Ads 468x60px

Perayaan Ekaristi Peringatan Hari ke-40

DASAR TEOLOGIS, LITURGIS, DAN PASTORAL

1. Dasar Teologis
Refleksi teologis akan kematian tentu saja tidak terlepas dari dimensi antropologis setiap manusia. Dikatakan dalam suatu ungkapan ‘manusia pasti mati’ maka fakta kematian merupakan sesuatu yang tak terelakkan dan tetap meninggalkan misteri yang tak pernah tuntas tersingkap oleh manusia. Kematian dapat menjadi pengalaman pahir yang dapat mengguncang manusia namun sekaligus dapat dimaknai sebagai suatu pengalaman iman. Kehilangan orang dekat, misalnya anak kehilangan ayah, dapat menyebabkan sang anak mengalami kepedihan yang luar biasa. Kepedihan seperti ini dapat berlarut-larut dan meninggalkan duka, kesepian, dan kepedihan mendalam pada hari-hari selanjutnya.



Menjumpai situasi demikian, kehadiran sesama yang dapat menghibur dan meneguhkan tentu dapat menjadi obat bagi mereka yang baru saja ditinggalkan. Kehadiran sesama yang turut mendoakan arwah sanak saudara yang telah berpulang itu mampu memberikan kekuatan, harapan, penghiburan yang membesarkan hati. Maka, seluruh tata cara perayaan dalam rangka memperingati kematian (hari ke-3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun, atau 1000 hari) terlebih hendak mengungkapkan kebutuhan akan kebersamaan. Dalam kebersamaan dengan sesama seiman, ada peneguhan di saat-saat sulit sekalipun, sekaligus merefleksikan peristiwa tersebut sebagai peristiwa iman yang menyelamatkan.



Bagi orang Kristen kematian bukanlah semata-mata akhir hidup atau suatu kebinasaan, melainkan suatu peristiwa iman. Dengan iman yang kita yakini, kita mendapat jawaban atas pertanyaan terkait dengan kematian. Jawaban itu terdapat dalam misteri kematian Tuhan kita Yesus Kristus yang wafat dan bangkit untuk keselamatan. Dalam terang iman kristiani, kematian menjadi peristiwa penyerahan diri seutuhnya kepada Allah, Sumber dan Tujuan hidup kita. Kematian menjadi saat menantikan tindakan Allah yang penuh belas kasih yang akan membangkitkan kita berkat jasa Yesus Kristus. Di sinilah, timbul pengharapan kita sebagai orang Kristen yang berarti mengimani Yesus Kristus.

Refleksi kristologis ini penting sebab mengungkapkan harapan bahwa Kristus “akan merubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:21). Karena iman kepada Yesus Kristus melalui pembaptisan, kita disatukan dengan kematian-Nya, sehingga kita pun boleh turut serta dalam kebangkitan-Nya. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rm 6:5). Demikianlah dalam pandangan kristiani, hidup ini bukan dilenyapkan oleh kematian, melainkan hanya diubah saja. Dengan kematian, kehidupan kita yang fana ini diubah oleh Allah berkat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus kepada kehidupan abadi bersama keluarga Allah yang berbahagia.

Ungkapan iman sebagaimana tersebut di atas begitu indah disebut dalam ibadat jalan salib khususnya perhentian XIV yakni “Yesus Dimakamkan”. Dikatakan: “Maut tidak dapat menahan Tuhan. Dari kubur-Nya bangkitlah kehidupan; cinta Yesus lebih kuat dari pada maut. ‘Kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tinggal sendirian! Namun bila ia mati, ia berbuah banyak’. Bagi kita orang Kristen, maut tidak boleh menakutkan; bila kita mengikuti Yesus pada jalan salib hidup kita, maka Ia akan menyediakan pula bagi kita hari Paskah yang cerah”.

Dengan demikian, mendoakan saudara-saudari seiman yang telah meninggal dan diungkapkan dalam suatu ibadat atau perayaan Ekaristi menjadi salah satu bentuk pengungkapan iman Gereja. Di situ, terungkap dengan nyata kesatuan yang erat antara kita yang masih hidup di dunia ini (Gereja yang masih mengembara) dengan saudara-saudari kita yang telah mengalami kebahagiaan kekal di surga (Gereja Mulia), dan juga dengan mereka yang masih berada di api penyucian (Gereja yang sedang menderita). Inilah ungkapan yang sangat jelas communio sanctorum baik yang sifatnya sinkronis maupun yang diakronis.

Lalu, semakin lengkaplah kalau diadakan perayaan Ekaristi sebab menurut Pedoman Umum Misale Romawi, kurban ekaristis Paskah Kristus dipersembahkan oleh Gereja bagi para arwah. Sebab semua anggota Tubuh Kristus merupakan persekutuan, sehingga yang sudah mati pun menerima pertolongan rohani, sedangkan yang masih hidup dihibur dengan harapan. Menurut E. Martasudjita, Ekaristi adalah sakramen puncak kebersamaan sebab di dalam perayaan Ekaristi seluruh misteri kehidupan bersama dengan Allah dan manusia yang mengalami kepenuhannnya dalam Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman.


2. Dasar Liturgis
Praktik mendoakan orang-orang yang telah meninggal sudah berlangsung lama dalam sejarah Gereja. Gereja memiliki iman dan pengharapan yang besar akan kerahiman dan belas kasihan Allah kepada umat-Nya sebagaimana telah ditampakkan dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Perayaan liturgi dan ibadat Gereja untuk orang-orang yang meninggal sudah dikenal sejak awal abad kedua. Doa-doa untuk orang yang meninggal itu sudah dimasukkan ke dalam doa-doa Perayaan Ekaristi. Akan tetapi, berbeda dengan suasana dan semangat orang kafir yang begitu sedih meratapi kematian saudara-saudarinya, suasana dan semangat dasar perayaan liturgi untuk orang mati dalam Gereja sangat diwarnai oleh iman dan pengharapan akan kebangkitan orang mati berkat pahala Tuhan kita Yesus Kristus.

Oleh karena itu, suasana dan semangat dasar seluruh tata perayaan liturgi dan ibadat di seputar kematian bernada penuh pengharapan dan bukannya rasa sesal, kepedihan, dan putus asa. Maka, seluruh bacaan, homili, doa, dan nyanyian hendaknya bersuasanakan pengharapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Melalui perayaan liturgi dan ibadat untuk orang yang telah meninggal, kita ingin memuliakan Allah, memohonkan kebahagiaan abadi bagi yang meninggal, meneguhkan iman dan menghibur keluarga yang ditinggalkan, sekaligus menyadarkan seluruh umat beriman akan kehidupan kekal dan persekutuan para kudus, serta memberi kesaksian bagi kaum beriman lain tentang iman kita yang penuh pengharapan.

Hampir senada disebutkan dalam buku Madah Bakti bahwa dalam liturgi untuk orang mati, Gereja memberi penghormatan kepada jenazah, tentu juga termasuk dalam peringatan kematiannya, bukan untuk memujanya, bukan untuk menghalau roh-roh jahat ataupun menjauhkan roh orang mati jangan sampai mengganggu mereka yang masih hidup. Penghormatan atau peringatan tersebut merupakan cara kita melepas pergi seorang saudara, mengungkapkan persekutuan kita dengan kaum beriman yang sudah meninggal dan menyatakan kepercayaan dan harapan kita akan kebangkitan badan pada hari kiamat.


3. Dasar Pastoral
Sejak Konsili Vatikan II, Gereja sangat menghargai dan bahkan menganjurkan agar adat-istiadat setempat yang baik diintegrasikan ke dalam perayaan liturgi. Apa yang dipandang baik dalam adat dan masyarakat kita, seperti upacara memandikan atau mengafani jenazah, memasukkan jenazah ke peti, tirakatan, pemberkatan, pemberangkatan jenazah, pemakaman, kebiasaan berdoa untuk memperingati arwah (hari ke-3, 7, 40, 100, dst.) dan segala simbolisasinya yang baik, hendaklah diterima dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgi dan ibadat kematian ini. Hanya saja, semua itu harus diterangi dan dipusatkan pada misteri Paskah Kristus dan pengharapan akan kehidupan kekal.
Sebagaimana diungkapkan dalam dasar liturgis tadi bahwa dalam perayaan liturgi untuk orang mati, Gereja memberi penghormatan kepada mereka yang telah meninggal. Maksud penghormatan itu adalah untuk melepas kepergian seorang saudara yang telah mendahului kita, sekaligus ungkapan persekutuan, dan terutama untuk menyatakan kepercayaan dan harapan akan kebangkitan badan, “sebab bagi umat beriman hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan” (Prefasi arwah I).

Doa-doa di sekitar kematian diadakan juga untuk menghibur keluarga yang berkabung dan meneguhkan iman umat setempat. Bahkan ini sering merupakan kesempatan yang baik untuk mewartakan iman akan Kristus dan harapan akan kebangkitan kepada barangkali hadirin yang bukan Kristen. Maka, semua perayaan untuk orang mati harus dimanfaatkan sebagai sarana pastoral dalam pembinaan umat dan pewartaan Injil. Hal ini pula yang diungkapkan dalam Pedoman Umum Misale Romawi bahwa orang-orang beriman lain hendaknya mendapat perhatian dari imam, sebab imam harus mewartakan Injil kepada semua orang.

Dalam kasus kematian tertentu, misalnya untuk orang yang mati bunuh diri, tradisi kuno dalam Gereja mengajarkan bahwa tidak ada pelayanan resmi dan lengkap dari pihak Gereja. Hal ini mengungkapkan sikap tidak setuju Gereja terhadap tindakan manusia yang melampaui batas kekuasaannya sebagai ciptaan. Hidup manusia adalah milik Tuhan dan Ia juga yang berhak mengambilnya dari tangan manusia. Tindakan bunuh diri dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas-batas wewenang dan kuasa Allah atas manusia.

Namun dalam kenyataan sehari-hari, kita tentu perlu meninjau hal tersebut dengan melihat kasus per kasus. Tetap terbuka kemungkinan bagi pelayan resmi Gereja untuk melayani perayaan liturgi kematian, terutama dengan juga mempertimbangkan kemurahan hati Allah yang tak pernah tertutup bagi orang paling berdosa sekalipun. Kisah Yesus di salib yang mengampuni seorang penjahat yang digantung di sisi-Nya dan memperkenankannya turut masuk dalam kemuliaan di surga menjadi dasar yang kuat untuk menekankan kerahiman Allah bagi sang pendosa sekalipun. Selain itu, pelayanan dari pihak Gereja sekaligus menjadi penghiburan bagi keluarga yang beduka cita dan terpukul oleh peristiwa itu.


STRUKTUR DASAR PERAYAAN
Karena pada kesempatan peringatan kematian hari ke-40 ini dirayakan perayaan Ekaristi, struktur dasar perayaan adalah struktur dasar perayaan Ekaristi. Hanya saja karena perayaan Ekaristi ini berintensi khusus, doa-doa dan nyanyian misalnya, mesti disesuaikan dengan situasi yang ada.

1. Ritus Pembuka
Pada bagian ini, setelah tanda salib dan salam, imam menghantar umat beriman ke dalam suasana doa sekaligus mengarah kepada pertobatan. Imam mengajak umat, teristimewa keluarga yang ditinggalkan, untuk sekali lagi merenungkan misteri kematian dan pokok kepercayaan akan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit dengan mulia. Maka, bagian ritus pembuka ini penting untuk meneguhkan iman dan harapan seluruh umat beriman, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan apalagi kalau masih diselimuti duka mendalam.

Dimungkinkan pula untuk dibacakan riwayat hidup orang yang sudah meninggal oleh wakil umat, barangkali ada yang belum mengenal saudara yang sudah meninggal itu. Setelah itu dilanjutkan dengan doa tobat dan doa pembuka. Pada doa pembuka, imam menyesuaikan dengan kondisi orang yang meninggal, misalnya yang meninggal karena usia lanjut, kecelakaan (meninggal tiba-tiba), sakit keras, dan lain-lain.

2. Liturgi Sabda
Dalam situasi normal dapat disampaikan dua bacaan atau bahkan lebih. Kalau disampaikan dua bacaan, setelah bacaan pertama dapat dinyanyikan mazmur tanggapan atau nyanyian renungan yang sesuai. Dapat pula diadakan waktu hening yang lebih panjang. Akan tetapi bila situasi dan waktu yang tersedia tidak banyak dapat dipilih satu bacaan saja, yakni bacaan Injil. Sesudah bacaan terakhir, sebaiknya diadakan homili yang disesuaikan waktu yang tersedia. Homili berisi ulasan pewartaan sabda yang intinya membangkitkan dan meneguhkan harapan iman kristiani akan kebangkitan Kristus. Karena telah 40 hari lalu dipanggil Tuhan, riwayat hidup yang meninggal dapat pula dijadikan contoh teladan bagaimana menghidupi iman akan Yesus Kristus, namun tidak jatuh pada kata-kata pujian belaka.

Setelah disegarkan oleh sabda Tuhan, umat dan imam dapat menanggapinya dengan mengungkapkan iman kepercayaan (syahadat), atau langsung dilanjutkan dengan doa umat. Doa umat ini dikhususkan untuk mendoakan arwah yang telah meninggal dan meneguhkan kepercayaan keluarga yang ditinggalkan serta umat beriman lain.

3. Liturgi Ekaristi
Dalam liturgi Ekarisi ini, Gereja mengenangkan dan menghadirkan sungguh misteri wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Sebagaimana karya keselamatan Allah yang menjadi nyata dalam peristiwa Paskah itu, demikian pula kita umat beriman memiliki pengharapan bahwa tindakan Allah yang menyelamatkan itu, yakni dengan membangkitkan Yesus dari kematian juga terjadi dalam diri saudara yang kita doakan bersama ini.

Di sini Gereja mengungkapkan diri sebagai communio sanctorum. Dalam perayaan Ekaristi, hal ini dirayakan dalam persekutuan (komunio) seluruh jemaat. Komunio hidup jemaat ini dikaitkan dengan Gereja universal, persekutuan dengan pemimpinnya, juga pemimpin lokal yakni uskup, dan para rohaniwan serta biarawan-biarawati yang bersatu dengannya (sinkronis). Juga dikaitkan dengan Gereja yang sudah mulia maupun yang masih mengembara, masih dalam peziarahannya, dengan anggota yang masih hidup maupun yang sudah meninggal (diakronis). Gereja mengimani bahwa antara Gereja yang masih mengembara di dunia, yang sudah mulia di surga, dan yang masih menderita di api penyucian tetap terjalin relasi tak terpisahkan bahwa oleh maut sekalipun. Dan dalam Ekaristi, keyakinan ini diungkapkan dan dirayakan kembali dengan penuh iman dan harapan.

Bagian Doa Syukur Agung merupakan bagian terpenting dari liturgi Ekaristi ini. Seluruh iman kepercayaan sebagaimana disebut sebelumnya diungkapkan secara padat dalam doa syukur ini. Nanti, sebagai partisipasi aktif dalam Doa Syukur Agung, umat beriman disatukan dengan menerima santapan rohani yakni Tubuh (dan Darah) Kristus. Nyanyian yang digunakan dalam bagian-bagian liturgi Ekaristi hendaknya disesuaikan dengan maksud tiap bagian, walaupun dapat pula bertema kematian. Misalnya, saat persiapan persembahan dapat dinyanyian lagu persiapan persembahan. Sebagai penutup bagian ini, didoakan doa sesudah komuni yang mengungkapkan syukur atas santapan kudus, sifat eskatologis, dan pengutusan.

4. Ritus Penutup
Pada bagian ritus penutup ini dapat disampaikan kata-kata sambutan ataupun ucapan terima kasih seturut kebiasaan setempat. Kemudian, dilanjutkan dengan berkat dan pengutusan. Lagu penutup dapat dipilih sesuai tema yang diungkapkan pada keseluruhan perayaan Ekaristi yang berisi peneguhan dan pengutusan.


D. TEKS LENGKAP TATA PERAYAAN EKARISTI

TATA PERAYAAN EKARISTI
PERINGATAN ARWAH 40 HARI

Menjelang Perayaan Ekaristi seyogyanya diadakan PERSIAPAN dengan menciptakan suasana perayaan yang sesuai, baik di ruang perayaan (oleh umat) maupun di ruang ganti imam (oleh imam).

RITUS PEMBUKA

Lagu Pembuka "Allah dan Bapa” (MB 78)
Ketika Lagu Pembuka dinyanyikan, imam berjalan menuju ke tempat yang telah disediakan.
Tanda Salib

Setelah Lagu Pembuka selesai, imam dan umat membuat tanda salib dengan mengucapkan:
I Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U Amin.
Salam

Sesudah itu sambil membuka tangan, atau dengan cara lain, menurut kebiasaan setempat, imam menyampaikan SALAM kepada umat.
I Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu.
U Dan sertamu juga.

Pengantar
Dengan singkat, Imam menjelaskan tema Perayaan Ekaristi.
I Para saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, Allah yang menganugerahkan kehidupan telah memanggil kembali saudara kita …(nama)… ke dalam pangkuan kerahiman-Nya 40 hari yang lalu. Bersama keluarga yang ditinggalkan,
kita berkumpul untuk berdoa bagi saudara kita ini, sebab kita percaya bahwa entah hidup atau mati, kita semua milik Allah.
Kita percaya bahwa maut tidak akan berkuasa atas saudara kita ini sebab Tuhan Yesus sendiri akan membangkitkan saudara kita untuk kehidupan abadi bersama Allah di surga. Kita berharap dapat berjumpa lagi dengan saudara kita ini pada saat Tuhan datang dengan mulia untuk mengumpulkan semua sahabat-Nya dalam kerajaan Bapa di surga.

Pernyataan Tobat
Setelah hening sejenak, imam mengajak umat untuk menyesali dan mengakui dosa dengan kata-kata berikut:
I Saudara-saudari, marilah menyesali dan mengakui bahwa kita berdosa, supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

Imam memberi kesempatan untuk hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosa dengan mengucapkan Doa Tobat, disertai SIKAP TOBAT.
I + U Saya mengaku kepada Allah yang Mahakuasa dan kepada saudara sekalian,
bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan,
dengan perbuatan dan kelalaian,
Baris berikut diucapkan sambil menepuk dada.
Saya berdosa, saya sungguh berdosa.
Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria,
kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian,
supaya mendoakan saya pada Allah, Tuhan kita.

Dengan tangan terkatup, imam berkata:
I Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita,
dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U Amin.

Tuhan Kasihanilah Kami (MB 80)

Doa Pembuka
Sesudah Tuhan kasihanilah kami, imam mengucapkan Doa Pembuka dengan tangan terkatup:
I Marilah berdoa
Imam dan seluruh umat yang hadir hening sejenak, berdoa dalam hati.
Kemudian imam, sambil merentangkan tangan, mengucapkan DOA PEMBUKA yang diakhiri dengan rumusan Trinitaris.
I Allah yang kekal dan kuasa,
barangsiapa berdoa kepada-Mu dengan hati yang ikhlas,
tidak pernah Kau kecewakan.
Pada hari ini, kami berkumpul untuk mendoakan saudara kami tercinta …(nama)… yang telah Kau panggil 40 hari yang lalu.
Kami yakin saudara kami ini meninggal dalam imannya akan Engkau
yang Maha Kuasa atas hidup dan mati.
Kami yang mencintai saudara kami ini berdoa kepada-Mu,
curahkanlah belas kasih-Mu kepadanya.
Dalam hidupnya, saudara kami ini telah menunjukkan
bahwa ia beriman kepadaMu.
Kami mohon, satukanlah saudara kami ini dengan Kristus
dalam persekutuan para kudus di surga.
Sebab Kristuslah Tuhan dan satu-satunya pengantara kami yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U Amin.

LITURGI SABDA

Bacaan I
Imam duduk di tempat yang sudah disediakan kalau selama memimpin ia berdiri. Sementara itu, Lektor menuju mimbar atau tempat yang memungkinkan dilihat oleh umat yang hadir dan membacakan bacaan pertama. Seluruh umat duduk dengan tenang mendengarkan bacaan.
L Pembacaan diambil dari Kitab Kebijaksanaan (3:1-9).
Jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka.
Menurut pandangan orang bodoh mereka mati nampaknya,
dan pulang mereka dianggap malapetaka,
dan kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran,
namun mereka berada dalam ketenteraman.
Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia,
namun harapan mereka penuh kebakaan.
Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar,
sebab Allah hanya menguji mereka,
lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya.
Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya,
lalu diterima bagaikan korban bakaran.
Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya,
dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami.
Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat,
dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya.
Orang yang telah percaya kepada Allah akan memahami kebenaran,
dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya.
Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya.
Lektor mengakhiri bacaan dengan mengucapkan:
L Demikianlah Sabda Tuhan.
U Syukur kepada Allah.
Umat hening sejenak untuk meresapkan sabda Allah.
Lagu Renungan atas Sabda Allah “Dia Kubangkitkan” (MB 82)

Bait Pengantar Injil
Menyusul ALLELUYA (BAIT PENGANTAR INJIL) yang diangkat oleh solis atau koor atau bahkan imam sendiri. Seluruh umat berdiri sebagai ungkapan hormat pada Sabda Tuhan.
S Aleluya aleluya
U Aleluya aleluya
S Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita.
Allah telah melawat umat-Nya.
U Aleluya aleluya
Imam membungkuk ke arah altar sambil berdoa dalam hati sebagai berikut:
I Sucikanlah hati dan budiku, ya Allah yang Maha Kuasa,
supaya aku dapat mewartakan Injil-Mu dengan baik.

Bacaan Injil
I Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.
Sambil membuat tanda salib dengan ibu jari pada Kitab Injil, imam berkata/bernyanyi:
I Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas.
U Dimuliakanlah Tuhan.
Kemudian, imam membuat tanda salib dengan ibu jari pada dahi, mulut, dan dadanya sendiri. Lalu ia membacakan Injil. Seluruh umat mengikuti pewartaan Injil sambil berdiri.
Lukas 7:11-17
Pada waktu itu, Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain.
Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia,
dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar,
anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda,
dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan,
lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata,
dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “ Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus
di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Aklamasi sesudah Injil
Setelah pembacaan Injil selesai, imam menyerukan AKLAMASI di bawah ini:
I Demikianlah Injil Tuhan.
U Terpujilah Kristus.

Sesudah itu imam mengecup Injil dan berkata:
I Semoga karena pewartaan Injil ini dileburlah dosa-dosa kita.

Homili
Kemudian imam menyampaikan HOMILI sambil berdiri di depan tempat duduk atau di mimbar atau di tempat lain yang serasi. Seluruh umat mengikuti homili sambil duduk.
Saudara-saudari yang terkasih,

Kisah Injil tadi sungguh mengharukan hati. Yesus menunjukkan kepribadian yang agung dan penuh belas kasih. Biasanya Ia menyembuhkan atau membuat mukjizat bila ada yang meminta atau mendesak. Kini, Ia sendiri tergerak hati-Nya. Sepertinya Ia tidak tahan melihat penderitaan sang ibu janda yang ditinggalkan oleh anak laki-laki tunggalnya yang begitu dikasihi. Yesus menghibur sang ibu janda, dan terlebih ia membuat mukjizat dengan menghidupkan si anak kembali. Sang ibu janda itu pasti gembira sekali.

Lukas pasti mempunyai maksud tertentu dari pada sekedar mengenang apa yang dulu pernah dilakukan Yesus. Demikian pula kita pada saat ini kala merenungkannya, bukanlah pertama-tama untuk mengagumi belas kasih Yesus waktu dulu. Kasih, perhatian, keprihatinan-Nya terus berlanjut, terus Ia curahkan kepada mereka yang membutuhkannya.

Dan kita semua membutuhkannya, terutama keluarga yang ditinggalkan …(nama)… yang wafatnya kita peringati hari ini. Ini adalah hari yang ke-40. Namun bila teringat, mereka yang ditinggalkan bagaimanapun tetaplah merasa sedih. Perpisahan dengan seorang yang sangat dekat meninggalkan kesan tersendiri bagi yang terlibat.

Yesus Kristus hadir di tengah-tengah kita, dengan belas kasih, perhatian, dan keprihatinan-Nya. Belas kasih itu Ia berikan kepada kita. Ia tunjukkan dengan perbuatan-perbuatan nyata, yang dapat dirasakan oleh mereka yang beriman. Ia meringankan penderitaan kita, menghibur kita, dengan cara berbuat sesuatu demi kebaikan saudara kita yang kita peringati wafatnya pada hari ini. Yaitu memberinya kebahagiaan kekal sesuai belas kasih dan kerahiman Allah, berkat wafat dan kebangkitan Kristus.
Yesus yang bangkit dari kematian itu mengajak semua saja yang beriman dan yang tawakal untuk berbahagia bersama-Nya. Jika orang benar di tangan Allah, begitu kata pengarang kitab Kebijaksanaan, siksaan tiada menimpa mereka. Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, yang setia dalam kasih akan tinggal pada Allah. Sebab kasih setia dan belas kasihan dimiliki orang-orang pilihan Allah.

Gagasan semacam ini memberikan penghiburan, sekaligus juga ajakan bagi kita yang masih berjuang, hidup di dunia ini. Yaitu agar tetap setia kepada Allah, tetap percaya kepada-Nya, kendati segala kesukaran dan penderitaan yang kita sandang. Kita sama-sama berharap agar kita dapat merasakan belas kasih Allah. Berkat Tuhan menyertai kita kini dan sepanjang masa.
U Amin.

Sesudah homili, diadakan saat hening sejenak.

Doa Umat
Dengan tangan terkatup imam mengajak/mengundang umat untuk memanjatkan DOA UMAT. Kemudian menyusul DOA UMAT yang berisi permohonan-permohonan seluruh umat. DOA UMAT dimulai dan diakhiri oleh imam. Seluruh umat mengambil bagian dalam doa ini dengan menyerukan aklamasi pada akhir tiap-tiap ujud.

I Tuhan Yesus bersabda: “Setiap orang yang melihat Putera dan percaya kepada-Nya memiliki hidup abadi dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman!”
Menyadari akan kebaikan Allah dalam Putera-Nya, Yesus Kristus, marilah kita panjatkan doa-doa kita kepada Allah Bapa di surga.

L Tuhan Allah Bapa kami, kami berdoa untuk saudara kami ... (nama)...
yang telah Kau panggil 40 hari yang lalu. Ampunilah segala dosa-dosanya dan limpahilah dengan belas kasih-Mu. Sambutlah dia dalam kerajaan abadi yang penuh kebahagiaan dan kedamaian. Marilah kita mohon …
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L Kami juga berdoa bagi semua orang yang meninggal dalam pengharapan
akan kebahagiaan kekal. Kasihanilah mereka dan tempatkanlah mereka
dalam kerajaan-Mu. Marilah kita mohon …
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L Kami berdoa juga untuk negara kami yang masih berlarut-larut dalam krisis dalam banyak bidang. Bukalah hati para pemimpin negara kami, semoga segala kebijakan yang mereka ambil sungguh demi kepentingan bersama.
Curahkanlah rahmat kerendahan hati kepada setiap warga bangsa kami,
sehingga konflik antar kami dapat terhindar dan kami hidup dalam persaudaraan dan perdamaian. Marilah kita mohon…
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L Bagi keluarga dan sanak saudara yang ditinggalkan. Semoga Allah memberikan penghiburan, kekuatan, dan keteguhan kepada keluarga dan sanak saudara yang ditinggalkan ini, berkat iman dan pengharapan akan kasih dan kebaikan Allah
yang tak pernah meninggalkan kita. Marilah kita mohon ...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
L Kami berdoa untuk kami semua yang masih hidup dan berjuang dalam dunia ini. Semoga peringatan arwah saudara kami ini meyakinkan kami bahwa hanya Engkaulah yang berkuasa atas hidup dan mati kami. Berkatilah hidup kami semoga kami selalu memuliakan nama-Mu dalam pekerjaan kami. Marilah kita mohon …
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
I Tuhan demikian doa-doa yang kami lantunkan ke hadirat-Mu. Kami percaya bahwa Engkau selalu mendengarkan segala doa permohonan kami.
Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U Amin.


LITURGI EKARISTI

Persiapan Persembahan
Imam mempersiapkan persembahan di meja perjamuan, diiringi dengan LAGU PERSIAPAN

PERSEMBAHAN.
Lagu Persiapan Persembahan “Hanya Kepada-Mu” (MB 84)
Menghunjukkan Persembahan
Imam, berdiri di belakang altar, mengambil patena dengan roti di atasnya, lalu mengangkatnya sedikit sambil berkata dengan suara lembut. Bila tidak ada nyanyian, imam dapat mengucapkan rumus berikut dengan suara lantang:
I Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam,
sebab dari kemurahan-Mu kami menerima roti yang kami siapkan ini.
Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia
Yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.
Imam menaruh patena di atas korporale. Kalau lagu persiapan persembahan tidak dinyanyikan, imam dapat mengucapkan doa di atas dengan suara nyaring, dan umat menanggapinya dengan aklamasi berikut:
U Terpujilah Allah selama-lamanya.
Kemudian imam menuangkan anggur dan sedikit air ke dalam piala sambil berkata dengan suara lembut:
I Sebagaimana dilambangkan oleh percampuran air dan anggur ini,
Semoga kami boleh mengambil bagian dalam keallahan Kristus,
yang telah berkenan menjadi manusia seperti kami.
Imam mengambil piala berisi anggur, lalu mengangkatnya sedikit sambil berkata dengan suara lembut. Bila tidak ada nyanyian, imam dapat mengucapkan rumus berikut dengan suara lantang.
I Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam,
sebab dari kemurahanMu kami menerima anggur yang kami siapkan ini.
Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia
yang bagi kami akan menjadi minuman rohani.
Imam menaruh piala di atas korporale. Kalau lagu persiapan persembahana tidak dinyanyikan, imam dapat mengucapkan doa di atas dengan suara nyaring, dan umat menanggapinya dengan aklamasi berikut:
U Terpujilah Allah selama-lamanya.
Kemudian imam membungkuk khidmat dan berdoa dengan suara lembut:
I Dengan rendah hati dan tulus,
kami menghadap kepada-Mu, ya Allah, Bapa kami.
Terimalah kami,
dan semoga persembahan yang kami siapkan ini berkenan pada-Mu.
Sesudah itu, imam membasuh tangan di sisi meja altar sambil berdoa dalam hati:
I Ya Tuhan,
bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,
dan sucikanlah aku dari dosaku.
Imam kembali ke tengah, menghadap ke arah umat. Ia membuka tangan dan mengatupkannya kembali sambil berkata:
I Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu
berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita
serta seluruh umat Allah yang kudus.

Doa Persiapan Persembahan
Kemudian sambil merentangkan tangan, imam mengucapkan/melagukan DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN yang diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut:
I Ya, Bapa yang berbelas kasih, terimalah doa dan persembahan yang kami hunjukkan kepada-Mu untuk keselamatan saudara kami … (nama)….
Semoga ia Engkau terima dalam persekutuan para kudus-Mu bersama dengan kurban Kristus yang kami rayakan ini. Dialah Tuhan dan pengantara kami.
U Amin.

Doa Syukur Agung VII
Sambil membuka tangan, imam berkata:
I Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.
Sambil mengangkat tangan, imam melanjutkan:
I Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan.
U Sudah kami arahkan.
Sambil merentangkan tangan, imam melanjutkan:
I Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.
U Sudah layak dan sepantasnya.
Sambil merentangkan tangan, imam melagukan/mengucapkan prefasi berikut:

Prefasi Arwah I
I Sungguh layak dan sepantasnya,
Ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa,
bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu,
dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.
Sebab Dialah yang telah menimbulkan harapan kokoh
akan kebangkitan yang mulia;
sehingga kami yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu,
sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu, sebagai umat beriman kami yakin
bahwa hidup hanya diubah, bukannya dilenyapkan;
bahwa suatu kediaman abadi tersedia bagi kami di surga,
bila pengembaraan kami di dunia ini berakhir.
Maka, kami bermadah memuliakan Dikau bersama para malaikat dan seluruh laskar surgawi yang tak henti-hentinya bernyanyi/berseru:
Imam mengatupkan tangan, dan bersama umat menutup prefasi dengan melagukan/mengucapkan

KUDUS.
Lagu Kudus (MB 85)
Sambil merentangkan tangan, imam berkata:
I Sungguh kuduslah Engkau, dan pantas dimuliakan,
ya Allah, Penyayang umat manusia, sebab Engkau senantiasa mendampingi kami
dalam perjalanan hidup ini.
Sungguh terberkatilah Putra-Mu yang hadir di tengah kami,
karena oleh kasih-Nya kami dihimpun, dan seperti dahulu bagi para murid-Nya,
demikian pula kini bagi kami
Ia menjelaskan isi Kitab Suci dan memecah-mecah roti.
Imam mengatupkan tangan. Kemudian, sambil mengulurkan tangan di atas persembahan, ia berkata:
I Maka kami mohon kepada-Mu, ya Bapa yang Mahamurah,
sudilah mengutus Roh Kudus-Mu
agar Ia menguduskan persembahan roti dan anggur ini
supaya menjadi bagi kami
Imam mengatupkan tangan, lalu membuat tanda salib satu kali atas roti dan anggur sambil berkata:
Tubuh dan (+) Darah Tuhan kami, Yesus Kristus.
Imam mengatupkan tangan
I Pada hari sebelum menderita sengsara,
dalam perjamuan malam terakhir.
Imam mengambil roti, dan sambil mengangkatnya sedikit di atas meja altar, ia melanjutkan:
Ia mengambil roti dan memuji Dikau,
memecah-mecahkan roti itu,
dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, seraya berkata:
Imam membungkuk sedikit. Sabda Tuhan berikut hendaknya dibawakan dengan ucapan yang jelas, sesuai dengan sifatnya.
TERIMALAH DAN MAKANLAH:
INILAH TUBUHKU
YANG DISERAHKAN BAGIMU.
Imam memperlihatkan hosti suci kepada umat, lalu meletakkannya kembali pada patena. Kemudian ia berlutut menyembah. Sesudah itu, ia melanjutkan:
Demikian pula, sesudah perjamuan,
Imam mengambil piala, dan sambil mengangkatnya sedikit di atas meja altar, ia melanjutkan:
Ia mengambil piala.
mengucap syukur kepada-Mu,
lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
Imam membungkuk sedikit. Sabda Tuhan berikut hendaknya dibawakan dengan ucapan yang jelas, sesuai dengan sifatnya.
TERIMALAH DAN MINUMLAH:
INILAH PIALA DARAHKU,
DARAH PERJANJIAN BARU DAN KEKAL
YANG DITUMPAHKAN BAGIMU
DAN BAGI SEMUA ORANG
DEMI PENGAMPUNAN DOSA
LAKUKANLAH INI UNTUK MENGENANGKAN DAKU.
Imam memperlihatkan piala kepada umat, lalu meletakkannya di atas korporale. Kemudian imam berlutut menyembah.
Sesudah itu, imam mengajak umat melagukan/mengucapkan salah satu aklamasi anamnesis:
I Marilah menyatakan misteri iman kita.
U Wafat Kristus kita maklumkan,
Kebangkitan-Nya kita muliakan,
Kedatangan-Nya kita rindukan, Amin.
Sambil merentangkan tangan, imam berkata:
I Dari sebab itu, ya Bapa yang kudus,
kami mengenangkan Yesus Kristus, Putra-Mu, Penyelamat kami.
Melalui penderitaan dan kematian pada kayu salib,
Ia telah Engkau antar menuju kemuliaan kebangkitan,
dan Engkau beri tempat di sisi kanan-Mu.
Sambil mengenangkan Dia, kami mewartakan karya cinta kasih-Mu
sampai Ia datang kembali, dan kepada-Mu kami mempersembahkan
roti kehidupan dan piala syukur.
I Ya Bapa,
sudilah menerima persembahan Gereja-Mu ini;
Di dalamnya kami menghadirkan kurban Paskah Kristus
yang telah diserahkan kepada kami.
Semoga berkat kekuatan Roh cinta kasih-Mu,
kini dan selamanya, kami dicatat sebagai anggota Putra-Mu
karena kami telah mengambil bagian dalam Tubuh dan Darah-Nya.
I Ya Tuhan,
teguhkanlah persatuan kami, yang berhimpun disekeliling altar-Mu,
agar bersama Paus kami …,
dan Uskup kami …,
bersama semua Uskup, Imam, Diakon dan segenap umat-Mu,
kami menempuh jalan-Mu dengan penuh iman dan harapan.
Dengan demikian,
kami memancarkan sukacita dan kepercayaan kepada dunia.
I Ingatlah akan Saudara kami …(nama)… yang kini beristirahat dalam Kristus.
Ingatlah pula akan semua orang yang sudah meninggal;
hanya Engkaulah yang mengenal iman mereka.
Hening sejenak. Imam menundukkan kepala dan berdoa sejenak untuk orang-orang yang sudah meninggal. Kemudian, sambil merentangkan tangan, imam melanjutkan:
Perkenankanlah mereka menikmati cahaya wajah-Mu,
dan pada waktu kebangkitan anugerahilah mereka kepenuhan hidup.

I Izinkanlah kami pula, mencapai kediaman abadi
setelah mengakhiri ziarah kami di dunia ini.
Di sana kami akan hidup abadi bersama Engkau,
bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah,
para rasul dan para martir,
dan dalam kesatuan dengan semua orang kudus,
kami akan memuji dan mengagungkan Dikau.
Imam mengatupkan tangan.
Demi Yesus Kristus, Putra-Mu.
Sambil mengangkat piala dan patena dengan hosti diatasnya, imam bernyanyi/berkata:
I Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia,
dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
bagi-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa,
segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U Amin.

Bapa Kami
Sesudah DOA SYUKUR AGUNG, dengan tangan terkatup, imam mengajak umat untuk mendoakan BAPA KAMI.
I Atas petunjuk Penyelamat kita,
dan menurut ajaran ilahi,
maka beranilah kita berdoa:
Imam merentangkan tangan, dan bersama umat menyanyikan/mendoakan BAPA KAMI.

Lagu Bapa Kami (MB 144)

Doa Damai
Kemudian imam membawakan DOA DAMAI di bawah ini:
I Saudara-saudari, Tuhan Yesus Kristus bersabda kepada para rasul,
“Damai kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu”.
Maka marilah kita mohon damai kepada-Nya.
Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami,
tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu,
dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai kehendak-Mu.
Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U Amin.
Sambil membuka tangan, imam mengucapkan Salam Damai.
I Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya.

Pemecahan Hosti
Imam mengambil roti (besar), memecah-mecahkannya, lalu memasukkan pecahan kecil ke dalam piala sambil berdoa dalam hati.
I Semoga percampuran Tubuh dan Darah Tuhan Yesus Kristus ini,
memberikan kehidupan abadi kepada kita semua yang akan menyambutnya.
Acara PEMECAHAN HOSTI dapat diiringi dengan nyanyian/seruan ANAKDOMBA ALLAH.
Lagu Anak Domba Allah (MB 86)
Doa Persiapan Komuni
Dengan tangan terkatup, imam berdoa dalam hati. Umat mempersiapkan diri dengan SIKAP DOA PRIBADI:
I Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, karena taat kepada Bapa
dan dalam kuasa Roh Kudus, Engkau telah menanggung kematian
untuk menghidupkan dunia.
Bebaskanlah aku dari segala kejahatan dan dosa berkat Tubuh dan
Darah-Mu yang Mahakudus ini.
Semoga aku selalu setia pada perintah-perintah-Mu,
Dan janganlah Engkau biarkan aku terpisah dari-Mu.

Ajakan Menyambut Komuni
Imam berlutut, mengambil roti kudus, mengangkatnya sedikit di atas patena atau piala, lalu berkata kepada seluruh umat:
Roti (dan piala) ditunjukkan kepada umat.
I Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.
Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.
Umat menanggapi kata-kata imam dengan berdoa:
U Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya,
tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.
Membagi Tubuh (dan Darah) Kristus
Kemudian imam berdoa dalam hati:
I Semoga tubuh Kristus selalu melindungi aku.
Dengan khidmat imam menyantap tubuh Kristus.
Kemudian ia mengambil piala berisi anggur dan berdoa dalam hati:
I Semoga darah Kristus selalu melindungi aku.
Dengan khidmat imam menyambut darah Kristus.
Kemudian imam mengambil patena atau sibori berisi roti kudus dan pergi ke tempat umat akan MENYAMBUT Tubuh (dan Darah) Kristus.
Kepada setiap orang yang datang menyambut, imam memperlihatkan hosti kepada umat sambil berkata:
I Tubuh Kristus.
Umat yang bersangkutan mengamini dengan berkata:
U Amin.

Membersihkan Piala
Setelah komuni selesai, imam membersihkan patena dan piala.
Sebaiknya pembersihan ini dilakukan pada kredens; atau, boleh juga ditangguhkan sampai sesudah perayaan Ekaristi. Sambil membersihkan patena dan piala, imam berdoa dalam hati:
I Ya Tuhan,
Semoga anugrah-Mu yang tadi kami sambut sungguh meresap dalam hati,
dan memulihkan kekuatan iman kami.
Sesudah itu imam pergi ke tempat duduk. Sebaiknya diadakan saat hening sejenak untuk berdoa dalam batin.
Madah Pujian “Kristus Kurban Cintanya” (MB 91)
Doa Sesudah Komuni
Kemudian imam berdiri di belakang meja perjamuan, dan berkata:
I Marilah berdoa.
Lalu ia merentangkan tangan dan mengucapkan DOA SESUDAH KOMUNI yang diakhiri dengan konklusi singkat:
I Allah Bapa yang Mahapengasih,
kami mengucap syukur kepada-Mu,
karena Engkau telah memberikan anugerah
melalui perayaan Ekaristi suci ini.
Semoga kehadiran-Mu sungguh menguatkan kami
untuk meneruskan perjuangan hidup kami di dunia ini.
Kami memohon kemurahan-Mu untuk ketenteraman dan keselamatan
arwah saudara kami …(nama)…
yang telah menghadap hadirat-Mu 40 hari yang lalu.
Semoga Engkau berkenan menganugerahkan
kebahagiaan abadi di sisi-Mu.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin.

RITUS PENUTUP


Pengumuman
Sekarang dapat dibacakan beberapa PENGUMUMAN yang perlu diketahui oleh umat. Dapat pula disampaikan sambutan atau ucapan terima kasih.
Amanat Pengutusan
Imam dengan amat singkat dapat menandaskan amanat perayaan.

Berkat
Imam membuka tangan.
I Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.
Imam mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat.
I Semoga Saudara sekalian diberkati oleh Allah yang Mahakuasa,
(+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U Amin.

Pengutusan
Imam mengutus umat.
I Saudara sekalian,
perayaan Ekaristi sudah selesai.
U Syukur kepada Allah.
I (Marilah pergi) Kita diutus.
U Amin.
Imam meninggalkan meja perjamuan. Sementara itu bisa dinyanyikan lagu penutup.
Lagu Penutup “Umat-Mu Berziarah (MB 92)

1 komentar: