Ads 468x60px

Senin, 30 Oktober 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 30 Oktober 2017
Hari Biasa Pekan XXX
Roma (8:12-17)
(Mzm 68:2.4.6-7ab.20-21)
Lukas (13:10-17)
"Salvator Mundi - Penyelamat Dunia."
Inilah salah satu gelar untuk Yesus yang selalu hadir untuk membawa keselamatan, "shalom" bagi semua orang.
Mengacu pada Injil hari ini, kita melihat seorang perempuan yang 18 tahun dirasuki roh jahat. Ia menjalani rentang waktu yang panjang tersebut dengan penuh penderitaan karena dirasuki roh sehingga sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.
Hal inilah yang membuat Yesus menyelamatkannya dengan tiga langkah, antara lain:
1. Tegak.
Ia hadir dengan opsi yang jelas yakni menghadirkan Kerajaan Allah, prinsipnya jelas "salus animarum suprema lex-hukum yang terutama itu adalah keselamatan jiwa."
2. Tergerak.
HatiNya tersentuh melihat derita orang lain. Ia tidak cuek tapi mudah ber-belaskasihan/ber-empati pada banyak orang yang berkekurangan.
3. Bergerak.
Inilah Gerakan Yesus: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah.” Ia bukan hanya menjadi teacher/guru atau prayer/pendoa tapi Ia juga menjadi healer/penyembuh.
Ia bergerak dan bekerja menolong orang lain dan membebaskannya dari segala bentuk derita. Ia melakukannya dengan tindakan dan kerja nyata, tanpa banyak teori basa basi karna gerakannya adalah gerakan hati nurani, tulus-lurus dan kudus.
Paus Fransiskus sendiri selalu mengajak kita untuk menjadikan Gereja sebagai "rumah sakit di medan perang", yakni menjadi "tempat" bagi semua orang yang "sakit" karena arus dunia sekarang ini.
Bagaimana dengan hidup kita dan gereja kita sendiri? Sudahkah kita menjadi "salvator mundi", penyelamat penyelamat dunia, yang siap tegak-tergerak dan bergerak di tengah banyak penderitaan sesama secara nyata?
“Makan jamu di rumah pak Johan - Syukur kepadaMu ya Tuhan."
"Makan soto babat bareng dealer Xenia - Mari terlibat di tengah dunia!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
“Karena Kristus sendiri telah berkata, “Inilah Tubuh-Ku” siapa yang berani meragukan hal ini bahwa itu adalah Tubuh-Nya?” – St. Sirilus dari Yerusalem
Antifon Pembuka (Rm 8:16-17)
Roh Allah memberi kesaksian kepada roh kita, bahwa kita ini anak-anak Allah. Kalau anak, berarti juga ahli waris, yakni ahli waris Allah bersama Kristus.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami yang mahabaik, berkenanlah mengutus Roh-Mu mendatangi kami dan jadikanlah kami putra dan putri-Mu, yang tinggal di dunia ini dengan bebas serta penuh rasa syukur. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:12-17)
"Kalian telah menerima Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, "Abba, ya Bapa".
Saudara-saudara, kita ini orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab jika kalian hidup menurut daging, kalian akan mati. Tetapi jika oleh Roh kalian mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, maka kalian akan hidup. Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kalian menerima bukan roh perbudakan yang membuat kalian menjadi takut lagi, melainkan Roh yang menjadikan kalian anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ‘Abba, ya Bapa’. Roh itu memberi kesaksian bersama-sama roh kita bahwa kita ini anak Allah. Dan kalau kita ini anak, berarti juga ahliwaris, yakni ahliwaris Allah, sama seperti Kristus. Artinya jika kita menderita bersama dengan Dia, kita juga akan dipermuliakan bersama dengan Dia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan.
Ayat. (Mzm 68:2.4.6-7ab.20-21)
1. Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.
2. Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.
3. Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung beban kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan, Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 17:17b.a)
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut
Lukas (13:10-17)
"Bukankah wanita keturunan Abraham ini harus dilepaskan dari ikatannya sekalipun pada hari sabat?"
Pada suatu hari Sabat Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat. Di situ ada seorang wanita yang telah delapan belas tahun dirasuk roh. Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat wanita itu dipanggil-Nyalah dia. Lalu Yesus berkata, “Hai Ibu, penyakitmu telah sembuh.” Kemudian wanita itu ditumpangi-Nya tangan, dan seketika itu juga ia berdiri tegak dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat itu gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Lalu ia berkata kepada orang banyak, “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, “Hai orang-orang munafik, bukankah kalian semua melepaskan lembu dan keledaimu pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum? Nah, wanita ini sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis. Bukankah dia harus dilepaskan dari ikatannya itu karena dia keturunan Abraham?” Waktu Yesus berbicara demikian, semua lawan-Nya merasa malu, sedangkan orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (Mzm 68:20-21)
Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung beban kita, Allah adalah keselamatan kita. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan.

Minggu, 29 Oktober 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 29 Oktober 2017
Hari Minggu Biasa XXX
Keluaran (22:21-27)
(Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)
(1Tes 1:5c-10)
Matius (22:34-40)
“Si vis amari, ama - Jika ingin dicintai, cintailah!”
Itulah kutipan dari karya Publilius Syrus yang juga saya tulis pada buku “Carpe Diem” (RJK, Kanisius) dan merupakan pesan pokok hari ini.
Ya, Yesus sang KASIH menegaskan bahwa esensi semua hukum terbagi menjadi dua matra besar, yakni relasi dengan Allah/dimensi vertikal serta relasi dengan sesama/dimensi horisontal: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati-jiwa-akal budi dan kekuatan" serta “Kasihilah sesamamu seperti dirimu”.
Adapun 3 ciri dasarnya, antara lain:
1. "Caritas adalah dasarnya":
Kasih untuk Tuhan dan kasih untuk sesama berarti “ngasih”, mau memberi karena kasih juga bisa berarti “Ketika Allah Selalu Ingin Hadir”? Ya karena percaya bahwa Allah telah mengasihi kita, maka juga diajak untuk selalu menghadirkan Allah dengan hidup ber-nada dasar C, "Cintakasih". Yang pasti, bisa saja kita memberi tanpa mencintai tapi mustahil kita mencintai tanpa memberi bukan?
2. "Totalitas adalah semangatnya":
Kasih itu harus segenap hati (pusat rasa), segenap jiwa (pusat kehendak), segenap akal budi (pusat pemikiran) dan segenap kekuatan (pusat tindakan). Kasih adalah kasih yang utuh menggumpal bukan yang abal-abal, kasih yang tulus bukan yang penuh akal bulus, kasih yang sepenuh hati bukan yang setengah hati, kasih yang asli bukan yang basa-basi karena kasih itu bisa dirasakan hati-diresapkan jiwa-dipikirkan akal budi dan diwartakan dalam tindakan nyata lewat karya yang murah hati, ucapan yang memberkati dan doa yang semakin sepenuh hati.
3. "Vitalitas adalah buahnya":
"Dimana ada kasih disitu ada kehidupan - where there is love there is life". Ya, kasih itu jelas menghidupkan. Ia tegas memberi kehangatan laksana matahari setelah hujan. Ia membuat kita “vital” (hidup) karena hidup tanpa kasih ibarat pohon tanpa bunga. Dengan tindakan kasih, hidup kita semakin bernilai, “losta masta - bikin hidup lebih hidup”, menjadi "giver" dan bukan "taker".
Yang pasti, dialog kasih Yesus dan ahli Taurat hari ini memperlihatkan bahwa mereka akrab dan tahu banyak tentang isi kitab suci dan hukum agama. Tapi, ada hal yang lebih penting daripada sekedar tahu yaitu pelaksanaannya. Mari kita laksanakan kasih itu. Human change by acting on it!
“Cari pita di Balik Papan - Wartakanlah cinta dalam kehidupan.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Deus caritas est - Allah adalah kasih!”
Inilah ensiklik kepausan dari Paus Emeritus Benediktus XVI yang kembali mengggema di hati ketika Yesus bersabda: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:30).
Hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan rupanya merangkum seluruh diri kita. Dengan kata lain: kasih mengandaikan totalitas, sebuah sikap yang utuh penuh-menyeluruh dan tidak mudah luruh.
Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan, karena dalam kenyataannya kasih kepada Tuhan mungkin menjadi nomer ke- sekian dalam hidup kita, bukan? Arus modernitas: materi dan teknologi menyebabkan kita lebih menyembah dan mencintai hal-hal indrawi daripada Tuhan yang ilahi.
Lebih lanjut, kasih yang penuh dan utuh itu ternyata tidak hanya berpola vertikal tapi mesti berpola "salib" (vertikal+horisontal).
Artinya?
Kasih kepada sesama merupakan wujud nyata dari kasih kita kepada Allah dalam hidup kita: “Dan hukum yang kedua ialah: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri'" (Markus 12:30-31).
Itu berarti kita tidak bisa mengasihi Tuhan (yang tidak kelihatan), jika tidak mengasihi saudara/orang-orang di sekitar (yang kelihatan). Sepanjang hidupnya, Yesus menampakkan kasihNya kepada Allah dengan pelbagai tindakan kasihNya yang nyata terhadap sesama, bukan?
Akhirnya, jadikanlah kasih sebagai jantung dalam hidup kita. Jantung yang dapat membuat hidup kita lebih hidup. Kasih ilahi dan kasih insani akan membuat hidup kita menjadi lebih damai, karena dengan menghadirkan dan membagikan kasih, tidak ada lagi pintu yang terbuka bagi masuknya dendam dan kebencian karena kasih sejatinya adalah jalan masuk untuk hidup bersama Allah, "sebab Allah adalah kasih" (Yoh 4, 8.16).
"Ada selasih ada di Pasar Turi - Andalkan kasih setiap hari."
B.
“Amoris Laetitia – Cinta yang penuh sukacita
Itu sebabnya Yesus mewartakan bahwa kita mesti memiliki "KTP" antara lain:
A.K: Karitas:
Perintah utama adl “karitas" (kasih): "Kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu. Inilah kasih yg berpola salib, vertikal dan horisontal.
B.T: Totalitas:
Kasih itu mesti total, dg segenap hati-segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan.
C.P: Prioritas:
Kita diajak mengutamakan Tuhan 100 % krn inilah landasan dan ringkasan dari keseluruhan hukum dan perintah Allah.
Adapun pertanyaan mengenai hukum terutama ini diajukan oleh seorang ahli Taurat, dimana jawaban Yesus tdk mengacu kpd tradisi para ahli Taurat tp kepada hukum tertulis (Ul 6:4,5).
Hukum yang kedua juga dikutip dari Imamat 19:18, dimana terdapat landasan dan ringkasan dari kewajiban manusia terhadap sesamanya yg melandasi ajaran ttg seluruh Hukum Taurat dan kitab para Nabi (Mat. 22:40).
Pastinya, kedua hukum utama yg mengajak kita memiliki "KTP" ini ada untuk saling melengkapi karena hukum itu meringkas hukum yang tertulis pada dua loh batu yang diterima Musa.
Hukum itu menyatakan kewajiban manusia kepada Allah dan tanggung jawab kepada sesama. Dengan sabda ini, Yesus mengajarkan kepada kita supaya saling mengasihi seperti Dia mengasihi.
Jelasnya, Allah adalah kasih dan segala yang dilakukan-Nya mengalir dari kasih-Nya kepada kita semua. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita. Kita pun mengasihi-Nya sebagai jawaban atas rahmat dan kebaikan yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita.
"Dari Goa Maria Sriningsih ke Kaliori - Andalkanlah kasih setiap hari."
C.
"Amor vincit omnia - Cinta mengalahkan segala."
Inilah pernyataan yang kita amini ketika mengingat Yesus yang berkata: "Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah sesamamu."
Pastinya, kasih kepada Allah dan kepada sesama merupakan dua dimensi kasih yang berpola salib: "Orang yang mengatakan bahwa dirinya mengasihi Allah tapi membenci saudaranya adalah pendusta" (1 Yoh 4:20).
Inilah yang diminta oleh Allah, yakni kasih yang setia (Ul 6:5; Rom 13:9-10; 1Kor 13:1-13) dengan beberapa indikasi dasar, antara lain:
1. Kasih yang menghormati.
Inilah kasih yang mengambil bagian dalam penderitaanNya (Fil 3:10), memperluas kerajaanNya (1Kor 9:23) dan hidup bagi kemuliaanNya (Mat 6:9-10,33).
2) Kasih yg sepenuh hati.
Inilah kasih yang penuh karna dibangkitkan oleh kasihNya (Yoh 3:16; Rom 8:32). Kasih ini seperti yang terungkap dalam Rom 12:1-2; 1Kor 6:20; 10:31; 2Kor 9:15; Ef 4:30; 5:1-2; Kol 3:12-17.
3) Kasih yg meliputi :
a) Kesetiaan padaNya.
b) Keimanan sebagai pengikatNya.
c) Penyerahan kepadaNya.
d) Ketaatan kepadaNya.
e) Kerinduan akan kehadiranNya.
Jelasnya, kita diajak untuk selalu mengasihi yang Ilahi lewat mengasihi yang insani (Gal 6:10; 1Tes 3:12, Mat 5:44), karenanya kasih itu harus tampak lewat cara hidup harian kita terhadap sesama secara real - aktual dan kontekstual.
"Mba Asih pergi ke Taman Asri - Andalkanlah kasih setiap hari."
D.
“Caritas in veritate– Kasih dalam kebenaran.”
Inilah inti yang mendasari sabda Yesus hari ini: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Bdk: Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18).
Jelas Yesus hadir sebagai "hukum", yang "Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia". Mengacu pada bacaan injil hari ini, ketika Yesus dijatuhkan dan dijebak, ia tetap tenang bahkan menjadi "hukum" yang hidup. Ia merangkum semua aturan taurat di bawah nada dasar c, yakni "cinta".
Inilah kemampuan Yesus sang Raja, yang membahasakan semua ajaran secara esensial dengan sebuah nada, yakni cinta vertikal (kepada yang ilahi) dan sekaligus cinta horinsontal (kepada yang insani): "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:40). Dengan kata lain: hukum kasih ala Yesus menjadi sangat berarti karena sebenarnya kasih adalah kegenapan hukum Taurat, bukan? (Bdk. Roma 13:9-10).
Ya, kita diajak terus mengasihi Allah dan sesama, karena sangatlah tepat yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “dimana ada cinta disitu ada kehidupan -- "Where there is love there is life.” Yang pasti: Bukankah kasih itu adalah kasih yang dapat dirasakan oleh hati, kasih yang dapat dilihat oleh orang buta, dan kasih yang dapat didengar oleh orang tuli?
Kalau begitu, apakah kedua jenis kasih ini, vertikal/horisontal sudah juga tumbuh mekar-berkembang dalam taman bunga keluarga kita masing-masing?
"Dari Matesih ke Pantai Kuta – Kenakan kasih yang penuh sukacita.”
E.
Kutipan Teks Misa:
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rm16:26 ; lih. Rm1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. (Dei Verbum, 5)
Antifon Pembuka (Mzm 105:3-4)
Bersukacitalah hati orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
Let the hearts that seek the Lord rejoice; turn to the Lord and his strength; constantly seek his face.
Lætetur cor quærentium Dominum: quærite Dominum, et confirmamini: quærite faciem eius semper.
Doa Pembuka
Allah yang kekal dan kuasa, ciptakanlah dalam diri kami hati yang tulus dan setia agar kami mampu melayani Engkau, ya Allah, yang mahaagung, dengan penuh bakti dan kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (22:21-27)
"Jika kamu menindas seorang janda atau anak yatim, maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu."
Beginilah firman Tuhan, "Janganlah orang asing kautindas atau kautekan, sebab kamu pun pernah menjadi orang asing di tanah Mesir. Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau sampai menindas mereka ini, pasti Aku akan mendengarkan seruan mereka. Jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga istrimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim. Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, yakni orang yang miskin di antaramu, janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih utang terhadap dia; dan janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu sajalah penutup tubuhnya, hanya itulah pembalut kulitnya; jika tidak, pakai apakah ia pergi tidur? Maka, apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya sebab Aku ini pengasih."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839
Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku 'kan menjadi aman dalam lindungan-Nya
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)
1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku.
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes 1:5c-10)
"Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah dan menantikan kedatangan Anak-Nya."
Saudara-saudara, kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu demi kepentinganmu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman Tuhan dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya. Di mana-mana telah tersiar kabar tentng imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah berbicara lagi tentang hal itu. Sebab mereka sendiri bercerita tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar, serta untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)
"Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki, berkumpullah mereka. Seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" jawab Yesus kepadanya, "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
“Konsili suci mengajarkan juga bahwa bahkan jika kadang terjadi bahwa seseorang memiliki pertobatan yang disempurnakan oleh kasih dan telah berdamai dengan Tuhan sebelum menerima sakramen, maka berdamainya ia dengan Tuhan tidak menjadi bagian dari pertobatannya, tetapi kehendak yang kuat akan sakramen inilah yang termasuk dalam pertobatannya.” (Konsili Trente, De Sacramento paenintentiae, ch.4).
=====
Ahok, Suara Kebenaran dari Penjara, dan Suara Kebatilan dari Rumah Tuhan.
"I have to say thank you to all my enemies who want me in prison… I've trained myself in self-control, forgiveness, and learn how to serve people with joyful heart. Thank God for all this circumstances."
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sudah menghabiskan nyaris seperempat masa tahanan yang ia harus penuhi di rutan Mako Brimob. Banyak orang bahkan semua teman saya mengunjungi Ahok, awalnya berpikir bahwa perjumpaan dengan Ahok akan sangat mengharukan dan menyedihkan.
Bayangkan, semua teman saya sudah mempersiapkan kalimat-kalimat semangat dan motivasi kepada Ahok yang ditahan di Mako Brimob. Namun siapa yang menyangka bahwa pada harinya, Ahok-lah yang menghibur mereka. Nyaris seluruh pengunjung Ahok di Mako Brimob mendapatkan kisah-kisah inspiratif dari Ahok.
Demikian juga seorang penulis bernama Threes Emir, yang juga ikut terkaget-kaget melihat bagaimana cerianya Ahok di Mako Brimob, ketika ia mengunjunginya. Raut wajah yang cerah dan ceria membuat Threes bingung. Ahok terlihat tidak mendendam kepada para manusia-manusia yang ingin menjebloskannya ke penjara.
Jika boleh saya katakan, rasanya Ahok lebih pantas mengatakan “Piye kabare? Penak jamanku toh?”, ketimbang Soeharto. Karena selama 30 tahun lebih berkuasa, Soeharto tidak memberikan kenikmatan kepara rakyat Indonesia, lebih dari apa yang Ahok berikan hanya dalam tiga tahun sisa jabatan 2012-2017 periode Jokowi-Ahok-Djarot. Betul loh yang saya katakan.
Suara-suara Ahok yang disuarakan melalui surat-suratnya yang ia tuliskan di Mako Brimob, benar-benar memberikan dampak yang sangat positif bagi para pendukungnya, bahkan melampaui pendukungnya, ia memberikan semangat bagi Indonesia. Di dalam dunia ini, teknolog yang berkembang begitu pesat membuat surat Ahok kepada orang-orang tertentu bisa disebarkan secara viral ke tempat lain.
Lucunya, Ahok seolah-olah berhasil membuat penjara, tempat yang suram, pesakitan, dan gelap, sebagai tempat dikumandangkan suara positif dan semangat yang luar biasa. Sedangkan di sisi lain, kita melihat bagaimana sekarang gencarnya rumah Tuhan digunakan oleh para manusia-manusia gila, sebagai tempat menyuarakan suara kebatilan.
Lihat saja ada satu tempat dimana nubuat-nubuat dikumandangkan tanpa tanggung jawab, dan isu-isu PKI yang sudah mati, diteriakkan melalui speaker-speaker rumah ibadat. Inikah yang dinamakan keberpihakan? Tidak! Ini adalah kebatilan!
Ada ucapan yang sangat menampar kaum bodat, cingkrang, bani daster dan banyak pembenci Ahok yang diucapkan secara spontan. Apakah kalimat yang diucapkan Ahok?
“Pokoknya nyesel deh orang-orang yang kirim saya ke penjara. Orang saya di sini belajar banyak hal, belajar sabar, banyak baca, belajar Bahasa Mandarin,” Kata Threes menirukan ucapan Ahok.
Suara-suara kebatilan yang diucapkan di tempat yang dianggap sebagai rumah Tuhan, sejatinya merupakan suara-suara pesanan kelompok pembenci Ahok. Bukan hanya Ahok yang dibenci, melainkan sekelompok orang-orang yang benar, justru ditekan melalui toa-toa, speaker-speaker, microphone-microphone yang berada di rumah Tuhan. Ini adalah ironi yang paling ultimat, datang dari rumah Tuhan.
Tiba-tiba saya teringat satu kalimat yang ada di kitab suci saya, Alkitab. Sebuah kisah ironi yang dicatat di Alkitab, mengenai bagaimana orang-orang yang dianggap nabi, malah bersekongkol untuk menghancurkan nama Tuhan. Begini bunyi tepatnya.
Maleakhi 1:6 berkata “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"
Dengan konteks ini, kita sadar bahwa ternyata penghinaan besar terhadap nama Tuhan paling parah terjadi di rumah Tuhan itu sendiri. Saya percaya, hal ini berlaku secara universal, untuk agama apapun. Percayalah, tidak ada yang tempat yang lebih mudah menista Tuhan, kecuali di rumah-Nya sendiri.
Karena kita yang mengklaim diri mengenal Tuhan, nyatanya kita seringkali berbuat apa yang berseberangan dan bertentangan dengan aturan rumah-Nya. Bayangkan saja bagaimana rumah-rumah Tuhan pada saat pilkada DKI, pilpres 2014, digunakan sedemikian rupa sebagai corong-corong kepentingan politik. Belajarlah dari Ahok, dimanapun ia berada, ia menjadi corong kebenaran, bukan kepentingan, apalagi gubernur pengembang. Hahaha.
Suara kebenaran paling jernih terdengar ketika orang ditekan, dan suara kebatilan paling lantang terdengar ketika orang merasa angkuh. Belajarlah dari Ahok, yang justru menggunakan momen di penjara sebagai momen menyuarakan kebenaran. Siapa yang sangka, justru suara Ahok lebih didengar, ketimbang suara mereka yang berteriak-teriak, bahkan menggunakan pengeras suara sekalipun?
Betul kan yang saya katakan?

“P3K” Pertolongan Pertama Pada Kristianitas.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
“P3K”
Pertolongan Pertama Pada Kristianitas.
Ketika saya bersua dan berbincang dengan Bo Sanchez, seorang "motivator" sekaligus "provokator" jasmani dan rohani yang begitu "mencintai dunia" dengan segala ruwet rentengnya, yang bahkan kehadirannya menarik tiga ribuan orang, yang hampir semuanya adalah orang muda Katolik untuk berdoa, bernyanyi dan bercerita tentang "yang ilahi" dan "yang insani" dalam acara "Grand Feast" di bilangan selatan Jakarta beberapa waktu yang lalu, tercandra adanya "P3K" ala Bo Sanchez ("Pertolongan Pertama Pada Kristianitas") yang bisa menginspirasi sekaligus mengaspirasi kita sebagai Gereja Katolik, yakni:
1."P" emuridan:
Disciple unchurched: Ia menyadarkan kita bahwa semua orang termasuk para pendosa terburuk atau juga kelompok "unchurch people" (homoseks, lesbian, pelacur, narapidana, dll) adalah "keluarga", karena kita berjalan bersama mereka sebagai murid (disciple) yang sama sama bergerak dan berarak menuju kepadaNya.
2."P"ersahabatan:
Loving relationship: Prinsip dasarnya "discipleship is a friendship." Perlunya sebuah relasi yang didasari oleh nada dasar C, cinta kasih, dan inilah syarat mutlak sebuah persahabatan yang positif, sportif dan produktif, yang terbuka dan tidak saling menjatuhkan atau mempergunjingkan.
3."P"erutusan:
Kita diutus secara nyata dengan "practical wisdom", yang sangat praktis setiap harinya, real - aktual - operasional dan kontekstual. Sebuah kebijaksanaan yang sangat seimbang tentan bagaimana kita mencintai Tuhan dan tinggal di dalam Tuhan di tengah pelbagai wilayah kehidupan nyata harian kita: hidup berkeluarga, karir, kesehatan, keuangan, relasi karya dsbnya.
4."K"erendahan hati:
Humilitas! Kita diajak untuk terus ber-aggiornamento, "on going formation", terbuka secara utuh dan menyeluruh - "open mind open hand and open heart". Kita diajak untuk terus belajar dari "the others", dari pelbagai bidang atau para ahli yang lain dengan keyakinan utama bahwa Allah yang kita imani dan kasihi adalah jauh lebih besar daripada komunitas dan kualitas diri kita sendiri. Kita juga ditantang untuk terus berkarya dengan sikap yang terbuka untuk meng – “up to date” diri, terus belajar dan berbagi, "bersayap" dalam karya pelayanan juga sekaligus "berakar" dalam semangat kerendahan hati yang tulus sehingga semakin teruji sekaligus terpuji.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Semper glorificate et portate Deum – Senantiasa muliakan dan bawalah Tuhan”.
Pepatah ini sejajar dengan antifon pembuka dan mazmur tanggapan hari ini: “Jiwaku haus akan Allah, Allah yang hidup! Bilakah aku boleh datang menghadap Allah?”
Adapun tiga modal dasar supaya kita bisa selalu memuliakan dan membawa nama Tuhan, al:
1. MengenalNya:
Orang Jawa kadang berkata: “Gusti iku ono ing samubarang, Tuhan Allah itu ada dalam segala hal.
Hal ini dikarenakan kehadirannya adalah kehadiran yang mahakuasa sekaligus maha kasih. Kita diajak untuk terus mengenalnya lebih dekat dengan semangat rendah hati lewat hidup “dokar”: doa dan karya, yakni perjumpaan harian dengan sesama dan semesta: “O Tuhan betapa bahagianya berada dekat dan mengenalMu lebih dekat, krn dekat dan mengenalMu lebih dekat sama dengan melihatMu, dan bukan sekedar memikirkanMu”.
2. MengalamiNya:
Kenyataan bahwa Tuhan ada di dekat kita dan kita tidak menyadari kehadiranNya, karena kita kerap “mengetahui” tentang Tuhan tapi tidak "mengalami Tuhan".
Ya, bukan berlimpahnya pengetahuan yang memenuhi dan memuaskan hati, tetapi merasakan dan mencicipi perkaranya, bukan?
Disinilah kita diajak mengalami kehadiranNya setiap hari lewat aneka perjumpaan dan pergulatan dengan nada dasar “kerendahan hati” (humilitas), karena seperti humus, demikian pula kerendahan hati akan menyuburkan keutamaan-keutamaan lain yang ada di dalam diri kita. Dua syarat sederhana supaya kita bisa semakin mengalami Tuhan dalam keseharian, yakni: kalau ingin hidupmu tenang, pasrahkanlah kepada Tuhan dan kalau ingin hidupmu bahagia, bersyukurlah kepada Tuhan atas apa yang terjadi. Hal ini berdasarkan pengalaman iman kristiani bahwasannya Jika kita mencari Allah dalam segala hal, kita akan mendadak terhenyak menyadari Allah ternyata ada di samping kita!
3. MencintaiNya:
Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna, bukan? Disinilah, kita diajak melakukan kebaikan dan kasih kepada Tuhan dan sesama bukan "supaya" dikasihi Allah, tetapi lebih "karena" telah dikasihi oleh Allah.
Jelasnya, “cinta vertikal“ kita kepadaNya mesti di-“horisontal”kan dalam semangat kerendahan hati: dengan kata kata yang positif, sikap yang sportif dan tindakan yang produktif, karena secemerlang apapun sebuah ide bila ia tidak mempunyai tangan dan kaki, ia bak bara api yang menakutkan tetapi belum cukup untuk membakar materi serta sekuat apapun api yang tersimpan dalam roh, bila tidak mempunyai badan dan tubuh, ia akan tinggal tetap, bukan?
“Ikan peda di kota Subang - Wartakan sabda biar iman kita semakin berkembang.”
B.
"Servus servorum - Hamba segala hamba."
Inilah semangat Yesus yang juga menjadi semangat dasar kepausan dan seharusnya juga menjadi semangat hidup, "capa/cara pandang, capi/cara pikir- cahi/cara hidup" kita setiap harinya.
Adapun sebagai hambaNya yang siap melayani, ber-"servus servorum", kita diajak memiliki "KRS" yang harus diisi setiap harinya, antara lain:
a."Keterbukaan hati":
Kita diajak untuk memiliki hati yang terbuka pada segala rencana dan sapaan sederhana Allah, berani mengalami perjumpaan dengan Allah lewat sesama, selalu siap untuk ber-kontak, dibentuk dan dirombak oleh Allah sendiri.
b."Rendah hati":
Ia mengajak kita untuk menanggalkan iri dan tinggi hati tapi kenakan semangat rendah hati, bersahaja-miskin di hadapan Tuhan, menjadi "humus" yang menyuburkan, yang siap untuk "menggerakkan" dan tidak malahan "menggerahkan" hidup orang lain.
c."Sepenuh hati":
Yesus berkata, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia mereka akan membunuhNya tapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit.” Para murid tidak mengerti dan segan bertanya kepadaNya tentang kata-kata-Nya, tapi para murid tidak pernah segan untuk tetap mengikutiNya. Mereka ingin sepenuh hati menjadi muridNya. Kita diajak untuk tidak setengah hati tapi 100% menjadi muridNya.
"Cari baju di Taman Sepatan - Mari maju dalam iman dan perbuatan."
C.
“Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati.
Inilah salah satu pesan inti Yesus dalam kotbah di bukit. Hari ini, kita juga kembali diingatkan tentang pentingnya hati yang tertuju Tuhan. Adapun tiga keutamaan yang perlu diperHATIkan adalah:
a. Rendah hati:
"Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan" dan "Rendahkanlah dirimu, supaya kau mendapat karunia di hadapan Tuhan." Inilah dua ajakan dasar kerendahan hati pada bacaan hari ini.
Kata "rendah hati", bahasa Latinnya adalah "humus". Adapun dua karakter "humus", al: a.Ia tidak pernah menonjolkan dirinya sendirian. Ia adalah sebuah lapisan/bagian tanah yang subur, yang ada bersama dengan tanah yang lainnya. b.Humus juga membuat tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga berbuah banyak.
Dkl: Bukankah kerendahan hati membuat hidup kita menjadi lebih subur dan bisa menyuburkan hidup orang lain? Yang pasti, kerendahan hati bukanlah suatu sikap yang sekadar menganggap diri penuh kelemahan dan kekurangan dan sebaliknya orang lain penuh kekuatan dan kelebihan. Kerendahan hati adalah suatu sikap yang merendah dan terbuka di hadapan Allah.
Kerendahan hati adalah suatu sikap hidup yang menganggap orang lain sama penting dan mulianya dengan diri sendiri dan karena itu dengan ikhlas menghormati dan melayaninya tanpa merasa hina atau rendah. Pada akhirnya, kerendahan hati adalah sikap yang membuka diri kepada pertolongan orang lain dan terutama Allah: "Sungguh terpuji orang yang malu bila menerima pujian dan penghargaan, dan tetap diam bila tertimpa fitnahan dan gosipan".
b. Murah hati:
Seperti Tuhan yang mengadakan perjamuan dan mengundang semua orang, terlebih yang kecil, kitapun juga diajak bermurah hati lewat doa,kata kata dan tindakan nyata kita kepada semua orang terlebih yang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Janganlah menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan. Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti memberi karena kasih yang murah hati adalah kekayaan hidup, yang akan menjadi lebih banyak apabila dibagi-bagikan kepada orang lain dengan murah hati. Bukankah kalau burung dikenal dari suara dan nyanyiannya, maka manusia dikenal dari kata-kata dan perbuatannya yang penuh kemurahan hati.
c. Hati-hati:
Separuh dari kesulitan yang terjadi di dalam hidup kadang disebabkan oleh terlalu cepat berkata ya dan lambat untuk berkata tidak. Dkl: kita kadang gegabah dan ceroboh dengan kata kata. Kita lupa bahwa kata kata dapat mengangkat hati tapi dapat juga membuat sakit hati. Ia seperti nuklir: Ia dapat mjd bom pemusnah atau sumber energi yg luar biasa.
Satu pemaknaan yang coba saya bagikan bahwa bukankah saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang paling besar karena dimana kekuatan kita, disitu juga terletak kelemahan kita. Kita diajak untuk berhati-hati: berpikir sebelum berbicara dan berdoa sebelum berkarya karena semakin banyak kita berbicara tentang diri sendiri, semakin banyak pula kemungkinan untuk bisa berbohong.
Satu hal yang pasti, manusia yang berhati hati adalah "yang merendahkan hati ketika berkedudukan tinggi, yang memaafkan ketika mampu membalas, dan yang bersikap adil ketika kuat."
“Cari galah di Kramat Jati – Jadilah orang yang rendah hati.”
D.
HOMILI PAUS:
ALLAH MASIH MENANGISI BENCANA DAN PERANG YG DILANCARKAN DEMI UANG
Pax et bonum!!
Bacaan Ekaristi : Ef. 6:10-20; Mzm. 144:1,2,9-10; Luk. 13:31-35
Paus Fransiskus mengatakan Allah menangisi bencana dan perang yang dilancarkan saat ini demi menyembah 'berhala uang' dan karena banyak korban yang tidak bersalah terbunuh oleh bom. Beliau menekankan bahwa Allah menangis karena manusia tidak memahami "kedamaian yang Ia tawarkan kepada kita". Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 27 Oktober 2016 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
Mengambil inspirasinya dari Bacaan Injil hari itu (Luk 13:31-35) di mana Yesus menangisi Yerusalem, kota "tertutup" yang "membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus" kepadanya, homili Paus Fransiskus merenungkan beberapa saat tangisan selama pelayanan Kristus. Beliau menjelaskan bahwa Yesus memiliki kelembutan Bapa-Nya melihat anak-anak-Nya ketika Ia menangisi kota Yerusalem dalam kisah Injil mengatakan : "Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau".
"Seseorang mengatakan bahwa Allah menjadi manusia agar mampu menangis, menangis atas apa yang telah dilakukan anak-anak-Nya. Tangisan di depan makam Lazarus adalah tangisan seorang sahabat. Inilah tangisan Bapa".
Dengan cara yang sama, Paus Fransiskus melanjutkan, kita dapat melihat perilaku ayah dari anak yang hilang dan apa yang terjadi ketika anak ini meminta warisannya serta meninggalkan rumah. Beliau mengatakan sang ayah tidak pergi ke tetangganya untuk mengatakan "Lihatlah apa yang telah terjadi padaku! Hal yang mengerikan ini ia lakukan padaku! Tetapi aku akan mengutuk anak ini ...". Paus Fransiskus mengatakan beliau yakin bahwa sang ayah tidak melakukan hal ini meskipun mungkin ia pergi "menangis sendirian di kamar tidurnya".
"Dan mengapa saya mengatakan kepada kalian hal ini? Karena Injil tidak membicarakan hal ini, ia mengatakan bahwa ketika anaknya kembali ke rumah, ia melihatnya dari jauh : ini berarti bahwa Bapa terus-menerus naik ke teras memandang jalan untuk melihat apakah anaknya datang kembali. Dan seorang ayah yang melakukan hal ini adalah seorang ayah yang tinggal dalam air mata, menunggu anaknya pulang ke rumah. Inilah tangisan Allah Bapa. Dan dengan tangisan-Nya, Bapa menciptakan kembali melalui Putra-Nya seluruh ciptaan".
Kemudian beralih ke saat ketika Yesus sedang memanggul salib ke Kalvari, Paus Fransiskus merenungkan para perempuan saleh yang sedang menangis, mengatakan mereka tidak sedang menangisi-Nya tetapi menangisi anak-anak mereka sendiri. Beliau menekankan bahwa tangisan ini seperti tangisan seorang ayah dan tangisan seorang ibu adalah tangisan yang Allah masih terus lakukan di masa-masa kita.
"Bahkan saat ini di depan bencana, perang yang dilancarkan untuk menyembah ilah uang, banyak orang yang tidak bersalah terbunuh oleh bom yang diluncurkan oleh mereka yang menyembah berhala uang, Allah masih menangis dan Ia juga mengatakan : 'Yerusalem, Yerusalem, anak-anak-Ku, apa yang sedang engkau lakukan?'. Dan Ia juga mengatakan hal ini kepada para korban yang malang, kepada para pedagang senjata dan kepada semua orang yang menjual kehidupan orang-orang. Kita ada baiknya berpikir tentang bagaimana Allah Bapa kita menjadi manusia agar dapat menangis dan bagaimana Allah Bapa kita menangis saat ini : Ia menangisi umat manusia yang akhirnya tidak memahami perdamaian yang Ia tawarkan kepada kita, kedamaian kasih".

Orang Muda dan Nasionalisme



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
MENJELANG PERAYAAN SUMPAH PEMUDA.
Orang Muda dan Nasionalisme
Orang muda, biarkan Kristus meraihmu.
Biarkan Ia berbicara kepadamu, merangkulmu, menghiburmu, menyembuhkan luka-lukamu, menghilangkan keraguan dan ketakutanmu, dan kau akan siap menghadapi petualangan hidup yang mempesona, suatu hadiah tak ternilai yang Tuhan letakkan di dalam tanganmu setiap hari. (Paus Fransiskus).
I. Masyarakat:
Bhineka yang tidak Ika lagi?
Di Channel NewsAsia, baru saja kita selesai melihat siaran dan putaran pentas kolosal dalam rangka ulang tahun ke 52 bersama para founding fathers dan mothers di sebuah ruang bersama bernama Negeri Singapura.
Sebuah pentas ulang tahun negeri Singapura yang menggugah dan menggugat rasa kebangsaan mereka dengan digawangi oleh banyak potensi dan sinergi kelas menengah serta warga berusia muda. Tremens et fascinans!
Jujur, hati saya tergigit oleh karung marung pertanyaan sekaligus pernyataan, bagaimana dengan negeriku sendiri sekarang ini menjelang hari jadinya yang ke 72, yang lebih tua 20 tahun daripada Singapura, yang sempat dijuluki sebagai "Macannya Asia?"
Ya, sebagai anak muda yang kebetulan lahir di bumi nusantara wajar jika saya kerap bertanya: “Siapa sih sebenarnya orang Inlander, Bumiputera, Fillius Terrena alias rakyat Indonesia? Apa seperti wajahnya Bung Karno, Mbah Harto, GusDur, Kardinal, Romo Mangun, Jokowi, Ahok…atau Inul Darastita dan Soimah....atau seperti anak-anak ABG di mal-mal, atau…seperti wajahnya para gelandangan di perempatan jalan-jalan protokol atau seperti mereka yang hanya berkoteka tanpa asyik bertiki taka?
Yang pasti, rakyat Indonesia memang bukan penduduk kontinental darat yang kompak bersinambung seperti Rusia, Cina, atau Amerika Utara. (Bahkan orang Eropapun, yang negerinya relatif tidak luas, membutuhkan proses seribu tahun untuk memulai kesadaran baru tentang kesatuan Eropa).
Negeri Indonesia ini seluas jarak London sampai Moskwa, Stockholm sampai Roma, dan sebagian besar terdiri dari lautan serta selat-selat yang mengeping-ngepingkan tanah air menjadi serakan pulau-pulau lepas. Ribuan pulau dan ratusan bahasa pun adat istiadat mewarnai nusantara. Maka, keberhasilan ide Negara Kesatuan Republik Indonesia suatu masterpiece, nyaris mukzizat. Tapi, fakta di atas melahirkan suatu kesadaran baru, yakni multikultur.
Multikultur, sebab bangsa ini sungguh suatu bangsa yang besar dan berbhineka raya akan sumber daya alam dan manusianya. Multikultur adalah suatu modal dasar bangsa yang potensial untuk menjadi suatu masyarakat yang sungguh pantas hidup dalam peradaban modern ini.
Sungguh multikultural atau kebhinekaan ini suatu anugerah yang sangat besar bagi bangsa. Yang kerap saya ingat adalah kebhinekaan ini bisa menjadi bom waktu, tapi juga bisa menjadi tumpuan harapan bagi banyak orang. Tinggal bagaimana kerterbukaan kita, pada kemajemukan di sekitar kita sungguh terjadi. Pun, bagaimana toleransi pada mekar-indahnya taman bunga pluralitas tanah air kita, juga menyediakan tempat untuk menyalurkan pelbagai potensi, termasuk juga pelbagai potensi kaum mudanya.
Dengan kata lain:
Bagaimana kita dan banyak rekan sebangsa bisa memberikan banyak ruang publik yang demokratis bagi semua komponen yang membentuk bangsa res-publica ini: Bagi perjuangan para buruh serta pemulung di pinggiran, suka-duka anak jalanan dan pedagang asongan di seputaran jalan protokol, derita para nelayan-nelayati serta para petani, usaha gerilya para kuli tinta, aneka komunitas lintas agama-budaya, pun para selebritis: politikus, businesman-busineswoman, seniwan-seniwati, aktor-aktris. Juga para mahasiswa/i, dan terlebih bagi para ‘korban kehidupan’; pencandu narkoba, pelacur kelas bintang lima sampai Kramat Tunggak pun waria Taman Lawang, tukang becak, sopir angkot, juga para cacat dan narapidana misalnya.
Dari segi lain:
Saya mengambil petuah orang Latino: ‘Tempus mutatur et nos mutamur in illud’ (Waktu berputar dan kita diubah olehnya). Kini, waktu ternyata tak hanya berputar, tapi juga berlari (menyitir istilah para pemikir postmodernisme).
Secara jujur, kita sudah memasuki pelbagai realitas baru: kaya warna-kaya nuansa dan kaya citra. Ketika dunia kita berlari kencang tanpa kendali pasti, ketika sebagian besar masyarakat bergumul di tengah lalulintas perkelahian hidup modernitas yang penuh kebisingan dan kekejaman, kaum muda kita juga mengalami situasi tercerabut dari akar, serba terpencar, lepas dari ikatan teritorial yang tetap dan aman. Padahal kaum muda adalah gambaran masa depan dunia kita yang akan datang.
II. Bicara dari konteks : Lex agendi, lex essendi.
Seorang Mangunwijaya pernah kasak-kusuk: “Gereja (baca:kita) kita itu lebih suka ‘retreat’, condong introvert: asyik-khusyuk-masyuk dalam oase keaman-mapanan yang teduh, sejuk pun damai. Padahal banyak sekali problematika yang menggelayuti dunia kita yang tersebar pun terpencar.”
De facto, Gereja adalah simbol kesucian utopis, lembaga yang lambat bergerak, kebanyakan birokrasi. Anak muda (“aktivis”) lebih senang punya kegiatan di luar gereja: aspirasi, idealisme. Pelbagai permasalahan ini tentu tak bisa lepas dari konteks jamannya, yakni imbas globalisasi.
Globalisasi telah membuat pelbagai tradisi lama yang cenderung dogmatis menjadi berguguran di mata anak muda. Globalisasi adalah konteks abad 21 - sebuah keterhubungan (interconnectedness) segala pelosok dunia - ketika ruang dan waktu jadi tidak penting lagi.
Globalisasi adalah kekuatan yang mengubah kehidupan sosial jaman ini. Gejala globalisasi sungguh berimbas pada hidup bersama, keluarga, identitas pribadi dan juga kehidupan anak muda serta pendidikan nilai-nilainya. Konteks globalisasi membuat kaum muda dapat secara otonom memilih pengetahuan yang dia sukai. Dalam angin jaman yang berhembus, diyakini bahwa roh perubahan bekerja juga lewat daya-daya penggerak yang ada dalam diri manusia atau bahasanya Konsili Vatican II: on-going-aggiornamento (terus ber-hari kini dan disini) atau “berbhineka tapi tetap ika.”
III. Berani Berkontak: Sebuah Alternatif
Bangsa (dan Gereja kita) adalah warga dunia, bukan sekte atau suku terasing yang menutup diri. Misalnya, enam puluhan tahun, bangsa ini berdiskusi tentang usaha melek huruf bagi kaum terbelakang yang belum dapat membaca dan menulis.
Namun diam-diam, bangsa kita kini sedang masuk dalam dunia zaman baru dengan orang-orang “buta huruf” jenis baru, yakni mereka yang gatek (gagap teknologi). Bingung ketika berhadapan dengan bahasa Inggris, tuts komputer dan matematika modern. Maka, bangsa kita tetap perlu terus berinteraksi dengan segala diversitas pemikiran dan budaya universal.
Bangsa ini perlu memberikan banyak ruang publik bagi segala potensi, khususnya potensi kaum muda yang plural. Bahasanya Romo Mangun, yakni menjadi generasi pasca Indonesia-Pasca Einstein, tanpa harus kehilangan jatidiri tentunya.
Kini, di tahun 2017 - dengan budaya virtual reality yang makin menderas sekaligus mengaras- banyak orang muda yang mungkin darah dan kulitnya asli langsat duku atau sawo matang, tetapi lebih nyaman bercelana blue jeans ala Westlife daripada berbatik ria ala priyayi. Yang sukanya musik jazz atau rock daripada gamelan. Yang punya impian kuliah di Harvard, Cambridge, Oxford daripada di Gajahmada misalnya. Yang lebih tahu riwayat hidup Britney Spears daripada R.A Kartini apalagi Cut Nyak Dhien. Tidak tepatlah rasanya mereka melulu disebut kebarat-baratan, atau terkena amerikanisme. Lebih tepatlah, kiranya proses yang sedang dialami ini dilihat sebagai suatu gerak global planeter yang evolutif.
Kita bisa melihat sebuah contoh positif dari imbas globalisasi yang melanda, yakni munculnya banyak volunteer dan watchdog kritis yang muda usia, yang concern pada situasi kemasyarakatan aktual. Belum lagi banyaknya Lembaga Swadaya Masyarakat serta tim relawan yang berisikan dan berbasiskan anak-anak muda. Belum lagi maraknya gerakan-gerakan moral yang dimotori para mahasiswa.
Banyak dari rakyat kita (khususnya kaum muda) yang sungguh ingin menciptakan lingkungan yang fair flay, transparan dan kondusif. Sebetulnya, yang melulu ricuh itu adalah yang di atas (golongan elit, yang sebetulnya tidak elit). Yang di bawah, grass root, terus berkembang. Ketika banjir melanda, masyarakat langsung membuat banyak dapur solidaritas dan dompet peduli. Ketika ada isu kerusuhan, masyarakat langsung siskamling. Ketika ada yang kurang beres pada struktur pemerintahan, ada saja masyarakat yang berunjuk rasa.
IV. Kaum Muda: Agen dan Garda Depan Perubahan
Jugend hat keine Tugend (anak muda tidak punya keutamaan). Demikian bunyi pepatah dari negerinya Adolf Hitler dan Steffi Graf. Sepintas kita mengiyakan ucapan itu, manakala kita mengingat pelbagai fenomenum, seperti: tawuran pelajar, demo manipulatif mahasiswa, konvoi bising anak-anak yang lulus ujian, korban-korban narkoba, maraknya seks bebas dan corat-moret grafitti. Menjengkelkan!!
Tapi, kita juga kerap melihat bahwa anak-anak muda juga bisa membawa perubahan yang sangat baik bagi kehidupan bangsa ini.
Sebagai contoh lain, tahun 1998-ketika krisis menerpa, tiba-tiba teman-teman mahasiswa bergolak. Saya yang waktu itu juga duduk di bangku kampus filsafat melihat jelas bahwa tanpa ada koordinasi serta strategi yang apik dan cantik, hampir semua kampus di Indonesia serempak berdemonstrasi menuntut perubahan. Keserempakan ini demikian kompak, spontan, berani dan membawa banyak perubahan yang nyata dan berarti luas.
Kita bisa mengamati secara empiris, dalam sejarah bangsa ini, anak-anak muda telah membuktikan diri dapat menjadi agen perubahan sejarah. Kita melihat pergerakan kebangkitan nasional tahun 1908 ala Budi Utomo yang dimotori kaum muda. Pergerakan tahun 1928 dengan Sumpah Pemudanya oleh para jong dari pelbagai daerah di nusantaraku - melahirkan dictum: satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Pergerakan tahun 1945, ketika para pemuda secara proaktif ‘menculik‘ generasi tua (Sukarno-Hatta) ke Rengas Dengklok, supaya berani memproklamasikan negara kesatuan Republik Indonesia. Bagi saya, yang juga cukup nyata, adalah pergerakan mahasiswa tahun 1966. Kaum mudalah yang menjadi agen utama yang menggulingkan Orde Lama-dan melahirkan Orde Baru.
Bagi saya, gerakan kaum muda tidak bisa dianggap remeh temeh. Ketika kaum muda bergerak, rakyat mendukungnya. Kekerasan militer dan pelbagai represi tidak dapat menghalangi laju gerakan kaum muda. Malah, saya merasa ketika Arief Rahman hakim gugur oleh peluru pasukan Cakrabirawa, gerakan mereka makin menjadi-jadi. Setiap darah yang tertetes, jadilah ribuan raksasa. Begitu si Arief ini gugur, kekuatan mahasiswa bersama rakyat menjadi kekuatan magis yang sanggup menjungkirbalikkan kekuasaan setangguh apapun.
Historia se repete (sejarah selalu terulang), begitulah yang terjadi dengan bangsa ini. Pergerakan mahasiswa tahun 1998 adalah buktinya. Saya melihat bahwa ketika para mahasiswa bersatu dan bergerak, terjadilah suatu perubahan. Bagiku beralasanlah jika para kaum muda (mahasiswa) yang terpilih oleh sejarah untuk menjebol kemandekan. Sebab kaum muda adalah anak-anak sejarah yang paling bisa dititipi oleh sejarah untuk menentukan dan mengurus masa depan.
Saya melihat semangat kemudaan membuat kaum muda berpikir ke depan, bukan asyik-masyuk dengan nostalgia masa lalu. Kaum mudalah yang bisa mematahkan tirani masa lalu, membebaskan diri dari penjara tradisi menyesakkan, serta membongkar ritualisasi yang tidak relevan dengan kebutuhan zamannya.
Meminjam istilah Jurgen Habermas, bangsa ini (juga gereja kita ini) sungguh perlu suatu rasionalitas komunikatif. Artinya bangsa (dan gereja yang sehat) adalah juga bangsa (dan gereja) yang memberi ruang fair flay dan kondusif bagi proses komunikasi yang cerdas dan bebas dari segala bentuk non-demokratis.
Saya merasa bahwa kita bisa memulainya dengan memberikan banyak pengalaman dan kesempatan kepada teman-teman muda (yang kini terkesan masih ‘malu-malu kucing’) sehingga berani untuk berbuat dan mengembangkan segala potensi mereka yang kerap dimampetkan. Jika itu tercapai, saya yakin generasi muda Indonesia ‘cerdas’ yang kritis dengan pembentukan dirinya sendiri menuju ke otonomi yang mendewasa (mündigkeit) akan terwujud.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hampir semua “organisasi pemuda” di bawah payung Katolik lagi melempen/memble. Banyak mudika yang tidak langsung tertarik dengan OMK, PMKRI, KMK, atau Pemuda Katolik. Banyak paguyuban mudika yang sulit ngumpul , apalagi buat aksi. Nah, kalo kini banyak ormas-ormas Katolik kaum muda banyak ditinggalkan, tidak ada peminat, bahkan kehilangan misi, jangan-jangan pelbagai ormas tersebut tidak menjawab kebutuhan bersama. Kita perlu sadar bahwa gereja hanya dianggap sebagai salah satu fasilitas yang ada dari sekian banyak lainnya dalam masy.
Suka atau tidak suka, selama ini, Gereja adalah simbol kekuasaan yang berwajah tua dan feodal. Dihuni oleh “orang-orang tua” yang kadang dicap “kolot” dan dianggap “lambat”, terlebih kadang tercandra juga adanya “filosofi panjat pinang”: ketika ada salah satu anggotanya yang mau “naik”, ada saja sesamanya yang seiman atau seimam yang malahan sibuk menurunkannya, tentunya dengan pelbagai friksi intensi dan motivasi.
Hal ini tidaklah sejalan dengan arus globalisasi, dimana segalanya bisa berubah dg cepat. Dunia ini tunggang langgang atau: begitu mau dipegang, dia luput seperti belut. Anak muda kini juga tunggang langgang karena dunianya juga sedang tunggang langgang. Gerejapun kerap tunggang langgang tuk pegang kaum muda.
Juni dan Juli tiga tahun lalu, saya mendampingi retret rohani para guru SMU Regina Pacis Surakarta yang dikelola oleh para biarawati Ursulin dan SMU Albertus DEMPO Malang yang dikelola oleh para biarawan Karmelit.
Beberapa guru menyatakan bahwa ketika melihat para anak didiknya sepintas, kita mungkin hanya akan melihat anak-anak muda sebagai generasi penikmat, dengan mentalitas junk food (serba instant) atau generasi penyusu. Dengan hand phone/smart phone di tangan dan walkman dan sebagainya di telinga, mereka asyik-masyuk dengan dunianya sendiri.
Tapi, kalau diamati lebih lanjut, di sisi yang lain, ada juga banyak anak muda yang suka berdiskusi serius soal masalah keluarga, sosial kemanusiaan, agama dan politik dengan cara khas mereka.
Maka, sesungguhnya terdapat dua kutub dalam kehidupan kaum muda saat ini:
Pertama, mereka diberi stigma sebagai generasi penjelajah mall dengan sub kultur MTV dan dunia baratnya.
Kedua, kelompok yang antusias berdiskusi pelbagai masalah kemanusiaan pada level lokal, nasional dan global. Revolusi Damai 1998 di MPR/DPR dan maraknya volunteer kemanusiaan dari orang-orang muda adalah hasil kerja dan potensialitas mereka.
Berangkat dari dua fenomen di atas, generasi muda (orang-orang yang sedang asyik-asyiknya menikmati pahit getirnya potret pendidikan kita) - generasi yang kerap kita sebut generasi X - kini bisa kita sebut juga dengan suatu istilah baru, yakni: generasi X’cellent.
Kaum muda adalah potentia yang menunggu untuk diactuskan oleh orang yang tepat dan pada saat yang tepat juga. Karena kaum muda adalah calon garda depan masyarakat dan agen-agen perubahan budaya atau gaya hidup masyarakat yang paling efektif. Kaum muda sungguh-sungguh menunggu para pendidik dan yang pasti sistem pendidikan yang benar benar tepat dan mumpuni atau nancep di hati sanubari mereka. Sehingga pelbagai nilai pendidikanpun bisa lebih masuk ke hati mereka.
Amartya Sen, pemenang nobel ekonomi, berucap “keberhasilan pembangunan tidak semestinya diukur dengan tingginya tingkat growth, tapi apakah pembangunan itu mendukung manusia-manusianya untuk menghayati kebebasannya.”
Dari pernyataan Amartya Sen di atas, saya juga ingin bertanya: “Apakah bangsaku sudah sungguh-sungguh merdeka dan memerdekakan manusia-manusia merdekanya?” Bagi saya dan bagi banyak anak negeri yang tergugah dan haus akan kesejajaran bangsa Indonesia dengan bangsa lain...., tentu sudah layak dan sepantasnya tidak berdiam diri terhadap wajah tanah air kita.
Sayang, benar-benar sayang kalau bangsa kita (yang sungguh-sungguh raya dan berbhineka dengan rayuan pulau kelapanya ini) memang betul-betul….nyaris tak terdengar…
V. Epilog: Berjalan Bersama demi Indonesia Raya
Menyitir paparan Bung Karno bahwa “Kemerdekaan bangsaku adalah jembatan emas.” Bagi saya, jembatan adalah sarana untuk dilewati. Kemerdekaan bangsa Indonesia hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih luhur, yaitu kemerdekaan manusia-manusia Indonesia.
Bentuk-bentuk Aku-Cinta-Indonesia generasi kini dan akan datang pasti akan lain ekspresi dan bahasanya daripada yang dilakukan Generasi “repotnasi” dari tahun ’08, ‘28, ’45, ’66 ataupun Generasi “reformasi” tahun ‘98 dan generasi milenial saat ini.
Kesadaran ini menuntut banyak hal dari kita. Saya yakin bahwa kaum muda adalah calon garda depan masyarakat dan agen-agen perubahan budaya atau gaya hidup masyarakat yang paling efektif.
Semua komponen rakyat tentunya tak boleh melupakan sejarah, bahwa kerap pembaruan yang terjadi di dunia (juga di negara ini) biasanya dibawa dan dirintis secara kritis oleh orang-orang muda yang bersemangat demi suatu dunia yang lebih baik.
Yah, bangsa ini perlu berjalan bersama. Juga dengan semua teman-teman muda.
Berjalan berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, maju terus pantang mundur (bukannya mundur terus pantang maju).
Berjalan berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri. (Tapi, jangan kaki kiri menjegal kaki kanan, nanti kesrimpet dan jatuh sendiri).
Berjalan berarti melangkah kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, memandang ke depan, perkecil menengok kebelakang (apalagi jalan di tempat, terlebih lagi berhenti).
Berjalan berarti melangkah kaki ke depan; satu-dua, kanan-kiri akan lebih indah jika tak jalan sendiri (nanti bisa ‘ngos’).
Lebih baik, berjalan bersama sembari bergandengan tangan (supaya bisa ‘joss’): bergandengan pikir, bergandengan hati, menyatukan visi, misi dan mimpi demi satu negeri pertiwi yang semakin kokoh.
Pokoknya, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Seperti teriakan yel-yel orang muda yang antusias berlomba bakiak ketika pesta agustus-an di RT/RW 2 bulanan lalu:
Kanan, kiri, kanan-kiri, kanan kiri: (Kembalikan kepercayaan diri-satukan kembali nurani).
Kanan, kiri, kanan-kiri, kanan kiri: (Tautkan tekad di hati-eratkan persatuan negeri).
Kanan, kiri, kanan-kiri, kanan kiri: (semoga semangat sambung menyambung menjadi satu bangkit lagi, bersama kaum muda).
Ut Omnes Unum Sint!!!!!!
Be the ONE !!
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Sabtu, 28 Oktober 2017

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 28 Oktober 2017
Pesta Santo Simon dan Yudas, Rasul
Hari Sumpah Pemuda
Efesus (2:19-22)
(Mzm 19:2-3.4-5; Ul: lh.5a)
Lukas (6:12-19)
"Discipulus - Pemuridan"
Bersama dengan maraknya gerakan disiplin nasional di negeri kita yang sedang carut marut ini, inilah nuansa khas yang melekat pada diri para murid yang kerap disebut "disciple" dan bukan "student."
Dari sinilah juga sebenarnya muncul kata yang kerap kita dengar, yakni "disiplin". Dengan kata lain: sikap "disiplin" sangat dekat dengan dimensi pemuridan ala Yesus.
Nah, bersama dengan teladan Yesus dengan "kabinet kerjanya " atau bilangan 12 rasul, kita bisa melihat tiga hal baik yang diteladankanNya supaya kita menjadi murid yang benar benar disiplin, antara lain:
1. Intimitas.
Sebelum memutuskan pilihan, Yesus ber-"intimitas cum Deo", berdoa semalam-malaman kepada BapaNya. Ia menjalin relasi intensif dengan BapaNya.
2. Kolegialitas.
Ia tidak bekerja sendirian, tapi bekerja bersama dengan yang lainnya, yang berangkat dari aneka latar belakang.
Adapun 12 "disciple" (sebagai pengganti "12 suku israel"), yang termasuk dalam "kabinet kerja Yesus", antara lain : Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus dan Simon orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot.
3. Responsibilitas.
Setiap pilihan mengandung sebuah tanggung jawab ("respons & ability: kemampuan untuk me-respons"). Yesus-pun memilih dengan sadar dan siap menerima aneka karakter dan paramater muridNya: Petrus yang bergelora, Thomas yang skeptis sampai Yudas yang berkhianat.
Yang pasti, bukankah diantara "B" (birth/kelahiran) dan "D" (death/kematian) terdapat "C" (choice/pilihan). Bukankah di setiap "choice/pilihan" terdapat "change/perubahan" dan "chance/kesempatan". Pilihlah cintamu dan cintailah pilihanmu!
"Ada Mba Karsih ada Mas Galih - Jadilah orang yang selalu bersih dan terpilih."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Oremus - Marilah berdoa!"
Inilah ajakan setiap imam dalam membuka dan mengakhiri misa kudus. Inilah juga yang selalu dibuat Yesus pada awal dan akhir karyaNya.
Mengacu pada bacaan injil hari ini, Yesus ke bukit untuk berdoa semalam-malaman. Ia menjadi pribadi yang integral/utuh dan penuh.
Pada malam hari, Ia berdoa ("ora", menjadi "pendoa/prayer"). Pada siang hari, Ia bekerja ("labora", menjadi "pengajar/teacher dan penyembuh/healer").
Pastinya, Yesus menjadi orang yang seimbang, karena di tengah kesibukan karya, Ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa, ber-"intimitas cum Deo", khususnya pada saat-saat hendak mengambil keputusan penting dengan 3 keutamaan yang diwartakanNya, pada kita, antara lain:
1.Ketekunan.
DoaNya yang penuh-utuh dan bersungguh-sungguh semalam suntuk itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (Yak 5:16). Kitapun juga diajak untuk bertekun dalam doa (Bdk: Roma 12:12) karena doa sejatinya adalah relasi, tidak melulu berbentuk permohonan tapi juga bisa berupa syukur/pujian.
De facto, kita kerap menjadi orang yang "sibuk untuk Tuhan", tapi lupa "sibuk dengan Tuhan," bukan? "PUSH"-"Pray Until Something Happened."
2.Kebersamaan.
Setelah bertekun dalam doa, Yesus memilih ke-12 orang untuk menjadi muridNya ("murid": disciple" bukan "student", Lat: discipulus: disiplin).
Ia tidak ber-"single fighter"dan tidak menjadi "one man show", tapi Ia selalu melibatkan semakin banyak orang lain sebagai "rekan/mitra sekerja." Inilah pentingnya sebuah komunitas yang saling menguatkan dan memberdayakan, bukannya saling menjatuhkan/memperdayakan.
3. Keselamatan.
Ia menjadi "syalom" yang hidup. Ia mengusir banyak roh jahat serta menyembuhkan banyak orang sakit (Luk 6:17-19). Ia juga mengajar dan menyampaikan khotbahNya dengan tulus dan kudus (Luk 6:20-49).
Ia menawarkan keselamatan yang paripurna dengan cara-cara hidup yang sederhana dan bersahaja. Bagaimana dengan kita?
"Buah srikaya banyak di dahan - Mari berkarya dalam nama Tuhan."
B.
“Temet nosce - Kenalilah dirimu sendiri.”
Hari ini, Yesus mengajak kita mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya.
Adapun tiga jenis “relasi” dasar yang mesti dibangun supaya kita semakin mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya, al:
1. Berdoa:
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ia mengajak kita “alone with God” dengan berdoa”, mengalami “intimitas cum Deo”, sehingga kita memiliki relasi dengan Allah secara pribadi.
Yang pasti, dalam sebuah doa adalah lebih baik mempunyai hati tanpa kata-kata, daripada kata-kata tanpa hati, karena orang yang selalu berdoa tidak selalu memikirkan doa yang dilakukannya melainkan memikirkan Allah yang menjadi tujuan doanya: “Yesus, datanglah ke hatiku, berdoalah denganku, berdoalah didalamku – agar aku bisa belajar dari-Mu cara untuk berdoa.”
2. Bersaudara:
“Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul.
Beberapa diantaranya: Ia memanggil serta memilih Simon dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus sahabatnya, bahkan ada tiga nama yang sama dalam bilangan dua belas rasul: Ada Simon (Petrus) dan Simon (orang Zelot), ada Yakobus (Alfeus) dan Yakobus (Zebedeus), ada Yudas (Tadeus) dan Yudas (Iskariot).
Dkl: Ia mengajak kita untuk “bersaudara”, memiliki relasi hangat dengan keluarga dan kerabat dekat kita dengan penuh rasa syukur karena hidup itu kadang ibarat es krim. Nikmatilah dengan penuh rasa syukur sebelum cair.
3. Berkarya:
“Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain .... Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka: juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan. “
Hal inilah yang dikerjakan Yesus menjelang siang sampai sore hari, Ia berkarya dan melayani banyak orang. Ia mengajarkan kebaikan, menyembuhkan pelbagai kelemahan dan membebaskan dengan mengusir pelbagai setan dan roh jahat.
Kitapun diajak untuk terus berkarya secara utuh dan penuh untuk saling mengajarkan kebaikan, saling menyembuhkan kelemahan dan saling memberikan pembebasan dari plbagai bentuk kejahatan: Kita hidup dengan apa yang kita peroleh, namun kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita beri, bukan? Ecce ego quia vocasti me! Inilah aku, sebab Engkau telah memanggilku!
“Cari jalan di kota Tarsus - Mari terus berjalan bersama Yesus.”
C.
"Oremus - Marilah berdoa!"
Inilah ajakan setiap imam dalam membuka dan mengakhiri misa kudus. Inilah juga yang selalu dibuat Yesus pada awal dan akhir karyaNya. Mengacu pada bacaan injil hari ini, Yesus ke bukit untuk berdoa semalam-malaman. Ia menjadi pribadi yang integral/utuh dan penuh. Pada malam hari, Ia berdoa ("ora", menjadi "pendoa/prayer"). Pada siang hari, Ia bekerja ("labora", menjadi "pengajar/teacher dan penyembuh/healer").
________________________________________
Pastinya, Yesus menjadi orang yang seimbang, karena di tengah kesibukan karya, Ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa, ber-"intimitas cum Deo", khususnya pada saat-saat hendak mengambil keputusan penting dengan 3 keutamaan yang diwartakanNya, pada kita, antara lain:
1.Ketekunan.
DoaNya yang penuh-utuh dan bersungguh-sungguh semalam suntuk itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (Yak 5:16). Kitapun juga diajak untuk bertekun dalam doa (Bdk: Roma 12:12) karena doa sejatinya adalah relasi, tidak melulu berbentuk permohonan tapi juga bisa berupa syukur/pujian. De facto, kita kerap menjadi orang yang "sibuk untuk Tuhan", tapi lupa "sibuk dengan Tuhan," bukan? "PUSH"-"Pray Until Something Happened."
2.Kebersamaan.
Setelah bertekun dalam doa, Yesus memilih ke-12 orang untuk menjadi muridNya ("murid": disciple" bukan "student", Lat: discipulus: disiplin). Ia tidak ber-"single fighter"dan tidak menjadi "one man show", tapi Ia selalu melibatkan semakin banyak orang lain sebagai "rekan/mitra sekerja." Inilah pentingnya sebuah komunitas yang saling menguatkan dan memberdayakan, bukannya saling menjatuhkan/memperdayakan.
3. Keselamatan.
Ia menjadi "syalom" yang hidup. Ia mengusir banyak roh jahat serta menyembuhkan banyak orang sakit (Luk 6:17-19). Ia juga mengajar dan menyampaikan khotbahNya dengan tulus dan kudus (Luk 6:20-49). Ia menawarkan keselamatan yang paripurna dengan cara-cara hidup yang sederhana dan bersahaja. Bagaimana dengan kita?
"Buah srikaya banyak di dahan - Mari berkarya dalam nama Tuhan."
D.
Kutipan Teks Misa:
“Tugas para rasul jugalah untuk membawa orang berdosa kepada pertobatan” (St. Sirilus dari Aleksandria)
Antifon Pembuka
Merekalah orang suci, yang dipilih Tuhan dalam cinta sejati. Mereka dimahkotai kemuliaan abadi, dan Gereja disinari ajaran mereka.
Isti sunt viri sancti, quos elégit Dóminus in caritáte non ficta, et dedit illis glóriam sempitérnam.
These are the holy men whom the Lord chose in his own perfect love; to them he gave eternal glory.
Pada Misa hari ini ada Madah Kemuliaan
Doa Pembuka
Ya Allah, pada Pesta Santo Simon dan Yudas ini, Engkau telah melimpahkan sukacita yang sejati. Berkatilah kami sebagai Umat Allah agar selalu hidup sesuai dengan panggilan kami, serta berani memberi kesaksian tentang penyelenggaraan-Mu, kekudusan dan kebaikan-Mu. Peliharalah kami supaya tetap bersatu dengan Putra-Mu, dan mengabdi kepada-Mu dengan setia. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Martabat hidup kita sebagai orang Kristiani sungguh sangat mulia. Kita dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Batu penjurunya adalah Yesus sendiri.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (2:19-22)
Saudara-saudara, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan, yang rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan. Di atas Dia pula kamu turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan, di tengah umat kumuliakan
atau Di seluruh dunia bergemalah suara mereka.
Ayat. (Mzm 19:2-3.4-5; Ul: lh.5a)
1. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
2. Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan. Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur, ya Tuhan.
Pilihan seorang rasul itu sungguh sangat penting. Itulah sebabnya, sebelum memilih mereka yang akan dijadikannya rasul, Yesus mendahuluinya dengan berdoa. Sebab tugas mereka sangat mulia: menjadi saksi dan pewarta Kerajaan Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:12-19)
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, Andreas saudara Simon, Yohanes dan Yakobus, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya, dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (bdk. Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku, demikianlah firman Tuhan; dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Si quis díligit me, sermónem meum servábit, dicit Dóminus et Pater meus diligent eum, et ad eum veniémus, et mansiónem apud eum faciémus.
Whoever loves me will keep my word, says the Lord; and my Father will love him, and we will come to him, and make our home with him.
Doa Malam
Allah Bapa yang kekal, puji syukur kupersembahkan kepada-Mu atas berkat-Mu yang tiada hentinya. Engkau memberi berkat tepat pada waktunya. Oleh karena itu, ampunilah aku yang kurang bersyukur atas setiap pemberian-Mu ini. Amin.