Ads 468x60px

Minggu, 29 April 2018









HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 29 April 2018
Hari Minggu Paskah V
Kisah Para Rasul (9:26-31)
(Mzm 22:26b-27.28+30.31-32; Ul: 26a)
1 Yohanes (3:18-24)
Yohanes (15:1-8)
"Veritas - Kebenaran."
Inilah salah satu gelar Yesus yang menyatakan diri sebagai pokok anggur yang benar.
Ya, sebagaimana ranting hanya dapat hidup selama hidup dari pokok anggur mengalir ke dalamnya, demikian pula kita hanya mempunyai hidup selama hidup Kristus mengalir ke dalamnya dengan tetap tinggal di dalam Dia, dengan beberapa syarat dasarnya, al:
1. Memelihara Firman Allah senantiasa dalam hati dan pikiran serta menjadikannya penuntun tindakan kita (Yoh 15:7);
2. Memelihara kebiasaan persekutuan yang mendalam dengan Kristus supaya mengambil kekuatan daripada-Nya (Yoh 15:7);
3. Menaati perintah-perintah-Nya, tinggal dalam kasih-Nya
(Yoh 15:10) dan saling mengasihi (Yoh 15:12,17)
4. Memelihara kekudusan, menolak segala dosa dan tunduk kepada pimpinan Roh Kudus (Yoh 15:3;Yoh 17:17; Rom 8:14;
Gal 5:16-25; Ef 5:26; 1Pet 1:22).
Indahnya, tinggal dalam Kristus mengakibatkan Kristus diam di dalam kita terus-menerus (Yoh 15:4), hidup akan berbuah banyak
(Yoh 15:5), berhasil dalam doa (Yoh 15:7) dan sukacita menjadi penuh (Yoh 15:11).
Sebaliknya, dampak dari kegagalan untuk tetap tinggal di dalam Kristus adalah ketidakmampuan untuk berbuah (Yoh 15:4-5), dibuang dari Kristus dan kebinasaan (Yoh 15:2,6).
"Dari Tegal ke Tarsus - Selalulah tinggal bersama Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Manete in ME - Tinggallah dalam AKU.”
Yesus mengajarkan bahwa hidup bersatu dan tinggal di dalamNya adalah faktor pertama dan terutama dalam hidup beriman: "..Di luar Aku, kamu tdk dpt berbuat apa-apa” (Yoh 15:5)
Lebih lanjut, Yesus yang hadir sebagai "pokok anggur yang benar" berbicara tentang dua macam "ranting": yang berbuah dan yang tidak berbuah.
1) Ranting yang tidak berbuah adalah orang yang tidak lagi memiliki hidup yang datang dari hik-harapan iman dan kasih yang langgeng kepada Kristus. "Ranting-ranting" ini dipotong yaitu dipisahkan dari hubungan yang vital dengan Kristus (Mat 3:10).
Bila kita tidak lagi tinggal dalam Kristus, Allah menghakimi dan menolak kita (Yoh 15:6).
2) Ranting-ranting yang berbuah adalah orang yang memiliki hidup di dalamnya karena hik-harapan iman dan kasih yang langgeng kepada Kristus. "Ranting-ranting" ini dibersihkanNya supaya menjadi makin lebat buahnya. Tuhan menyingkirkan segala sesuatu dari kehidupan mereka yg mempersulit mengalirnya hidup yang vital dari Kristus.
Buahnya adalah kualitas hidup yang memuliakan Allah melalui hidup dan kesaksian lewat doa, ucapan dan karya nyata (Mat 3:8; 7:20; Rom 6:22; Gal 5:22-23; Ef 5:9; Fil 1:11).
Adapun setelah kita percaya kepada Kristus dan menerima pengampunan dosa, kita menerima hidup kekal dan kuasa untuk tetap tinggal di dalam Kristus.
Setelah kuasa itu diberikan, kt harus menerima tanggung jawab supaya tetap selamat dan tinggal di dalam Kristus. Sebagaimana ranting hanya dapat hidup selama hidup dari pokok anggur mengalir ke dalamnya, demikian pula kt hanya mempunyai hidup selama hidup Kristus mengalir ke dalamnya dengan tetap tinggal di dalam Dia.
"Cari galah di Sukabumi - Tuhan tinggallah bersama kami."
B.
"Ut omnes unum sint - Supaya mrk mjd satu."
Inilah slh satu harapan dan doa Yesus agar kita semua saling bersatu-padu+tinggal di dlm kasihNya, atau dlm bahasa Clara Fey yg sy tulis dlm buku "HERSTORY" (Kanisius), "Manete in Me" (Tinggal di dlm DIA).
Yesus sendiri hari ini hadir sbg pokok anggur dan kita adl ranting2Nya. Adapun 3 cara sederhana spy kt sll bisa mjd "ranting anggur yg hidup", yg berakar dlm iman-bertumbuh dlm persaudaraan+berbuah dlm pelayanan, al:
1. "In God - Di dalam Tuhan":
Semua pikiran-kata+tind yg kita buat tdk melulu berdasarkan kekuatan diri sndiri tp sll kt bawa dlm kuasa+nama Tuhan: "In Nomine Iesu".
2. "With God - Bersama Tuhan":
Semua pikiran-kata+tind kt bawa bersama Tuhan dlm doa+olah rohani kt, dlm devosi+ekaristi stiap harinya. 3."For God-Untuk kemuliaan Tuhan": Smua pikiran-kata+tind kt arahkan bukan melulu berhenti pd kepentingan+aktualisasi diri tp utk semata demi kemuliaan Tuhan.
3. "For God - Untuk kemuliaan Tuhan":
Semua pikiran-kata+tind kt arahkan bukan melulu berhenti pd kepentingan+aktualisasi diri tp utk semata demi kemuliaan Tuhan.
"Cari sepatu buat si Johan - Mari bersatu di dlm Tuhan".
C.
"Manete in Christe - Tinggallah dlm Kristus".
Inilah harapan iman bhw kita diajak u/sll berpola "Kristus sentris", tinggal+hdp di dlm Kristus sang sumber kasih shingga sll bs mjd berkat bg byk org. Inilah juga slh satu sifat Katolik yg sy tulis jg dlm buku "HERSTORY" (Kanisius).
Adapun 3 semangat dsrnya, al:
1. "Servite in caritate - Layanilah dlm cinta kasih":
Inilah slh satu semangat yg sering sy hadirkan ktika memberi retret/misa utk para team medis/karyawan rumah sakit. Sperti Dia yg datang u/melayani, kita juga diajak u/blajar melayani sesama dg kasih sejati dan sepenuh hati. Sudahkah kita blajar mjd pelayan yg murah hati, yg melayani sepenuh hati tanpa menghitung untung rugi?
2. "Donate in caritate - Berbagilah dlm cinta kasih":
Ia bagikan "HIK-Harapan Iman dan Kasih"Nya buat hdp kt. Ia mau dipecah+dibagi bagi. Siapkah kita jg mjd pribadi ekaristis yg siap berbagi, yg rela dipecah+dibagi-bagi semata mata u/kemuliaan Tuhan+kselamatan jiwa sesama?
3. "Gaudete in caritate - Bersukacitalah dlm cintakasih":
Ia mengatakan, "semuanya ini Kukatakan spy sukacitaKu ada di dlm kamu+sukacitamu mjd penuh". Jelas, kasih Allah itu universal (Yun: catholic, bersifat umum), terbuka+membahagiakan semua org. Semua org diberi kesempatan u/mengenal, mengimani+menerima rahmatNya. Ia mjd "pandora", smacam kotak hadiah yg sgt indah bagi kita+byk sesama kita. Sudahkah kita sll mensyukurinya?
Yg pasti, smua tindakan kita didasari oleh nada dasar "C", cinta kita kpd Tuhan (dimensi vertikal) yg terwujud dlm cinta kita kpd sesama (dimensi horisontal). Smg kita sll brjuang "meng-horisontal-kan kerajaan Allah dg kasih kita yg asli dan bukan basa basi, yg nyata dan bukan hanya sekedar mjd pabrik kata-kata.
"Siap galah siap bersih bersih - Slalu tinggallah di dalam kasih."
D.
Buku “Family Way” (RJK, Kanisius).
Yoh 15:1-8:
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Marilah kita sejenak melihat buah, kulit dan biji anggur tersebut dengan pelbagai macam manfaat dan kekuatannya. Berangkat dari kacamata ilmu botani, anggur termasuk buah yang berada dalam keluarga Vitaceae. Anggur sendiri bisa diolah untuk membuat jus anggur, jelly, minuman anggur, minyak biji anggur dan kismis, atau juga bisa dimakan langsung.
Bicara soal anggur, juga ada banyak jenis anggur. Beberapa diantaranya, Vitis vinifera, anggur untuk bahan minuman anggur di kawasan Eropa, Vitis labrusca, anggur khas Amerika Utara untuk membuat jus anggur. Vitis riparia, anggur liar di seantero daerah Amerika Utara, kadangkala untuk pembuatan minuman anggur. Vitis rotundifolia, muscadine, dapat digunakan untuk jelly. Vitis aestivalis, varietas Norton yang digunakan untuk pembuatan minuman anggur. Vitis lincecumii, Vitis berlandieri, Vitis cinerea, Vitis rupestris kerap digunakan untuk membuat minuman anggur hibrida.
Bicara soal buah sekaligus kulit anggur, kita perlu ingat bahwa anggur sebetulnya adalah tanaman tertua yang dibudidayakan manusia. Ada sebuah penelitian historis: Pada mummi di Mesir (yang telah berusia lebih dari 3000 tahun), ditemukan biji-biji anggur yang diduga merupakan bekal kematian. Perlu diketahui, anggur adalah buah meja di lingkungan Kekaisaran Yunani dan Mesir Kuno, jelasnya buah anggur ini telah dikonsumsi sejak zaman pra sejarah. Beberapa warna anggur yaitu merah, ungu, hijau dan kuning.
Ada juga banyak pengamatan yang mengatakan bahwa buah anggur mempunyai aneka manfaat, antara lain: terkenal kaya antioksidan; mengandung pelbagai vitamin: C, ProVit A, B1, B2; memiliki serat dan kadar air yang tinggi, serta memiliki kandungan mineral besi, fosfor, kalsium, serta kalium. Banyak kandungan zat besi dan gula juga berguna untuk melancarkan aliran darah dan obat bagi para penderita liver, ginjal dan sistem pencernaan.
Secara sederhana, kegunaan buah anggur dapat disebutkan di bawah ini: Merangsang ginjal dan membantu mengeluarkan ampas-ampas tubuh. Menurunkan tekanan darah. Para penderita sakit perut, migrain, radang sendi, radang usus kecil, reumatik dan keracunan. Menguatkan organ jantung dan menyembuhkan batuk, serta meningkatkan kecantikan kulit karena anggur membersihkan darah. Meningkatkan pengeluaran air susu. Mengandung enzim yang bersifat tonik penggiat fungsi empedu, serta mempunyai kandungan gizi, vitamin dan bahan-bahan metalik, gula dan air.
Bicara soal biji anggur, ternyata banyak penelitian medis yang mengatakan bahwa biji anggur dapat menghentikan penyebaran dari sel-sel kanker. Biji anggur, terlebih karena memiliki kandungan seng dan mangan juga ampuh untuk memerangi penuaan. Seng dan Mangan inilah yang berguna juga untuk menjaga libido seks pria, menjaga kesuburan pria, mengatasi peradangan prostat. Banyak dijual suplemen ekstrak biji anggur merah, yang diklaim bisa mengerem laju penuaan, mencegah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) termasuk mencegah stroke dan serangan jantung. Selain itu, biji anggur dapat merangsang pembentukan jaringan kolagen yang menggantikan kulit tua atau rusak. Biji anggur menjanjikan kemampuan lebih baik dalam meredam penuaan dan menggiatkan peremajaan sel-sel tubuh manusia.
Dalam bahasa Injil, sebuah ranting pohon anggur (masing-masing dari kita) tidaklah memiliki kemampuan untuk berbuah. Yang perlu dilakukan ranting-ranting anggur itu (baca; Gereja), hanyalah tinggal di dalam pokok anggur sehingga dengan sendirinya ia akan menghasilkan buah: berguna banyak buat keluarganya dan yang pasti juga berguna buat banyak orang lainnya.
Dkl: kita sebagai anggota keluarga tidaklah memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah. Tugas pokok kita, hanyalah melekatkan diri pada Kristus maka dengan sendirinya hidup kita akan berbuah berlimpah-limpah. Satu hal yang perlu diingat juga adalah bahwa, pokok anggur ketika musim berbuah, daun-daunnya harus dipotong, semakin berbuah semakin dibersihkan, supaya semakin bertambah banyak.
Marilah kita belajar terus berpegang pada pokok anggur yang benar, sehingga kita juga bisa semakin bisa berakar, bertumbuh dan akhirnya berbuah minimal bagi keluarga kita masing-masing.
“Manete in Me – Tinggallah dalam AKU!”
Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya,
pandanglah dari langit, dan lihatlah!
Indahkanlah pohon anggur ini.
Mazmur 80:15
E.
Kutipan Teks Misa.
Bagaimana persekutuan dengan Yesus harus dibangun? St. Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa hubungan setiap murid dengan Yesus haruslah "hidup bersatu mesra" (Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis, 25 Maret 1992, No. 46). Lebih lanjut dikatakan, "Persatuan kita dengan Tuhan Yesus, yang berakar dalam Pembaptisan dan dipupuk dengan Ekaristi, perlu mengungkapkan diri dan dibarui secara radikal dari hari ke hari." Tambahnya lagi, "Yesus telah mengajarkan kepada kita kenyataan hidup Kristen yang mengagumkan itu, yang juga merupakan jantung hidup rohani, dengan perumpamaan-Nya tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya (Yoh 15:1.4-5)
=====
Sejak awal, Yesus membiarkan para murid-Nya mengambil bagian dalam kehidupan-Nya Bdk. Mrk 1:16-20; 3:13-19.. Ia menyingkapkan bagi mereka misteri Kerajaan Allah Bdk. Mat 13:10-17. dan memberikan mereka bagian dalam perutusan-Nya, dalam kegembiraan-Nya Bdk.Luk 10:17-20. dan dalam kesengsaraan-Nya Bdk. Luk 22:28-30.. Yesus berbicara mengenai hubungan akrab antara Dia dan mereka, yang mengikuti Dia: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu... Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya" (Yoh 15:4-5). Dan Ia menyatakan satu persekutuan yang penuh rahasia dan real antara tubuh-Nya dan tubuh kita: "Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia" (Yoh 6:56). (Katekismus Gereja Katolik, 787)
Antifon Pembuka (Mzm 98:1-2)
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; Ia telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa, alleluya.
O sing a new song to the Lord. for he has worked wonders; in the sight of the nations he has shown his deliverance, alleluia.
Cantate Domino canticum novum, alleluia: quia mirabilia fecit Dominus, alleluia: ante conspectum gentium revelavit iustitiam suam, alleluia, alleluia.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Maha Pengasih, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah mencurahkan cinta kasih-Mu sampai sehabis-habisnya kepada kami. Kami mohon, semoga karena cinta kasih-Mu itu, kami semakin menaruh kepercayaan kepada-Mu dan hidup saling mengasihi satu sama lain. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:26-31)
"Barnabas menceritakan kepada para rasul bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan."
Setelah dibaptis dalam nama Yesus, Saulus pergi ke Yerusalem. Di sana ia mencoba menggabungkan diri dengan murid-murid Yesus, tetapi semuanya takut kepadanya karena mereka tidak percaya bahwa Saulus juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia, lalu membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan, dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia. Juga diceritakannya bagaimana keberanian Saulus mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Maka, Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem dan dengan berani ia mengajar dalam nama Tuhan. Saulus juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, dan mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa Saulus ke Kaisarea, dan dari situ membantu dia ke Tarsus. Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun, dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, re = a, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan, di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 22:26b-27.28+30.31-32; Ul: 26a)
1. Nazarku akan kubayar di depan orang-orang yang bertakwa. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari Tuhan akan memuji-muji Dia, biarlah hatimu hidup untuk selamanya.
2. Segala ujung bumi akan menjadi sadar lalu berbalik kepada Tuhan, dan segala rumpun bangsa akan sujud menyembah di hadapan Allah kita.
3. Kepada-Nya akan sujud menyembah; semua orang sombong di bumi di hadapan-Nya akan berlutut: semua orang yang telah kembali ke pangkuan pertiwi.
4. Dan aku akan hidup bagi Tuhan, anak cucuku akan beribadah kepada-Nya. Mereka akan menceritakan hal-ikhwal Tuhan kepada angkatan yang akan datang.
5. Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti; semua itu telah dikerjakan oleh Tuhan.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:18-24)
"Inilah perintah Allah, yaitu supaya kita percaya dan saling mengasihi."
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran, dan kita dapat menghadap Allah dengan hati tenang. Sebab jika kita dituduh oleh hati kita, Allah adalah lebih besar daripada hati kita, dan Ia mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian penuh iman untuk mendekati Allah. Dan apa saja yang kita minta dari Allah, kita peroleh dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah Allah itu: yakni supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah-Nya yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan beginilah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu dalam Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 15:5.5b)
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia ia berbuah banyak.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:1-8)
"Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam aku, ia dibuang ke luar seperti ranting yang menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Mungkin kita pernah merasakan hidup sepertinya kering, tidak menyenangkan, dan kurang bergairah. Pekerjaan kita terasa semakin berat dan melelahkan. Rentetan kesuksesan yang kita peroleh tidak begitu menggembirakan lagi. Kekhawatiran akan sesuatu yang tidak pasti di masa depan mulai semakin mengusik. Rasa curiga dan amarah sepertinya gampang muncul. Pertanyaan kemudian, "Ada apa dengan diriku?" Berbagai jawaban muncul dalam pikiran. "Mungkin karena saya terlalu memaksa bekerja dan kurang istirahat sehingga mulai depresi. Atau karena saya hampir tidak punya lagi waktu luang untuk mengisi diri."
Memang di dunia yang semakin kompetitif, manusia dipaksa untuk semakin produktif, yakni menghasilkan sesuatu yang berguna. Kesuksesan seseorang ditentukan oleh produktivitasnya. Bila semakin produktif, maka hidup akan semakin ringan. Bila tidak lagi produktif, maka hidup akan semakin berat. Begitu logika sederhananya. Namun, tidaklah demikian bagi orang beriman. Dorongan untuk semakin produktif hendaknya bukan karena tuntutan dunia.
Bacaan Injil tentang Yesuslah pokok anggur dan kitalah ranting-rantingnya menyampaikan pesan bahwa buah yang baik itu hanya dapat dihasilkan bila kita ada dalam Yesus dan Yesus dalam kita. Buah yang baik itu adalah suatu perbuatan yang sungguh menampilkan kehadiran Yesus, yakni tindakan yang memancarkan sukacita, belas kasih, kesederhanaan, ketulusan, keterbukaan, kesalehan, rela berkorban, pantang menyerah, dan lain sebagainya. Produktivitas yang hendak dihasilkan bukan sekedar hal-hal yang kuantitatif dan material saja, tetapi terutama kehidupan yang memancarkan nilai-nilai luhur. Ini hanya dapat terjadi bila kita sungguh menyatu dengan Yesus. Apakah hidup kita sudah menampakkan buah yang demikian?
Antifon Komuni (Yoh 15:1.5)
Akulah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingnya, Sabda Tuhan; siapa saja yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, alleluya.
atau
Ego sum vitis vera et vos palmites, qui manet in me, et ego in eo, hic fert fructum multum, alleluia, alleluia. (Yoh 15:5)

Sabtu, 28 April 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 28 April 2018
Hari Biasa Pekan IV Paskah
Kisah Para Rasul (13:44-52)
(Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4)
Yohanes (14:7-14)
“Totus Tuus sum - Aku sepenuhnya milikMu!”
Inilah sebuah buku saya yang terbit pada Bulan Maria 2015 dan terkenang lagi menjelang awal Bulan Maria tahun ini (May Day, Selasa 1 Mei 2018).
Inilah juga yang mendasari iman Paus Yohanes Paulus II terhadap Kerahiman Ilahi dan perlindungan Bunda Maria, "misericordiae vultus - sang wajah kerahiman".
Inilah juga yang dijelaskan Yesus kepada muridNya dalam masa menjelang perpisahannya pada bacaan injil hari ini.
Yesus sendiri mengejawantahkan semangat “Totus Tuus sum” ini lewat tiga indikasi:
t otalitas (kepenuhan),
u nitas (kesatuan),
k ualitas (kecakapan)
Hal ini tampak lewat pelbagai karya nyataNya. Ia menjadi “prayer/pendoa, healer/penyembuh, teacher/pengajar dan giver/pemberi.”
Ia juga mengajak kita mewujudkan iman kepercayaan kepadaNya itu dalam karya nyata yang penuh totalitas-unitas-kualitas: "Barangsiapa percaya kepada-Ku ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan."
Jelasnya, perkataan Yesus ini sendiri ditujukan bagi kita semua yang percaya kepada-Nya, yang mau sepenuh hati menyatukan diri denganNya. Karena itu, segala tugas Yesus juga menjadi tugas kita.
Dengan melaksanakan tugas-tugas tersebut, kita sungguh menyatakan dan menyatukan diri sebagai murid yang memiliki “totalitas-unitas-kualitas”: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:7)
Sebaliknya, apabila kita malas atau tak bersemangat melaksanakan tugas perutusan tersebut dalam hidup harian kita, maka status kita sebagai murid Kristus tidak lagi “total” tapi menjadi “banal” (dangkal) dan patutlah dipertanyakan!
"Cari tongkat di mobil Xenia -
Jadilah berkat bagi dunia."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Intimitas cum Deo - Keakraban dengan Tuhan."
Inilah yang juga diharapkan Yesus kepada para muridNya ketika Ia berkata kepada Filipus: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?"
Dengan kata lain:
Kita diajak untuk lebih mengenalnya secara mendalam. Kita diharapkan mempunyai pengalaman personal denganNya ("AHA experience), sehingga hidup harian dan hidup iman kita juga semakin berkualitas.
Secara sederhana, sebenarnya ada 3 perjumpaan insani yang membuat kita lebih bisa mengenaliNya secara afektif dan efektif, antara lain:
1."Perjumpaan dengan orang miskin":
Bukankah Ia sendiri lahir dan datang sebagai yang "miskin", tersepak dari dunia, datang di sebuah kandang sederhana dan wafat di kayu salib yang hina? Jelaslah, Ia punyai keberpihakan dan bersolider dengan mereka yang "KLMTD", yang Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difable.
2."Perjumpaan dengan agama/budaya lain":
Bukankah Yesus juga tidak elitis. Ia "populis", tidak membeda-bedakan tapi selalu bergaul dengan banyak orang dari pelbagai karakter dan parameter, lintas bahasa-budaya dan agama. Bukankah para rasul juga menghadirkan Gereja Perdana yang terbuka untuk menyapa orang Yahudi dan juga orang Yunani, orang bersunat dan tidak bersunat?
3."Perjumpaan dengan kitab suci dan tradisi suci":
Bukankah Hieronimus berkata: "Tidak mengenal Kitab Suci, berarti tidak mengenal Kristus"?(Dei Verbum 25). Disinilah kita diajak untuk semakin mengenaliNya lewat setiap sabda ilahi yang ada di Kitab Suci. Kita bisa mulai dengan belajar untuk setia membaca Kitab Suci dan mulai mentradisikan untuk terbiasa berdoa secara pribadi sehingga pengenalan akan Tuhan akan menjadi lebih mendalam.
"Ikan louhan masuk ke jala - Temukan Tuhan di dalam segala."
B.
Kutipan Teks Misa
Seluruh kehidupan Yesus - kata-kata-Nya dan perbuatan-Nya, kebungkaman-Nya dan kesengsaraan-Nya, caranya Ia hidup dan berbicara - adalah wahyu tentang Bapa. Yesus dapat mengatakan: "Yang melihat Aku melihat Bapa" (Yoh 14:9) dan Bapa: "Inilah Putera-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia" (Mrk 9:7). Karena Kristus menjadi manusia untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya Bdk. Ibr 10:5-7., maka setiap hal kecil dari hidup-Nya menyatakan bagi kita "kasih Allah... di tengah-tengah kita" (1 Yoh 4:9). (Katekismus Gereja Katolik, 516)
Antifon Pembuka (1Ptr 2:9)
Hai umat milik Tuhan, wartakanlah kebijaksanaan Tuhan, yang telah memanggil kalian dari kegelapan ke dalam cahaya-Nya yang menakjubkan. Alleluya.
O chosen people, proclaim the mighty works of him who called you out of darkness into his wonderful light, alleluia.
Doa Pembuka
Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu atas Nabi yang paling agung, Yesus, Sabda-Mu yang hidup, yang telah berbicara kepada kami. Semoga Roh-Nya mendorong kami untuk mempersembahkan diri kepada-Mu demi keselamatan dan kesejahteraan sesama, agar dengan demikian dapat menemukan hidup. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Pewartaan Paulus dan Barnabas di Antiohkia ditolak oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Justru pewartaan mereka diterima oleh bangsa-bangsa lain dan tersebar dengan cepat. Akhirnya, Paulus dan Barnabas diusir dari Antiokhia oleh orang-orang Yahudi di sana.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:44-52)
"Paulus dan Barnabas berpaling kepada bangsa-bangsa lain."
Waktu Paulus berada di Antiokhia di Pisidia pada hari Sabat datanglah hampir seluruh warga kota, berkumpul di rumah ibadat Yahudi untuk mendengar firman Allah. Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati, dan sambil menghujat mereka membantah apa yang dikatakan Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu! Tetapi kamu menolaknya, dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah, dan mereka memuliakan firman Tuhan. Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu. Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota Antiokhia itu. Begitulah mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, dan mengusir mereka dari daerah itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium. Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 4/4, PS 807
Ref. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.
Ayat. (Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang daripada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 8:31b-32)
Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, sabda Tuhan.
Setelah sekian lama mengikuti Yesus, Filipus meminta Yesus menunjukkan Bapa kepadanya. Yesus menjawab, barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. Artinya, Yesus dan Bapa adalah satu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:7-14)
"Barangsiapa melihat Aku, melihat Bapa."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” Kata Filipus kepada-Nya, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, dan itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa pun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Allah Bapa dan Allah Putra itu satu. Bapa di dalam Putra, dan Putra di dalam Bapa. Segala kuasa telah Bapa serahkan kepada Putra-Nya. Persatuan ilahi ini sungguh menjadi misteri keselamatan Allah. Yesus membuka pikiran dan hati Filipus. Yesus mengajak Filipus dan murid lain untuk memahami misteri keselamatan ini dengan hati, bukan dengan otak. Hati yang tulus ikhlas akan melihat dan merasakan kehadiran Tuhan lewat karya-karya-Nya. Allah hadir dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Antifon Komuni (Yoh 17:24)
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, alleluya.
Father, I wish that, where I am,those you gave me may also be with me, that they may see the glory that you gave me, alleluia.
Doa Malam
Allah Yang Maharahim, aku bersyukur atas segala yang Kauberikan kepadaku setiap hari. Tambahkanlah iman kepercayaanku sehingga aku dapat membagikan kepada orang lain apa yang ada padaku dan dibutuhkan oleh sesama di sekitarku. Amin.
C.
MADAH HARIAN PAGI (Sabtu, 28 April 2018)
Fajar menyingsinglah sudah
Langit menggemakan madah
Bumi bersorak-sorailah
Neraka mengaduh kalah.
Kala raja nan perkasa
Menggempur markas neraka
Menggilas kuasa maut
Dengan gagah tanpa takut.
Meskipun tertutup batu
Dijaga banyak serdadu
Namun pemenang yang luhur
Bangkit mulya dari kubur.
Mulyalah Engkau ya Tuhan
Yang bangkit tak terkalahkan
Serta Bapa dan Roh suci
Mulyalah kekal abadi. Amin.
DOA
Allah yang kekal dan kuasa, sempurnakanlah rahmat Paskah dalam diri kami yang telah Kauperbaharui dalam pembaptisan kudus. Semoga dengan bantuan-Mu kami dapat menghasilkan buah melimpah dan mencapai sukacita kekal. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
D.
SCHOOL OF MERCY.
Renungan Dan Doa Harian St.Faustina:
FA hami Tuhan
US ahakan iman
dengan ha TI
yang sederha NA
"Kita nggak akan memiliki sebuah gadget di rumah kita selama lima menit dan membiarkannya saja tanpa tahu apa gunanya benda tersebut; tetapi beberapa orang hidup duapuluh atau enampuluh tahun tanpa mengetahui mengapa mereka ada di sini atau ke mana mereka akan pergi. Ketika hidup tidak berarti, hidup jadi membosankan: ketiadaan tujuan melahirkan kekhawatiran, kecemasan, psikosis, dan neurosis. Apa gunanya hidup kecuali kita mengetahui tujuan hidup?" (Uskup Agung Fulton J. Sheen)
Sabtu Paskah IV (28/4)
Aku ingin bersusah -susah, berkarya dan menghabiskan diriku demi karya kami, yaitu penyelamatan jiwa-jiwa yang kekal. Aku tidak peduli kalau usahaku ini akan memperpendek hidupku! Sebab hidupku bukan milikku lagi - ia milik kongregasi. (194).
BHSF. 389
Kasih harus timbal balik. Kalau Yesus mengecap kepenuhan kepahitan demi aku, maka aku, mempelai-Nya, harus mau menerima semua kepahitan sebagai bukti kasihku pada-Nya.
(390) Dia yang tahu memberi ampun, menyediakan bagi dirinya sendiri banyak rahmat dari Allah. Seberapa sering aku memandang salib, sesering itulah aku akan memberi ampun dengan segenap hatiku.
Marilah Berdoa:
LITANI KERAHIMAN ILAHI
(Buku Tribute To Mercy - RJK)
Tuhan, kasihanilah kami;
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami;
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putra Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Allah Tritunggal Mahakudus,
Tuhan Yang Maha Esa, kasihanilah kami.
Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari rahim Bapa, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sifat Allah yang tertinggi, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, misteri yang tak terselami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, mata air yang mengalir dari misteri Tritunggal yang Mahakudus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami oleh akal budi, baik manusia maupun malaikat,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber segala kehidupan dan kebahagiaan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang melampaui surga, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber mukjizat dan segala keajaiban, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mencangkup seluruh semesta, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang turun ke bumi dalam Pribadi Sabda yang menjelma,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari luka Hati Yesus yang menganga,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang terkandung dalam Hati Yesus bagi kami khususnya bagi orang-orang berdosa, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam penetapan Ekaristi kudus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam pembentukan gereja kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam sakramen baptis yang kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam penyelamatan kami lewat Yesus Kristus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami sepanjang hidup, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merengkuh kami, khususnya pada saat kematian,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menganugerahkan kehidupan kekal, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami setiap saat sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang melindungi kami dari api neraka, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam pertobatan orang-orang berdosa yang keras hati,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mempesona para malaikat dan tak terselami oleh orang-orang kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam semua misteri Allah,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merenggut kami keluar dari segala kemalangan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber kebahagiaan dan sukacita kami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang memanggil kami dari ketiadaan kepada keberadaan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merangkum semua karya tangan Allah,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, mahkota segala karya Allah yang ada maupun yang akan ada,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang didalamnya kami dibenamkan, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, kelegaan nyaman bagi hati yang sangat menderita,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, harapan satu-satunya bagi jiwa-jiwa yang putus asa,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, tempat istirahat bagi hati, dan damai di tengah ketakutan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, kesukaan dan kenikmatan jiwa-jiwa yang suci,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang membangkitkan harapan di luar segala harapan,
Engkaulah andalanku!
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad,
Amin.
E.
28 April : St. Louis Marie-Grignion de Montfort.
"Jika anda tidak mau mengambil risiko bagi Allah, anda tidak bisa melakukan sesuatu yang besar untuk-Nya!" (St. Louis-Marie Grignion de Montfort)
====
Sketsa Historiografi.
Louis de Montfort terlahir pada tahun 1673 dari keluarga sederhana di Brittania.
Sebagai seorang pemuda kristiani yang saleh, dia berniat dan berhasrat untuk masuk seminari. Ia-pun menjadi imam di Paris, Prancis, dan ditahbiskan pada tahun 1700.
Sewaktu belajar di seminari, ia senang mendalami tulisan-tulisan para Bapa Gereja, para mistikus dan "Doktor"/Pujangga Gereja dan para kudus lainnya, terutama yang berhubungan dengan Santa Perawan Maria, yang juga sangat di-devosikannya.
Di bawah inspirasi Bunda Maria, Louis mendirikan "The Daughters of Divine Wisdom", (Putri- Putri Kearifan Ilahi), sebuah institut religius bagi wanita dan satu organisasi bagi laki-laki, yakni "Brothers of Saint Gabriel".
Selama melakukan pekerjaan ini, dia memulai kerasulannya untuk memberitakan Rosario dan devosi kepada Bunda Maria.
Ia berkhotbah dengan sangat keras untuk melawan kesalahan ajaran bidaah Jansenisme yang mengakibatkan ia pernah dikeluarkan dari beberapa keuskupan di Prancis.
Di Roma, Paus Klemens XI menganugerahkan kepadanya gelar dan wewenang Apostolik Misionaris, yang memungkinkannya melanjutkan kerasulannya setelah kembali ke Prancis. Ia mengajarkan tentang Bunda Maria di mana-mana dan kepada semua orang.
Sebagai seorang anggota Ordo Ketiga Dominikan, Santo Louis de Montfort adalah salah satu rasul Rosario terbesar di zamannya, dan pula hingga kini, dengan buku yang ditulisnya, The Secret of the Rosary.
Adapun, cara berdoa Doa Rosario yang paling umum yang kita kenal sampai sekarang adalah metode yang berasal dari pengajaran St. Louis.
Sumbangan terbesarnya bagi Gereja dan dunia adalah ajaran pengabdian total kepada Santa Perawan Maria.
Ia menyebarkan ajaran ini pada zamannya dengan berkhotbah dan setelah kematiannya, ajaran ini masih terus dipelajari umat lewat bukunya yang terkenal : True Devotion to Mary. Menurut St. Louis, dengan pengabdian total kepada Maria adalah salah satu cara untuk memperbarui janji baptisan seseorang secara sempurna.
Spiritualitasnya ini telah dianut oleh jutaan orang, terutama oleh St. Paus Yohanes Paulus II, yang telah menguduskan dan menyerahkan tidak hanya dirinya sendiri tetapi setiap tempat yang telah dia kunjungi sebagai paus.
Dalam pengabdian sejati dan total kepada Maria, Santo Louis de Montfort mengatakan bahwa laskar jiwa-jiwa yang dikuduskan untuk Maria akan menjadi "alat" bagi Maria untuk mengalahkan Iblis dan Antikristus.

Jumat, 27 April 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 27 April 2018
Hari Biasa Pekan IV Paskah
Kisah Para Rasul (13:26-33)
(Mzm 2:6-7.8-9.10-11)
Yohanes (14:1-6)
“Ego sum Via Veritas Vita -
Akulah Jalan Kebenaran Hidup” (Yoh 14:6).
Inilah nubuat Yesus pada bacaan injili.
Ia memberikan “jalan” bagi yg tersesat,
“kebenaran” bagi yang pernah khilaf
dan “hidup” bagi yang mati.
Inilah juga yang saya yakini setiap kali saya mempersembahkan misa arwah: “Requiem aeternam dona eis Domine - Ya Tuhan berikanlah mereka istirahat kekal”.
Yesus sendiri "pergi" ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita
(Mat 6:9; Maz 33:13-14; Yes 63:15) karena Allah mempunyai tempat tinggal bagi "keluarga Allah" yg ada di dunia sekarang (Ef 2:19); "di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yg tetap" (Ibr 13:14).
Lebih lanjut, ada bbrp permenungan iman yg lain, al:
1. Seperti Kristus terangkat ke surga, demikian juga Dia akan kembali untuk menjemput kita agar tinggal bersama dengan Dia di surga (Yoh 14:2, Yoh 17:24) ke tempat yang telah disediakan untuk mereka.
Inilah pengharapan kita agar dapat sll bersama-sama dengan-Nya.
2. Yesus yg akan "membawa kamu ke tempat-Ku" menunjuk kepada semua orang beriman, yg akan "diangkat bersama-sama .. dlm awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dg Tuhan" (1Tes 4:17).
3. Kedatangan Yesus untuk umat-Nya yang setia akan melepaskan mereka dari "hari pencobaan" yg akan datang atas dunia ini
(1Tes 5:9; Luk 21:36; 1Tes 1:10; Wahy 3:10).
4. Perjumpaan yg penuh kemuliaan dan abadi ini merupakan suatu penghiburan iman bagi kita yang rindu "bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini"
(1Tes 4:17-18).
“Dari Tangerang ke Maluku-
Yesus itu terang sejatiku!”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
Manusia adalah gambar dan rupa Allah, tempat Dia ingin untuk dihormati. (St. Fransiskus dari Assisi)
Antifon Pembuka (Why 5:9-10)
Tuhan, Engkau telah menebus kami dengan darah-Mu dari setiap suku, bahasa, rakyat, dan bangsa, dan Engkau telah menjadikan kami raja dan imam bagi Allah Bapa, alleluya.
You have redeemed us, Lord, by your Blood, from every tribe and tongue and people and nation, and have made us into a kingdom, priests for our God, alleluia.
Doa Pembuka
Allah Bapa pokok kebebasan dan keselamatan kami, Engkau telah menebus kami dengan darah Putra-Mu. Dengarkanlah permohonan kami, supaya kami memperoleh hidup dalam diri-Mu dan menikmati keselamatan kekal. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:26-33)
"Janji telah digenapi Allah dengan membangkitkan Yesus."
Dalam perjalanannya Paulus sampai di Antiokhia di Pisidia. Di rumah ibadat Yahudi di sana Paulus berkata, "Hai saudara-saudaraku baik yang termasuk keturunan Abraham maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan sudah disampaikan kepada kita. Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Yesus, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Yesus dibunuh. Dan setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia, mereka menurunkan Dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dan selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-Nya bagi umat ini. Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Kulah Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Anak-Kulah engkau! Pada hari ini engkau telah Kuperanakkan.
Ayat. (Mzm 2:6-7.8-9.10-11)
1. "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan: Ia berkata kepadaku, "Anak-Kulah engkau! Pada hari ini engkau telah Kuperanakkan."
2. "Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, dan memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk."
3. Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada Tuhan dengan takwa, dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:1-6)
"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku sudah mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke sana." Kata Tomas kepada-Nya, "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke sana?" Kata Yesus kepada-Nya, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Antifon Komuni (Rm 4:25)
Kristus, Tuhan kita diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita, alleluya.
Christ our Lord was handed over for our transgressions and was raised again for our justification, alleluia.
Taat [ob-audire] dalam iman berarti menaklukkan diri dengan sukarela kepada Sabda yang didengar, karena kebenarannya sudah dijamin oleh Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri. Sebagai contoh ketaatan ini Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan Maria melaksanakannya atas cara yang paling sempurna. (Katekismus Gereja Katolik, 144)
B.
HIK - HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
27 APRIL
ST. PETRUS KANISIUS
'If you have too much to do, with God's help, you will find time to do it all.'
St Peter Canisius, pray for us.
Kanisius lahir di Nijmegen, Belanda, 8 Mei 1521. bergabung dengan Serikat Yesus tahun 1543. tersiat di bawah bimbingan St. Ignasius, dan kaul terakhir pada tahun 1549. Ia menjadi salah satu konsultan teologi di Konsili Trente dan provinsial Yesuit di Jerman. Kanisius menulis 37 buku antara lain 'KATEKISMUS'. Ia meninggal di Fribourg, Swiss, pada 21 Desember 1597.
======
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mz.90:12)
Lihatlah ya Allah Maharahim, apa gerangan
balasan hambaMu yang tak tahu terimakasih
terhadap anugerah-anugerahMu yang tak terhitung banyaknya,
dan betapa menakjubkan cinta yang Engkau perlihatkan kepadaku!
Betapa banyak kesalahan yang aku perbuat!
Betapa banyak kebaikan yang tak terselesaikan!
Aku mohon, basuhlah kesalahan dan noda-noda ini
dengan darahMu yang tak ternilai harganya
ya Penebus yang amat baik hati
dan menutup kepapaanku dengan jasa-jasaMu
Berilah aku perlindungan yang aku perlukan
untuk memperbaiki hidupku.
Aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepadaMu
dan aku menghaturkan kepadaMu
semua yang kumiliki, dengan permohonan
semoga Engkau menganugerahkan rahmat kepadaku
sehingga aku dapat membaktikan
dan memanfaatkan seluruh daya pikir budiku
serta kekuatan tubuhku untuk pengabdian suci kepada Dikau.
Dikau Allah terberkati untuk selama-lamanya.
(St.Petrus Kanisius, 1521-1597, konsultan teologi di Konsili Trente dan provinsial Yesuit di Jerman).
Selamat Pesta Nama Santo Petrus Kanisius, pelindung sekolah-sekolah Kanisius.
"Santo Petrus Kanisius, doakanlah kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Santo Petrus Canisius (1521-1597):
Pendidik, pengkotbah, dan penulis yang handal
Gereja merayakan Santo Petrus Kanisius dua kali, yaitu tgl 27 April dan 21 Desember. Santo ini menjadi pelindung seminari menengah tertua atau pertama di Indonesia (th 1912), yaitu Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang. Sudah banyak uskup dan imam yang lahir dari gemblengan "kawah candradimuka" bumi Merto itu. Juga banyak para awam handal yang berkiprah di berbagai bidang di masyarakat, pernah dididik di sana.
Petrus Canisius lahir tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Belanda. Ketika itu Nijmegen masih termasuk bagian wilayah Keuskupan Agung Cologne dan berada di bawah kekuasaan Jerman. Petrus adalah putra tertua dari Yakob Kanis. Ayahnya menjabat sebagai Walikota Nijmegen, dan menjadi guru pribadi bagi anak-anak raja dari Lorraine.
Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther. Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun.
la bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara.
Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi.
Di sana ia mengikuti latihan-latilan rohani Santo Ignasius Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang iman Yesuit juga.
Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya. Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesuit. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546, ia ditahbiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai seorang pengkhotbah ulung.
Kardinal Otto Truchsess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo Ignasius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirm untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit pertama di Messina, Sisilia.
Sebagai jawaban terhadap permohonan raja William 1V dari Bavaria, yang membutuhkan profesor-profesor Katolik untuk melawan ajaran-­ajaran bidaah, Paus Paulus III (1534-1549) mengirim Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada di sana.
Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam Serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor universitas Ingolstadt. Melalui khotbah-khotbah dan katekesenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangam umat di wilayah itu.
Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan Uskup Vienna, tetapi selalu ditolaknya. Pada tahun 1554, atas permintaan Paus Yulius III, Ignasius Loyola mengizinkan Petrus menjadi administrator Takhta Suci yang mengalami kekosongan.
Di sini ia menyusun buku katekismusnya yang terkenal: Ringkasan Ajaran Kristen, yang dipakai di seluruh Eropa selama beberapa abad sebagai buku pegangan. Kemudian ia menyusun lagi dua buah buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah.
Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Austria dan Bohemia. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolese di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg.
Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolese di Innsbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog Kepausan. Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat ia mengajar di Universitas Dillingen di Bavaria. Di sini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg.
Karyanya yang terakhir diselesaikannya di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu membangun sebuah penerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tahun 1597 di Frierbuxg.
Paus Pius XI (1922-1939) memberi gelar Petrus Canisius sebagai Pujangga Gereja yang mashyur.
Santo Petrus Canisius, doakanlah kami.
C.
MADAH HARIAN PAGI
(Jumat, 27 April 2018)
Fajar menyingsinglah sudah
Langit menggemakan madah
Bumi bersorak-sorailah
Neraka mengaduh kalah.
Kala raja nan perkasa
Menggempur markas neraka
Menggilas kuasa maut
Dengan gagah tanpa takut.
Meskipun tertutup batu
Dijaga banyak serdadu
Namun pemenang yang luhur
Bangkit mulya dari kubur.
Mulyalah Engkau ya Tuhan
Yang bangkit tak terkalahkan
Serta Bapa dan Roh suci
Mulyalah kekal abadi. Amin.
DOA
Allah, pokok kebebasan dan keselamatan kami, Engkau telah menebus kami dengan darah Putera-Mu. Dengarkanlah permohonan kami, supaya kami memperoleh hidup dalam Engkau dan menikmati keselamatan yang kekal. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
====
SCHOOL OF MERCY.
Renungan Dan Doa Harian St.Faustina:
FA hami Tuhan
US ahakan iman
dengan ha TI
yang sederha NA
"Kita nggak akan memiliki sebuah gadget di rumah kita selama lima menit dan membiarkannya saja tanpa tahu apa gunanya benda tersebut; tetapi beberapa orang hidup duapuluh atau enampuluh tahun tanpa mengetahui mengapa mereka ada di sini atau ke mana mereka akan pergi. Ketika hidup tidak berarti, hidup jadi membosankan: ketiadaan tujuan melahirkan kekhawatiran, kecemasan, psikosis, dan neurosis. Apa gunanya hidup kecuali kita mengetahui tujuan hidup?" (Uskup Agung Fulton J. Sheen)
Jumat Paskah IV (27/4)
Marilah Berdoa:
LITANI KERAHIMAN ILAHI
(Buku Tribute To Mercy - RJK)
Tuhan, kasihanilah kami;
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami;
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putra Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Allah Tritunggal Mahakudus,
Tuhan Yang Maha Esa, kasihanilah kami.
Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari rahim Bapa, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sifat Allah yang tertinggi, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, misteri yang tak terselami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, mata air yang mengalir dari misteri Tritunggal yang Mahakudus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami oleh akal budi, baik manusia maupun malaikat,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber segala kehidupan dan kebahagiaan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang melampaui surga, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber mukjizat dan segala keajaiban, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mencangkup seluruh semesta, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang turun ke bumi dalam Pribadi Sabda yang menjelma,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari luka Hati Yesus yang menganga,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang terkandung dalam Hati Yesus bagi kami khususnya bagi orang-orang berdosa, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam penetapan Ekaristi kudus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam pembentukan gereja kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam sakramen baptis yang kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam penyelamatan kami lewat Yesus Kristus,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami sepanjang hidup, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merengkuh kami, khususnya pada saat kematian,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menganugerahkan kehidupan kekal, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang menyertai kami setiap saat sepanjang hidup kami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang melindungi kami dari api neraka, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, dalam pertobatan orang-orang berdosa yang keras hati,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang mempesona para malaikat dan tak terselami oleh orang-orang kudus, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang tak terselami dalam semua misteri Allah,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merenggut kami keluar dari segala kemalangan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, sumber kebahagiaan dan sukacita kami, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang memanggil kami dari ketiadaan kepada keberadaan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang merangkum semua karya tangan Allah,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, mahkota segala karya Allah yang ada maupun yang akan ada,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang didalamnya kami dibenamkan, Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, kelegaan nyaman bagi hati yang sangat menderita,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, harapan satu-satunya bagi jiwa-jiwa yang putus asa,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, tempat istirahat bagi hati, dan damai di tengah ketakutan,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, kesukaan dan kenikmatan jiwa-jiwa yang suci,
Engkau andalanku!
Kerahiman Ilahi, yang membangkitkan harapan di luar segala harapan,
Engkaulah andalanku!
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad,
Amin.

SERI "HERSTORY" (1) PROLOG



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI "HERSTORY" (1)
PROLOG SERIAL.
Cherchez la Femme!
...Door nacht tot licht,
Door storm tot rust,
Door strijd tot eer Door,
leed tot lust.
Penggalan kalimat dalam bahasa Belanda di atas adalah rangkaian sajak seorang perempuan bernama RA. Kartini, yang berarti, “Habis malam datanglah siang, Habis topan datanglah reda, Habis perang datanglah menang, Habis duka datanglah suka.”
Seperti kita ketahui, pada tahun 1911 terbit antologi surat-surat Kartini dalam format buku yang disusun oleh J.H. Abendanon, seorang direktur pada departemen pendidikan, industri dan agama pemerintah Hindia-Belanda di awal abad ke-20, berjudul ‘Door Duisternis tot Licht’, dan kemudian diterjemahkan Armijn Pane sebagai ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ (terbit 1951), di mana Kartini dianggap sebagai ‘pembawa obor pencerahan’.
Kata 'pencerahan' sendiri beberapa kali memang muncul dalam korespondensi Kartini (misalnya dalam surat kepada Steela Zeehandelar 12 Januari 1900).
Sudah barang tentu, seperti tersebut dalam beberapa surat Kartini yang lain, 'pencerahan' juga ada hubungannya pula dengan emansipasi, khususnya berkenaan dengan posisi perempuan bumiputera. "Kemerdekaan perempuan akan merupakan buah dari penderitaan dan kepedihan kami', tulis Kartini dalam sepucuk surat bertanggal 1 Agustus 1903.
Seperti Kartini, semua tokoh yang ditampil-kenangkan dalam seri ini adalah para perempuan. Sepanjang sejarah dunia, terlebih Gereja Katolik, memang ada banyak sekali tokoh perempuan yang menonjol.
Untuk tulisan dalam seri ini saya mengambil beberapa pribadi saja dari daftar panjang puteri-puteri terbaik yang pernah hadir di tengah dunia. Kebanyakan dari mereka adalah para ibu pendiri, yang menonjol dalam bidangnya masing-masing. Entah dalam hal kesucian hidupnya, kepeloporannya dalam hal pembaharuan gereja dan dunia, menjadi pembawa damai, pekerja sosial, perintis emansipasi, perawat pendidik, melayani orang-orang miskin dan tersisihkan.
Tapi, ada pula yang mistikus dan berperan sebagai nabiah pada zamannya, dan lain sebagainya. Ada yang biarawati, ada yang awam. Ada yang ratu, keturunan bangsawan, ada pula yang berasal dari keluarga miskin. Ada yang berpendidikan, ada pula yang berlatar pendidikan ala kadarnya, malah ada yang buta huruf.
Di balik itu semua, kata perempuan sendiri mempunyai akar katanya, ‘empu’, arti idealnya yakni seorang guru kehidupan. Tapi realnya, banyak peempuan sungguh mengalami diskriminasi dalam pelbagai ranah kehidupan, bukan?
Banyak orang mengidentikkan kaum per’empu’an dengan stereotif 3 m (macak/dandan, masak, manak/melahirkan), 3 ur (dapur, sumur dan kasur), 4 wa (wadah, wadi, waduk, wadon) serta 5 ah, yaitu: tunggu omah, olah-olah, momong bocah, asah-asah, mlumah (jaga rumah, masak, asuh anak, menyuci, melayani suami). Kalau begitu adanya, bagaimana dengan pepatah lama, surga ada di bawah telapak kaki ibu? Belum lagi adanya pelbagai ”KDRT” dan aneka pelecehan seksual, yang kerap korbannya adalah perempuan.
Di lain matra, sebetulnya ada perbedaan mencolok antara kekuasan lelaki dan perempuan. Kekuasaan pria itu condong power over, sifatnya merusak-menindas, sedangkan kekuasaan perempuan itu power to, membagi dan konstruktif.
Idealnya, seorang perempuan mempunyai tempat dalam masyarakat dan juga Gereja tentunya. Hal ini terjadi bukan melulu karena keperempuannya yang demikian khas, tapi karena kepribadiannya sebagai seorang manusia dan warga masyarakat serta Gereja, dan yang lebih penting lagi karena nilai dari tugas-tugas bermanfaat yang berhasil diselesaikannya, begitulah ujaran seorang tokoh feminis Rusia, Aleksandra Mikhailovna.
Dalam bahasa Romo Mangun ”Si Burung Manyar”, esensi perempuan juga sebetulnya ada pada rahim serta cita rasanya menghadapi suami, anak-anak dan kehidupannya. Kerahiman perempuan adalah salah satu lambang religiositas, karena rahim itu mengemban dan menumbuhkan benih kehidupan. Jelas, bahwa kaum perempuan adalah roh pengemban kehidupan.
Maka, kalau dulu, ada sebuah slogan khas Perancis, Cherchez la femme: carilah perempuan! Di mana, perempuan dicari untuk menjadi (dijadikan) biang keladi-semacam victim: kambing hitam bagi setiap konflik dalam masyarakat patriarkal.
Tapi kini, paling tidak lewat membaca kembali penggalan kisah para pendiri ordo perempuan dan aktivis sosial perempuan beserta roh zamannya dalam seri ”HIK” – ”HERSTORY” ini, kita diajak lagi untuk bersama-sama berkata, Cherchez la femme ! Kita mencari perempuan bukan lagi sebagai problem maker, tapi karena para perempuan itu sungguh bisa menjadi problem solver.
Silakan renung dan telaah, “mang onceki dewe-dewe!“
B.
Bercerita Untuk Melawan Lupa
…Jangan tanggung jangan kepalang,
Bercipta mencipta,
Bekerja memuja,
Berangan mengawan....
Sepanjang sejarah dunia, banyak sekali bermunculan tokoh-tokoh perempuan yang terselip sebagai “her-story” diantara mainstream “his-story” para tokoh laki-laki . Pribadi-pribadi luar biasa yang sesungguhnya lebih daripada seorang Kendedes, Srikandi atau Dewi Shinta pada masanya. Kiranya semuanya sesuai rencana Allah sendiri, karena dengan kharisma dan talenta masing-masing mereka tampil pada saat Gereja dan dunia membutuhkannya.
Perempuan-perempuan yang diangkat dalam seri sederhana ini memang datang dari pelbagai kalangan masyarakat. Mereka digerakkan oleh penderitaan dan ketidaktenangan sosial di sekitar mereka. Mereka membaktikan diri demi mengurangi kemiskinan dan duka derita kaumnya. Mereka menghibur orang sakit dan yang akan meninggal. Mereka juga menolong pendidikan anak-anak dan kaum perempuan. Tremens et fascinans!
Di lain matra, kaum feminis sering mengkritik sejarah dominan, yang terfokus pada peranan laki-laki, sehingga pantas disebut his-story. Sebagai anti-tesisnya, mereka ajukan sejarah dari kacamata perempuan, yang mereka sebut her-story (Al-Hibri 1982; Umar 2002: 115).
Di sinilah, dengan membaca seri sederhana ini dan melihat agama sebagai gerakan sosial yang diperjuangkan oleh para perempuan, dan sebagaimana diteruskan oleh para pengikut mereka, seri ini menjadi semacam her-story dari sebuah his-story sejarah Gereja yang kaya makna: “Saatnya akan datang, dan nyatanya sudah datang, dimana panggilan kaum perempuan akan diakui kepenuhannya; saat dimana kaum perempuan di dalam dunia ini memperoleh pengaruh, hasil dan kuasa yang tak pernah dicapainya hingga saat ini. Itulah sebabnya pada saat ini dimana bangsa manusia tengah mengalami transformasi yang begitu mendalam, kaum perempuan, penuh dengan semangat Injil, dapat berbuat banyak untuk menolong manusia agar tidak jatuh” (Pesan Konsili Vatikan II, kepada kaum perempuan, tanggal 8 Desember 1965; dikutip dalam Mulieris Dignitatem, 1).
Mengutip ungkapan dr. Zhivago dalam novel klasik Boris Pasternak, “ Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa.”
Jelasnya, seri sederhana ini adalah sebuah ruang juang. Yah sebuah ruang bercerita di ranah publik untuk melawan lupa bahwa para perempuan juga berperan banyak dalam menggambar wajah Allah di tengah ruwet renteng sejarah dan hiruk-pikuk dunia harian kita.
Demikianlah umpan telah dilempar ke air, adakah ikan kan terpancing, ataukah cuma sekedar gelombang kecil yang menyebar?
C.
“Her-Story"
Menarik mencermati judul seri ini “Her-Story,” yang meskipun tidak ditulis secara tersurat, namun secara tersirat bisa dibedakan dengan “His-Story,”.
Menarik karena kedua kata tersebut menggunakan bahasa asing, Bahasa Inggris. Kita semua menyadari bahwa His-Story mempunyai relevansi dengan History yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Sejarah.
Pertanyaan yang terbersit di dalam benak adalah mengapa judul seri ini tidak menggunakan kata Bahasa Indonesia, yakni “Sejarah” melainkan Bahasa Inggris, yakni “Her-Story”?
Kata Sejarah tidak dapat mengungkapkan makna dan pesan yang hendak disampaikan di dalam buku ini. Bahasa Indonesia kurang menekankan pada pembedaan makna berbasiskan gender jika dibandingkan dengan Bahasa Inggris. Sehingga seri ini perlu meminjam istilah Bahasa Inggris untuk menyampaikan apa yang justru menjadi kabar terpenting kalau bukan kabar gembira, bahwa Sejarah Gereja Katolik adalah juga merupakan kumpulan dari “Her-Story,”.
“Her-Story,” adalah serangkaian kisah pemaknaan kaum perempuan terhadap spiritualitas Katolik yang mencakup sebagian besar dari untaian kisah yang digambarkan dengan menarik disini. Mungkin pengecualian adalah kisah Kartini yang merepresentasikan kisah perempuan priyayi Jawa pada awal abad lalu.
Meskipun Gereja Katolik secara resmi mengakui peran penting kaum perempuan tetapi kerap timbul berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan peran kaum perempuan secara nyata di dalam Gereja Katolik. Sebagai contoh misalnya, kisah mengenai “Paus” Yohana, Santa Maria Magdalena, dan Dorothy Day yang untuk sebagian kalangan masih terus diperdebatkan hingga kini. Sungguh patut dihargai bahwa Romo Jost Kokoh, Pr, seorang imam praja Keuskupan Agung Jakarta, memasukkan ketiga kisah nyata tersebut di dalam “Her-Story,”.
Hampir sebagian besar perempuan yang dikisahkan di dalam seri “Her-Story,” ini adalah perintis berbagai konggregasi biarawati di dalam Gereja Katolik yang mempunyai kekhasan pemaknaan masing-masing terhadap spiritualitas Katolik. Pada umumnya mereka mempunyai aturan masing-masing yang dijadikan landasan konstitusi dari setiap konggregasi dan sesuai dengan Hukum Gereja Katolik.
Di dalam Gereja Katolik yang berusia sekitar 20 abad ini dengan struktur dan hirarki yang jelas serta peran kaum laki-laki yang dominan, seri “Her-Story,” ini bisa memberikan suatu alternatif terhadap gambar yang dominan dan seringkali tanpa disadari, dipersepsikan sebagai “satu-satunya” kenyataan yang ada.
Gereja Katolik adalah Gereja yang Universal baik bagi kaum perempuan maupun kaum laki-laki. Seri “Her-Story,” ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman dan penghargaan kita bersama akan keberagaman pemaknaan terhadap Spiritualitas Katolik khususnya yang berbasiskan gender.
Keperempuanan mereka yang dikisahkan di dalam seri ini turut mempengaruhi bagaimana mereka memaknai spritualitas Katolik baik disadari maupun tidak disadari oleh mereka sendiri.
Di dalam Gereja Katolik, kumpulan “His-Story,” kerap tanpa disadari dipersepsikan sebagai “Sejarah”. Adanya dominasi dan relasi kekuasaan telah menyebabkan hal ini terjadi.
Seri “Her-Story,” karya Rm. Jost Kokoh ini dapat membantu kita bersama untuk menyadari bahwa ada beragam kisah yang turut membentuk Gereja Katolik. Kisah-kisah kaum perempuan dari beragam latar belakang yang dengan cara mereka masing-masing telah berkontribusi secara khas terhadap Gereja Katolik baik dilihat dari “Sejarah” maupun spiritualitasnya.
Semoga akan semakin banyak dan semakin beragam kisah yang telah turut memperkaya Gereja Katolik dikisahkan sehingga kita semua bisa menghargai keberagaman kisah dan kekayaan makna yang telah kita warisi bersama dan bisa menjadi landasan bagi tindak lanjut yang nyata di dalam hidup bermasyarakat termasuk ke arah perubahan sosial yang lebih adil dan setara. (Francisia SSE Seda)

SERI "HERSTORY" (2) Elisabeth Gruyters



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI "HERSTORY" (2)
Elisabeth Gruyters
CARITAS ET HUMILITAS
PROLOG
Siapa tak kenal Rumah Sakit dan Akademi Keperawatan Sint Carolus di tengah megah-riahnya kota Jakarta, Rumah Sakit Panti Rapih-Panti Rini-Panti Nugroho di kota gudeg Yogyakarta atau Rumah Sakit Borromeus di “Paris Van Java” Bandung? Bukankah banyak orang Jakarta juga kerap-akrab mendengar nama besar “Yayasan Tarakanita (Playgroup, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK) dan “Yayasan Pendidikan Tinggi Tarakanita” yang exist di seantero Jakarta? Ada juga nama sekolah unggulan, Stella Duce dan asrama Syantikara di Yogyakarta. Yah, Kongregasi para suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (biasa dikenal dengan Kongregasi CB) adalah aktor di balik nama besar pelbagai lembaga publik yang sudah “admiranda et amanda”: dikagumi dan dicintai masyarakat itu. Kongregasi CB sendiri dirintis-kembangkan oleh seorang perempuan Belanda, Elisabeth Gruyters pada 29 April 1837 di Maastricht, Belanda. Oleh Gereja, kongregasi ini ditempatkan di bawah naungan Santo Carolus Borromeus. Selain di Indonesia, mereka juga melayani di Amerika, Afrika, Belanda, Belgia, Denmark, Brasil, Norwegia, Filipina, Vietnam, Timor Leste, dan masih banyak lagi: “Dimuliakanlah Nama Tuhan selama-lamanya!” (EG 156)
SKETSA PROFIL
Dengan pertolongan Tuhan,
aku akan berhasil. (EG 13)
Maria Elisabeth Gruyters. Itulah nama lengkap seorang anak yang terlahir di desa Leut, dipinggir sungai Maas, Limburg, Belgia, 1 November 1789. Ibunya bernama Maria Borde. Ayahnya yang bernama Nicolas Gruyters merupakan seorang bendahara puri di Leut. Pada tahun 1821, Elisabeth berangkat ke Maastricht. Jarak antara Leut dan Maastricht sekitar 19 KM. Disinilah, ia bertahun-tahun bekerja sebagai pengurus rumah tangga pada keluarga Nijpels yang kaya raya. Ia bukan hanya bekerja sebagai pengurus rumah tangga melulu, tapi ia juga memperhatikan dan memelihara kebutuhan mental maupun spiritual setiap anggota keluarga Nijpels itu. Satu hal yang dicandranya, bahwa dampak dari Revolusi Prancis mewarnai suasana duka banyak keluarga di Maastricht, termasuk keluarga Nijpels: Nyonya Nijpels mengalami sakit lumpuh dan selama 40 tahun lamanya telah meninggalkan iman kristianinya; anak-anaknya suka berfoya-foya dan menempuh jalan hidup yang sesat; suaminya, Tuan Nijpels memboroskan waktu dan memuaskan dirinya dengan pelbagai kesenangan duniawi yang tidak sehat. Melalui perjumpaannya dengan keluarga Nijpels inilah, iman dan kerinduan hatinya untuk mengutamakan keselamatan jiwa sesamanya (salus animarum) semakin terpupuk subur. Dalam catatan pribadi yang ditinggalkannya, Elisabeth menulis-kenangkan kerinduan imannya untuk menjadi seorang biarawati: Harapanku ada pada Tuhan, dan tidak seorangpun dapat menggoncangkannya (EG 55). Baginya, masuk biara adalah wujud nyata dari usaha “mencari Kerajaan Allah” dan “menyelamatkan jiwa-jiwa”.
Yah, memang pada waktu itu, kota Maastricht sedang berduka-nestapa akibat Revolusi Perancis: Pelbagai biara ditutup dan semua gereja dilarang mengadakan aneka reksa pastoral. Kaum religius diusir, bahkan banyak gereja dan biara dialih fungsikan sebagai gudang persediaan bagi keperluan para tentara dan tak jarang juga untuk kandang kuda. Intinya: kota Maastricht sedang amburadul akibat penindasan dan pelbagai bentuk kriminalitas yang berkepanjangan.
Di tengah konteks nyata itulah, Elisabeth tersentuh hatinya melihat gulat geliat dan duka-derita yang dialami oleh keluarga Nijpels dan sesamanya yang lain. Ia menjadi seorang pribadi yang mudah peka dan berbelarasa pada penderitaan sesamanya. Hatinya terbakar oleh cinta kasih Allah dalam diri Yesus yang tersalib. Segenap hidupnya tersentuh cinta Allah yang tak bersyarat dan yang berbela-rasa (compassion), yang memunculkan sebuah doanya di depan salib: “hanya yang mengalaminya sendiri, dapat melukiskan betapa sengsaranya jiwa dalam keadaan yang demikian” (EG 42). Satu pesan bijak-bestari Tuhan yang terus bergema-mesra di relung hatinya dalam pengalaman doa-doanya: “Hendaklah kamu mencintai Tuhan Allahmu, dengan seutuh hati, dengan seutuh jiwa, dan dengan seluruh tenaga, serta cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri, demi Tuhan”. Inilah perintah Tuhan yang juga ditulisnya pada kemudian hari sebagai prolog dari Konstitusi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus, yang di-sahkan oleh Tahta Suci Vatikan pada 14 Desember 1856).
Di tengah berjalannya sang waktu, sebuah keyakinan iman yang kerap dibagikannya, “berkat doa yang berkanjang dan dengan kepercayaan kepada Allah, segala-galanya dapat diatasi, (EG 69) menjadi terwujud-nyatakan terlebih saat kisah perjumpaannya dengan pastor van Baer, pastor deken di gereja St. Servas. Yah, ternyata pastor van Baer juga memiliki kerinduan dan harapan iman yang sama. Sang pastor melihat dalam diri Elisabeth-lah, ia menemukan orang yang pas, yang ‘fit and proper’, “... yang membuat beliau berani untuk bersama aku memulai karya besar ini,” tukas Elisabeth.
Perlahan tapi pasti, berangkat dari perjumpaan iman dengan pastor van Baer, kerinduan Elisabeth untuk diterima dalam biara malahan berkembang-mekar menjadi sejumput harapan:“Sekiranya berkenan kepada Tuhan, aku mohon agar di kota Maastricht ini, didirikan sebuah biara, dimana Tuhan akan diabdi secara tulus ikhlas” (EG 5). Sebuah kerinduan yang sangat bisa dimengerti, bukan?
Pada tanggal 29 April 1837, Elisabeth memulai karya kasihnya: Ia mendirikan sebuah komunitas (yang sekarang dikenal dengan sebutan, “Kongregasi Suster-suster Cintakasih St.Carolus Borromeus”) di sebuah rumah sewaan yang miskin. Karya awal Elisabeth waktu itu adalah mengumpulkan anak-anak kecil, lemah, miskin dan tersingkir, dengan maksud membangun dasar rohani yang jost dan kokoh. Mereka diajar berdoa dan bertata-krama, serta dibimbing agar lebih memiliki semangat hidup yang suci: Allah yang Mahabaik memberkati karya kami (EG 52), begitu keyakinan iman Elisabeth.
Pada permulaan karyanya di Maastricht, Elisabeth juga pernah menulis-kenang dalam bukunya: “Semuanya serba kurang, bahkan pada hari-hari pertama kursi untuk duduk kami belum punya.” Dalam bulan-bulan April dan Mei 1837, ternyata cuaca masih sangat dingin: “Lapisan salju di jalan biasanya setinggi orang. Sampai waktu itu orang yang tua-tuapun belum pernah mengalami keadaan semacam ini.” Dalam buku kisah panggilan pribadi lainnya, ia menulis: “kami hidup seadanya hingga bulan Mei. Waktu itu, mereka mulai menerima anak-anak miskin, dengan maksud membangun dasar yang baik dalam batin mereka, memberikan pelajaran agama Kristen, menjahit, berdoa serta memberikan dorongan ke arah semangat hidup yang suci.” (EG 51). Demikianlah, dalam keadaan yang serba terbatas, anak-anak miskin ditampung dan diperhatikan. Disinilah karya pendidikan kongregasi mulai dirintis. Mendampingi dan mendidik dengan hati demi perkembangan pribadi secara utuh menjadi semangat dasar Elisabeth dan menjadi inspirasi yang terus dihidupi dalam karya pendidikan oleh para penerusnya.
Di lain matra, komunitas karya yang dirintis Elisabeth ini tentu tak lepas dari perbincangan orang lain. Yah, meskipun banyak orang membicarakan bahwa mereka miskin, tapi semangat Elisabeth tetap kaya dan menyala-nyala. Selain itu, pengawasan polisi setempat juga mereka alami, sehingga mereka tak bisa begitu saja bebas-lepas bergerak, tapi satu prinsip iman terus dikumandangkannya: Tuhan menolong siapa saja yang selalu setia mengabdi kepada-Nya (EG 97). Perjuangannya ditandai dengan banyak pengalaman yang menantangnya untuk lebih bertekun dalam doa. Justru melalui pelbagai tantangan pada waktu itu, Tuhan memberinya keberanian dan kekuatan untuk mengawali pelbagai karya kasihnya. Yah, bermodalkan kesetiaan dan pengabdiannya bagi Tuhan, komunitas karya yang dirintis Elisabeth pun mulai bertumbuh-kembang. Pada tahun 1840, rumah di jalan Lenculen terasa terlalu kecil dan mereka berpindah ke rumah yang lebih besar, dekat lapangan Vrijthof.
Selain karya pendidikan, Elisabeth dan para pengikutnya juga mulai terlibat dalam karya kerasulan kesehatan di rumah sakit ‘Calvarieberg, yang bertujuan untuk memuliakan Tuhan demi keselamatan sesama yang menderita. Ia menulis: “Pada 1 Agustus 1843, aku mengantar lima suster ke ‘Calvarieberg’ untuk merawat dan memberikan hiburan rohani serta jasmani kepada para anggota Tubuh Yesus Kristus yang menderita disana…..Akan tetapi, hanya Tuhanlah yang mengetahui betapa banyak jerih payah yang harus kami alami, sehingga kebahagiaan ini dapat dilimpahkan kepada para penderita yang malang ini.” (EG 108-109). Setelah itu, mereka juga mulai mengembangkan karya kasihnya di Panti Asuhan Katolik pada tanggal 1 Maret 1839, dengan maksud untuk menjaga keselamatan anak yatim piatu, baik jasmani maupun rohani. Dengan demikian, Elisabeth bersama para pengikutnya secara sederhana, mempunyai dua bidang pokok dalam pebagai karya kasihnya, yakni: pendidikan dan kesehatan.
Adalah sebuah pernyataan, “jika Allah berbicara dalam hati, pasti terdengar bahasa cinta.” Disinilah, dalam waktu singkat, rumah di Vrijthof juga menjadi terlalu kecil, dan pada tahun 1844, Elisabeth dan teman-temannya mulai memasuki bangunan yang semula milik gereja St. Servaas. Rumah inilah yang sampai kini menjadi Biara Induk ‘Onder de Bogen’. Seiring waktu yang berjalan, kongregasi baru ini semakin melebar-luaskan sayapnya sekaligus mendalam-endapkan akarnya demi kemuliaan Tuhan dalam pelbagai karya kasih mereka.
Setelah Elisabeth Gruyters wafat pada 26 Juni 1864, para penggantinya yang sama seperti dia, tergerak “mengabdi Tuhan dengan tulus ikhlas dan gembira” tetap mengikuti jejak iman dan spiritualitasnya. Satu warisan lain yang diajarkannya kepada para pengikutnya, bahwa para suster dalam pelbagai karyanya harus selalu dilengkapi dengan senjata-senjata rohani, agar tidak dinodai kejahatan duniawi, dan ia semakin menegaskan bahwa para susternya harus selalu ingat akan ketiga janji sucinya (EG 70).
Seiring waktu, semakin banyak suster CB yang dikirim ke pelbagai tempat untuk berkarya di bidang pendidikan dan kesehatan: Pada tahun 1918 ke Indonesia, tahun 1923 ke Norwegia dan tahun 1959 ke Tanzania serta belahan dunia yang lainnya. Sebagai contoh nyata di Indonesia: Kongregasi CB mengelola pelbagai Rumah Sakit (St. Carolus di Jakarta -1919, St.Borromeus di Bandung- 1921, Panti Rapih di Yogyakarta- 1922) dan poliklinik yang tersebar-pencar di pelbagai pelosok Nusantara. Pada tanggal 6 Januari 1930, Kongregasi CB juga mulai mengelola Hollands Chinese School (HCS) di Bengkulu (cikal bakal Yayasan Tarakanita yang didirikan pada tahun 1952, dan bersemi di Lahat, Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, Solo Baru dan meluas sampai ke Indonesia Timur); Ada juga karya-karya sosial lainnya, seperti asrama sekolahan dan pelbagai panti asuhan. Salah satunya yakni, Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran Yogyakarta yang bersemboyan, “Mekarlah Kuncup Muda, Menebar Harum Kasih Allah.”
Di balik pelbagai karya kasih mereka, visi dan keberanian iman yang diwariskan Elisabeth tetap hidup dan menjadi sebuah kenyataan, seperti tema kapitel Kongregasi CB tahun 2011: Semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta, buatlah aku cakap dalam pengabdian-Mu (EG 39).
REFLEKSI TEOLOGIS
Aku menyerahkan semua kepada Tuhan,
dan bertakwa kepada kehendak-Nya yang kudus (EG 12).
1.Sajiman, SAtu JIwa dalam iMAN
Sajiman adalah nama seorang pensiunan kolonel yang saya kenal di daerah Pasar Minggu dan pernah mengikuti saya mengunjungi penjara di daerah Pondok Bambu Jakarta. Bagi saya, figur bercampur tutur bernama Elisabet ini, membuat kita juga bisa belajar untuk menjadi “Sajiman”: “Satu Jiwa dalam Iman.” Ingat saja, sebuah nukilan pernyataan Elisabeth: “Aku akan tetap setia kepada Tuhan dan akan tetap bertekun dalam cintakasih-Nya sampai mati” (EG. 20). Jelaslah, Elisabeth adalah seorang beriman yang mempunyai kerinduan untuk setia bersatu dengan Tuhan dan sesamanya. Bahkan dalam perkembangan waktu, ia juga menekankan hal ini kepada para pengikutnya, “Alangkah bahagia suasana biara, bila terdapat kesatuan antara para anggotanya” (EG 9).
Di lain matra, dalam situasi mencekam kota Maastricht, sesudah perang di abad ke-19, ia sepenuh hati bersatu jiwa dalam iman bersama dengan pergulatan dan pergeliatan sesamanya. Ia setia berdoa kepada Allah, agar di kota Maastricht, banyak orang kembali ke jalan yang benar: “....Dengan aku atau tanpa aku, asal Tuhan dimuliakan dan sesama diabdi dengan tulus ikhlas dan sempurna ”. Ia juga setia terus berjuang mewujud-nyatakan cita-citanya untuk semakin bersatu dengan Tuhan. Baginya, jalan yang paling mungkin untuk bersatu dengan Tuhan dan membalas kasihNya adalah dengan mempersembahkan seluruh hidup kepada Yesus. Keterpesonaannya kepada Yesus yang tersalib menyentuh relung hatinya yang terdalam. Sikap compassion (belaskasihan) Yesus telah menjadi rima dalam keseharian hidupnya, untuk terus menyatu-padukan pergulatan sekitarnya dengan pergulatan hidup dan panggilannya: “Tuhan, aku haus, berilah aku air yang menghidupkan itu” (EG 140).
2.Pola “267”
Rela berkorban. Layani Tuhan. Siapkan jalan iman
“Seluruh harapanku berdasarkan
ayat pertama Kredo:
Aku percaya akan Allah yang
Mahakuasa.” (EG 23)
Apakah anda pecinta sepakbola, soccer-holic? Nah, kalau FC.Barcelona atau Real Madrid mempunyai pola permainan, “4-4-3” atau “4-5-2”, maka Elisabet mempunyai pola “267”. Apa itu? Dalam bahasa not solmisasi, berbunyi, “re” “la” “si”. Yah, dia memiliki pola relasi yang berkualitas: Relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam dan pastinya relasi dengan diri sendiri. Kalau seorang Bo Sanchez dari Filipina mengatakan, “discipleship is a relationship”, maka, bagi saya secara sederhana, sebuah kata “relasi” yang kaya makna ini sebenarnya mengandung trilogi keutamaan dasar yang dihayat-resapi oleh Eisabeth, antara lain:
-Rela berkorban: Bagi Elisabeth, orang miskin bukan saja orang-orang yang miskin secara lahiriah, tapi juga mereka yang miskin materi dan miskin pendidikan. Orang-orang yang miskin adalah orang yang menderita dan yang sakit, baik secara fisik maupun secara rohani. Inilah visi dasar Elisabeth bersama Tarekat Suster-suster Cintakasih Carolus Borromeus yang didirikannya: Mereka diutus ke dunia yang terluka. Mereka dipanggil untuk rela berkorban, masuk lebih dalam, duc in altum, dan menjadi bagian integral dari dunia yang tercarut-marut dan menciptakan banyak korban. Pengalaman kasih Elisabeth dengan Yesus yang tersalib sungguh menyentuh dan sekaligus menggerakkan hatinya untuk menyelamatkan jiwa, yang secara konkret dikenali dan ditemukan dalam diri banyak orang kecil, lemah, miskin, tersingkir, sakit dan sebagainya. Disinilah, Elisabeth berani mengatakan, “keselamatan sesama sangat kupentingkan “ (EG 40).
-Layani Tuhan: Perjumpaannya dengan Allah dalam diri Yesus yang tersalib, adalah sumber segala inspirasi sekaligus aspirasi dalam pelbagai karya pelayanannya: “Kami menerima anak-anak miskin, dengan maksud membangun dasar baik dalam batin mereka. Kami memberikan pelajaran agama, menjahit, mengajar mereka berdoa, dan mendidik mereka untuk mencintai Allah.” (EG 51). Disinilah, baik kita melihat sebuah “pancasila” pelayanannya terhadap Tuhan, yang dihorisontalkan dengan pebagai karya nyata terhadap sesamanya, antara lain:
1. Usaha penyembuhan. Ia mengantar setiap orang untuk kembali kepada relasi harmonis dengan Allah, sesama dan diri sendiri,
2. Usaha kepedulian. Ia memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin, entah kesejahteraan rohani maupun jasmaninya.
3. Usaha pengajaran. Ia tidak hanya mengajarkan katekese tetapi juga mengajar hal-hal praktis, seperti jahit menjahit sekaligus hal-hal etis, seperti menanamkan dasar hidup yang baik kepada anak-anak miskin.
4. Usaha penghargaan. Ia memberikan rasa hormat dan pemberdayaan pada orang-orang miskin, kebebasan dan paham kemanusiaan yang utuh pada sesamanya. Hal ini bisa jadi didapatkannya karena ia pernah “live-in” di RS. Calvarieberg dan di tengah keluarga Nijpels.
5. Usaha belas-kasihan. Ia berbelas-kasihan terhadap orang-orang yang sakit: Ia mengurus, melindungi para penderita sakit serta mendampingi mereka yang menghadapi ajalnya, demi keselamatan jiwa para penderita: “Sebenarnya aku sendiri sudah mendengar panggilan itu dalam hatiku, sejak aku masih berada di luar, waktu belum ada seorang pun yang memikirkan hal itu. Jika pada hari Minggu aku mempunyai sedikit waktu terluang, aku pergi pada orang-orang malang itu, berdoa rosario bersama mereka. Dalam perjalanan pulang, dan dalam kesibukan di rumah, aku masih teringat saja akan orang-orang yang malang itu, dan mereka senantiasa terbayang dalam angan-anganku. Sambil mencucurkan airmata aku memanjatkan doaku, agar dapat berkarya di antara para penderita ini di Calvarieberg.” (EG 113)
“Pancasila” teladan Elisabeth yang melayani Tuhan lewat perjumpaan dengan sesama seperti ditampil-kenangkan di atas, juga terbatinkan oleh para penerusnya. Inilah salah satu bukti nyatanya: Pada tanggal 22 Juni 1918, sepuluh suster CB (Sr Alphonsa, Sr Lina, Sr Hermana, Sr Crispine, Sr Isabella, Sr Judith, Sr Ambrosine, Sr Ignatio, Sr Justa, Sr Gratiana), dengan menaiki kapal api “Frisia”, milik maskapai Hollandse Koninklijke Loyd, lebih dari 3 bulan lamanya pergi menuju Indonesia.
Tanggal 7 Oktober 1918, mereka tiba di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, tepat pukul 06.00 pagi, tanggal 7 Oktober 1918. Mereka langsung menuju ke Biara Ursulin Weltevreden, di Jl. Pos, Jakarta. Setelah masuk biara, tempat pertama yang dikunjungi adalah kapel. Di kapel biara Ursulin ini, para suster CB langsung berdoa dengan penuh rasa syukur: “Ya Yesus yang manis, betapa terharu hati kami bila kami berlutut di depan altar-Mu. Dengan rendah hati dan gembira kami menyerahkan seluruh tenaga, kesehatan, dan kehidupan kami kepada Dikau, demi kepentingan-Mu dan bagi keselamatan jiwa-jiwa.” Jelas, spiritualitas“dokar”: “doa dan karya” mereka dibawa bagi pelayanan pada Tuhan semata. Mereka membawa semuanya dari permulaan sampai pada kesudahannya dalam nama Tuhan sebagai pimpinan tertinggi yang mereka layani.
-Siapkan jalan iman: Elisabeth menulis-hadirkan kisah berdirinya kongregasi, yang sekaligus sebenarnya merupakan kisah panggilan pribadinya: “Atas nama Tuhan Yesus Kristus, oleh H.W. Michels, yang telah beberapa kali memberi retret tahunan di biara kami, aku diharuskan demi ketaatan suci, agar jangan lalai menceritakan tentang mukjizat Tuhan yang Mahakuasa dalam riwayat berdirinya Kongregasi ini”, demikian Elisabeth mengawali tulisannya. Beberapa waktu kemudian, dalam rangka peringatan 150 tahun berdirinya Kongregasi CB, tanggal 29 April 1987, Dewan Pimpinan Umum CB saat itu menerbitkan buku, yang diberi judul: “Elisabeth Gruyters, pendiri sebuah Tarekat.” Pada terbitan tersebut setiap alinea dibubuhi nomor, demi mudahnya pengutipan (jadi, misalnya : EG 5, berarti alinea 5 dari buku tersebut). Selain itu, sebagai salah satu cara untuk mewariskan semangat awal pendiri kongregasi yang perlu dihidupi sebagai inspirasi sekaligus aspirasi, maka disusunlah juga sebuah buku, Guiding Principles Spiritualitas CB untuk setiap bidang karya. Nah, bukankah jelas bahwa penulisan sejarah dan warisan spiritualitas yang terbukukan ini juga sebuah upaya untuk menyiapkan jalan iman bagi para penerusnya? Satu hal yang pasti bisa diingat adalah, “Tuhan Gembala yang Baik, selalu menjaga iman dan memperhatikan orang yang cinta kepadaNya” (EG 65).
3. Mariati
MARIA ada di haTI
Sr.Mariati adalah nama seorang biarawati CB, pendamping para postulan di Gejayan Yogyakarta. Dulu, saya beberapa kali mengadakan dialog antar agama dan kunjungan ke pesantren, seminari, pura dan vihara bersama dia dan anak-anak mahasiswa Sanata Dharma, serta beberapa suster yunior dari kongregasi CB. Sekarang, setiap kali saya mengunjungi makam dua saudara saya di area pemakaman CB (Almarhum Sr.Ignatia, CB dan Sr.Luisi, CB), dialah yang biasa menyambut dan membukakan pintu gerbangnya. Nama “Mariati” sendiri secara sederhana, bisa berarti, “Maria ada di hati.” Disinilah, saya mencandra bahwa Bunda Maria jelas mendapat tempat istimewa di hati Elisabeth, terlebih dengan adanya peristiwa iman pada 15 Agustus 1836 (Hari Raya Maria Asumpta).
Yah, setelah berdoa selama 15-16 tahun. Saat itu, di depan patung Bunda Maria tanggal 15 Agustus 1836, menurut pengakuan Elisabeth, “tiba-tiba terdengar olehku, persetujuan yang suci dari surga…‘Itu akan terjadi.’ (EG 6). Bunda Maria memainkan peran penting dalam hidup Elisabeth dan kongregasinya, terlebih perihal kerendahan hati. Hal ini juga yang pernah ditegaskan Yesus dalam kotbah di bukit: Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati. Yah, Maria menjadi “model” dan “mother” kerendahan hati bagi Elisabeth dan para pengikutnya. Teladan iman Maria menjadi pusat geraknya, bakan pengalaman mistik Elisabeth dan kongregasi yang dirintisnya ini. Inilah pengalaman iman yang khas dan mendalam, yang “tertancap di hatinya”.
Bahkan, dalam “Surat Basis”, Agustus 2010, dipaparkan, “Hari Raya Maria Asumpta (15 Agustus) merupakan kesempatan untuk kembali kepada Bunda Maria, untuk membimbing komitmen kita sebagai religius perempuan, untuk dapat dipercaya dan tekun dalam membuat perbedaan sebagai tanda dan instrumen iman, harapan, damai dan bela rasa kepada saudara-saudara di jaman sekarang.”
Disinilah, sangat indah jika setiap pengikut Elisabeth juga sungguh menggali pelbagai unsur rohani (“mistik”) dari Bunda Maria dan menimbanya bagi gerak dan karya pelayanan kasih yang lebih kontekstual (“profetik”), sehingga tepatlah apa yang pernah dikatakan Uskup Agung Semarang, Mgr. Pujasumarta dalam kotbah peresmian Yayasan Panti Rapih di Gunung Kidul, bahwa “CB” bisa berarti, “Cinta dan Belarasa”, dimana Tuhan akan diabdi dengan tulus iklas (EG 5).
EPILOG
Teruskan karyamu.
Tuhan akan selalu memberkati dasar-dasar yang telah dibangun.
(EG 75)
Secara etis-praksis, salah satu bentuk kemiskinan yang paling dalam yang kerap dialami manusia jaman sekarang adalah isolasi, semacam keterpisahan, dalam bahasa Marxis, keterasingan. Kalau kita melihat dari dekat bermacam bentuk kemiskinan, termasuk bentuk-bentuk material, kita melihat bahwa mereka lahir dari isolasi dan alienasi, dari pengalaman ditolak dan tidak dicintai atau dari kesulitan untuk dapat mencintai. Kemiskinan juga sering dihasilkan dari penolakan atas kasih Tuhan, oleh kecenderungan dasar dan tragis manusia yang menutup diri sendiri atau memikirkan diri sendiri sebagai “self-sufficient”/ cukup dengan diri sendiri.
Dalam konteks ini, baiklah kita mengingat-kenang kata sambutan dari Pastor Fleercher (pada pesta perayaan ulang tahun ke-25 Rumah Sakit St. Carolus Jakarta): “Pekerjaan anda di sini bukan hal yang mudah, dan juga tak akan pernah mudah, tetapi itu merupakan kebahagiaan dan juga ketenteraman. Kita memang tahu bahwa Kerajaan Surga merupakan kekuatan, dan kita juga tahu bahwa yang tangguh akan memenangkannya. Dengan pertolongan rahmat Tuhan, anda sekalian akan tetap berusaha untuk mencapai yang hebat itu, menurut tradisi anda sendiri, yang diwariskan oleh pendiri anda yang sangat terhormat, yang mengajukan keutamaan indah sebagai dasar dari tradisi: caritas et humilitas, cintakasih dan kerendahan hati.”
Caritas et humilitas – yang berarti: cintakasih dan kerendahan hati – adalah dua kata pokok yang dapat merumuskan secara singkat-padat-memikat mengenai semangat iman yang diwaris-tularkan oleh Elisabeth Gruyters, bunda pendiri Tarekat Suster-suster Santo Carolus Borromeus di tengah konteks masyarakat yang mengalami pelbagai bentuk kemiskinan. Dua dimensi spiritualitas ini juga yang semestinya terus dihayat-tampakkan dalam reksa pastoral kita semua, entah di pelayanan pendidikan, kesehatan, sosial, maupun reksa pastoral di tengah komunitas basis dan keluarga kita masing-masing. Jika kita selalu memiliki “cintakasih dan kerendahan hati”, bukankah benar, seperti kata Elisabet, “setiap hari, kami diberkati oleh tangan Tuhan yang tak kelihatan.” (EG 63)?
ASPIRASI
Doa Bersama St. Carolus Borromeus
Di dalam tangan-Mu, Bapa Yang Suci dan Berbelaskasih, kami meletakkan hidup kami. Tangan-Mu membawa kami ke salib. Kami menatap Yesus yang tersalib. Kami pun merasa perlu berbicara untuk mengucapkan terima kasih kepada-Mu, dan untuk memperkenalkan kepada semua manusia, hal-hal yang mengagumkan dari cinta-Mu. Salib Yesus merupakan tindakan yang tertinggi, dan kesatuan-Mu dengan kami orang-orang berdosa. Salib Yesus membuktikan bahwa cinta-Mu lebih kuat dari segalanya. Anugerah yang penuh rahasia dan subur, yang berasal dari salib, ialah Roh Kudus yang menyatukan kami. Amin.
Doa Bunda Elisabeth
Oh, Allah Yang Maha Baik, anugerahilah aku lebih banyak keutamaan, teristimewa sifat lemah-lembut dan kebijaksanaan. (EG. 107)
Doa EG
Semoga dimuliakanlah nama Tuhan, yang tidak pernah mengabaikan umat-Nya yang hina dina. (EG. 38)
Doa, Kasih, dan Pelayanan
Dengan hening aku berdoa, dengan doa aku mengasihi. Dengan kasih aku melayani, dengan melayani kualami kedamaian.
Pecinta Hatiku
O... Pecinta hatiku yang manis, berilah aku bagian dalam dukaMu, semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta, buatlah aku cakap dalam pengabdianMu tetapi tidaklah bermanfaat bagiku saja, pun juga bagi keselamatan sesama manusia. Amin.