Ads 468x60px

Sabtu, 02 Maret 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 02 Maret 2019
Hari Biasa Pekan VII
Sirakh (17:1-15)
(Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
Markus (10:13-16)
“Deus lucet omnibus - Tuhan menyinari semua orang.”
Inilah sebuah tanda bahwa Tuhan yang rahim sungguh mencintai semua umatnya, terlebih yang kecil dan sederhana, yang tampak jelas lewat kehadiran anak-anak kecil yang berpola “TTS - Tulus Terbuka dan Sederhana.” Anak (“children”) sendiri tentulah berbeda dengan sikap yang kekanak-kanakan (“childish”).
Dalam buku saya, “XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), anak yang tidak kekanak-kanakan bisa berarti “anugerah ter-enak”.
Mengapa anugerah ter-enak?
Saya mengamati kerap anak menjadi jembatan iman buat orangtuanya untuk mau dibaptis dan tertarik memeluk agama Katolik, membuat orangtuanya memutuskan untuk tidak jadi bercerai dan mementingkan ego-nya sendiri, membuat orangtuanya lebih mawas diri dan bersabar ketika ada konflik dengan pasangan atau dengan tempat kerjanya.
Jelaslah, anak-anak sungguh-sungguh hadir sebagai anugerah terenak dalam sebuah keluarga: Ia menjadi pembawa damai, pembawa semangat hidup dan pertobatan, sekaligus menjadi seperti pelumas dan pelemas konflik, yang kadang terjadi dalam sebuah keluarga.
Dkl: anak jelas-jelas adalah dari surga. Ia merupakan kombinasi baru dari dua kehidupan, seyogyanya (as it should be) kombinasi yang menghasilkan ‘produk’ yang lebih baik. Dalam diri seorang anak, hidup dan tumbuh karakter ayah dan ibunya sekaligus. Anak adalah kombinasi terbaik dari sifat-sifat (gen) terbaik ayah dan ibunya.
Anak juga adalah penghuni masa depan. Sebab itu amat penting melakukan perlindungan anak tanpa harus menciptakan belenggu, aturan, dan ikatan-ikatan yang mengganggu kesuburan kreativitasnya: “Anakmu adalah putra-putri Sang Hidup, lewat engkau mereka lahir tapi tidak dari engkau.”
Adapun tiga sikap dasar seorang anak yang bisa kita ingat dan buat dalam hidup sehari-hari, yakni:
1. Keterbukaan:
Dulu, Kaisar Barbarosa (Kaisar Jerman: Friedrich, si janggut merah, 1152-1190) pernah bermaklumat agar setelah lahir, para bayi langsung dirawat oleh para perawat. Instruksi mutlaknya: Bayi-bayi itu harus “diasingkan” agar jangan sampai mendengar suara atau bahasa manusia. Kaisar berharap agar para bayi berbincang dengan bahasa ilahi, bahasa yang seasli-aslinya: “yang asli lengket di hati,” mungkin begitu gumamnya dulu. Perkiraan kaisar, bahasa yang akan muncul dari para bayi itu datang langsung dari ilham Tuhan sendiri. Survey membuktikan:…..”gatot” alias gagal total! Bayi-bayi itu malahan berbicara tak keruan, bahkan ada yang sakit.
Jelaslah bahwa setiap anak itu polos, terbuka dan tidak punya banyak kepentingan yang tersembunyi (hidden agenda). Hatinya tulus dan tuturnya halus. Bahkan, kalau sudah merasa kenal dan nyaman, ia senang memeluk dan dipeluk: Tangan dan hatinya mudah terbuka bagi tangan dan hati yang lain.
Tapi sebaliknya, akibat ketertutupan banyak orang dewasa yang kekanak-kanakan, banyak anak yang terbuka dan yang polos serta tulus ini menjadi terlantar, miskin, cacat, rapuh, sakit, dan tak jelas asalnya. Seperti tulisan harian Anne Frank, seorang anak gadis Yahudi, korban holocaust Nazi diantara 1.500.000 anak lainnya: “Suatu hari, perang gila ini kan usai, waktunya akan tiba bagi kami tuk menjadi manusia kembali.”
Karena ketertutupan hati inilah, banyak anak-anak di sekitar kita yang ada dalam ketidakpastian dan penantian. Mereka terpisah dari afeksi pun harta benda. Terpinggir oleh ganasnya arus modern. Terceraikan dari kerabat dan sahabat. Tersingkirkan dari orangtua. Mereka saling merindukan, saling ingin menghadirkan dan menghibur.
2. Kepasrahan:
Banyak anak yang “berpasrah” karena memang membutuhkan kehadiran orangtuanya yang diyakini sangat mengasihinya. Selain memang karena mereka belum matang secara fisik dan psikis, lebih daripada itu mereka adalah orang yang mudah percaya dan berserah kepada banyak orang karena sikapnya yang jujur dan apa adanya.
Disinilah, mereka mengajak kita juga belajar memiliki kepasrahan sekaligus keyakinan total kepada Tuhan yang sangat mengasihi kita. Masalahnya,kita kadang malahan memiliki banyak keterikatan dan kelekatan pada hal-hal yang duniawi sehingga enggan untuk bisa benar-benar berpasrah.
Kita mudah curiga dan berpikir buruk tentang orang lain, bahkan kadang kita meragukan belas kasihan dan cinta Tuhan., padahal amat dicintai seseorang itu bisa memberi kita kekuatan dan amat mencintai seseorang memberi kita keberanian, dan bisa jadi seseorang itu adalah Tuhan kita sendiri bukan?
3. Kekudusan:
Saya sendiri meyakini bahwa wajah dan hati anak adalah wajah dan hati tanpa dosa. Setiap anak lahir dalam keadaan suci (fitrah), maka wajarlah Yesus juga berujar hari ini: “Biarlah anak-anak datang padaKu. Barangsiapa tidak bisa menjadi seperti anak-anak, tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan surga.”
Yah, mereka adalah anak yang diperkenankan bertingkah polah nakal tanpa harus dihukum: Mulutnya bersih dan manis, kadang ceriwis. Bening dan klasik garis wajah manjanya. Matanya cerdas seperti burung gelatik zaman Adam Hawa. Segar canda tawanya, pecicilan dan lincah penuh improve. Inilah gambaran tentang anak kecil yang kudus, yang belum banyak tercemar.
Ya, bukankah banyak orang yang senang melihat anak-anak kecil karena matanya yang jernih dan kata-katanya yang lembut? Wajarlah jika ada orangtua yang mengatakan kepada anak-anaknya: "You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey...."
“Mari berenang di dekat sawah –Kita senang jadi anak-anaknya Allah.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
“Bersukacitalah senantiasa, karena sukacita adalah jalan untuk berkembang dalam kebajikan.” (St Filipus Neri)
Liturgi bukanlah kenangan akan peristiwa masa lampau, tetapi kehadiran Misteri Paskah Kristus yang hidup, yang melampaui dan menyatukan semua waktu dan ruang. Bila sentralitas Kristus tidak muncul dalam perayaan, maka ia bukan liturgi Kristen, yang bergantung secara total kepada Tuhan dan ditopang oleh kehadiran kreatif-Nya. Allah bertindak melalui Kristus dan kita hanya bisa bertindak melalui Dia dan dalam Dia. Setiap hari keyakinan tersebut harus bertumbuh dalam diri kita, bahwa liturgi bukan “tindakan” saya dan kita, tetapi karya Allah di dalam dan bersama kita. (Paus Benediktus XVI, Audiensi Umum 3 Oktober 2012)
Antifon Pembuka (Mzm 103:13)
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang takwa.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, kami Kautempatkan di dunia ini, agar menjaga, menguasai, dan menyempurnakan dunia. Semoga kami selalu Kaulindungi terhadap kelaliman dan kejahatan. Bukalah mata hati dan budi kami, agar dapat melihat penderitaan sesama, supaya Engkau merajai hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (17:1-15)
Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana pula ia akan dikembalikan. Manusia dianugerahi Tuhan sejumlah hari dan jangka waktu, dan diberi-Nya kuasa atas segala sesuatu di bumi. Ia dilengkapi kekuatan yang serupa dengan kekuatan Allah sendiri, dan dijadikan Allah menurut gambar-Nya sendiri. Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menanam rasa takut terhadap manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas. Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir. Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat. Tuhan memasukkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan karya Tuhan. Maka manusia harus memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan karya-Nya yang agung. Tuhan masih menambahkan pengetahuan lagi dengan memberi manusia hukum kehidupan menjadi milik pusaka. Perjanjian kekal diikat-Nya dengan mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan kepada mereka. Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka. Tuhan berkata kepada mereka, “Jauhilah setiap kelaliman.” Dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya. Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang yang takwa kepada-Nya.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
1. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa. Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat, Dia sadar bahwa kita ini debu.
2. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput; seperti bunga di padang demikianlah ia berkembang. Apabila angin melintasinya, maka lenyaplah ia, dan tempatnya pun tidak diketahui lagi.
3. Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya; sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya atas anak cucu mereka, asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:13-16)
Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka. Tetapi, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku! Jangan menghalang-halangi mereka! Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu, "Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan ke atas mereka, dan memberkati mereka.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Orang-orang yang dengan hati tulus datang kepada Yesus tidak akan pernah Dia tolak. Orang yang hatinya tulus dan bersahaja, seperti anak-anak, selalu terbuka pada Sabda dan mau melakukannya. Bila kita bisa mengerti karakter anak kecil dalam menyikapi kehidupan ini, maka kita bisa sangat mengerti kata-kata Yesus ini, bahwa bila kita tidak menyambut Kerajaan Allah, seperti anak kecil, yang antusias, riang gembira dan sederhana maka tidak akan masuk ke dalamnya. Karena apa? Orang yang selalu lesu, pesimis, sulit untuk menemukan ‘kehadiran’ Allah dalam hidupya. Bila kita menjalani hidup tanpa antusiasme, maka bisa dibayangkan hidup kita akan terasa ‘garing’ monoton, lewat begitu saja. Hampa dan tidak berbuah apa-apa.
Dalam setiap kehidupan sangat dibutuhkan sikap semangat dan antusias. Kedua sikap ini akan membawa kita kepada semangat seorang anak, yang selalu mau belajar dan gembira. Buah-buah kehidupan yang segar, baik dan berguna bagi sesama kita dihasilkan dari jiwa yang selalu segar dan semangat dalam menyikapi kehidupan ini, apapun yang terjadi.
Antifon Komuni (Mrk 10:16)
Barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk kedalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar