HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 06 Juli 2018
Jumat Pertama Dalam Bulan
Kejadian (23:1-4.19; 24:1-8.62-67)
(Mzm 106:1–2.3–4a.4b–5; R:1a)
Matius (9:9-13)
“Libertas, Egalitas, Fraternitas - Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan”.
Inilah trilogi semboyan yang marak pada waktu Revolusi Perancis (1789–1799). Tiga semangat dasar inilah yang juga tampak pada bacaan hari ini ketika Yesus memanggil Matius: “Ikutlah Aku!”
Secara historis, latar belakang Matius mirip dengan Zakheus yang adalah seorang pemungut cukai. Pada masa itu pemungut cukai adalah profesi yang sangat dibenci dan dianggap sebagai pengkhianat bangsa Yahudi. Mereka dicap sebagai pengkhianat dan antek-antek penjajah karena menyetorkan pajak kepada bangsa Romawi.
Nama asli Matius sendiri sebelum panggilan Yesus datang kepadanya adalah Lewi. Bisa dipastikan, Lewi ini adalah seorang yang kaya dalam hal harta, selain karena profesinya sebagai pemungut cukai, juga disiratkan oleh Alkitab bahwa dia juga mengadakan jamuan makan bersama untuk Yesus dan rekan-rekan seprofesinya.
Ketika kemudian menjadi salah satu di antara 12 rasul, Lewi lebih dikenal dengan nama Matius, yang dalam bahasa Yunani berarti “anugerah/hadiah dari Allah”.
Adapun tiga sikap dasar supaya kita juga bisa belajar menjadi “anugerah/hadiah dari Allah”, al:
1. Libertas:
Yesus bebas menyapa setiap orang. Ia bergaul dan bersahabat bukan hanya dengan orang-orang yang sudah dikenal baik, tapi dengan para pendosa dan pemungut cukai.
Hatinya bebas dan merdeka karena penuh dengan cinta kasih dan keterbukaan. Ia tidak suka memberikan cap atau stigma negatif alias ”meng-eks-komunikasikan”: mengasingkan orang lain”. Padahal kalau mau jujur, pendirian/sikap yang suka meng-ekskomunikasikan yang lain malahan membuat kita "ter-ekskomunikasi" dari yang lain, terasing dari dunia dimana kita nyata nyata berada secara lebih luas.
Di lain segi, hati Matius juga merdeka sehingga ia peka mendengarkan sapaan Tuhan. Baginya: “Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar atau tidak, ia mencari Tuhan.” Bukankah mendengarkan adalah cara kita untuk mencintai dan mencari kebenaranNya? Sederhana tapi tidak sesederhana itu karena kita lebih mudah besar mulut dibanding lebar telinga bukan?
Disinilah menjadi jelas bahwa iman dan akal, hati dan budi, roh jahat dan roh baik selalu bertanding dan bersanding, sehingga mutlak diperlukan sikap kemerdekaan sebagai anak-anak Allah yang sejati: “live without pretending, love without depending”
2. Egalitas:
Yesus menyapa dan memanggil semua orang. Ia tidak hanya menyapa Nikodemus yang pintar atau Zakheus yang kaya atau Magdalena yang menarik. Ia juga menyapa Matius yang berdosa karena bekerja sebagai pemungut cukai, bahkan Ia berkenan untuk diundang makan bersama Matius dan para pendosa yang lainnya.
Karena itulah juga, Matius juga mengajak semua temannya yang kebanyakan para pemungut cuka dan pendosa untuk makan bersama di meja perjamuan yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, semua diajak makan dalam suasana kebersamaan yang setara.
Bukankah kita tidak akan pernah menang jika kita tidak pernah memulai bukan? Dan Yesus bersama Matius telah menunjukkan jalan sederhananya kepada kita.
3. Fraternitas:
Idealnya:
Hidup diperkuat oleh banyak persahabatan – Life is to be fortified by many friendships!
Realnya:
Kita hidup di bawah langit yang sama tapi kita tidak selalu memiliki horizon yang sama. Kita menghirup udara yang sama tapi kita kadang sulit untuk bersa"udara".
Lihatlah figur orang Farisi yang ahli agama dan kitab suci! Mereka malahan penuh pikiran negatif dan cenderung “semper accusat – selalu menuduh”: asyik bicara tentang DIA, tapi tak pernah bicara dengan DIA!
Inilah yang juga yang kadang kita perbuat bukan, bahkan kepada saudara seiman sendiri ketika hati penuh dengki dan keiri hatian, gosipan dan pergunjingan, ketika diri menjadi “enak - egois, narsis, autis dan kritik sinis”.
Disinilah kita perlu persaudaraan yang penuh kasih dan ketulusan karena kasih dan ketulusan mempunyai persamaan, keduanya sama sama bisa memperkaya jiwa dan mencerahkan hati.Bukankah juga menjadi jelas bahwa ukuran integritas persaudaraan sejati adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata dan pastinya terurai berai dalam perbuatan kasih yang nyata?
Sst, dalam Injil sering dinyatakan bahwa Yesus mengetahui pikiran dan hati orang (Mat 9:4; 12:25; Luk 5:22; 11:17 dsb). Bagaimana dengan hatimu? Adakah libertas, egalitas dan fraternitas?
Jangan lupa, kita adalah "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace)
“Cari galah cari paku - Mari ikutilah Aku”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Vaya con Dios - Pergilah bersama Tuhan!"
Bersamaan dengan kisah panggilan Matius yang diwartakan hari ini, kitapun diajak untuk selalu "pergi" bersama Tuhan.
Mengacu pada bingkai biblis, orang-orang yang "pergi" bersamaNya, yang dipanggil dan dipilihNya bukanlah selalu orang sempurna tapi malahan orang yang lemah-rapuh dan berdosa: Yunus yang pengecut (Yun 1:1-17); Daud yang menghamili Batsyeba (2 Sam 2-27); Petrus yang menyangkal (Mat 26:31-35.65-75) dll.
Matius alias Lewi yang dikisahkan dalam Injil hari ini, profesinya adalah pemungut cukai (pegawai pajak: "Perintah Allah Jangan Anda Kacaukan").
Bisa jadi, ia adalah anak buah Zakheus yang dianggap "kotor" oleh masyarakat Yahudi karena di-cap pengkhianat dan pemeras rakyat.
Satu yang pasti, Tuhan tidak memilih orang yang sempurna tapi orang yang sederhana karena jelaslah bahwa menjadi suci itu sebenarnya berarti menjadi lebih manusiawi, punya rasa perasaan insani yang disadaridan disyukuri, mengacu pada 3 kalimatNya yang bisa kita ingat hari ini, antara lain:
A."Ikutlah Aku":
Tuhan hadir sebagai pihak yang berinisiatif lebih dulu dalam menyapa hati kita di tengah segala kesibukan dan kerja harian dan pastinya Ia menanti tanggapan positif kita.
B."Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang sakit":
Ia menerima orang yang "sakit"berdosa dan menolak orang yang "merasa sehat/suci", karena jelaslah Gereja sebenarnya bukan hanya museum para kudus tapi juga rumah sakit buat para pendosa. Ia ingin kita menjadi orang yang rendah hati mengakui diri sebagai "pendosa yang dicintai Tuhan".
C."Yang Kukehendaki bukan persembahan tapi belaskasihan":
Ia mengajak kita untuk tidak berhenti pada iman yang dirayakan/diungkapkan di atas "altar" saja (dengan pelbagai pesta liturgi) tapi yang sekaligus juga harus diwujudnyatakan lewat hidup harian di tengah "pasar" kehidupan kita lewat pelbagai karya nyata yang tulus dan penuh cinta, karena jelaslah iman kita tidak berjalan di atas awan, tapi iman yang membuat hidup kita bisa lebih pantas dan berkualitas.
"Ikan louhan ikan pari - Ikutilah Tuhan setiap hari."
B.
Kutipan Teks Misa:
Gereja adalah tempat pertemuan dengan Putra Allah yang hidup dan karenanya menjadi tempat pertemuan di antara kita.
Biarlah rahmat Tuhan meraja lewat Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, Tuhan satu-satunya --- St. Agustinus
Antifon Pembuka (Mzm 106:1)
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahapenyayang, Engkau membuka pintu Kerajaan Surga bagi para pemungut cukai dan orang berdosa. Kami mohon dengan rendah hati, semoga kami mengakui, bahwa hanya rahmat-Mulah yang mampu menghidupi kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, dan Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Demi kesetiaannya kepada Allah, Abraham meminta untuk menjaga kemurnian perkawinan dalam keluarganya. Abraham ingin agar keluarganya tunduk kepada Allah.
Bacaan dari Kitab Kejadian (23:1-4.19; 24:1-8.62-67)
"Ishak mencintai Ribka, sehingga ia terhibur atas kematian ibunya."
Sara, isteri Abraham, hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya. Kemudian Sara meninggal di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan. Lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan jenazah isterinya, lalu berkata-kata kepada orang-orang Het, "Aku ini orang asing dan pendatang di antaramu. Berikanlah kiranya kepadaku sebuah kuburan di tanahmu ini, supaya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang telah meninggal." Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua di ladang Makhpela, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan. Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati Tuhan dalam segala hal. Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua, yang diberi kuasa atas segala miliknya, katanya, "Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu. Demi Tuhan, Allah yang empunya langit maupun bumi, janganlah engkau mengambil seorang isteri bagi anakku dari antara wanita negeri Kanaan tempat aku tinggal ini. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku, kepada sanak saudaraku, untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku." Lalu berkatalah hamba itu kepadanya, "Mungkin wanita itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini? Haruskah aku membawa anakmu ke negeri asal Tuanku itu? Abraham lalu berkata, "Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana! Tuhan, Allah yang empunya langit, telah memanggil aku dari rumah ayahku dan dari negeri sanak saudaraku. Ia telah bersabda dan bersumpah kepadaku, 'Negeri ini akan Kuberikan kepada keturunanmu.' Dialah yang akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku. Tetapi jika wanita itu tidak mau mengikuti engkau, maka bebaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini. Hanya saja, janganlah anakku kaubawa kembali ke sana." Beberapa waktu kemudian Ishak datang dari arah sumur Lakhai-Roi; ia tinggal di tanah Negeb. Menjelang senja Ishak keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangannya dan melihat ada unta-unta datang mendekat. Itulah hamba Abraham yang kembali dari negeri tuannya dan membawa serta Ribka, calon isteri Ishak. Ribka juga melayangkan pandangannya dan melihat Ishak. Segera Ribka turun dari untanya dan bertanya kepada hamba Abraham, "Siapakah orang yang berjalan di padang menuju kita itu?" Jawab hamba itu, "Dialah tuanku." Lalu Ribka mengenakan telekungnya dan menyelubungi diri. Kemudian hamba itu menceriterakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Maka Ishak mengantar Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintai Ribka, sehingga ia terhibur atas kematian ibunya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 2/4, PS 831
Ref. Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia!
Ayat. (Mzm 106:1–2.3–4a.4b–5; R:1a)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
2. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat.
3. Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang dari pada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu.
Warta keselamatan Yesus ditujukan kepada setiap orang, terutama kepada mereka yang belum berada dalam jalur kebenaran. Dengan ini, Yesus menunjukkan keterbukaan-Nya atas perubahan dan pertobatan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:9-13)
"Bukan orang sehat yang memerlukan dokter; Aku menginginkan kasih sayang, bukan persembahan."
Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Hati Yesus yang Mahakudus sebagai perapian cinta kasih yang bernyala-nyala adalah lambang dan ungkapan nyata dari kasih abadi Allah ---- Paus Paulus VI
Antifon Komuni (Mzm 106:3)
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang setiap saat melakukan keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar