"WWF - WALK WITH FRANCIS"
PAUS FRANSISKUS AKAN MERAYAKAN MISA HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS DI OSTIA PADA 3 JUNI 2018, MENGIKUTI JEJAK PAUS PAULUS VI PADA TAHUN 1968
Pada hari Minggu, 3 Juni 2018, Paus Fransiskus akan merayakan Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus di Ostia, di pinggiran kota Roma, di lapangan yang terletak di depan Paroki Santa Monika.
Tradisi dalam beberapa dasawarsa terakhir, Paus selalu merayakan Misa di katedralnya, yaitu Basilika Santo Yohanes Lateran, yang dilanjutkan dengan prosesi dari Via Merulana ke Basilika Santa Maria Maggiore.
Selama lebih dari 40 tahun, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan oleh seorang Uskup Roma di katedralnya, Basilika Santo Yohanes Lateran.
Sampai dengan tahun 1978, bersama Paus Paulus VI, Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus diadakan di berbagai daerah. Pada tahun 1968, Paus Paulus VI merayakannya di Ostia.
Sebelum Misa akan dilakukan prosesi Sakramen Mahakudus sejauh 1,2 kilometer, melalui beberapa jalan di lingkungan sekitar. Prosesi akan berakhir di area parkir di jalan Martinika dekat Paroki Bunda Maria Bonaria.
Disana, Paus Fransiskus akan memberikan berkat Ekaristi. Untuk mempersiapkan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, delapan paroki di Ostia telah menyelenggarakan sebuah Vigili Doa pada hari Rabu, 30 Mei 2018, pada pukul 21.00 di pantai kecil Idroscalo.
Sekitar 850 anak, yang baru saja menyambut Komuni Pertama mereka, akan mengambil bagian dalam Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus; mereka diminta untuk membawa alba putih. Juga akan ada 150 remaja “oratori” (pendukung), yang akan mengenakan kaos berwarna kuning mereka, dan 350 calon penerima sakramen krisma yang mengenakan kaos berwarna merah.
Enam paroki, yang termasuk dalam Keuskupan Roma, akan ikut serta : Paroki Santa Monika, Paroki Bunda Maria Bonaria, Paroki Santa Maria Ratu Perdamaian, Paroki Santa Maria Bintang Samudra, Paroki Santo Nikolas Bari dan Paroki Santo Vinsensius a Paulo, serta dua paroki pinggiran kota milik Keuskupan Ostia, paroki yang terkecil dan yang tertua di Italia : Paroki Santo Agustinus, di Stagni, dan Paroki Santa Aurea di Ostia Antica. (PS)
=====
HR. TUBUH DAN DARAH KRISTUS:
Selayang Pandang.
Secara tradisonal, pada awalnya sebutan yang tepat untuk Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah Sollemnitas Sanctissimi Corporis Christi ) yang kemudian dalam penggunaan populer digunakan frasa “Corpus Christi”.
Pada awalnya memang tidak ada kata “Darah” walaupun dalam teks Misa dan Ibadat Harian (brevir) ada rujukan mengenai kata “Darah”
Perubahan yang terjadi adalah konsekuensi perubahan terhadap Festum Sanguinis Christi (Pesta Darah Mulia).
Pesta Darah Mulia adalah salah satu Pesta “devosional” terhadap kemanusiaan Kristus. (Dalam Gereja Katolik ada tiga tingkatan hari-hari istimewa, yaitu Hari Raya/Solemnitas, Pesta/Festum, dan Peringatan/Memoraria).
Pesta ini merupakan bagian dari “Pesta-pesta Sengsara” yang diadakan di hari-hari Jumat dalam Masa Prapaska di banyak tempat.
Pesta-pesta ini dirayakan seturut penanggalan gerejawi lokal, dan pada awal abad ke-20 hanya diadakan terutama di tempat-tempat di mana (t)radisi ini berawal.
Pada 1849, Paus Pius IX menyatakan hari Minggu pertama bulan Juli sebagai Pesta Darah Mulia dan wajib dirayakan secara universal. Namun demikian beliau tidak menghapuskan hari-hari Jumat “Pesta sengsara” yang masih dipraktikan pada berbagai penanggalan gerejawi lokal.
Ketika Paus Pius X melakukan pembaruan penanggalan liturgi, Pesta Darah Mulia dipindahkan menjadi tanggal 1 Juli, dan sejalan dengan kerangka liturgis yang ditetapkan pada hari itu, maka banyak keuskupan dan ordo tidak mempraktikan lagi “Pesta-pesta Sengsara”. Namun pesta-pesta ini tetap dipertahankan seperti yang tertulis pada appendiks buku pedoman misa (missal) dengan judul “Pro Aliquibus Locis” (di banyak tempat).
Pada 1961, semua pesta-pesta sengsara termasuk Pesta Darah Mulia yang tercantum dalam appendix, dihapuskan, kecuali apabila ada permintaan dengan alasan yang masuk akal oleh ordo/kongregasi atau Keuskupan yang memiliki keterkaitan istimewa dengan pesta-pesta tersebut, misalnya kongregasi yang kemudian dikenal di Indonesia dengan nama Kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia (ADM).
Kebijakan gerejawi berubah pada masa kepemimpinan Paus Yohanes XXIII.
Beliau adalah seorang yang berdevosi pada Darah Mulia. Beliau menambahkan frasa “Terpujilah darahNya yang mahaindah” (PS No.205), mempromulgasikan (mengumumkan secara resmi) Litani Darah Mulia yang disertai dengan indulgensi, dan mempromosikan devosi terhadap Darah Mulia melalui ensiklik “Inde a Primis”.
Pada tahun 1960-an ada perubahan penanggalan liturgi Gereja universal. Diputuskan bahwa pesta-pesta devosional harus dipindahkan atau paling tidak diturunkan tingkatannya. Pesta Darah Mulia yang dirayakan pada 1 Juli juga turut dihapuskan, walaupun tidak lama setelah keputusan ini dikeluarkan, banyak petisi dari para Uskup yang meminta agar Pesta Darah Mulia tetap dilestarikan.
Namun demikian Konsili menolak petisi-petisi tersebut dan memutuskan untuk menambahkan kata “Darah” sehingga Hari Raya yang kita rayakan secara resmi hari ini dinamakan “Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus” (Sollemnitas Sanctissimi Corporis et Sanguinis Christi) atau boleh juga disebut “Corpus Sanguinisque Christi”.
Walaupun demikian, di banyak tempat, secara tradisional umat Katolik sudah telanjur terbiasa dengan penyebutan “Corpus Christi” dan kita pun saat ini tetap boleh menyebut Hari Raya ini sebagai “Corpus Christi” karena toh kita mengimani bahwa Hosti yang kita terima (apabila komuni hanya diterimakan dengan satu rupa), tidak pernah hanya Tubuh Kristus saja, melainkan sekaligus adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Kristus, pendek kata SELURUH KRISTUS YANG TELAH WAFAT DAN BANGKIT, DAN KINI BERTAKHTA DI SISI BAPA.
Hal ini sesuai juga dengan teks Kitab Suci, Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti ATAU minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadapTubuh DAN Darah Tuhan.. (1 Kor 11:27).
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS.
PAUS FRANSISKUS:
"Makanlah Tubuh yang menjadi ikatan Perjanjian, dan minumlah Darah yang telah menebus kita."
"Kristus yang hadir ditengah-tengah kita, di dalam tanda roti dan anggur, menginginkan agar kekuatan dari kasih mengatasi setiap keretakan dan di saat yang sama menjadi kesatuan dengan yang miskin, dukungan bagi yang lemah, perhatian persaudaraan kepada banyak orang yang letih dalam menanggung beban hidup sehari-hari. Dan mereka berada di dalam bahaya iman." demikian Sri Paus mengatakan di dalam Misa Kudus di dalam Hari raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini, 4 Juni 2015 di Basilika St. Yohanes Lateran. "Melalui roti dan anggur, Tubuh dan Darah Tuhan telah dikaruniakan kepada kita dan meninggalkan bagi kita 'peringatan akan pengorbananNya tentang kasih yang kekal'.
Dengan roti dan anggur ini, para Rasul memiliki apa yang penting bagi langkah mereka sepanjang sejarah dan untuk menyebarkan kepada semua orang Kerajaan Allah. Saat ini, sang Roti kehidupan juga adalah milik kita, yang dihadapanNya ketakjuban Gereja tidak pernah padam, ketakjuban yang mengenyangkan perenungan, adorasi dan ingatan kita." "Apakah arti dari terpecah dan merendahkan nilai? Kita terpecah ketika kita tidak taat kepada Firman Tuhan, ketika kita tidak hidup di dalam persaudaraan, ketika kita berlomba untuk menduduki tempat pertama, ketika kita tidak menemukan keberanian untuk bersaksi akan amal, ketika kita tidak mampu menawarkan pengharapan. Demikian kita terpecah." "Jadi, yang membuat kita tidak terpecah adalah Ekaristi, karena menyatukan kita di dalam persatuan, Ekaristi sebagai pemenuhan dari Perjanjian, tanda yang hidup dari kasih Kristus yang telah merendahkan diriNya dan ditumpaskan supaya kita tetap bersatu." "Apakah arti dari "merendahkan nilai" atau "menenggelamkan martabat Kristen kita?":
"Berarti membiarkan diri terpengaruh dari penyembahan berhala pada jaman kita: penampilan, konsumer, "Aku" sebagai pusat dari segala sesuatu; tetapi juga menjadi kompetitif, kesombongan sebagai sikap pemenang, tidak pernah harus mengakui kesalahan atau membutuhkan bantuan. Semua ini merendahkan nilai kita, menjadikan kita orang Kristen yang biasa-biasa saja, yang suam-suam kuku, yang hambar, sebagai orang-orang kafir." "Yesus telah mencurahkan darah-Nya bagi kita, untuk membersihkan kita dari dosa, oleh karena itu supaya kita tidak merendahkan nilai, marilah menatap kepadaNya, marilah minum dari sumbernya, supaya kita di hindarkan dari risiko korupsi."
"Darah Kristus - kata Paus - akan membebaskan kita dari dosa-dosa kita dan mengembalikan martabat kita. Membebaskan kita dari korupsi ": "Jadi kita belajar bahwa Ekaristi bukanlah hadiah untuk orang-orang yang baik, tapi adalah kekuatan untuk yang lemah, untuk orang-orang berdosa. Ekaristi adalah pengampunan, adalah dorongan yang membantu kita untuk pergi, untuk berjalan." Hari Raya Corpus Domini - Paus menyimpulkan - merayakan misteri Ekaristi dan itu dilakukan dengan memadahkan pujian dan bernyanyi di jalan-jalan kota, dan prosesi adalah ungkapan rasa syukur kita atas semua langkah dari Allah yang kita tempuh melalui gurun dari kemiskinan kita, untuk membuat kita keluar dari perbudakan, mengenyangkan kita dengan Kasihnya melalui Sakramen dari Tubuh dan Darah-Nya."
Pada akhir homili, Sri Paus mengajak umat beriman untuk menyatukan diri kepada semua saudara-saudari yang dianiaya oleh karena iman mereka. "Marilah bernyanyi bersama mereka, memuji bersama mereka, menyembah bersama mereka. Dan kita menghormati di dalam hati kita saudara-saudari yang telah diminta untuk mengorbankan nyawa mereka demi kesetiaan kepada Kristus: semoga darah mereka, yang disatukan dengan Darah Tuhan, menjadi jaminan perdamaian dan rekonsiliasi bagi seluruh dunia. Dan jangan lupa: supaya tidak terpecah, makanlah ikatan dari persatuan ini, supaya tidak merendahkan nilai kita, minumlah harga dari Penebusan kita".
B.
Madah Ibadat Bacaan, Pagi, Siang
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan
MADAH IBADAT BACAAN
Marilah kita memuji
Tubuh dan darah Tuhan
Yaitu santapan suci
Untuk umat beriman
Semoga tak kunjung henti
WafatNya dikenangkan
Tubuh Kristus yang mulia
Sungguh-sungguh makanan
Dan darahNya yang berharga
Sungguh-sungguh minuman
Bagi kita yang percaya
Kepada sabda Tuhan
Pada hari raya ini
Mari kita semua
Penuh hormat mengimani
Keagungan kurnia
Jaminan hidup abadi
Yang tiada taranya
Terpujilah Allah Bapa
Yang mengutus PutraNya
Untuk membebaskan kita
Dengan taat setia
Dan menghadiahkan RohNya
Yang tinggal pada kita
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Sabda yang diutus Bapa
Untuk membebaskan kita
Sudi menyerahkan diri
Sebagai santapan suci
Untuk menjadi jaminan
Yang memberi kepastian
Akan kehadiran Tuhan
Di tengah umat beriman
Semoga kita semua
Bersyukur atas kurnia
Yang membawa persatuan
Dengan sesama dan Tuhan
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra dan RohNya
Yang penuh kasih setia
Untuk selama-lamanya
Amin
BACAAN SINGKAT (Mal 1,11)
Dari timur sampai ke barat namaKu mulia di antara semua bangsa.
Di mana-mana akan dipersembahkan kurban kepadaKu, dan disampaikan persembahan suci kepada namaKu.
Sebab namaKu agung di antara semua bangsa, sabda Allah balatentara.
DOA
Tuhan Yesus, dalam sakramen ekaristi yang luhur ini Kauwariskan kepada kami peringatakan akan wafat dan kebangkitanMu.
Semoga kami menghormati misteri kudus tubuh dan darahMu sepantasnya, sehingga kami selalu dapat menikmati hasil penebusanMu.
Sebab Engkaulah pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa, dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa.
Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
Amin.
C.
Sebagai Kenangan akan Daku....!
Panis Angelicus fit panis hominum,
Dat Panis caelicus figuris terminum,
O res mirabilis!
Manducat Dominum pauper servus et humilis!
Roti malaekat menjadi roti manusia,
Roti surgawi mendapat bentuk terbatas,
Oh begitu mengagumkan!
Hamba yang miskin dan hina makan Tuannya!
Alkisah, ada seorang profesor muda sengaja mendatangi seorang romo paroki dan bermaksud menertawakan imannya. Dia mulai bertanya, “Mo, bagaimana mungkin roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus ?” Romo itu menjawab, “Tentu saja bisa. Anda sendiri mengubah makanan menjadi tubuh dan darahmu, lalu kenapa tidak bisa melakukan hal yang sama ?”
Namun, profesor itu tidak menyerah. Dia bertanya lagi, “Tapi bagaimana seluruh tubuh Kristus bisa masuk ke dalam hosti kecil itu ?” “ Sama seperti pemandangan yang luas di hadapanmu bisa masuk ke dalam mata yang kecil itu.” Jawab sang pastor.
Tapi lagi-lagi profesor itu masih belum menyerah, “Bagaimana bisa bahwa Kristus yang satu dapat hadir di semua gereja pada saat yang bersamaan ?” Romo itu lalu mengambil cermin dan memberikannya kepada profesor itu. Lalu memintanya menjatuhkan cermin itu sehingga pecah berkeping-keping. Romo itu berkata kepada sang profesor tersebut, “Anda hanya satu tapi sekarang anda bisa melihat wajahmu tercermin di dalam setiap keping cermin itu.” Cerita cukup sampai disini.
Dari penggalan cerita sederhana itu, kiranya ada beberapa hal yang dapat menjadi inspirasi kita untuk semakin tahu, paham dan akhirnya sungguh mencintai perayaan Ekaristi (eucharistein: mengucap syukur, eulogein: mengucap berkat), sebagai sumber dan puncak hidup orang beriman (Sacrosanctum Concilium 10).
Pertama, Kristus sendirilah yang hadir dalam Ekaristi. Bentuk kehadirannya secara real ada dalam wujud Hosti dan Anggur - Tubuh dan DarahNya (dikenal dengan istilah teologis, transubstantiatio).
Kedua, Praesentia Christus/kehadiran Kristus itu tidak hanya di satu tempat saja namun Dia juga hadir di lain tempat. Dengan demikian, kita ikut ambil bagian dalam perayaan iman bersama seluruh Gereja Universal. Ekaristi dengan sendirinya melambangkan dan membuahkan kesatuan (comunio) dalam Gereja.
Ketiga, Ekaristi adalah perayaan syukur mengenang kembali (anamnesis/zikkaron) misteri keselamatan Allah, yang dilakukan Kristus sekali untuk selamanya. Karya penyelamatanNya itu dirasakan pada semua orang, khususnya pada mereka yang lemah, miskin dan tersingkir. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Lewat tiga point pokok itulah, kita patut bersyukur karena lewat Ekaristi, kita semakin menyadari bahwa Allah yang kita imani adalah sungguh Allah orang hidup. Allah yang sudi datang ke dunia, dekat dan menjadi sama seperti kita, hidup dalam ruang dan waktu sejarah. Allah yang sungguh mengalami kemanusiaan dalam keilahiannya. Ia menjadi “daging”, yang pada awalnya berwujud janin yang dikandung seorang perempuan (Luk 1:31). Ia “lahir-hidup-mati” (tapi Ia yang dibunuh mati tetap hidup - baca: bangkit!).
Dalam Injil Yohanes 1:14 juga dikatakan bahwa, “Verbum caro factum est, et habitavit in nobis: Firman itu telah menjadi daging, dan diam di antara kita”. Gagasan pokoknya dipaparkan sebagai berikut: Yesus adalah firman Allah yang menjadi daging “in carne”. Dengan istilah “in carne” dinyatakan bahwa Yesus adalah sungguh manusia dengan segala kelemahan-Nya. Dalam segalanya Ia serupa dengan manusia, kecuali dalam hal dosa, karena Ia adalah Yang Kudus dari Allah (Yoh 6: 59).
Dari penggalan Injil Yohanes itu, yang juga hendak dinyatakan ialah bahwa peristiwa Yesus merupakan peristiwa keselamatan bagi manusia dan seluruh dunia: dengan kedatangan dan kematian “di dalam daging”-lah Yesus menjadi jaminan keselamatan manusia. Ia konsisten memilih jalan hidup sebagai manusia yang rapuh. Ia konsisten ‘menjadi daging’ yang dapat dimakan oleh manusia lain agar manusia dan dunia diselamatkan (bdk. Yoh 6:25-59).Dan, itulah yang terus kita kenangkan dan syukuri dalam setiap perayaan Ekaristi.
Sebuah informasi tambahan, pada Konggres Ekaristi Internasional ke-46, di Wroclaw, Polandia, Gereja mengangkat tema “Ekaristi dan Pembebasan”. Dengan tema besar itu, ingin ditegaskan bahwa perayaan Ekaristi adalah perayaan iman yang menerangkan (informing), sekaligus mencerahkan (enlightening), dan dengan demikian perayaan iman itu juga memerdekakan (liberating). Dengan kata lain, Gereja ingin menyatakan Ekaristi adalah sebuah gerakan sakramental pemberian diri-Nya sendiri sebagai makanan bagi orang banyak. Gerakan sakramental Ekaristi tersebut merupakan tanda dari hati yang solider, setia kawan satu sama lain. Solidaritas itulah yang menyadi dasar harapan bagi pembebasan semakin banyak orang.
Di sinilah persis, seperti anjuran Gereja dalam ensiklik “Ecclesiae de Eucharistia”, tak seorangpun dibolehkan meremehkan misteri agung yang dipercayakan kepada Gereja ini. Kita diajak untuk semakin menghayati Ekaristi itu sebagai suatu momentum perjumpaan dengan Kristus sekaligus momentum memperbarui semangat iman guna menyebarkan pesan keselamatan yang hadir dalam perayaan Ekaristi. Apa yang kita gulat-geliati di pasar kehidupan kita, kita persembahkan dan sucikan di altar Ekaristi. Begitu juga sebaliknya, apa yang kita kenangkan dan rayakan di altar Ekaristi, kita bawa dan hayati dalam pergulatan di pasar kehidupan kita masing-masing.
Nah, kalau ini terjadi, tepatlah perkataan kedua murid Emaus kepada Yesus, ‘Mane Nobiscum Domine-Tuhan, tinggallah bersama kami”, karena jelaslah benar bahwa Ekaristi sungguh dekat di mata pun dekat di hati dengan keseharian hidup kita. ”Perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” , 1 Korintus 11:24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar