.
Pada waktu itu, sebagian org dalam Gereja tidak setuju dengan "inkulturasi" sehingga mereka harus menghadapi banyak kritik/kecaman dan gunjingan.
Sirilus wafat pada 14 Feb 869.
Ia dimakamkan di Gereja St.Klemens Roma.
Metodius wafat pada 6 April 885.
Pada 31 Des 1980, Paus Yohanes Paulus II mengangkat mereka sebagai pelindung Eropa bersama dengan St. Benediktus.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Fido et acto - Imani dan lakukan!
Inilah yang menjadi pesan Yesus tentang "penghakiman terakhir", bahwa Yesus bukan cuma datang sebagai "Yang Baik", tapi sekaligus sebagai "Yang Adil". Ia memisahkan "kambing" dengan "domba", penghuni surga dan neraka, yang mendapatkan berkat dan yang mendapat kutuk.
Adapun 3 semangat yang bisa kita imani dan jalani secara aktual, antara lain:
1."Solidaritas":
Yesus hadir dan bersolider dengan semua orang, terlebih yang kecil lemah miskin tersingkir : "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
2."Karitas":
Kelak, kita masing-masing akan diadili dengan ukuran yang jelas, yakni berdasarkan apa yang kita lakukan terhadap sesama. Disinilah kita diajak mempunyai "karitas", kasih yang berkualitas, seperti: berbagi makanan, minuman dan pakaian, memberi tumpangan, mengunjungi orang sakit+yg ada di penjara, dll.
3."Integritas":
Yesus mengharapkan supaya kita menjadi orang yang ber-integritas, utuh-penuh dan menyeluruh, dimana iman tidak terpisah dari hidup harian, dimana iman yang diungkapkan dan dirayakan juga mesti diwujudnyatakan dengan keberpihakan dan keterlibatan yang nyata, terlebih kepada orang kecil. Sembari terus mengejawantahkan keterlibatan dan keberpihakan kepada orang kecil, hal-hal tidak baik juga seharusnya terus kita hentikan, seperti yang disebut dalam bacaan I: mencuri, berbohong, memeras/merampas, membenci, menfitnah, mengutuk, dendam, dll.
"Ci Meylan cari bahan -Siapkanlah jalan bagi Tuhan!"
B.
"Memoria passionis – Kenangan penderitaan."
Inilah salah satu pesan inti yang muncul dalam masa prapaskah yang juga menjadi salah satu inti bacaan injil hari ini bahwasannya Tuhan selalu mengenang dan mengingat segala sikap hidup kita, entah baik/buruk yang kita buat kini.
Dalam bahasa St Yohanes Maria Vianney: "Saat hidup di dunia ini adalah saat kerahiman. Saat kematian nanti adalah saat penghakiman". Artinya: selama kita hidup, Tuhan selalu memberikan kerahimanNya, berupa pengampunan dan kesempatan untuk berbenah dan berbuah dengan kepedulian yang nyata. Dan, setelah kematian, kesempatan itu tidak ada lagi karena yang ada hanyalah penghakiman. Jelasnya, pada saat itulah kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita kepada Tuhan (Mat 25:31-46).
Adapun 3 dasar iman, supaya tidak mudah lupa ber-"memoria", antara lain:
"Focus":
Kita diajak hidup dengan tujuan/fokus yang jelas, tidak mendua dan tidak setengah setengah, yakni semata-mata hidup bagi dan bersama Tuhan yang jelas-jelas bersolider dengan banyak orang kecil.
"Locus":
Dunia harian dan sesama kita, terlebih yang kecil dan miskin, yang hadir lewat tokoh papa bernama "Lazarus" ("Pertolongan Allah") adalah tempat/locus untuk beriman secara aktual, untuk menciptakan surga di tengah dunia.
"Actus":
Tuhan menghendaki agar dengan "kekayaan" kita, entah harta/talenta, kita mau berkarya nyata/actus, peka berbelarasa dan suka berpeduli pada "lazarus lazarus" di sekitar kita, menjadikan hidup devosi yang berbuah pada aksi dan keterlibatan nyata pada dunia sosial dengan sikap iman yang manusiawi. Bukankah kerap menjadi suci berarti menjadi semakin manusiawi?
"Sate Kadir ada di Cisantana -Tuhan hadir lewat banyak orang sederhana."
C.
"Adveniat regnum Tuum - Datanglah kerajaanMu."
Inilah salah satu harapan iman yang kita kenangkan bahwa Ia merajai hidup sekaligus menjadi hakim atas hidup kita dan seluruh isinya: "Mereka akan masuk ke tempat siksaan kekal tapi orang benar ke dalam hidup kekal" (Mat 25:46).
Dengan kata lain: Raja ini menjadi "hakim & gembala" yang memisahkan orang benar dari orang jahat, domba dari kambing (Mat 25:32) dengan beberapa intinya, antara lain:
Pada saat Kristus datang kembali, semua orang yang masih hidup di bumi ini dan lolos dari "masa kesengsaraan besar" masih bercampur.
Penghakiman ketika itu meliputi pemisahan orang fasik/"kambing" dari orang benar/"domba" (Mat 25:32-33; Mat 13:41)
Penghakiman akan dilandaskan pada perbuatan kasih & kebaikan terhadap mereka yang menjadi milik Kristus dan yang menderita ("yang lapar-haus-asing-telanjang-sakit-dipenjara"). Ungkapan kasih dan belas kasihan ini dianggap sebagai tindakan yang menunjukkan iman dan keselamatan sejati (Mat 25:35-46)
Orang fasik/"kambing" tidak akan diizinkan untuk memasuki KerajaanNya tapi akan langsung dicampakkan ke tempat hukuman kekal/"neraka" (Mat 25:41,46; Why 14:11)
Orang baik/"domba" akan mewarisi hidup kekal (Mat 25:46) dan Kerajaan Allah (Mat 25:34; Why 20:4) yakni "surga".
Adapun mengacu pada Nas Mat 25:41, pemberontakan Iblis melawan Allah (Mat 4:10) mengikutsertakan sepertiga dari malaikat di sorga (Why 12:4). Sebagian dari mereka sudah terbelenggu di neraka (2Pet 2:4; Yud 1:6), sedangkan yg lain masih bebas berkeliaran di bawah kekuasaan Iblis (Mat 12:24; 25:41; Ef 2:2; Why 12:7)
"Dari Tarsus ke Jayakarta - Tuhan Yesus adalah Raja kita."
D.
“Gloria Dei viviens homo - Kemuliaan Allah terpantulkan dalam kemanusiaan yang dipulihkan menuju kehidupan yang penuh”.
Inilah kata St. Ireneus yang menyadarkan kita tentang perlunya pengejawantahan iman, meng-"horisontal"-kan Kerajaan Allah. Pengejawantahan iman ini didasari ingatan iman bahwa Yesus akan datang lagi untuk menghakimi dan membawa pemisahan (Mat 25:31-46).
Peristiwa pemisahan ini terjadi setelah masa kesengsaraan besar dan kedatangan Kristus kembali ke bumi tetapi sebelum memulai memerintah bumi ini (Dan 7:9-14; Why 5:10; 19:11-20:4) dengan beberapa pokok iman, antara lain:
A) Pada saat Kristus datang, orang yang baik dan jahat, yang masih hidup dan lolos dari masa kesengsaraan besar masih bercampur.
B) Penghakiman meliputi pemisahan orang fasik dari orang benar (Mat 25:32-33; Mat 13:41).
C) Penghakiman itu akan dilandaskan pada perbuatan kasih kepada orang miskin yang menunjukkan iman dan keselamatan sejati (Mat 25:35-46).
D) Orang fasik tidak akan diizinkan untuk memasuki Kerajaan Allah, tetapi akan langsung dicampakkan ke dalam tempat hukuman kekal (Mat 25:41,46; Why 14:11).
E) Orang benar akan mewarisi hidup kekal (Mat 25:46) dan Kerajaan Allah (Mat 25:34; Why 20:4).
Nah, Yesus berkata bahwa yang menjadi dasar penghakiman adalah tanggapan nyata ketika kita melihat orang yang lapar, haus, asing, telanjang, sakitmdan dipenjara: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40).
Disinilah, Allah hadir sebagai Allah berbelarasa, yang selalu mendengar jeritan umatNya, terlebih yang miskin. Kitab Suci sendiri secara gamblang menggambarkan keberpihakan Allah terhadap kaum miskin. Yesus lahir dalam keadaan miskin dan secara terbuka mengungkapkan pembelaanNya terhadap orang miskin, bahkan menyamakan diri dengan orang miskin.
"Dari Tangerang ke Formosa - Jadilah orang yang berbelarasa"
E.
“Passio Christi, conforta me – Sengsara Kristus, kuatkanlah kami!”
Yesus yang menguatkan kita bersabda: "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh, sebab didirikan di atas wadas."
Yesus mengkontraskan antara orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas dan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir untuk menggambarkan tiap orang yang melakukan sabda-Nya dan yang tidak.
Disinilah kita diajak menjadi orang bijak yang mengenaliNya, mengalamiNya serta mengasihiNya.
Adapun tiga sikap dasar untuk menjadi orang bijak yang mempunyai pondasi kuat untuk semakin mengenaliNya, mengalamiNya serta mengasihiNya, al:
Introspeksi:
Permenungan. Kita diajak untuk memiliki waktu/ruang hening untuk merenungkan hidup, tidak hanyut pada rutinitas harian.
Internalisasi:
Pembatinan. Kita diajak untuk membatinkan dan mengendapkan apa yang menjadi kegiatan harian kita sehingga apa yang kita katakan dan laksanakan benar benar penuh dan utuh karena benar benar menjadi milik kita
Inkarnasi.
Perwujudan. Inilah dimensi iman kristiani yang membuat apa yang kita wartakan juga sekaligus kita wujudkan. Tuhan butuh bukti bukan janji, butuh tindakan nyata bujan hanya kata kata yang hampa. Iman yang kita ungkapkan dan rayakan sekaligus juga mengundang kita untuk mewujudnyatakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jelasnya, Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa-Nya merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga (Mat 7:22-27; 19:16-26; 25:31-46).
"Cari mangga di Kalisari - Ciptakan surga setiap hari."
F.
"Eternal life versus eternal punishment"
Gospel Reading: Matthew 25:31-46
"When the Son of man comes in his glory, and all the angels with him, then he will sit on his glorious throne. Before him will be gathered all the nations, and he will separate them one from another as a shepherd separates the sheep from the goats, and he will place the sheep at his right hand, but the goats at the left. Then the King will say to those at his right hand, `Come, O blessed of my Father, inherit the kingdom prepared for you from the foundation of the world; for I was hungry and you gave me food, I was thirsty and you gave me drink, I was a stranger and you welcomed me, I was naked and you clothed me, I was sick and you visited me, I was in prison and you came to me.'
Then the righteous will answer him, `Lord, when did we see you hungry and feed you, or thirsty and give you drink? And when did we see you a stranger and welcome you, or naked and clothe you? And when did we see you sick or in prison and visit you?' And the King will answer them, `Truly, I say to you, as you did it to one of the least of these my brethren, you did it to me.'
Then he will say to those at his left hand, `Depart from me, you cursed, into the eternal fire prepared for the devil and his angels; for I was hungry and you gave me no food, I was thirsty and you gave me no drink, I was a stranger and you did not welcome me, naked and you did not clothe me, sick and in prison and you did not visit me.' Then they also will answer, `Lord, when did we see you hungry or thirsty or a stranger or naked or sick or in prison, and did not minister to you?' Then he will answer them, `Truly, I say to you, as you did it not to one of the least of these, you did it not to me.' And they will go away into eternal punishment, but the righteous into eternal life."
Old Testament Reading: Leviticus 19:1-2,11-18
And the LORD said to Moses, "Say to all the congregation of the people of Israel, You shall be holy; for I the LORD your God am holy. You shall not steal, nor deal falsely, nor lie to one another. And you shall not swear by my name falsely, and so profane the name of your God: I am the LORD. You shall not oppress your neighbor or rob him. The wages of a hired servant shall not remain with you all night until the morning. You shall not curse the deaf or put a stumbling block before the blind, but you shall fear your God: I am the LORD. You shall do no injustice in judgment; you shall not be partial to the poor or defer to the great, but in righteousness shall you judge your neighbor. You shall not go up and down as a slanderer among your people, and you shall not stand forth against the life of your neighbor: I am the LORD. You shall not hate your brother in your heart, but you shall reason with your neighbor, lest you bear sin because of him. You shall not take vengeance or bear any grudge against the sons of your own people, but you shall love your neighbor as yourself: I am the LORD.

Meditation
Do you allow the love of God to rule in your heart? Augustine of Hippo (354-430 A.D.) said, "Essentially, there are two kinds of people, because there are two kinds of love. One is holy the other is selfish. One is subject to God; the other endeavors to equal Him." Jesus came not only to fulfill the law (Leviticus 19), but to transform it through his unconditional love and mercy towards us. The Lord Jesus proved his love for us by offering up his life on the cross as the atoning sacrifice for our sins. His death brings freedom and life for us - freedom from fear, selfishness, and greed - and new abundant life in the Holy Spirit who fills our hearts with the love of God (Romans 5:5). Do you allow God's love to purify your heart and transform your mind to think, act, and love others as Christ has taught through word and example?
The lesson of separating goats and sheep at the end of the day
Jesus' description of the Son of Man, a Messianic title which points to the coming of God's anointed Ruler and Judge over the earth (John 5:26-29, Daniel 7:13ff), and his parable about the separation of goats and sheep must have startled his audience. What does the separation of goats and sheep have to do with the Day of Judgement over the earth? In arid dry lands such as Palestine, goats and sheep often grazed together during the day because green pasture was sparse. At nightfall, when the shepherd brought the sheep and goats to their place of rest, he separated them into two groups. Goats by temperament are aggressive, domineering, restless, and territorial. They butt heads with their horns whenever they think someone is intruding on their space.
Goats came to symbolize evil and the expression "scape-goat" become a common expression for someone bearing blame or guilt for others. (See Leviticus 26:20-22 for a description of the ritual expulsion of a sin-bearing goat on the Day of Atonement.) Jesus took our guilt and sins upon himself and nailed them to the cross. He payed the price to set us free from sin and death. Our choice is to either follow and obey him as Lord and Savior or to be our own master and go our separate way. We cannot remain neutral or indifferent to the command of Christ. If we do not repent of our sins and obey the Gospel we cannot be disciples and inherit his kingdom. Separation is inevitable because one way leads to sin, rebellion, and death and the other way leads to faith, hope, and love that lasts forever.
Love of God frees us from inordinate love of self
The parable of the goats and sheep has a similar endpoint with the parable of the rich man who refused to give any help to the poor man Lazarus who begged daily at the rich man's doorstep (Luke 16:19-31). Although Lazarus lacked what he need, he nonetheless put his hope in God. The rich man was a lover of wealth rather than a lover of God and neighbor. When Lazarus died he was carried by the angels to Abraham's bosom to receive his reward in heaven. When the rich man died his fortunes were reversed and he was cast into the unquenchable fires of hell to receive his just desserts. The parable emphasizes the great chasm and wall of separation between the former rich man held now bound as a poor and miserable prisoner in hell and Lazarus clothed in royal garments feasting at God's banquet table in heaven.
The day of God's judgment will disclose which kind of love we chose in this present life - a holy unselfish love directed to God and to the welfare of our neighbor or a disordered selfish love that put self above God and everyone else.
When Martin of Tours (316-397 AD), a young Roman soldier who had been reluctant to embrace the Christian faith, met a poor beggar on the road who had no clothes to warm himself in the freezing cold, Martin took pity on him. He immediately got off his horse and cut his cloak in two and then gave half to the stranger. That night Martin dreamt he saw a vision of Jesus in heaven robed in a torn cloak just like the one he gave away that day to the beggar. One of the angels next to Jesus asked, "Master, why do you wear that battered cloak?" Jesus replied, "My servant Martin gave it to me." Martin's disciple and biographer Sulpicius Severus states that as a consequence of this vision "Martin flew to be baptized" to be united with Jesus and the members of his body - the body of Christ on earth and the communion of angels and saints in heaven.
Augustine of Hippo (354-430 A.D.) wrote, "Christ is at once above and below - above in Himself, below in his people. Fear Christ above, and recognize him below. Here he is poor, with and in the poor; there he is rich, with and in God. Have Christ above bestowing his bounty; recognize him here in his need" (excerpt from Sermon 123, 44).
On the day of judgment Jesus will ask "whom did you love"?
When the Lord Jesus comes again as Judge and Ruler over all, he will ask each one of us face to face - did you love me and my Father in heaven above all else and did you love your neighbor as yourself? Let us entrust our lives into the hands of the merciful Savior who gave his life for us. And let us ask him to make our faith and courage strong, our trust and hope secure, and our love and compassion overflowing with joy.
"Lord Jesus, be the Master and Ruler of my life. May your love rule in my heart that I may only think, act, and speak with charity and good will for all."

Psalm 19:8-10, 14
The precepts of the LORD are right, rejoicing the
heart; the commandment of the LORD is pure,
enlightening the eyes;
the fear of the LORD is clean, enduring for ever;
the ordinances of the LORD are true, and
righteous altogether.
More to be desired are they than gold, even much
fine gold; sweeter also than honey and
drippings of the honeycomb.
Let the words of my mouth and the meditation of
my heart be acceptable in your sight, O LORD,
my rock and my redeemer.

Daily Quote from the Early Church Fathers
"And he will separate them one from another as a shepherd separates the sheep from the goats." So then, people on earth are intermingled, and not only intermingled in that the righteous live side by side with the wicked, but they are also indistinguishable. Between the righteous and the wicked there is no apparent difference. Even as in wintertime you cannot tell the healthy trees apart from the withered trees but in beautiful springtime you can tell the difference, so too each person according to his faith and his works will be exposed. The wicked will not have any leaves or show any fruit, but the righteous will be clothed with the leaves of eternal life and adorned with the fruit of glory. In this way they will be separated by the heavenly shepherd and Lord. The earthly shepherd separates animals by their type of body, whereas Christ separates people by their type of soul. The sheep signify righteous people by reason of their gentleness, because they harm no one, and by reason of their patience, because when they are harmed by others, they bear it without resistance. He refers to sinners as goats, however, because these vices characterize goats - capriciousness toward other animals, pride and belligerence." (An anonymous early author from the Greek church, excerpt from Incomplete Work on Matthew, Homily 54, the Greek fathers)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar