Ads 468x60px

Kamis, 16 Februari 2017

Pekan Biasa VI
Kej. 9:1-13; Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23; Mrk. 8:27-33.

"Vade retro satana - Enyahlah engkau iblis!"
Inilah hardikan Yesus kepada Petrus: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk 8,33)
Dalam diri Petrus ada dua kekuatan atau kuasa yang bekerja sekaligus, yakni kuasa Allah dan iblis.

Dengan kuasa Allah, ia dapat berkata dan berwarta dengan benar bahwa Yesus adalah Mesias. Namun, tidak lama berselang, iblis dalam dirinya membelokkan pemahaman dan pemaknaan yang ia miliki tentang jati diri Mesias. Ia memikirkan Mesias yang berjaya, bukan Mesias yang menderita sengsara. Apa yang ia pikirkan ini tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Allah. Dengan kata lain, iblis yang menguasai Petrus menjadikan dirinya berpikir, berkata dan bertindak secara tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Bicara soal iblis, menurut St. Ignatius, ada 3 karakter dasar iblis (LR 313-327): seperti perempuan/pintar merayu, seperti pria playboy/pintar berpura-pura dan seperti panglima/pintar mencari titik lemah.

Secara sederhana, iblis/setan ini juga kerap hadir di kitab suci sebagai "serigala" yang rakus, "ular" yang licik dan "naga" yang pemarah. Dengan kata lain: Jika kita mudah rakus-licik dan marah, kita membuat iblis lahir di hati dan hidup kita.

Adapun Yesus yang diakui Petrus sebagai "Mesias" ("yang terurapi"), yang selalu hadir untuk mengenyahkan iblis mengatakan bahwa sebelum mengalami pemuliaan dan kebangkitan, Ia harus menanggung banyak penyaliban dan kesakitan, antara lain: ditolak dan dibunuh oleh para tua, imam kepala dan ahli Taurat.

Nah, sebenarnya kitapun juga diajak untuk selalu mengenyahkan iblis dengan berani mengikuti 4 jalan iman seperti yang saya dapatkan ketika memberi sesion untuk para suster rubiah Claris di Singkawang, antara lain:

1."Lihat salibNya": 
Kita diajak untuk selalu mengarahkan mata dan hati kepada misteri Tuhan yang tersalib.

2."Pegang salibNya": 
Kita diajak untuk dekat-erat dan bersahabat dengan salibNya, berani memegang dan mengarahkan tangan kita kepada tanganNya, pergulatan salib kita kepada salibNya.

3."Pikul salibNya":
Kita diajak u/rela memikul aneka salib dengan ringan dan terbuka, dengan sabar dan tegar karena kita boleh ikut sedikit merasakan apa yang dulu dialamiNya.

4."Bawa salibNya": 
Kita diajak untuk selalu berani membawa salibNya dalam segala gerak-polah, doa karya dan pergulatan harian kita karena didasari keyakinan ala Camara, "Tuhan bila salib menimpa kami maka hancurlah kami tapi bila Engkau yang datang bersama salib - Engkaulah yang setia memeluk kami."

"Bunga tulip banyak di Belanda - Bersama salib kita bersih dari aneka noda."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar