Ads 468x60px

Kamis, 20 Juni 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 20 Juni 2019
Hari Biasa Pekan XI
2 Korintus (11:1-11)
(Mzm 111:1-2.3-4.7-8; R:7a)
Matius (6:7-15)
“Domine, doce nos orare - Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1).
Itulah permintaan para murid kepada Yesus. Bukankah kebanyakan dari kita diajari berdoa oleh orang-orang di sekitar kita?
Hari ini Yesus juga mengajarkan sebuah doa kepada kita, yakni doa “Bapa Kami.” Bisa jadi, doa Bapa Kami (Bhs Latin:Pater Noster, bhs Yunani: Î ÎŹÏ„Î”Ï áŒĄÎŒáż¶Îœ) adalah doa yang paling terkenal dalam sejarah agama Kristiani.
Doa ini sendiri diambil dari kitab Injil Matius (6:9-13), yang muncul sebagai bagian dari Khotbah di Bukit. Meski Yesus kemungkinan besar mengajarkan doa ini dalam bahasa Aram, teks-teks awal kemungkinan besar terdapat dalam bahasa Yunani karena pengaruh Helenisme.
Di lain matra, karena bahasa Latin merupakan bahasa yang resmi dipakai dalam agama Kristen Barat, maka versi dalam bahasa Latin atau Pater Noster, merupakan sebuah terjemahan penting dari doa dalam bahasa Yunani ini.
Seperti yang saya tulis dalam buku “3Bulan 5Bintang 7Matahari” (RJK, Kanisius), doa Bapa Kami ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama untuk memuji: memuliakan nama Tuhan (6:9-10) sedangkan bagian yang kedua, memohon: untuk kebutuhan bagi kita yang berdoa (6:11-13).
Secara lebih mendalam, sebenarnya doa Bapa Kami ini mengandung tujuh permohonan, yakni: “dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga, berilah kami rejeki pada hari ini, ampunilah kesalahan kami-seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, dan bebaskanlah kami dari yang jahat.”
Berangkat dari dua bagian doa Bapa Kami yang mengandung tujuh permohonan sekaligus tujuh semangat, adapun tiga permenungan yang bisa diangkat, antara lain:
1.Doa itu memiliki karakter sederhana:
"Dalam doamu, janganlah kamu bertele-tele, seperti kebiasaan orang tidak mengenal Allah." Rupanya, pada jaman Yesus pun, ada kenyataan bahwa orang suka bertele-tele dalam berdoa.
Anehnya, di jaman ini pun, kita tidak sulit menemukan contoh doa bertele-tele itu. Dalam kesempatan doa pribadi, doa keluarga, doa bersama, selalu ada saja yang berdoa bertele-tele: entah isinya, caranya, kata-katanya, nadanya, waktunya bertele-tele.
Cara Yesus membuka doa yang paling terkenal di dalam sejarah ini juga berkarakter sederhana untuk memahami tujuan doa yang sesungguhnya. Kita dibawa ke dalam hubungan yang akrab, hangat dan bersahabat sebagai anak-anakNya: Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan yang bisa kita sapa sebagai “Bapa”. Begitu sederhana tapi tetap kaya makna, bukan?
2. Doa itu memiliki pola salib, kayu palang.
Artinya tidak hanya “aku dan Tuhan” (vertikal), tetapi juga “aku dan sesama” (horisontal) juga. Ya, pelbagai doa apa pun, betapapun bagusnya kata dan indahnya nuansa, jika tidak bermuara dalam relasi dengan sesama, menjadi hambar dan mungkin malah kehilangan nilainya. Tak ada gunanya kita berdoa "ampunilah aku Tuhan" tapi kita tak mau mengampuni orang lain. Atau 'berilah kami rejeki", sementara kita sendiri tidak pernah mau memberi. Karena itu Matius menuliskan sebuah pesan Yesus: "jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu akan mengampuni kamu juga. Jika tidak, Bapamu juga tidak akan mengampunimu juga.”
Jadi, doa mesti bermuara ke dalam hidup kita, mesti diwujudkan dalam hidup bersama orang lain. Sebaliknya, akan menjadi penuh makna, jika diangkat dari hidup nyata. "Jangan minta, jika tidak pernah rela memberi!" Doa akan mengangkat pengalaman hidup nyata dan sebaliknya, kita akan hidup lebih kaya makna dari inspirasi doa-doa kita.
3.Doa itu bisa berarti “Dikuatkan Oleh Allah.”
Bukankah pada kenyataannya, kita kerap merasa lemah: lemah iman, lemah semangat, lemah harapan dan lain sebagainya?
Walaupun kadang saya berkata, “Baik jika tanganmu kau lipat untuk berdoa, tetapi lebih baik lagi jika tanganmu kau buka untuk memberi,” bagi saya sebuah doa tetap mendapatkan aktualitasnya karena doa sendiri adalah napas kehidupan umat beriman. Tanpa napas, kita tak mungkin terus hidup bukan? Maka semua usaha, pekerjaan, rencana dan perjuangan tanpa disertai doa, tidak memiliki jiwa yang benar benar kuat.
Akhirnya, jelas bahwa doa Bapa Kami adalah contoh mengenai bagaimana kita patut berdoa. Apakah salah kalau kita menghapalkan Doa Bapa Kami? Tentu tidak! Apakah salah kalau kita mengulangi Doa Bapa Kami sebagai doa kita? Tidak, jika kita sungguh-sungguh dan dengan segenap hati.
Dkl: Betapapun indahnya suatu doa, yang tidak boleh terlupakan adalah bagaimana kita meresapkannya, sehingga kata-kata yang diucapkan bukan hanya sekedar hafalan (dimensi informasi/pengetahuan iman belaka), tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati dan menjadi milik kita sendiri (dimensi internalisasi/pengendapan nilai-nilai). Labora et ora – Bekerja dan berdoalah!
“Cari goa di Gunung Pati – Mari berdoa sepenuh hati.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Hari Pengungsi Sedunia.
Tanggal 20 Juni adalah Hari Pengungsi Sedunia. Marilah kita mengingat semua orang yang telah meninggalkan tanah kelahiran mereka dan menempuh perjalanan yang sulit untuk mencapai tempat yang mereka harapkan akan lebih baik demj masa depan mereka dan keluarga mereka. Mari kita berdoa juga bagi mereka yang telah kehilangan hidup mereka dalam perjalanan penuh harapan.
Pope Francis:
Dignitas personae non ex eius civitate vel condicione migrantis seu perfugae pendet. Vitam servare illius, qui bellum ac miseriam fugit, opus est humanitatis.
A person's dignity does not depend on them being a citizen, a migrant, or a refugee. Saving the life of someone fleeing war and poverty is an act of humanity.
Martabat seseorang tidak bergantung entah mereka sebagai warga negara, migran, atau pengungsi. Menyelamatkan nyawa seseorang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan adalah tindakan kemanusiaan.
===
MADAH HARIAN PAGI (Kamis, 20 Juni 2019)
Bapa penguasa waktu
Lihat kini fajar baru
Mulai memancarkan sinar
Lambang cahaya yang benar.
Rahmat baru ditawarkan
Terselubung kejadian
Yang menyampaikan undangan
Untuk berbakti berkurban.
Kami sambut kesempatan
Melayani Kristus Tuhan
Yang hadir dalam sesama
Tersembunyi namun nyata.
S’moga pengabdian kami
Dijiwai Roh ilahi
Dijadikan karya Putra
Demi kemulyaan Bapa. Amin.
DOA
Allah, yang kekal dan kuasa, terangilah kiranya bangsa-bangsa yang meringkuk dalam kegelapan maut. Sinarilah mereka dengan terang cahaya-Mu, yang telah terbit laksana fajar cemerlang, yaitu Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
1.
"Homo est animal loquens - Manusia adalah makluk yang berkomunikasi."
Inilah salah satu keyakinan saya bahwasannya tindakan kita yang paling dasar adalah komunikasi ("comunicare: berbagi), dengan sesama dan semesta. Secara sederhana, doa sendiri bukan melulu soal meminta-minta kepada Allah tapi juga adalah sebuah tindakan komunikasi kita dengan-Nya, yang penuh dengan rasa dan nuansa: syukur-pujian-ratapan-permohonan dll.
Hari ini, Yesus sendiri mengajarkan doa - berdoa lewat "Doa Bapa Kami", dimana salah satu penekananNya: “Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata, doa mereka dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta padaNya!"
Adapun "P3K" dalam doa "Bapa Kami", antara lain:
A."Persahabatan":
Yesus mengajak kita menyapa Allah sebagai Bapa. Allah hadir sebagai sahabat yang dekat dengan kita. Kita juga diajak bersahabat dengan semua anak-anak Bapa yang sama, itu sebabnya dikatakan "Bapa KAMI", bukan "Bapa saya/Bapa kamu/Bapa mereka".
B."Pujian":
Kita diajak selalu memujiNya: "dimuliakanlah namaMu-datanglah kerajaanMu-jadilah
kehendakMu.
C."Permohonan":
Sebagai orang beriman, kita juga diajak untuk berani berharap lewat doa dan permohonan: "berilah kami rejeki - janganlah masukkan ke dalam cobaan-bebaskan kami dari yang jahat."
D."Kedamaian":
Ada sebuah bagian penting yang kadang sulit kita lakukan: "ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami." Kita diajak mau mengampuni sesama kalau mau diampuni Allah. Disini ada sebuah usaha untuk memperjuangkan kedamaian yang sejati dengan sesama dan sang khalik.
Bukankah doa sendiri membuat kita lebih "sensual" (sense: rasa), lebih peka merasakan hati dan berbelarasa dengan sesama. Dan inilah awal sebuah hidup yang penuh dengan nada dasar "D", damai, yang selalu siap ber "RIP", "Race In Peace - Berpacu dalam damai."
"Ada goa di Tamansari - Mari berdoa setiap hari."
2.
“Orate - Berdoalah!"
Inilah salah satu ajakan orang beriman dalam keseharian hidupnya karena bukankah doa adalah "ruah", semacam nafas dalam kehidupan kita.
Mengacu pada bacaan hari ini, baiklah kita juga mengingat pesan Yesus: "Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah."
Dalam KBBI, "bertele-tele" berarti bercakap-cakap tidak jelas ujung pangkalnya, melantur, berlarut-larut. Persis inilah yang dimaksudkan Yesus agar kita berdoa secara dewasa, tidak kekanak-kanakan, yakni berlarut-larut/ngelantur dengan banyak kata, karena sebenarnya lebih baik kita mempunyai hati tanpa kata-kata daripada mempunyai kata-kata tanpa hati, bukan?
Disinilah kita diajak belajar berdoa dengan tiga sikap dasar yang jauh dari sikap "kemunafikan rohani", antara:
A."Sederhana":
Tuhan mencintai kesederhanaan, karena doa pada intinya adalah sebuah relasi dan komunikasi sederhana antara yang insani dengan yang ilahi, tidak selalu berbentuk permohonan tapi juga bisa rasa syukur/curhatan, kerap tidak usah dengan banyak untaian kata tapi hanya duduk dan diam bersamaNya .
B."Setia":
Kita diajak selalu mengingatNya dalam setiap saat hidup kita, entah kita bersuka/sedang berduka, sehat/sakit, bahagia/kecewa karena Tuhan kita adalah Tuhan yang juga setia mendengarkan keluh kesah doa dan hidup kita.
C."Sepenuh hati":
Kita diajak berdoa dengan sepenuh hati, bukan dengan banyaknya kata tapi dengan mendalamnya cinta yang kita berikan kepadaNya, bukan karena mau pamer/dipuji orang tapi karena semata hanya untuk memuji nama Tuhan. Disinilah doa yang sepenuh hati juga "berpola salib", karena doa yang baik membuat kita dekat dengan Tuhan juga sekaligus dekat dan hidup lebih baik dalam hubungan dengan sesama karena jelaslah bahwa doa yang sepenuh hati tidak terlepas dari kehidupan harian.
"Tas Dowa beli di Pasar Kenari - Mari berdoa setiap hari."
3.
"Omnis enim qui petit accipit, et qui quaerit invenit, et pulsanti aperietur - Setiap orang yg meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."
Inilah sebuah harapan iman karena doa Bapa Kami adalah doa yang penuh harapan (Pater Noster, Î ÎŹÏ„Î”Ï áŒĄÎŒáż¶Îœ), sebagai bagian dari Khotbah di Bukit.
Indahnya, doa ini mengajak kita memiliki “P4” iman, antara lain:
A.Persahabatan:
Doa dimulai dengan kata “Bapa”.
Kita dibawa ke dalam hubungan yang akrab, hangat dan bersahabat. Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan “Bapa”- “Abba”. (Mrk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6).
Perkataan “Bapa kami” di sini juga mengingatkan kita tentang pentingnya dimensi persahabatan dengan sesama, karena Yesus mengangkat semua orang menjadi saudaraNya.
B.Pujian:
“Dikuduskanlah namaMu- Datanglah kerajaanMu-Jadilah kehendakMu."
Inilah pujian yang merupakan campuran dari iman, harapan dan cinta kasih, dalam satu faal yang mempersatukan hati kita yang bersyukur kepada Allah.
C.Permohonan:
“Berilah kami rezeki-janganlah masukkan kami dalam pencobaan-bebaskanlah kami dari yang jahat.”
Allah mengasihi-memperdulikan kita.dan mendengarkan aneka ria harapan.
Melalui Yesus, kita dapat menghampiri -menyembah dan membawa permohonan kita kepada-Nya (Mat 6:25-34).
D.Pengampunan:
“Ampunilah kami akan segala kesalahan kami, sama seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” mengingatkan kita untuk berdamai dengan Tuhan sekaligus dengan sesama.
Pastinya, penutup dari doa Bapa Kami adalah sebuah kata: “AMIN” (Bhs Arab: yukminu' ÙŠŰ€Ù…Ù†). Kata “Amin” ini lekat dengan kata ‘iman’ (bahasa Arab:Ű§Ù„Ű„ÙŠÙ…Ű§Ù†) dan 'aaman' (ŰŁÙ…Ù†).
Diharapkan setiap orang yang mendoakan Bapa Kami juga melakukan apa yang didoakannya dengan penuh "iman", sehingga hidupnya "aman". Amin?
"Ada goa di Kalisari - Mari berdoa setiap hari."
4.
“Ora et labora – Berdoa dan bekerja.”
Selain berkarya, Yesus juga mengajar kita untuk berdoa kepada Allah sebagai Bapa.
Adapun beberapa permohonan dalam doa “Bapa Kami” itu: ada yang terkait dengan kekudusan ilahi; ada juga yang terkait dengan kebutuhan insani.
Singkatnya, doa ini berpola salib, vertikal dan horisontal dg bbrp nilai dasar, al:
A.Persahabatan:
Sebagai Bapa, Allah hangat-dekat dan mengasihi kita.
Kita dapat datang kepadaNya setiap saat dengan membawa persoalan kita kepadaNya (Mat 6:25-34).
B.Penyerahan:
Adalah hal yang penting bahwa Allah sendiri dihormati, dimuliakan dan ditinggikan (Maz 34:4) sembari menantikan datangnya Kerajaan Allah di langit dan bumi baru (Wahy 21:1; 2 Pet 3:10-12; Why 20:11; 22:20). Buahnya? Kita menyerahkan diri kpd kehendakNya melalui penyertaan Roh Kudus dlm hati kita (Rom 8:4-14) sehingga "kerajaan+kebenaran-Nya" datang di tengah dunia (Mat 6:33).
C.Pengharapan
Doa juga seharusnya berisi permohonan real tentang kebutuhan sehari-hari (Fil 4:19; Luk 11:3). Kita juga berharap agar kita dibebaskan dari kuasa jahat (Luk 11:26; Luk 18:1; Luk 22:31; Yoh 17:15; 2Kor 2:11).
D.Pengampunan
Kita diajak memohon ampun sekaligus juga memberikan ampunan (Mat 6:14-15; Ibr 9:14; 1Yoh 1:9).
Apabila kita tidak mengampuni orang, Allah tidak akan mengampuni dan doa kita tdk ada gunanya. Inilah prinsip penting dlm doa berdoa (Mat 18:35; Mrk 11:26; Luk 11:4).
Pastinya ada beberapa hal yang mendasari ke-4 nilai dalam doa “Bapa Kami” di atas, yakni:
a. Carilah dahulu Kerajaan Allah (Mat 6:33)
b. Sadarilah kebaikan dan kasih Allah (Mat 6:8; Mat 7:11; Yoh 15:16; 16:23,26; Kol 1:9-12).
c. Berdoalah sesuai dg kehendak Allah (Mrk 11:24; Yoh 21:22; 1Yoh 5:14)
d. Peliharalah persekutuan dg Kristus (Yoh 15:7) dan penyertaan Roh Kudus sebagai Penasehat/Penolong (Luk 11:13;Yoh 14:16-18).
"Si Johan kena paku - Tuhan itu andalanku."
5.
Doa Bapa Kami dengan Uraian,
St. Fransiskus dari Asisi
BAPA KAMI yang mahamulia,
Pencipta dan Penebus kami,
Juruselamat dan Penghiburan kami.
YANG ADA DI SURGA
di antara para malaikat dan para kudus,
yang menerangi mereka agar mengenal Engkau,
sebab Engkau, Tuhan, adalah terang;
yang membakar nyala kasih mereka kepada-Mu,
sebab Engkau, Tuhan, adalah kasih;
yang tinggal di antara mereka
dan memenuhi mereka dengan sukacita,
sebab Engkau, Tuhan,adalah yang mahatinggi,
kebaikan kekal, dan segala kebajikan bersumber daripada-Mu.
DIMULIAKANLAH NAMA-MU.
Kiranya kami bertumbuh dalam pengenalan akan Dikau lebih dan lebih baik lagi
dan dengan demikian menghargai besarnya kemurahan-Mu,
luasnya janji-janji-Mu,
keagungan kemahakuasaan-Mu,
dan kedalaman keadilan-Mu.
DATANGLAH KERAJAANMU,
agar Engkau meraja dalam diri kami dengan rahmat-Mu,
dan menghantar kami ke dalam kerajaan-Mu,
di mana kami boleh memandang Engkau dari muka ke muka,
mengasihi-Mu dengan sempurna,
dan bahagia bersama-Mu,
menikmati kehadiran-Mu selamanya.
JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA,
agar kami mengasihi Engkau
segenap hati,
dengan senantiasa merindukan Engkau;
segenap jiwa,
dengan senantiasa merenungkan Engkau;
segenap akal budi,
dengan sebulat hati menemukan kemuliaan-Mu dalam segala sesuatu;
dan segenap kekuatan,
jiwa dan raga,
dengan melayani Engkau saja dengan penuh cinta.
Semoga kami mengasihi sesama seperti kami mengasihi diri kami sendiri,
dan mendorong semua orang agar mengasihi Engkau,
dengan ikut ambil bagian
dalam sukacita dan dukacita kami bagi sesama,
tanpa memandang rendah siapapun juga.
BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI,
Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus,
agar kami senantiasa mengenang serta menghargai
betapa Ia telah mengasihi kami,
dengan segala sesuatu yang Ia katakan, lakukan dan derita bagi kami.
DAN AMPUNILAH KESALAHAN KAMI,
dengan belas kasihan-Mu yang tak terhingga,
demi jasa-jasa sengsara Putra-Mu,
dengan perantaraan Maria,
dan bantuan doa semua orang kudus.
SEPERTI KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI,
dan jika kami belum mengampuni dengan sempurna,
Tuhan, bantulah kami untuk mengampuni dengan sempurna,
agar, demi kasih kepada-Mu,
kami sungguh mengampuni musuh-musuh kami,
dan dengan tulus hati mendoakan mereka kepada-Mu,
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,
melainkan berusaha melayani Engkau dalam diri setiap orang.
DAN JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN,
entah terselubung, entah nyata,
tiba-tiba ataupun terus-menerus.
TETAPI BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT,
dulu, sekarang dan selamanya,
Amin.
6.
Doa Bapa Kami Ekaristik,
St. Petrus Yulianus Eymard
BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA
di surga Ekaristi,
kepada Engkau yang duduk di atas tahta rahmat dan kasih,
sembah sujud, dan hormat, dan kuasa dan kemuliaan
untuk selama-lamanya!
DIMULIAKANLAH NAMA-MU.
terutama dalam diri kami, melalui teladan semangat
kerendahan hati-Mu, ketaatan-Mu dan cinta kasih-Mu.
Semoga kami dengan segala kerendahan hati dan kerinduan kami
menjadikan Engkau semakin dikenal, dikasihi, dan dipuja segenap umat manusia
dalam Ekaristi Kudus
DATANGLAH KERAJAANMU,
Kerajaan Ekaristi-Mu.
Merajalah Engkau atas diri kami untuk selamanya
demi bertambahnya kemuliaan-Mu
melalui kuasa kasih-Mu
dan kejayaan kebajikan-Mu
dan rahmat panggilan Ekaristi
dalam keadaanku sebagai seorang awam.
Anugerahkanlah kepada kami rahmat dan perutusan kasih-Mu yang kudus
agar kami mampu dengan gemilang memperluas
kerajaan Ekaristi-Mu di mana saja
dan menyadari kerinduan yang Engkau nyatakan:
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi
dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”
Oh! kiranya kami boleh menjadi sarana yang mengobarkan api surgawi ini!
JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA,
anugerahkanlah kepada kami karunia untuk menemukan segala sukacita
dalam menginginkan Engkau saja,
dalam merindukan Engkau saja,
dalam memikirkan Engkau saja.
Berilah agar dengan senantiasa menyangkal diri
dalam segala hal,
kami boleh menemukan terang dan hidup
dalam mentaati Kehendak-Mu yang indah, mengagumkan dan sempurna.
Aku menghendaki apa yang Engkau kehendaki.
Aku menghendakinya sebab Engkau menghendakinya.
Aku menghendaki sebagaimana Engkau menghendakinya.
Aku menghendakinya selama Engkau menghendakinya.
Murnikanlah segala pikiran dan hasrat kami
jika mereka tidak murni
dari Engkau, untuk Engkau dan dalam Engkau.
BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI,
Engkau Tuhan Ekaristi kami
dan Engkau Sendiri yang akan menjadi makanan dan pakaian kami,
harta dan kemuliaan kami,
penyembuh segala sakit kami,
serta perlindungan kami dalam melawan segala yang jahat.
Engkau akan menjadi segala-galanya bagi kami.
DAN AMPUNILAH KESALAHAN KAMI,
ampunilah aku ya Yesus,
aku sungguh menyesal atas dosa-dosaku
yang tak tersembunyi dari hadapan-Mu.
SEPERTI KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI,
Kepada siapa saja yang bersalah kepada kami dalam hal apapun,
dengan segenap hati kami mengampuni mereka
dan bagi mereka kami mengharapkan karunia kasih-Mu.
DAN JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN,
TETAPI BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT,
Bebaskanlah kami, ya Yesus, dari iblis kesombongan,
ketidakmurnian, perselisihan dan kepuasan diri.
Bebaskanlah kami dari segala kekhawatiran dan kegelisahan hidup
agar dengan hati bersih dan pikiran jernih
kami boleh menikmati hidup kami dengan sukacita
dan mempersembahkan diri kami seutuhnya dan segala milik kami sepenuhnya
demi melayani Tuhan Ekaristi kami. AMIN.
Dalam Engkau, O Tuhan Yesus, aku berharap;
jangan biarkan aku merana selamanya.
Hanya Engkau yang mahabaik.
Hanya Engkau yang mahakuasa.
Hanya Engkau yang kekal abadi.
Hanya bagi-Mu segala hormat dan kemuliaan,
puji syukur dan kasih
untuk selama-lamanya.
7.
"Your heavenly Father knows what you need"
Gospel Reading:
Matthew 6:7-15
And in praying do not heap up empty phrases as the Gentiles do; for they think that they will be heard for their many words. Do not be like them, for your Father knows what you need before you ask him. Pray then like this: Our Father who art in heaven, Hallowed be thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, On earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread; And forgive us our debts, As we also have forgiven our debtors; And lead us not into temptation, But deliver us from evil. For if you forgive men their trespasses, your heavenly Father also will forgive you; but if you do not forgive men their trespasses, neither will your Father forgive your trespasses.
Meditation
Do you believe that God's word has power to change and transform your life today? Isaiah says that God's word is like the rain and melting snow which makes the barren ground spring to life and become abundantly fertile (Isaiah 55:10-11).
God's word has power to penetrate our dry barren hearts and make them springs of new life. If we let God's word take root in our heart it will transform us into the likeness of God himself and empower us to walk in his way of love and holiness.
God wants his word to guide and shape the way we think, act, and pray. Ambrose (339-397 AD), an early church father and bishop of Milan, wrote that the reason we should devote time for reading Scripture is to hear Christ speak to us. "Are you not occupied with Christ? Why do you not talk with him? By reading the Scriptures, we listen to Christ."
We can approach God confidently because he is waiting with arms wide open to receive his prodigal sons and daughters. That is why Jesus gave his disciples the perfect prayer that dares to call God, Our Father.
This prayer teaches us how to ask God for the things we really need, the things that matter not only for the present but for eternity as well. We can approach God our Father with confidence and boldness because the Lord Jesus has opened the way to heaven for us through his death and resurrection.
When we ask God for help, he fortunately does not give us what we deserve. Instead, God responds with grace, mercy, and loving-kindness. He is good and forgiving towards us, and he expects us to treat our neighbor the same.
God has poured his love into our hearts through the gift of the Holy Spirit who has been given to us (Romans 5:5). And that love is like a refining fire - it purifies and burns away all prejudice, hatred, resentment, vengeance, and bitterness until there is nothing left but goodness and forgiveness towards those who cause us grief or harm.
Consider what John Cassian (360-435 AD), an early church father who lived for several years with the monks in Bethlehem and Egypt before founding a monastery in southern Gaul, wrote about the Lord's Prayer and the necessity of forgiving one another from the heart:
"The mercy of God is beyond description. While he is offering us a model prayer he is teaching us a way of life whereby we can be pleasing in his sight. But that is not all. In this same prayer he gives us an easy method for attracting an indulgent and merciful judgment on our lives. He gives us the possibility of ourselves mitigating the sentence hanging over us and of compelling him to pardon us. What else could he do in the face of our generosity when we ask him to forgive us as we have forgiven our neighbor? If we are faithful in this prayer, each of us will ask forgiveness for our own failings after we have forgiven the sins of those who have sinned against us, not only those who have sinned against our Master. There is, in fact, in some of us a very bad habit. We treat our sins against God, however appalling, with gentle indulgence - but when by contrast it is a matter of sins against us ourselves, albeit very tiny ones, we exact reparation with ruthless severity. Anyone who has not forgiven from the bottom of the heart the brother or sister who has done him wrong will only obtain from this prayer his own condemnation, rather than any mercy."
Do you treat others as you think they deserve to be treated, or do you treat them as the Lord has treated you - with mercy, steadfast love, and kindness?
"Father in heaven, you have given me a mind to know you, a will to serve you, and a heart to love you. Give me today the grace and strength to embrace your holy will and fill my heart and mind with your truth and love that all my intentions and actions may be pleasing to you. Help me to be kind and forgiving towards my neighbor as you have been towards me."
Daily Quote from the Early Church Fathers
"Pardon, that you may be pardoned. In doing this, nothing is required of the body. It is the will that acts. You will experience no physical pain - you will have nothing less in your home. Now in truth, my brothers and sisters, you see what an evil it is that those who have been commanded to love even their enemy do not pardon a penitent brother or sister." (Bishop of Hippo, 354-430 A.D., quote from Sermon 210,10)
8.
Kutipan Teks Misa:
“Dengan meninggalkan komuni dan terpisah dari Tubuh Kristus, orang menjauh dari keselamatan.” (St. Siprianus)
Antifon Pembuka (Mzm 111:3-4)
Agung dan semaraklah karya Tuhan, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-Nya yang agung pantas dikenang. Tuhan itu Pengasih dan Penyayang.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami di surga, bagaimana kami dapat berdoa kepada-Mu, kalau bukan Engkau sendiri yang meletakkan kata-kata pada lidah kami. Semoga kami selalu terbuka terhadap bisikan Roh-Mu dan ajarilah kami mengenal nama-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Paulus memuji kesabaran jemaat di Korintus. Ia juga memuji jemaat dari Makedonia yang mencukupi kekurangannya. Ia berusaha tidak menjadi beban.
Bacaan dari Surat kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (11:1-11)
"Aku mewartakan Injil kepadamu dengan cuma-cuma."
Saudara-saudara, alangkah baiknya, jika kalian sabar terhadap kebodohanku yang tidak seberapa. Dan memang kalian sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepadamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kalian kepada satu pria untuk membawa kalian sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus, sebagaimana Hawa diperdaya oleh ular dengan kelicikannya. Sebab kalian sabar saja, jika ada seseorang datang mewartakan Yesus yang lain daripada yang telah kami wartakan, atau memberikan kepadamu roh yang lain daripada yang kalian terima, atau Injil yang lain daripada yang telah kalian terima. Padahal menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dibanding rasul-rasul yang tiada taranya itu. Andaikata aku kurang paham dalam hal berkata-kata, tidaklah demikian dalam hal pengetahuan. Sebab kami telah menyatakannya kepadamu pada segala waktu dan di dalam segala hal. Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kalian, karena aku mewartakan Injil Allah kepadamu dengan cuma-cuma? Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, agar aku dapat melayani kalian. Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengahmu, aku tidak menyusahkan seorang pun. Sebab apa yang kurang padaku, dicukupi oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagimu. Dan aku akan tetap berbuat demikian. Demi kebenaran Kristus dalam diriku, aku menegaskan, bahwa kemegahanku itu tidak akan dirintangi oleh siapapun di daerah-daerah Akhaya. Mengapa tidak? Apakah karena aku tidak mengasihi kalian? Allah mengetahuinya!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Adil dan benarlah karya tangan-Mu ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 111:1-2.3-4.7-8; R:7a)
1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Agung dan semaraklah pekerjaan-Nya, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
3. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; perintah-Nya kokoh lestari untuk selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Rm 8:15)
Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak, dalam roh itu kita akan berseru, "Abba, ya Bapa."
Yesus mengajarkan bahwa Bapa tahu apa yang kita perlukan. Ia mengajarkan doa yang singkat namun mendalam. Bapa mengampuni kita, jika kita mengampuni orang lain.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:7-15)
"Berdoalah kalian demikian."
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Jadi janganlah kalian seperti mereka. Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan, sebelum kalian minta kepada-Nya. Maka, berdoalah kalian demikian: Bapa kami, yang ada di surga, dimulakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin. Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian pula. Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Ketulusan hati adalah kunci relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama. Semakin hati kita tulus, maka relasi kita dengan Tuhan dan sesama juga semakin baik. Pesan ini disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Jika kita memiliki hati yang tulus, maka doa-doa dan hidup kita pun akan menjadi sederhana namun mendalam. Contoh dari hal ini adalah doa Bapa Kami, sebuah doa yang sederhana namun mendalam (Mat 6:9-13). Kiranya berkat rahmat Tuhan kita makin tulus dan sederhana di hadapan Tuhan.
Antifon Komuni (Mzm 98:1)
Tuhan adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorai dan banyak pulau bersukacita!
Doa Malam
Tuhan Yesus, seringkali kami mengampuni sesama namun secara kurang tulus. Bantulah kami agar dengan doa yang sederhana dan pemahaman yang mendalam akan kasih dan pengampunan-Mu kami dapat belajar terus-menerus untuk mengampuni orang lain secara nyata dan tulus. Amin.

Rabu, 19 Juni 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 19 Juni 2019
Hari Biasa Pekan XI
2 Korintus (9:6-11)
(Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9)
Matius (6:1-6.16-18)
"Intentio pura - Maksud yang tulus/murni."
Inilah kualitas iman yang diharapkan Yesus di tengah banyak orang yg mudah ber-intentio "pura-pura" (penuh akal bulus/tidak murni).
Adapun, dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda dengan tulus-lurus dan kudus: "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat."
Yesus mencela sikap hidup orang beriman yang "dangkal/banal" karena penuh kosmetika kepalsuan/kepura-puraan (Jawa: "slintat slintut") sekedar mau pamer/dipuja puji orang. Sikap ini juga kerap kita sebut sebagai mentalitas orang yang munafik ("MUlutnya pedas-NAlurinya iri dan FIKirannya negatif").
Secara sederhana, penghayatan iman orang kristiani yang tulus-lurus dan kudus setidaknya mencakup "4 pilar dasar/tetralogi", yakni "PDAM", antara lain:
A."P" = "Puasa":
Relasi dialog dengan diri sendiri, karena seperti kata St. Leo Agung, berpuasa itu tidak hanya berarti mengurangi makan/minum tapi memberantas semua habitus/kebiasaan jahat dalam diri kita supaya lebih reflektif dan instrospektif.
B."D" = "Doa":
Relasi dialog dengan Tuhan entah devosi/kontemplasi/meditasi, sehingga kita lebih mengalami "intimitas cum Deo, keakraban dengan yang ilahi" setiap hari.
C."A" = "Amal":
Relasi dialog dengan sesama, terlebih yang kecil dan miskin sehingga kita semakin hidup berbelarasa dan menjadi sahabat bagi semua orang.
D."M" = "Misa":
Relasi dialog bersama Gereja, karena jelaslah iman kita bersama iman gereja mesti berdimensi ekaristis, siap untuk dipilih diberkati dipecah dan dibagi-bagi bagi hidup sesama dan semesta.
"Makan srikaya di Surakarta - Mari berkarya penuh sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Zelo zelatus sum pro Domino Deo exercituum - Aku bekerja segiat-giatnya demi kemuliaan Tuhan semesta alam".
Inilah motto yang saya dapatkan di pintu masuk sebuah sekolah Katolik tertua di Malang, yakni SMA St Albertus Dempo ketika saya memberi retret tahunan untuk para guru dan beberapa bruder/suster Karmelit disana.
Nah, mengacu pada bacaan hari ini, setidaknya ada 3 hal dasar yang bisa kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan yakni "PDA" - "Puasa Doa & Amal" : Dengan puasa, kita diajak untuk lebih bersabar; dengan doa, kita diajak untuk lebih beriman; dengan amal, kita diajak untuk lebih berbagi.
Ke 3 hal ini, “Puasa Doa Amal” yang mengajak kita belajar “bersabar-beriman dan berbagi” tentunya dimaksudkan semata mata demi kemuliaan Tuhan atau dalam bahasa para suster Ursulin, "Soli Deo Gloria," karena kita lakukan dengan hati yang tulus/"munajat".
Di lain matra, Yesus hari ini juga mengatakan tentang sikap yang dibenciNya karena jelas tidak memuliakan nama Tuhan semesta alam adalah sikap yang penuh akal bulus/"munafik".
Dalam buku saya, "TANDA" (RJK, Kanisius), ada 3 indikasi dasar orang munafik, al: "MUlutnya pedas-NAlurinya iri & FIKirannya negatif.
Nah, bersama teladan iman yang saya dapat dari motto sekolah Dempo Malang ini, marilah kita juga semakin giat ber"PDA", berpuasa berdoa dan beramal secara tulus, dan semakin giat juga menanggalkan sikap-sikap munafik yang penuh akal bulus, sehingga dengan perbuatan baik dan ketulusan hati, namaNya semakin dimuliakan dan hidup kita semakin diselamatkan.
"Belajar Kalkulus bersama Romo Sixtus –
Jadilah orang yang berhati tulus seperti Kristus."
2.
"When you Pray, Fast, and Give Alms"
A.
Gospel Reading:
Matthew 6:1-6, 16-18
"Beware of practicing your piety before men in order to be seen by them; for then you will have no reward from your Father who is in heaven. "Thus, when you give alms, sound no trumpet before you, as the hypocrites do in the synagogues and in the streets, that they may be praised by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you give alms, do not let your left hand know what your right hand is doing, so that your alms may be in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you pray, you must not be like the hypocrites; for they love to stand and pray in the synagogues and at the street corners, that they may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward.
But when you pray, go into your room and shut the door and pray to your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you fast, do not look dismal, like the hypocrites, for they disfigure their faces that their fasting may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you fast, anoint your head and wash your face, that your fasting may not be seen by men but by your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you."
B.
Meditation.
Are you hungry for God and do you thirst for his holiness? God wants to set our hearts ablaze with the fire of his Holy Spirit that we may share in his holiness and radiate the joy of the gospel to those around us. St. Augustine of Hippo tells us that there are two kinds of people and two kinds of love: "One is holy, the other is selfish. One is subject to God; the other endeavors to equal Him." We are what we love. God wants to free our hearts from all that would keep us captive to selfishness and sin. "Rend your hearts and not your garments" says the prophet Joel (Joel 2:12). The Holy Spirit is ever ready to transform our hearts and to lead us further in God's way of truth and holiness.
Why did Jesus single out prayer, fasting, and almsgiving for his disciples? The Jews considered these three as the cardinal works of the religious life. These were seen as the key signs of a pious person, the three great pillars on which the good life was based. Jesus pointed to the heart of the matter. Why do you pray, fast, and give alms? To draw attention to yourself so that others may notice and think highly of you? Or to give glory to God? The Lord warns his disciples of self-seeking glory - the preoccupation with looking good and seeking praise from others. True piety is something more than feeling good or looking holy. True piety is loving devotion to God. It is an attitude of awe, reverence, worship and obedience. It is a gift and working of the Holy Spirit that enables us to devote our lives to God with a holy desire to please him in all things (Isaiah 11:1-2).
What is the sure reward which Jesus points out to his disciples? It is communion with God our Father. In him alone we find the fulness of life, happiness, and truth. May the prayer of Augustine of Hippo, recorded in his Confessions, be our prayer this Lent: When I am completely united to you, there will be no more sorrows or trials; entirely full of you, my life will be complete. The Lord wants to renew us each day and give us new hearts of love and compassion. Do you want to grow in your love for God and for your neighbor? Seek him expectantly in prayer, with fasting, and in generous giving to those in need.
The forty days of Lent is the annual retreat of the people of God in imitation of Jesus' forty days in the wilderness. Forty is a significant number in the scriptures. Moses went to the mountain to seek the face of God for forty days in prayer and fasting. The people of Israel were in the wilderness for forty years in preparation for their entry into the promised land. Elijah fasted for forty days as he journeyed in the wilderness to the mountain of God. We are called to journey with the Lord in a special season of prayer, fasting, almsgiving, and penitence as we prepare to celebrate the feast of Easter, the Christian Passover. The Lord gives us spiritual food and supernatural strength to seek his face and to prepare ourselves for spiritual combat and testing. We, too, must follow in the way of the cross in order to share in the victory of Christ's death and resurrection. As we begin this holy season of testing and preparation, let's ask the Lord for a fresh outpouring of his Holy Spirit that we may grow in faith, hope, and love and embrace his will more fully in our lives.
"Lord Jesus, give me a lively faith, a firm hope, a fervent charity, and a great love of you. Take from me all lukewarmness in the meditation of your word, and dullness in prayer. Give me fervor and delight in thinking of you and your grace, and fill me with compassion for others, especially those in need, that I may respond with generosity."
C.
Daily Quote from the Early Church Fathers.
"Christians must always live in this way, without any wish to come down from their cross - otherwise they will sink beneath the world's mire. But if we have to do so all our lives, we must make an even greater effort during the days of Lent. It is not a simple matter of living through forty days. Lent is the epitome of our whole life." (Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 205, 1)
3.
Kutipan Teks Misa:
Tidak ada orang kuat karena kekuatannya sendiri, sebab kodrat manusia itu lemah. --- St. Siprianus
“Percayalah, orang yang sungguh-sungguh rendah hati akan diberi Tuhan hati yang damai” (Sta. Teresia dari Avila)
Antifon Pembuka (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahamurah, ajarilah kami menaruh belas kasih kepada sesama, sebagaimana Engkau telah menaruh belas kasih kepada kami. Semoga kami dengan tulus ikhlas mendermakan apa yang kami terima berkat kemurahan hati-Mu, ya Allah dan Bapa kami. Doa ini kami persembahkan kepada-Mu dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (9:6-11)
"Allah mengasihi orang yang memberi sukacita."
Saudara-saudara, camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula. Sebaliknya orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau terpaksa. Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kalian, supaya kalian senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis, “Ia murah hati, orang miskin diberi-Nya derma. Kebenaran-Nya tetap untuk selama-lamanya.” Dia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Dia juga yang akan menyediakan benih bagi kalian serta melipatgandakannya, dan menumbuhkan buah kebenaranmu. Kalian akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.
Ayat. (Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau."
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Beberapa slogan yang seringkali kita dengar dalam iklan-iklan di televisi misalnya, “Sekarang cowok-cowok pada nempel semua.” Atau, “Jadilah anak hebat,” dan masih banyak lagi. Singkatnya, saat ini setiap orang ditantang untuk menjadi yang terhebat; dan untuk menjadi yang terhebat “kamu harus menampilkan dirimu”, “harus menunjukkan kehebatanmu”.
Oleh karena itu, dalam pergaulan di tengah masyarakat, khususnya di kalangan anak muda atau remaja, dikenal istilah narsis atau eksis. Kalau ada anak muda atau remaja tidak suka narsis atau eksis lantas dianggap tidak gaul.
Injil hari ini justru berbicara sebaliknya, yaitu soal menjad tersembunyi. Kalau kamu memberi jangan digembar-gemborkan; kalau tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu; kalau kamu berdoa, masuklah ke dalam kamar dan tutuplah pintu; kalau kamu puasa minyakilah kepalamu supaya jangan sampai orang lain tahu bahwa kamu sedang puasa. Yesus ingin agar apa yang kita lakukan itu “tersembunyi”, orang lain tidak harus tahu.
Mungkin kita bertanya, “Mengapa Yesus mengajarkan soal ketersembunyian, tidak menampilkan diri atau tidak menonjolkan diri?” Jawabannya, karena Allah kita adalah Allah yang tersembunyi. Allah yang senantiasa melihat dari tempat yang tersembunyi. Yesus ingin agar kita juga belajar bagaimana “menyembunyikan” diri, khususnya dalam hidup beriman. Dalam hidup beriman kata “menyembunyikan diri” sering kita sebut sebagai kerendahan hati.
Yesus ingin agar kita menjadi murid-murid-Nya yang rendah hati. Bagi Yesus, hidup beriman itu tidak untuk dipamerkan, tetapi untuk diresapkan sampai ke relung hati yang terdalam dan tersembunyi, sehingga seperti dialami oleh Rasul Paulus, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal 2:22).
Jika Allah kita adalah Allah yang tersembunyi, maka satu-satunya bagi kita untuk semakin dekat dengan Allah adalah jalan ketersembunyian atau kerendahan hati. Santa Teresia dari Avila mengatakan, “Percayalah, orang yang sungguh-sungguh rendah hati akan diberi Tuhan hati yang damai” (Puri Batin, III:1,9). Inilah buah dari semangat hidup sebagai murid-murid Tuhan yang berani menjadi tersembunyi.
Antifon Komuni (Mzm 112:9)
Orang takwa memberi derma dengan murah hati. Kebaikannya tetap selamanya; kekuatannya tiada bandingnya.
====
MADAH HARIAN PAGI
(Rabu, 19 Juni 2019)
Mari kita putra terang
Tampil maju dan berjuang
Diresapi s’mangat Kristus
Jadi abdi dengan tulus.
Jangan lupa mohon Tuhan
Agar kita diarahkan
Pada tujuan sejati
Setia sepanjang hari.
Allah cahaya sejati
Sinarilah hati kami
Agar mampu memantulkan
Kristus terang kehidupan.
Terpujilah Allah Bapa
Terpujilah Allah Putra
Bersama Roh Kudus pula
Sekarang dan selamanya. Amin.
DOA
Tuhan yang mahamurah, semoga cahaya-Mu yang suci memenuhi hati kami, supaya kami tetap mengabdi Engkau dalam tingkah laku kami. Sebab Engkau telah menciptakan kami dengan bijaksana dan tetap membimbing serta memelihara kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
NB:
INSPIRASI PAGI
Ketulusan
Rabu, 19 Juni 2019 – Hari Biasa Pekan XI
Matius 6:1-6, 16-18
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
***
Bacaan dari Injil Matius hari ini membuat saya ingin merenungkan tentang ketulusan. Dalam dunia pada umumnya, nilai yang bekerja adalah nilai timbal balik. Kalau saya memiliki uang tiga ribu rupiah, saya bisa membeli satu botol air mineral ukuran sedang. Kalau saya bekerja lebih dari jam kerja yang seharusnya, saya berhak mendapatkan uang lembur. Begitulah cara kerja dunia.
Yesus hari ini beberapa kali berkata, “Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Nilai yang ditawarkan oleh Yesus dan Kerajaan Allah bukanlah nilai timbal balik. Nilai yang dibawa oleh Yesus adalah ketulusan. Hendaknya kita tulus dalam melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan. Ketika kita memberi sedekah, kita memberi karena sungguh ingin memberi. Kita sungguh ingin membantu dan membahagiakan orang yang kita beri. Kita tidak mengharapkan balasan apa-apa, bahkan balasan dari Tuhan pun tidak. Kita tulus memberi demi kebaikan orang lain.
Gara-gara terpenjara dalam nilai timbal balik, orang terkadang marah kepada Tuhan. “Saya sudah ke Gereja setiap hari, saya sudah ke Gua Maria, saya sudah memberi derma, kenapa anak saya tidak disembuhkan dari sakit? Kenapa usaha saya tidak berkembang? Kenapa saya tidak lulus dengan baik?” Itulah mentalitas nilai timbal balik. Orang memberi dengan harapan Tuhan membalas. Namun, Tuhan tidak bisa diatur oleh manusia. Lagi pula, Tuhan sudah memberi rahmat yang cukup untuk kita semua. Sadarkah kita bahwa Tuhan sudah menganugerahi kita rahmat yang sesuai dengan kebutuhan kita?
Dunia sekarang ini sudah dipenuhi oleh orang-orang egois yang mengimani nilai timbal balik, yang sibuk memperkaya diri sendiri dan haus akan tepuk tangan dari sekitarnya. Karena itulah dunia membutuhkan ketulusan. Dunia membutuhkan orang-orang tulus yang berani memberi tanpa mengharap kembali. Dunia membutuhkan orang-orang tulus yang memikirkan kebaikan sesama dan dunia secara sungguh-sungguh. Hanya orang-orang tulus yang dapat membawa perubahan dan kebaikan bagi hidup bersama. Saudara-saudari sekalian, apakah kita termasuk di dalamnya? (EJ)

Selasa, 18 Juni 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 18 Juni 2019
Hari Biasa Pekan XI
2 Korintus (8:1-9)
(Mzm 146:2.5-6.7.8-9a)
Matius (5:43-48)
“Deus caritas est - Allah adalah kasih.”
Itulah ensiklik pertama Paus Emeritus Benediktus XVI yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius).
Ya, karena Allah adalah kasih, kita juga diharapkan selalu memancarkan wajah Allah yang penuh dengan vitamin “C “-CINTAKASIH.
Jelasnya, seperti Allah yang menjadi “gift/kado” bagi hidup kita, kita juga diajak menjadi “gift/kado” bagi hidup sesama dan dunia kita.
Dalam buku saya, “TANDA” (RJK, Kanisius), ada dua jalan iman supaya kita bisa menjadi “kado” dan berbagi ”kado”, yakni: "KAsihi dan DOakan", bahkan termasuk kepada orang yang menjadi ”musuh”: menyakiti hati/membenci diri kita: “KAsihilah musuhmu dan berDOalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat 5:44).
Musuh sendiri bisa berarti seseorang yang kita benci, mungkin karena menyebabkan kerugian-sakit hati-kekecewaan/kejatuhan, dan karenanya mereka ini tidak layak diampuni apalagi dikasihi. Tapi bukankah cinta itu kasih dan bukankah kasih itu adalah inti hukum kristiani?
Pertanyaannya:
Mengapa kita harus menjadi “kado”? Alasannya adalah karena dengan menjadi “kado”, kita bisa menjadi anak-anak Bapa: "Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar."
Alfred Plummer menulis: “To return evil for good is devilish; to return good for good is human; to return good for evil is divine. To love as God loves is moral perfection." Plummer benar! Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis memasuki hati kita. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sesuatu yang insani, sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi.
Untuk kehidupan kita, rasa sakit hati dan kebencian tidaklah sehat. Kita tidak akan pernah bisa hidup bahagia dalam damai dan sukacita jika kita terus menyimpan dendam dan kebencian. Kita tidak bisa ubah mereka tapi kita bisa ubah cara pandang kita tentang mereka.
Lihatlah bagaimana tindakan Yesus menjadi “kado” di atas kayu salib (wasiat pertama, Luk 23:34). Sudahkah kita juga belajar menjadi “kado”?
"Pak Widodo makan kurma - jadilah kado bagi sesama.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Omnibus in rerum adiunctis operam demus Regni Dei laetitiae ostendendae!
Let us try to express the joy of God’s Kingdom in every way possible!
Marilah kita mencoba untuk mengungkapkan sukacita Kerajaan Allah dalam segala cara!
===
Sancte Spiritus, conspiratio Dei, qui pavorem in fiduciam et praeclusionem in donum convertis, intra in nos!
Holy Spirit, harmony of God, You who transform fear into trust and hard-heartedness into gift, come into us!
Roh Kudus, kerukunan Allah, Engkau yang mengubah rasa takut menjadi kepercayaan dan kekerasan hati menjadi karunia, datanglah ke dalam diri kami!
MADAH HARIAN PAGI
(Selasa, 18 Juni 2019)
Gelap berkurang, malam hampir hilang
Fajar gemilang menyebarkan terang.
Marilah kita memanjatkan doa
Kepada Bapa.
Semoga Bapa berbelas kasihan
Membimbing kita dalam pengabdian
Dan merestui karya darma bakti
Sepanjang hari.
Ya Bapa kami, sudilah kabulkan
Harapan hati yang kami ungkapkan
Secara tulus demi Yesus Kristus
Dalam Roh Kudus. Amin.
DOA
Allah yang mahakuasa, segala kebaikan dan setiap keindahan Kauciptakan dalam cinta kasih-Mu. Semoga kami memulai hari ini dengan sukacita dan mengisinya dengan usaha cinta kasih bagi-Mu dan bagi semua saudara kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
1.
"Domus Pacis - Rumah Damai".
Inilah nama sebuah rumah singgah buat para imam projo di kota Jogja. Kita juga diajak mjd "rumah damai" dg semangat kasi dan pengampunan.
Adapun hari ini Yesus ajak kt u/mempunyai "rumah damai" dg berbagi "kado" yg punyai 2 jalan cintanya, al:
A.KAsihi musuhmu:
Mengasihi org yg mengasihi kita adl hal yg biasa, tp yg luar biasa, hari ini Yesus ajak kt u/mengasihi musuh, yakni org yg membenci+menyakiti hati, kdg menjatuhkan+menyingkirkan kt. Sulit tp inilah yg dimintaNya spy kt mjd org yg luar biasa dlm Tuhan krn sll hidup dg nada dasar "C", Cinta.
B.DOakan org yg menganiaya kt:
Kt mjd sakit/terluka ktika dianiaya dg kata/sikap/tind yg menjatuhkan+menjelekkan hdp kt: dicap buruk-disingkirkan+dikorbankan.. Bukankah sakit/luka hati kita itu butuh obat spy bisa sembuh? St Thomas Aquinas mengatakan, "doa yg panjang adl obat mujarab."
Ya, Yesus ajak kt u/iklas mendoakan mrk yg menganiaya kt dg hati besar krn dg bgitu kt mjd anak-anak Allah. Ya, Yesus mengajak kt mjd pribadi yg luar biasa dg nada dasar "D", Doa dlm hdp kt stiap harinya..
"Cari arang dan selasih - Jadilah org yg berbelaskasih".
2.
"Misericordia - Kerahiman Ilahi."
Inilah salah satu devosi yang ditekankan pada Tahun Yubileum yang sarat dengan pesan kerahiman.
Adapun hari ini Yesus sang Raja Kerahiman berkata kepada para muridNya: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Dengan kata lain: Kita diajak menjadi orang yang memiliki "kerahiman ilahi" dengan memiliki "kado": "KAsihi+DOakan". Kita diajak menjadi "kado", terlebih bagi musuh yakni orang yang menyakiti dan membenci kita. Tidak usah dibalas/digerutu, cukuplah dikasihi dan didoakan.
Bagi banyak orang, musuh sendiri adalah orang yang dibenci karena menyebabkan kerugian-sakit hati-kecewa-terpuruk-gagal dll, bisa rekan seiman dan seimam, serumah/se-tempat kerja.
Yang pasti, akibat adanya musuh, kita malahan bisa dikotori oleh perasaan benci dan keinginan untuk membalas dendam serta menghancurkan orang lain. Atau paling tidak, kita ingin melihat mereka menderita. Manusiawi tapi sebenarnya dengan cara demikian, kita malahan akan selalu dipenuhi perasaan dan pikiran negatif, mudah marah dan tersinggung.
Hari inilah, seperti wasiat Yesus yang pertama di atas salib, yang juga ditunjukkan oleh martir pertama bernama Stefanus, kitapun diajak berani berjiwa besar dengan berseru: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Mengapa harus demikian? Karena dengan mengasihi dan mendoakan musuh lah kita menjadi anak Bapa yang menerbitkan matahari bagi org jahat dan orang baik serta menurunkan hujan bagi org benar dan tidak benar.
Seorang penulis, Alfred Plummer pernah berkata: "membalas kebaikan dengan kejahatan= membiarkan iblis masuk di hati kita, membalas kebaikan demgan kebaikan= hal yang insani dan wajar terjadi, tapi membalas kejahatan dengan kebaikan= sifat insani.
Bukankah ini yang dimintaNya, supaya kita menjadi sempurna, mempunyai sifat ilahi? Bukankah rasa benci yang terus dipupuk tidak menyehatkan? Dan, bukankah kita tidak pernah bisa hidup bahagia kalau masih menyimpan dendam dan luka kepada sesama?
"Cari arang di tengah pasar - Jadilah orang yang berjiwa besar."
3.
"Giver"
Inilah julukan yang kerap saya berikan kepada orang yang selalu berani menjadi orang yang "positif", yang selalu berjuang mengasihi-melayani dan mengampuni sesamanya, bahkan sesamanya yang kadang menyakiti hati dengan gosipan-fitnahan/ucapan yang tidak tulus.
Keutamaan "giver" ini berbanding terbalik dengan "taker", yang suka ber-negatif ria, penuh intrik-taktik, palsu dan tidak tulus.
Mengacu pada pesan ilahi hari ini, adapun dua hal yang bisa diperbuat seorang "giver" adalah menjadi "kado", KAsihilah musuhmu dan berDOalah bagi mereka yang menganiaya kalian".
Inilah juga yang dikatakan Yesus sebagai syarat untuk menjadi anak-anak kerajaan surga, yang selalu belajar berpikir positif-sportif dan produktif.
Sebuah cerita tambahan: 12 Mei 2014, dalam salah satu sharingnya, Jorge alias Paus Fransiskus mengatakan bahwa suatu kali, ketika masih frater, ia melakukan bimbingan dengan Bapa Rohaninya. Ia bercerita panjang lebar kalau sedang marah/berkonflik dengan salah satu temannya. Namun, Bapa Rohaninya hanya menanggapi dengan satu perkataan singkat: "Dimmi, tu hai pregato per lui?" (Katakan padaku, apakah kamu berdoa untuknya). Dan Jorge menjadab, "No". Lalu, Bapa Rohaninya melanjutkan, "Abbiamo finito" (Bimbingan kita selesai).
Disinilah, kita diajak untuk berani menjadi "giver" dengan mulai berjiwa besar untuk mendoakan orang lain karena bukankah dengan doa kita juga bisa sekaligus menjadi "teacher/guru" dan "healer/penyembuh" bagi banyak orang dan bagi diri kita sendiri?
"Cari arang di tengah pasar - Jadilah orang yang berhati besar."
4.
"Sanctitas - Kekudusan."
Lima kali dalam kitab Imamat, Allah berkata, “Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus”. (11:44,45, 19:2, 20:7,26).
Yesus menggemakan tema ini lagi ketika berkata: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yg di surga” (Matius 5:48).
Jelasnya, Ia mengajak kita memiliki kasih dan kekudusan sempurna: “berkatilah mereka yang mengutuk kamu dan berbuatlah baik kepada yang membenci kamu”.(Luk 6:27).
Secara insani, kita wajar diajak untuk mengasihi sesama (Im 19:18; Mat 19:19; 22:39; Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9; Gal 5:14; Yak 2:8) dan membenci musuh (Ul 23:6; Maz 139:21,22). Dalam bahasa Qumran:"mengasihi semua orang yang telah dipilihNya dan membenci semua orang yg telah ditolak-Nya (1 QS 1.4). Inilah yang kerap disebut sebagai ajaran lex talionis (mata ganti mata, gigi ganti gigi).
Tapi secara imani, kita dituntut “lebih”, yakni menjadi “kado”: KAsihilah+DOakan musuh.
Bisa jadi, hal ini dikarenakan di dunia ini sudah ada terlalu banyak kebencian dan terlalu sedikit belas kasihan, dimana kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggerutu ketimbang bersekutu, menghakimi daripada memahami dan menyakiti ketimbang memberkati.
Adapun salah satu cara untuk menjadi kado+“menghancurkan” musuh adalah dengan menjadikannya seorang sahabat. Karena itu, dengan pertolongan Allah, kasihilah musuh, doakanlah dan berbuat baiklah kepada mereka.
Seperti halnya Tuhan, bersiaplah untuk membalas kejahatan dengan kebaikan (Luk 23:34): "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat ilahi.
"Di Tangerang ada banyak pasar-Jadilah orang yang berjiwa besar."
5.
“Amor vincit omnia – Cinta mengalahkan segala!”
Bicara soal cinta kasih, kita mengingat ajakan Yesus untuk mengasihi musuh. Kasih (agapaƍ) yg diperintahkan disini ialah kasih yg membebaskan. Kasih itu sejenis dengan tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak (Yoh. 3:16), sehingga menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu adalah benar-benar anak-anak Bapa.
Sebagaimana kasih Allah itu sempurna, tidak kekanak-kanakan, demikianlah kita harus berusaha mendewasakan diri di dalam hal ini (bdg. Ef. 5:1, 2).
De facto, dalam "hukum" dunia, kata "mengasihi" dan "musuh" adalah dua kata yang bertolak belakang, karenanya tidak dapat dipersatukan. Dalam bahasa Inggris, musuh adalah enemy (Lat: inimicus - "bukan sahabat"), orang yang tidak bersahabat karena membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dsb.
Tapi Yesus mengatakan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44).
Ajaran mengasihi musuh tidak saja berdimensi teologis-berkenaan dengan aspek imani-tetapi juga berdimensi praktis dan logis karena:
a. Membenci musuh akan merugikan diri sendiri; tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain.
b.melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipatgandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang.
Terang, walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan.
Dengan memahami makna ajaran "KADO": KAsihi + DOakan musuh, kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram. Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk next level sebagai org beriman.
"Ada selasih ada kemiri-Andalkan kasih setiap hari."
6.
Kutipan Teks Misa:
Bentuk cinta yang tertinggi yaitu cinta kepada musuh-musuh kita. (St. Aelredus Abas)
“Betapa besar belas kasih Yesus Tuhan kepada kita, betapa banyak kasih sayang dan kebaikan-Nya.” (St. Siprianus)
Antifon Pembuka (2Kor 8:9)
Yesus meski kaya, telah menjadi miskin karena kalian, agar kalian menjadi kaya karena kemiskinan-Nya.
Doa Pembuka
Ya Allah, berkenanlah mengukir Putra-Mu dalam hati kami dan ajarilah kami melaksanakan cinta kasih-Nya sebagaimana telah diberikan teladan-Nya oleh Putra-Mu Yesus Kristus. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Paulus menceritakan bagaimana jemaat di Makedonia memberikan diri kepada Allah. Ia ingin jemaat di Korintus juga kaya dalam pelayanan kasih.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (8:1-9)
"Kristus telah menjadi miskin karena kalian."
Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kalian kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap, dan meskipun sangat miskin, mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Atas kehendaknya sendiri mereka minta dengan mendesak kami, agar mereka pun diperkenankan ikut memberi pelayanan kepada orang-orang kudus. Dan mereka memberikan lebih banyak daripada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. Sebab itu kami mendesak Titus, supaya ia mengunjungi kalian, dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. Maka sekarang hendaknya kalian kaya dalam pelayanan kasih ini, sebagaimana kalian kaya dalam segala sesuatu: dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami. Aku mengatakan hal ini bukan sebagai perintah! Tetapi dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasihmu, karena kalian telah mengenal kasih karunia Tuhan kita, Yesus Kristus: Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin karena kalian, supaya karena kemiskinan-Nya kalian menjadi kaya.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, hai jiwaku.
Ayat. (Mzm 146:2.5-6.7.8-9a)
1. Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
2. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong yang harapannya pada Tuhan, Allahnya: Dialah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya.
3. Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.
4. Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk. Tuhan mengasihi orang-orang benar, Tuhan menjaga orang-orang asing.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 13:34)
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan. Kasihilah sesamamu sebagaimana Aku mengasihi kamu.
Yesus mengajar kita untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi yang menganiaya kita. Ia menghendaki agar kita sempurna seperti Bapa di surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:43-48)
"Kasihilah musuh-musuhmu."
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian telah mendengar bahwa disabdakan, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian’. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat, dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Apabila kalian mengasihi orang yang mengasihi kalian, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kalian hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Rasul Paulus memuji jemaat di Efesus yang meskipun miskin dan terbatas namun mereka tetap murah hati; mereka mampu memberi dari kekurangannya. Kunci dari kemurahan hati ini adalah rasa syukur. Semakin kita bersyukur maka kita pun akan semakin mampu untuk murah hati. Sebagai umat Kristiani kita juga dipanggil Tuhan untuk menjadi sempurna sebagaimana Bapa di surga (Mat 5:48). Letak kesempurnaan kita adalah dalam sikap murah hati yang didahului dengan sikap penuh syukur. Semoga karena rahmat Roh Kudus kita semakin mampu untuk bersyukur dalam hidup kita.
Antifon Komuni (Mat 5:44)
Kasihanilah musuh-musuhmu, dan doakanlah mereka yang menganiaya kamu.
Doa Malam
Allah Bapa Mahapengasih, orang baik dan orang jahat sama-sama Kausinari matahari-Mu, sebab Engkau menghendaki semua orang menerima cinta kasih-Mu yang berlimpah. Kami mohon, semoga segala yang kami usahakan ini benar-benar tumbuh dari cinta kasih murni. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.