Ads 468x60px

Selasa, 27 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 27 Maret 2018
Hari Selasa dalam Pekan Suci
Yesaya (49:1-6)
(Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17)
Yohanes (13:21-33.36-38)
"Fides est discipulus - Iman adalah pemuridan".
Hari ini, Yesus "menegur" 2 muridnya: Yudas Iskariot (Iskariot adalah nama Yunani dari bahasa Ibrani "isy kariot"= orang dari Kariot, yang dalam bahasa Ibrani="palsu", dalam bahasa Yun= "pembunuh bayaran") serta Simon Petrus (Simon adalah nama Yunani, Petrus adalah nama Latin yang dalam bahasa Yun: Petros, Ibr: Kefas= "batu karang").
Adapun dalam teks bahasa Inggris, para murid Yesus tidak disebut sebagai "student" tapi sebagai "disciple" (murid yang selalu belajar, learner), yang erat terkait-paut dengan sikap "disiplin". Dengan kata lain: Bukankah pemuridan lekat dengan kedisiplinan? Bukankah Tuhan juga banyak "mendidik dan mendisiplinkan" hidup kita (Ibr 12:5-6)?
Adapun dua hal dasar yang membuat kita tidak bisa menjadi "disciple" seperti yang saya tulis dalam buku "3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari" (RJK, Kanisius), antara lain:
1. "KUTU - Kurang bersatu":
Yudas ("Yang Ucapannya peDAS") adalah rasul yang selalu diletakkan paling belakang dengan predikat "yang mengkhianatiNya" (Mat 10:4, Mrk 3:19, Luk 6:16). Karena "kutu", ia terpengaruh iblis (Yo 13:2,27, Luk 22:3-4) dan tega "menjual" Yesus untuk mencari laba pribadi.
Bukankah hidup kita juga pernah penuh "kutu", ketika kita mudah mengadu domba, bergosip-ber"issue" ria dan mempergunjingkan orang lain, menjadi "LIPI-Lembaga Intrik Penyebar Isu", bahkan terhadap rekan yang seiman?
2. "KUMAN-KUrang beriMAN":
Simon Petrus yang seakan selalu menjadi "batu karang", rasul paling tegar dan "paus pertama" (Mat 10:1-4, Mrk 3:13-19, Luk 6:12-16), ternyata karena kesombongan dirinya malahan "jatuh". Imannya yang tampaknya "tegar" ternyata "keropos": Ia menyangkal Yesus berkali-kali (Yo 13:38, 18:17-18, 25-27, Bdk: Mat 26, Mark 14, Luk 22).
Bukankah kita punya "kuman", ketika kita juga merasa sok kuat dan "takabur", congkak hati dalam hidup beriman padahal di dalamnya hidup beriman kita malahan keropos: menyangkal Tuhan dan membohongi hati nurani?
Hari inilah, kita diajak meninggalkan "petrus dan yudas" tapi mengenakan "kristus" yang ber-"enkrateia" (bertanggungjawab). Ia "disiplin" pada jalan imannya yang mesti dilewati karena Ia percaya bahwa tidak ada kebangkitan tanpa salib, tidak ada kemuliaan tanpa kematian?
Maukah kita mati dari "kutu" dan "kuman" kita?
"Cari sepatu pakai delman - Mari bersatu dan makin beriman."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"As Christians, our task is to make daily progress toward God. Our pilgrimage on earth is a school in which God is the only teacher, and it demands good students, not ones who play truant. In this school we learn something every day. We learn something from the commandments, something from examples, and something from Sacraments. These things are remedies for our wounds and materials for our studies." (Augustine of Hippo, 345-430 A.D., excerpt from Sermon 16A,1)
B.
Kutipan Teks Misa:
“Manusia diselamatkan dalam penderitaan, salib, pemakaman, dan kebangkitan Kristus.” (St. Basilius Agung)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm. 27(26):12)
Ya Tuhan, janganlah menyerahkan aku kepada yang mengejar-ngejar aku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta dan yang bersumpah palsu.
Do not leave me to the will of my foes, O Lord, for false witnesses rise up against me and they breathe out violence.
Doa Pembuka
Allah yang kekal dan kuasa, perkenankanlah kami memperingati misteri sengsara Yesus Kristus, Tuhan kami, dengan penuh iman dan cinta kasih, agar kami memperoleh pengampunan dosa. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Nyanyian "Hamba Yahweh" menggambarkan pilihan dan tugasnya sebagai nabi. Cita-citanya ialah membangun kembali Israel sesudah pulang dari pembuangan, bukan di bidang politik, melainkan terutama di bidang kehidupan sebagai umat beriman.
Bacaan dari Kitab Yesaya (49:1-6)
"Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."
Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing, dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku, “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” Tetapi aku berkata, “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia! Namun, hakku terjamin pada Tuhan, dan upahku pada Allahku.” Maka sekarang berfirmanlah Tuhan yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya; yang karenanya aku dipermuliakan di mata Tuhan, dan Allahku menjadi kekuatanku; beginilah firman-Nya, “Terlalu sedikit bagimu untuk hanya menjadi hamba-Ku, hanya menegakkan suku-suku Yakub, dan mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Maka Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17)
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-sekali aku mendapat malu. Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!
2. Jadilah padaku gunung batu tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri; sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku, ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik!
3. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkaulah yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku!
4. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu, dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Salam, ya Raja kami yang setia kepada Bapa; Engkau dibawa untuk disalibkan, tidak membuka mulut seperti domba yang dibawa ke pembantaian.
Yesus mengatakan, bahwa salah satu di antara kedua belas murid-Nya akan mengkhianati Diri-Nya. Kata-kata Yesus ini menggelisahkan hati mereka. Yesus juga meramalkan bahwa Petrus akan menyangkal Dia tiga kali.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:21-33.36-38)
"Salah seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku ... Sebelum ayam jantan berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali."
Di dalam perjamuan Paskah dengan murid-murid-Nya Yesus sangat terharu, lalu bersaksi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain; mereka bertanya-tanya siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid-murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata, “Tanyakanlah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian, Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus, Sekarang Anak Manusia dipermuliakan, dan Allah dipermuliakan dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, tinggal sedikit waktu saja Aku bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi ‘Ke tempat Aku pergi tidak mungkin kamu datang’ demikian pula Aku mengatakannya sekarang kepada kamu. Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang,, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.” Sahut Yesus, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U Terpujilah Kristus.
Renungan
Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan. Nabi Yesaya mengungkapkan rahasia panggilannya. Ia telah dipanggil dari rahim ibunya. Ia diutus untuk mewartakan kabar gembira keselamatan sampai ke ujung bumi. Inilah juga tugas kita para murid Yesus. Tugas ini tidak gampang. Banyak penderitaan dan salib harus kita tanggung. Yesus mendahului kita dengan penderitaan dan salib-Nya. Kita pun harus mengikuti jejak-Nya. Beranikah kita menjadi saksi-Nya untuk mewartakan keselamatan kepada sesama? Bersediakah kita menanggung derita dan memikul salib dalam kehidupan kita sehari-hari?
Antifon Komuni (Rm. 8:32)
Allah tidak menyayangkan Putra-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua.
God did not spare his own Son, but handed him over for us all.
Doa Malam
Ya Yesus, hati-Mu teguh seperti gunung batu saat menghadapi ketidaksetiaan murid-Mu. Jadilah kekuatan di saat langkahku menjadi terasa berat dan kelu dalam menjalani hidup ini. Semoga aku setia mengusahakan kebaikan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan Penyelamatku. Amin.
C.
Cuiusvis hominis est errare - Setiap org bs berbuat salah”.
Inilah slh satu kutipan dari Cicero (Philippica XII, 5) yg menyadarkan bhw hdp kt penuh kerapuhan+kepalsuan. Hari ini, Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, gurunya yg sdh 3 tahunan hidup bersama. Yudas sendiri adl anak Simon Iskariot (Yoh 6:71)+sll diletakkan paling belakang dlm daftar para rasul dg predikat “yg mengkhianati Dia” (Mat 10:4; Mrk 3:19; Luk 6:16).
Adapun 3 arti buruk yg melekat pada namanya, al:
1. Dlm bhs Ibrani: isy kariot berarti “org dari Kariot”.
Kariot adl sebuah kota kecil dekat Hebron Yudea (Hos 15:25), jadi ia adl satu-satunya rasul Yesus yg tdk berasal dari Galilea tp berasal dr Yudea. Bisa jadi, ia mengalami “alienasi-keterasingan” dari teman2nya krn berbeda latar belakang daerah. Nah, sudahkah kt mau belajar menyapa “org yg terasing, yudas-yudas modern” di sekitar hidup harian kita?
2. Dlm bhs Aram: “kariot” merujuk pd sebuah karaketer pribadi “isyqarya” yg berarti “palsu”.
Scr lahiriah, Yudas tampak simpatik tp batinnya trnyata penuh intrik; kata-katanya seakan tulus tp trnyata penuh akal bulus; hidupnya tampak berdedikasi tp ternyata menyimpan ambisi pribadi. Ia seperti “musuh dlm selimut-serigala berbulu domba-duri dlm daging”. Ciumannya mengandung khianat+sapaannya mengandung laknat: “Org yg kucium itulah Dia, tangkaplah Dia” (Mat 26:48; Mrk 14:44; Luk 22:47-48). Penginjil Yohanes menambahkan “ia sering mengambil uang yang disimpan dlm kas yg dipegangnya” (Yoh 12:6). Kadang hdp kt juga “palsu” ketika kita tampaknya bersimpati tp rnyata penuh iri hati + tak peduli lagi sampai nama baik org lain "mati".
3. Dlm bhs Yunani: “sikarios” berarti “pembunuh bayaran”.
Pengkhianatan Yudas dilakukan dg penyerahan Yesus kpd imam2 kepala (Mrk 14:10; Luk 22:4; Yoh 12:4). Yudas mdpt upah 30 uang perak sbg “pembunuh bayaran” (Mat 26:15; bdk. Mrk 14:11; Luk 22:5).
Adapun ttg akhir hidup Yudas, Matius mencatat bhw ia menggantung diri: “Lalu ia mengembalikan uang 30 perak itu kpd imam kepala+tua-tua+berkata: Aku telah berdosa krn menyerahkan darah org yg tak bersalah. Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dlm Bait Suci, lalu pergi dari situ+menggantung diri” (Mat 27:3,5). Menurut legenda, ia menggantung diri pd sebatang pohon yg kuncupnya berwarna merah, tp dlm Kis 1:16-19, Lukas mengaitkan kematian Yudas dg Hakal-Dama, yg artinya “Tanah Darah”.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Naik kuda sampai desa Bayat - Hilangkan noda sampai akhir hayat”

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PALMA



HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA HARI MINGGU PALMA
25 Maret 2018
Bacaan Ekaristi :
Mrk. 11:1-10; Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mrk. 14:1-15:47.
“Yesus memasuki Yerusalem". Liturgi mengundang kita untuk ikut serta dalam sukacita dan perayaan orang-orang yang berteriak memuji Tuhan mereka; sukacita yang akan memudar dan meninggalkan rasa getir dan dukacita pada akhir kisah Sengsara.
Perayaan ini tampaknya menggabungkan kisah sukacita dan kisah penderitaan, kesalahan dan keberhasilan, yang merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari sebagai para murid.
Perayaan entah bagaimana mengungkapkan perasaan yang bertentangan yang juga kita, pria dan wanita saat ini, alami : kemampuan sangat mengasihi ... tetapi juga sangat membenci; kemampuan berani mengorbankan diri, tetapi juga kemampuan "mencuci tangan kita" pada saat yang tepat; kemampuan untuk setia, tetapi juga sangat mengabaikan dan mengkhianati.
Kita juga melihat dengan jelas di seluruh kisah Injil bahwa sukacita yang dibangkitkan Yesus adalah, bagi beberapa orang, sumber kemarahan dan kejengkelan.
Yesus memasuki kota yang dikelilingi oleh umat-Nya dan dengan hiruk pikuk nyanyian dan teriakan. Kita dapat membayangkan bahwa di tengah-tengah hingar bingar kita mendengar suara anak laki-laki yang diampuni, penderita kusta yang disembuhkan, atau kembalinya domba yang hilang.
Kemudian juga, nyanyian pemungut cukai dan orang najis; teriakan mereka yang tinggal di pinggiran kota. Dan teriakan para pria dan wanita yang telah mengikuti Yesus karena mereka merasakan belas kasih-Nya atas penderitaan dan kesengsaraan mereka ...
Hingar bingar itu adalah nyanyian dan sukacita spontan dari semua orang yang dikesampingkan dan dipandang rendah, yang, setelah dijamah oleh Yesus, sekarang dapat berteriak : "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan". Bagaimana mungkin mereka tidak memuji orang yang telah memulihkan martabat dan harapan mereka? Sukacita mereka adalah sukacita dari begitu banyak orang berdosa yang diampuni yang sekali lagi dapat percaya dan berharap.
Seluruh sukacita dan pujian ini adalah sumber ketidaknyamanan, skandal dan kekesalan bagi mereka yang menganggap diri mereka benar dan “setia” terhadap hukum dan aturan-aturan ritualnya. Sukacita yang tak tertahankan bagi mereka yang berpengalaman melawan kesakitan, penderitaan dan kesengsaraan. Sukacita yang tak tertahankan bagi mereka yang telah melupakan banyak kesempatan yang telah diberikan kepada diri mereka.
Betapa sulitnya bagi orang-orang yang merasa nyaman dan merasa benar untuk memahami sukacita dan perayaan kerahiman Allah! Betapa sulitnya bagi mereka yang hanya percaya pada diri mereka sendiri, dan memandang rendah orang lain, untuk ikut serta dalam sukacita ini.
Di sinilah tempat datangnya macam teriakan lain, teriakan garang dari mereka yang berteriak: "Salibkan Dia!" Teriakan itu tidak bersifat spontan tetapi sudah dipersenjatai dengan penghinaan, fitnah dan kesaksian palsu.
Teriakan itu adalah suara dari mereka yang memutarbalikkan kenyataan dan menciptakan berbagai cerita untuk kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhatikan nama baik orang lain. Teriakan mereka yang tidak bermasalah dalam mencari cara untuk mendapatkan kekuasaan dan membungkam suara-suara yang tidak sejalan.
Teriakan yang berasal dari fakta-fakta yang "terputar balik" dan melukiskan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa sehingga fakta-fakta tersebut merusak wajah Yesus dan mengubah-Nya menjadi seorang "penjahat". Teriakan tersebut adalah suara orang-orang yang ingin mempertahankan kedudukan mereka, terutama dengan menjelek-jelekkan orang-orang yang tak berdaya. Teriakan tersebut adalah teriakan yang lahir dari pertunjukan kecukupan diri, kesombongan dan keangkuhan, yang tidak bermasalah dengan berteriak: "Salibkan Dia, salibkan Dia".
Dan demikianlah perayaan orang-orang tersebut akhirnya tercekik. Harapan dihancurkan, impian-impian dibunuh, sukacita diberangus; hati terperisai dan amal kasih menjadi dingin. Teriakan tersebut adalah teriakan "selamatkanlah dirimu", yang akan memajalkan rasa kesetiakawanan kita, meredam cita-cita kita, dan mengaburkan daya penglihatan kita ... teriakan yang ingin mengenyahkan belas kasihan.
Berhadapan dengan orang-orang seperti itu, penyembuhan terbaik adalah memandang salib Kristus dan membiarkan diri kita ditantang oleh teriakan terakhir-Nya. Ia wafat dengan berteriak demi cinta-Nya bagi kita masing-masing: tua dan muda, orang-orang kudus dan orang-orang berdosa, orang-orang zaman-Nya dan orang-orang zaman kita.
Kita telah diselamatkan oleh salib-Nya, dan tak seorang pun dapat membendung sukacita Injil tersebut; tak seorang pun, dalam situasi apa pun, berada jauh dari tatapan Bapa yang penuh belas kasih. Memandang salib berarti membiarkan prioritas, pilihan, dan tindakan kita ditantang. Memandang salib berarti mempertanyakan diri kita tentang kepekaan kita terhadap orang-orang yang sedang mengalami kesulitan. Di manakah hati kita terpusat? Apakah Yesus Kristus terus menjadi sumber sukacita dan pujian di dalam hati kita, atau apakah prioritas dan perhatian hati kita membuat kita malu untuk memandang orang-orang berdosa, orang-orang kecil dan orang-orang yang terlupakan?
Kaum muda yang terkasih, sukacita yang dibangkitkan Yesus di dalam diri kalian adalah sumber kemarahan dan kejengkelan bagi beberapa orang, karena kaum muda yang bersukacita sulit untuk diselewengkan.
Tetapi hari ini, jenis teriakan ketiga adalah mungkin : “Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: 'Guru, tegurlah murid-murid-Mu itu'. Jawab-Nya: 'Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak' (Luk 19:39-40).
Godaan untuk membungkam kaum muda selalu ada. Orang-orang Farisi sendiri menegur Yesus dan meminta-Nya untuk membungkam mereka.
Ada banyak cara untuk membungkam kaum muda dan membuat mereka tidak terlihat. Banyak cara untuk membius mereka, membuat mereka tetap diam, tidak bertanya apa-apa, tidak mempertanyakan apa pun. Ada banyak cara untuk memberi mereka obat penenang, agar mereka tidak terlibat, membuat mimpi-mimpi mereka datar dan suram, remeh dan sayu.
Pada Hari Minggu Palma ini, ketika kita merayakan Hari Orang Muda Sedunia, kita sebaiknya mendengarkan jawaban Yesus kepada seluruh orang Farisi di masa lalu dan masa kini : “Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Luk 19:40).
Kaum muda yang terkasih, kalian memiliki teriakan di dalam diri kalian. Terserah kalian untuk memilih "Hosanna!" Hari Minggu Palma, agar tidak jatuh ke dalam "Salibkan dia!" hari Jumat Agung... Terserah kalian untuk tidak tetap diam. Bahkan jika orang lain tetap diam, jika kita orang-orang tua dan para pemimpin tetap diam, jika seluruh dunia tetap diam dan kehilangan sukacitanya, saya bertanya kepada kalian : Apakah kalian akan berteriak?
Tolong, buatlah pilihan itu, sebelum batu-batu itu sendiri berteriak”. (PS)

Senin, 26 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 26 Maret 2018
Hari Senin dalam Pekan Suci
Yesaya (42:1-7)
(Mzm 27:1.2.3.13-14; R:1a)
Yohanes (12:1-11)
“Perfectae caritas - Cinta kasih yang sempurna”.
Inilah yang ditampil-kenangkan Maria Betania hari ini. Memang, ada banyak nama “Maria” dalam Injil, bahkan National Geographic meneliti bahwa nama terpopuler bayi perempuan dari thn 1905-1995 di Amerika ialah “Mary”. Tapi, yang mana dan siapakah persisnya Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu dan mengeringkan dengan rambutnya ini?
Seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius), Paus Gregorius Agung (abad VI) pernah mengatakan bahwa Maria yang dimaksudkan hari ini merupakan gabungan tiga figur: “Pendosa besar/pelacur - Maria Betania dan Maria Magdalena”.
Adapun perdebatan tentang identitas dan entitas “Maria” telah berlangsung sejak Gereja Perdana. Mengacu pada naskah injil apokrif, Henri-Dominique de Lacordaire, malah menegaskan bahwa “Ia tak setinggi Petrus dalam hirarki, tapi lebih dekat kepada Yesus melalui hatinya".
Lepas dari itu semua, kita bisa belajar pada tokoh ini yang jelas-jelas adalah pengikut Yesus, dengan 3 sikap dasar, antara lain:
1. Meminyaki kaki Yesus:
Ia murah hati. Walaupun harga setengah kati minyak Narwastu adalah mahal, yakni 300 dinar (1 dinar=upah buruh sehari, berarti orang harus bekerja 300 hari untuk dapat membelinya), tapi Maria bermurah hati. Ia tidak hitung-hitungan pada Tuhan, bahkan minyak mahal ini dipakainya untuk meminyaki kaki Yesus. Jelas, cinta dan kemurahan hatinya tulus dan tanpa pamrih karena ia mempunya “intentio pura-maksud yang murni”, bukan “intentio pura-pura” yang palsu dan penuh akal bulus.
2. Menyeka dengan rambutnya:
Ia rendah hati. Rambut adalah mahkota bagi perempuan, tp ia berkenan menyeka minyak di kaki Yesus dg rambut indahnya yg panjang dan bergelombang. Ia merendahkan hati: Bagian yang paling tinggi (rambutnya Maria) diberikannya utk bagian yang paling rendah (kaki Yesus) krn ia sadar sebagai orang berdosa yg telah memperoleh pengampunan dan persahabatan dg Tuhan.
3. Menyebarkan keharuman:
Ia sepenuh hati. Ia menjadi saksi sepenuh hati, bukan seperti para murid lain yang setengah hati. Ia adalah murid yang selalu setia menyertai Yesus: saksi karya dan sengsara Yesus, saksi wafat-pemakaman dan kebangkitan Yesus. Ada sebuah legenda populer bahwa Maria Betania-Martha- Lazarus mendaratdan bersaksi di Marseilles dimana “Maria Betania” juga bertapa 30-an tahunan di goa La Sainte-Baume.
Adapun atribut “Maria Betania” yakni: Biru gelap/lambang harapan-pertobatan; Merah/simbol iman; Botol minyak narwastu/simbol kasih dan pengurapan.
Atribut-atribut lain yang juga dikenakannya adalah “tengkorak”/mati terhadap dunia; Buku/kekayaan iman; Memandang ke surga/pribadi yang kontemplatif, “jembatan” antara yang manusiawi dan ilahi: "divine ascended masters".
Yang pasti dari banyak atribut itulah, ia menyebarkan “keharuman“ cinta Tuhan bagi gereja dan dunia sekitar kita, bukan?
“Cari bahan bakar di Jalan Sudirman - Mari selalu berakar di dalam iman.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Oleum catechumenorum - Minyak katekumen/OC"
Ini adalah salah satu minyak yang diberkati Gereja selain minyak untuk orang sakit (OI/oleum infirmorum) dan minyak krisma (SC/sacrum chrisma).
Mengacu pada bacaan injil hari ini, Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni untuk meminyaki kaki Yesus.
Adapun pelbagai referensi Kitab Suci yang menyatakan pentingnya minyak: Ia digunakan untuk memasak dan membuat roti sebagai bahan makanan pokok (Bil 11:7-9); bahan bakar pelita (Mat 25:1-9); unsur penyembuh dalam pengobatan (Yes 1:6+Luk 10:34).
Di samping itu, orang Yahudi mengurapi kepala tamu mereka dengan minyak sebagai ucapan selamat datang (Luk 7:46), memperelok penampilan (Rut 3:3) dan memburat jenazah sebelum dimakamkan (Mrk 16:1). Dalam praktek keagamaan, minyak juga dipakai untuk mempersembahkan kurban (Kel 29:40) dan tugu peringatan (Kej 28:18); menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kandil, mezbah pembakaran ukupan, mezbah korban bakaran dan bejana pembasuhan (Kel 30:26-29). Jelasnya, minyak menjadi bagian dari hidup masyarakat sehari-hari.
Sebenarnya, kita juga diajak menjadi "minyak yang hidup" dengan 3 ciri, antara lain:
A."Menguatkan":
“Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak (Maz 23:5) menggambarkan kekuatan dari Tuhan. Atau dalam bahasa Maz 45:8: “Allah telah mengurapimu dengan minyak sebagai tanda kesukaan." Disinilah kita diajak untuk saling menguatkan sesama dalam hidup harian
B."Mengharumkan":
Seperti Maria yang mengharumkan Yesus dan seisi rumahnya, kita juga diajak untuk belajar mengharumkan nama Tuhan dan sesama dengan smua ucapan dan tindakan baik kita, tidak malah menyebarkan "bau busuk" dengan bergunjing dan menyebarkan kejelekan orang lain.
C."Menyembuhkan":
Yesus yang menggemakan kata Yesaya: “Roh Tuhan ada padaKu oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk membebaskan orang tawanan-miskin-tertindas..” (Luk 4:18) mengajak kita untuk saling menyembuhkan, menjadi teman dalam kelemahan di tengah dunia yang terluka ini.
"Cari sikat di Taman Sari - Jadilah berkat slalu dan setiap hari."
2.
Kutipan Teks Misa:
Sengsara Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus memberikan kepada kita harapan akan kemuliaan dan ketabahan dalam penderitaan. (St. Agustinus)
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 35 (34): 1-2; 140 (139): 8)
Ya Tuhan, adililah mereka yang merugikan daku, perangilah mereka yang memerangi aku. Angkatlah senjata dan perisai dan bangkitlah membantu aku, ya Tuhan, sumber selamatku.
Contend, O Lord, with my contenders; fight those who fight me.Take up your buckler and shield; arise in my defense, Lord, my mighty help.
Doa Pembuka
Allah yang mahakuasa, kami sering patah semangat karena kelemahan kami. Maka kami mohon, semoga berkat sengsara Putra Tunggal-Mu kami mendapat kekuatan baru. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (42:1-7)
"Ia tidak berteriak atau memperdengarkan suaranya di jalan."
Beginilah firman Tuhan, “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suaranya, atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” Beginilah firman Allah, Tuhan, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang menghuninya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya, “Aku, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan. Aku telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan membuat engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 4/4, PS 801
Ref. Aku percaya kepada-Mu, Tuhanlah pengharapanku. Tuhan, pada-Mu kuberserah, dan mengharap kerahiman-Mu.
atau Tuhan adalah terang dan keselamatanku.
Ayat. (Mzm 27:1.2.3.13-14; R:1a)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Ketika penjahat-penjahat menyerang untuk memangsa aku, maka lawan dan musuh itu sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
3. Sekali pun tentara berkemah mengepung aku, tidak takutlah hatiku; sekali pun pecah perang melawan aku, dalam hal ini pun aku tetap percaya.
4. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Salam, ya Raja kami. Hanya Engkaulah yang mengasihani kesesatan-kesesatan kami.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:1-11)
"Biarkanlah Dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku."
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang Ia bangkitkan dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia. Marta melayani, dan salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak itu semerbak memenuhi seluruh rumah. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar, dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” Banyak orang Yahudi mendengar bahwa Yesus ada di Betania. Maka mereka datang, bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dialah banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Yesus senang akan kenangan, Dia mengizinkan kaki-Nya diminyaki dengan minyak mahal "Narwastu" untuk menampik kedekilan hati Yudas yang seolah mencintai orang miskin. Yesus menegaskan bahwa Dia akan mati! Kematian Yesus amat penting dengan itu kita percaya bahwa Dia bangkit, itulah inti Paskah yang akan kita rayakan. Banyak orang yang tidak meyakini Yesus mati. Maka sia-sialah imannya karena mereka juga tidak bisa mengerti akan kebangkitan badan yang mengangkat makna hidup keilahian, sesuatu yang memang adikodrati.
Saat ini banyak orang berperilaku seperti Yudas. Kata-katanya meyakinkan seakan-akan dia memihak orang miskin tetapi dibalik itu, sikapnya ada kejahatan yang dia sembunyikan. Lihatlah banyak pejabat publik kita bukannya melayani dengan baik tetapi memanfaatkan jabatan dan kekuasaan untuk melakukan korupsi, pungli dan berbagai penyelewengan lainnya untuk memperkaya diri dan kelompoknya.
Semoga bacaan hari ini serta sikap Maria yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu menginspirasi kita untuk memberi yang terbaik bagi Yesus dalam hidup kita sehari-hari.
Antifon Komuni (Bdk. Mzm. 102(101):3)
Janganlah Kau palingkan wajah-Mu dari padaku. Bila aku sedih, dengarkanlah keluhanku. Bila aku memohon, kabulkanlah doaku.
Do not hide your face from me in the day of my distress. Turn your ear towards me; on the day when I call, speedily answer me.

SALIB "Saat Aku Lemah Ingatlah Bapa"



HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Paus Fransiskus: Sebuah Pengakuan.
SALIB
"Saat Aku Lemah Ingatlah Bapa".....
Karena jubahnya tidak memiliki kantong, Paus Fransiskus mengatakan ia memakai kantong kain di dalam jubah putihnya untuk membawa salib yang diambil dari seorang imam yang sudah meninggal.
Pada 6 Maret 2014 lalu, saat pertemuan dengan para pastor dari paroki-paroki di Roma, Paus Fransiskus mengatakan, saat ia menjadi vikjen Keuskupan Agung Buenos Aires, Argentina, ia pergi memberi penghormatan terakhir kepada seorang imam, yang sangat populer, yang meninggal pada usia 90-an tahun.
Di ruang bawah tanah gereja itu, jenazah imam itu dimakamkan di sana, tapi tidak ada bunga, katanya. “Saya pikir, orang ini mengampuni dosa-dosa semua klerus dari Buenos Aires, termasuk saya. Karena tidak ada bunga, saya pergi ke toko bunga.”
Kemudian, ia “mengaku” saat ia “meletakan bunga di peti jenazah, saya melihat rosario di tangannya. Sementara saya menabur bunga, saya mengambil salib dari rosarionya dan dengan sedikit berusaha, saya menariknya keluar. Saya menatapnya dan berkata, ‘Berilah saya setengah dari rasa solidaritas Anda.”
Dia menempatkan salib di saku bajunya dan membawanya hingga ia terpilih sebagai Paus pada 13 Maret 2013. “Tapi, jubah Paus tidak memiliki saku,” jadi sekarang salib itu disimpan di kantong dalam jubahnya.
“Dan ketika saya mulai berpikiran buruk tentang seseorang, saya selalu menggenggam salib ini,” katanya, seraya menunjukkan kepada para imam salib itu.
Pertemuan tahunan Prapaskah Bapa Suci dengan para pastor Roma berfokus pada panggilan imamat untuk menjadi pelayan yang penuh rahmat. Sambil membaca teks yang sudah disiapkan, ia menambahkan komentar dan anekdot dari kehidupan dan pelayanan-Nya.
Mengulangi seruan, pergilah ke seluruh dunia dan bertemulah dengan orang-orang dimana mereka berada, Paus Fransiskus mengatakan kepada para imam bahwa pelayanan belas kasih mereka, mencapai titik tertinggi dalam Sakramen Tobat, terutama dibutuhkan oleh “orang-orang yang telah meninggalkan Gereja karena mereka tidak ingin orang melihat luka-luka mereka.”
“Ada banyak orang terluka, orang yang terluka oleh masalah material, oleh skandal, termasuk skandal di dalam Gereja,” katanya.
Paus Fransiskus mendesak para pastor untuk meluangkan waktu untuk mendengarkan pengakuan dosa.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Minggu, 25 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 25 Maret 2018
Hari Minggu Palma - Mengenangkan Sengsara Tuhan
Perarakan:
Markus (11:1-10) / Yohanes (12:12-16)
Misa:
Yesaya (50:4-7)
(Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Ul: 2a)
Filipi (2:6-11)
Passio dari Injil Markus
Hosanna filio David: benedictus qui venit in nomine Domini. Rex Israel: Hosanna in excelsis.
Terpujilah Putra Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Terpujilah Yang Mahatinggi!
NB:
Kutipan Teks Perarakan dan Misa:
Diri kita sendirilah yang harus dihamparkan di bawah kaki Kristus, dan bukannya pakaian atau ranting tak bernyawa atau tunas batang pohon. --- St Andreas dari Kreta
BACAAN PERARAKAN
Susunan Liturgi Minggu Palma yang lengkap untuk bahasa Indonesia silahkan membuka Buku Misa Minggu dan Hari Raya, Kanisius 2011, mulai halaman 315, bahasa Inggris, "The Roman Missal, Third Edition" mulai halaman 273.
Antifon Pembuka (Mat 21:9; PS 491)
Terpujilah Putra Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Terpujilah Yang Mahatinggi!
Hosanna filio David: benedictus qui venit in nomine Domini. Rex Israel: Hosanna in excelsis.
Pengantar
Hari ini kita mengawali Pekan Suci dengan merayakan Minggu Palma. Perayaan ini disebut Minggu Palma karena kita mengenangkan Yesus yang memasuki kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh khalayak ramai dengan membawa daun palma. Konon, daun palma merupakan simbol kemenangan dan sering digunakan untuk menyatakan kemangan para martir. Maka, kalau sekarang kita menggunakan daun palma, itu karena kita menyongsong kemartiran Kristus yang mendatangkan kemenangan atas dosa dan kematian.
Marilah kita bersama-sama memohon kepada Tuhan agar Ia berkenan menguduskan dan memberkati daun-daun palma ini yang akan kita pakai untuk mengiringi Kristus dalam menyongsong sengsara-Nya demi keselamatan kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (11:1-10)
"Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan."
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini." Merekapun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: "Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?" Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
atau
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:12-16)
"Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan."
Menjelang Hari Raya Paskah, ketika orang banyak yang datang untuk merayakan pesta mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru, "Hosanna! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Yesus menemukan seekor keledai muda, lalu naik ke atasnya, seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah Rajamu datang, duduk di atas seekor keledai. Mula-mula para murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan mereka telah melakukannya juga untuk Dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
MENGHAMPARKAN DIRI
Hari ini Gereja memulai Pekan Suci. Pada hari Minggu Palma ini kita mengenang sengsara Tuhan, yang diawali dengan perarakan Yesus memasuki kota Yerusalem. Ketika Yesus dan para murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus minta kepada dua murid-Nya untuk meminjam seekor keledai muda, milik seorang warga, yang ditambatkan di depan pintu di luar, di pinggir jalan. Keledai itu pun kemudian dialasinya dengan pakaian, lalu Yesus naik ke atas keledai itu dan memasuki Kota Yerusalem.
Penulis Injil Markus mencatat bahwa ketika Yesus lewat, “Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang” (Mrk 11:8). Semua itu menjadi bentuk sambutan hangat bagi Yesus. Namun, cukupkah dengan tindakan seperti itu? Tidak.
Menurut St. Andreas dari Kreta (660-740), seorang kudus yang pernah menjadi rahib di Yerusalem, semua itu tidak banyak nilainya. Karena itu, Uskup Agung dari Kreta ini dalam suatu khotbah Minggu Palma berkata, “Diri kitalah yang harus dihamparkan di bawah kaki Kristus, dan bukannya pakaian atau ranting tak bernyawa atau tunas batang pohon, barang-barang yang menjadi layu dan menyenangkan mata hanya sebentar untuk beberapa jam saja.” Inilah kasih dan korban sejati.
Minggu Palma mesti kita rayakan dalam semangat kasih dan korban bagi Yesus. Kita diajak untuk menyambut Yesus memasuki Kota Yerusalem.dengan melibatkan seluruh diri kita, bukan hanya pakaian kita, apalagi dengan ranting pohon tak bernyawa. “Marilah kita menghamparkan diri sebagai pakaian di bawah kaki-Nya,” ajak St. Andreas dari Kreta. Mari kita sambut Yesus sambil melambaikan ranting rohani jiwa kita dan berseru, “Hosanna! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!
Perarakan Daun Palma (PS 492-494)
Antifon Pembuka (Bdk. Yoh 12:1.12-13; Mzm 24:9-10)
Enam hari sebelum Hari Raya Paskah, tatkala Tuhan memasuki Yerusalem, anak-anak menyongsong Dia.
Mereka membawa daun palma dan bersorak gembira:
* Hosanna di tempat yang mahatinggi. Diberkatilah Engkau yang datang dengan membawa kerahiman berlimpah. Tinggikanlah tiangmu, hai gapura-gapura, dan lebarkanlah dirimu, hai gerbang abadi, supaya masuklah raja mulia. Siapakah itu raja mulia? Allah segala kuasa, Dialah raja mulia.
* Hosanna di tempat yang mahatinggi. Diberkatilah Engkau yang datang dengan membawa kerahiman berlimpah.
MISA
Setelah selesai perarakan, atau upacara masuk meriah, Imam memulai misa dengan doa pembuka, hingga misa berakhir nyanyian yang digunakan adalah nyanyian sengsara
Doa Pembuka
I Allah yang Mahakuasa dan kekal, Engkau telah menyerahkan Juru Selamat kami yang telah menjadi manusia dan direndahkan sampai wafat di salib, sebagai teladan kerendahan bagi umat manusia. Perkenankanlah, agar kami meneladani sengsara-Nya dan pantas untuk bangkit bersama Dia, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
U Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (50:4-7)
"Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu."
Tuhan Allah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 819
Ref. Allahku, ya Allahku, mengapa Kautinggalkan daku?
Ayat. (Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Ul: 2a)
1. Semua yang melihat aku mengolok-olok, mereka mencibirkan bibir dan menggelengkan kepala! Mereka bilang: “Ia pasrah kepada Allah! Biarlah Allah yang meluputkannya, biarlah Allah yang melepaskannya! Bukankah Allah berkenan kepadanya?”
2. Sekawanan anjing mengerumuni aku; gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung.
3. Mereka membagi-bagikan pakaianku di antara mereka dan membuang undi atas jubahku. Tetap Engkau, Tuhan, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
4. Maka aku akan memahsyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji Engkau di tengah jemaat: Hai kamu yang takut akan Tuhan, pujilah Dia! Hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia! Gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di
Filipi (2:6-11)
"Yesus merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia."
Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Flp 2:8-9)
Kristus taat untuk kita sampai wafat-Nya di salib. Dari sebab itulah Allah mengagungkan Yesus, dan menganugerahkan nama yang paling luhur kepada-Nya.
Keterangan:
N. Narator; PP. Pontius Pilatus; †. Yesus; SO. Semua Orang; Im. Imam Agung; S. Serdadu; R. Wakil Rakyat
N. Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Markus
N. Dua hari lagi Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi akan dimulai. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, dan mereka berkata,
Im. "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
N. Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkan leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata kepada seorang yang lain,
R. "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin."
N. Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata,
†. "Biarkanlah dia! Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka kapan saja kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini adalah disebut juga untuk mengingat dia."
N. Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid Yesus, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Para imam sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepada Yudas. Maka Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
N. Pada hari pertama dari Hari Raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid berkata kepada Yesus,
Rs. "Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"
N. Lalu Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan,
†. "Pergilah ke kota! Di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Guru berpesan: Di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita."
N. Maka berangkatlah kedua murid itu. Setibanya di kota, mereka dapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka menyiapkan Paskah. Setelah hari malam, datanglah Yesus bersama dengan kedua belas murid-Nya. Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata,
†. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku."
N. Maka sedihlah hati mereka, dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya,
Rs. "Bukan aku, ya Tuhan?"
N. Ia menjawab,
†. "Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan."
N. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu lalu memberikannya kepada para murid dan berkata,
†. "Ambillah, inilah Tubuh-Ku."
N. Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada para murid, dan mereka semua minum dari cawan itu. Dan Yesus berkata kepada mereka,
†. "Inilah Darah-Ku, Darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya yang baru, yaitu dalam Kerajaan Allah."
N. Sesudah mereka menyanyikan lagu pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun. Dalam perjalanan ke Bukit Zaitun Yesus berkata kepada mereka,
†. "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-dombanya akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea. "
N. Kata Petrus kepada Yesus,
Ptr. "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak!"
N. Lalu kata Yesus kepadanya,
†. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
N. Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata,
Ptr. "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau."
N. Semua yang lain pun berkata demikian juga. Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya,
†. "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa."
N. Dan Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Yesus sangat takut dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka,
†. "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah."
N. Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu berlalu dari pada-Nya. Kata-Nya,
†. "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki terjadilah."
N. Setelah itu Yesus kembali, dan mendapati ketiga murid sedang tidur. Maka Yesus berkata kepada Petrus,
†. "Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam saja? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan! Roh memang penurut, tetapi daging lemah."
N. Lalu Yesus pergi lagi dan mengucapkan doa yang sama. Dan ketika kembali, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka berikan kepada Yesus. Kemudian Yesus kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka,
†. "Tidurlah sekarang dan istirahatlah! Cukuplah! Saatnya sudah tiba! Lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa! Bangunlah, mari kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat. "
N. Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala, para ahli Taurat dan tua-tua. Orang yang menyerahkan Yesus telah memberitahukan tanda ini kepada mereka,
Yd. "Orang yang kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat!"
N. Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata,
Yd. "Rabi."
N. Lalu mencium Dia. Maka orang-orang yang bersama Yudas itu memegang Yesus dan menangkap-Nya. Salah seorang dari mereka yang ada di situ menghunus pedangnya, lalu menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Kata Yesus kepada rombongan yang menangkap-Nya,
†. "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengahmu mengajar di bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi haruslah digenapi yang ditulis dalam Kitab Suci!"
N. Lalu semua murid itu meninggalkan Yesus dan melarikan diri. Pada waktu itu ada seorang muda, hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup tubuhnya, mengikuti Yesus. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskannya kain itu dan lari dengan telanjang. Kemudian Yesus dibawa menghadap Imam Agung. Lalu semua imam kepala, para tua-tua dan ahli Taurat berkumpul di situ. Sementara itu Petrus mengikuti Yesus dari jauh, sampai ke dalam halaman rumah Imam Agung, dan di sana ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api. Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya. Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu tentang Yesus, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu sama lain. Lalu beberapa orang naik saksi melawan Yesus dengan tuduhan palsu ini,
R. "Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merobohkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain yang bukan buatan tangan manusia."
N. Dalam hal ini pun kesaksian mereka tidak sesuai yang satu sama lain. Maka Imam Agung bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus,
Im. "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan dan para saksi ini terhadap Engkau?"
N. Tetapi Yesus tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Sekali lagi Imam Agung itu bertanya kepada-Nya,
Im. "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"
N. Jawab Yesus,
†. "Akulah Dia! Kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah awan-awan di langit."
N. Maka Imam Agung itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata,
Im. "Untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapatmu?"
N. Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa Yesus harus dihukum mati. Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya serta meninju-Nya sambil berkata,
R. "Hai nabi, cobalah terka!"
N. Malah para pengawal pun memukul Dia. Pada waktu itu Petrus masih ada di bawah, di halaman. Lalu datanglah seorang hamba perempuan Imam Agung, dan ketika melihat Petrus sedang berdiang, ia menatap mukanya dan berkata,
W. "Engkau juga selalu bersama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
N. Tetapi Petrus menyangkalnya dan berkata,
Ptr. "Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud."
N. Lalu Petrus pergi ke serambi muka (dan berkokoklah ayam). Ketika hamba perempuan itu melihat Petrus lagi, berkatalah pulalah iakepada orang-orang yang ada di situ,
W. "Orang ini adalah salah seorang dari mereka."
N. Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus,
R. "Engkau ini pasti salah seorang dari mereka! Apalagi engkau seorang Galilea!"
N. Maka mulailah Petrus dan bersumpah,
Ptr. "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!"
N. Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya, "Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu menangislah ia tersedu-sedu.
N. Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan para ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mufakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa Dia dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. Pilatus bertanya kepada Yesus,
PP. "Engkaukah raja orang Yahudi?"
N. Jawab Yesus
†. "Engkau sendiri mengatakannya."
N. Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Yesus. Pilatus bertanya kepada-Nya,
PP. "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!"
N. Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi sehingga Pilatus merasa heran. Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak. Pada waktu itu ada seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam suatu pemberontakan. Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga. Pilatus menjawab mereka dan bertanya,
PP. "Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?"
N. Pilatus mengetahui bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki. Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskan bagi mereka. Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka,
PP. "Kalau begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Dia yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?"
N. Mereka berteriak lagi, katanya,
SO. "Salibkanlah Dia!"
N. Lalu Pilatus berkata kepada mereka,
PP. "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?"
N. Namun mereka makin keras berteriak:
SO. "Salibkanlah Dia!"
N. Dan karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkan untuk disalibkan. Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. Mereka mengenakan jubah ungu kepada Yesus, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala Yesus. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya:
S. "Salam, hai raja orang Yahudi!"
N. Mereka memukul kepala Yesus dengan buluh, meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pakaian Yesus sendiri. Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan. Pada waktu itu lewatlah seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Yesus, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Saat Yesus disalibkan, hari menunjukkan jam sembilan. Alasan mengapa Ia dihukum disebut pula pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi, "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka." Orang-orang yang lewat di sana menghujat Yesus, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata,
R. "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"
N. Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata,
Im. "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya."
N. Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus mencela-Nya juga. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
†. "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"
N. Yang berarti:
†. "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"
N. Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata:
R. "Lihat, Ia memanggil Elia."
N. Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata,
R. "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."
N. Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
(Semua berlutut dan hening sejenak)
N. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia,
S. "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
N. Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang termuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah mendengar keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan jenazah Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.
N. Demikianlah Injil Tuhan
U Terpujilah Kristus.
Renungan
Pada hari Minggu Palma atau yang kini dikenal dengan Minggu mengenangkan sengsara Tuhan ditampilkan dua suasana. Pertama, suasana gembira, saat Yesus disambut di gerbang Yerusalem bak seorang pahlawan atau bahkan raja. Kedua, suasana sedih, bahkan duka. Dalam kisah duka ini ditampilkan kisah sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus. Kisah Sengsara dalam Injil hari ini bukanlah suatu laporan pandangan mata. Kisah itu adalah suatu narasi kesaksian orang-orang yang mengerti serta percaya bahwa sengsara dan wafat Yesus terjadi dalam rangka pengabdian-Nya untuk membangun kembali hubungan baik antara manusia dan Allah. Kisah sengsara Yesus memperlihatkan betapa merosotnya kemanusiaan yang menolak kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari. Padahal, ditegaskan pula dalam kesaksian ini bahwa orang yang pasrah menerima kehadiran Allah akan menerima kehidupan sejati. Kisah tragis Yesus yang tak berdosa itu ditampilkan bagi banyak orang bukan untuk membangkitkan rasa haru biru. Kisah itu dihadirkan guna membuat kita semakin menyadari dan memahami sampai sejauh mana kekuatan-kekuatan jahat sanggup memerosotkan kemanusiaan. Kesaksian itu ditampilkan juga untuk mengungkapkan bahwa Allah tak akan kalah atau meninggalkan manusia sendirian. Inilah kabar sukacita bagi semua orang.
Kisah sengsara menurut Markus merupakan bagian paling awal dari Injil dan baru mulai disusunnya pada awal tahun 70-an, jadi empat dekade sesudah Yesus wafat. Baru setelah kisah sengsara menurut Markus ini, disertakannya pula kisah-kisah mengenai tindakan dan pengajaran Yesus di sepanjang perjalanan dari Galilea menuju ke Yerusalem tempat Yesus harus menderita sengsara. Kisah sengsara ini menjadi pengantar umat untuk memasuki Pekan Suci. Dua wajah Minggu Palma ini juga hendak mengungkapkan kepada kita bahwa dinamika karya penyelamatan Allah memang menukik tajam langsung kepada sasarannya, yaitu keselamatan manusia. Yesus sebagai Putra Allah harus menderita terlebih dahulu untuk kemudian menjadi raja dalam arti sesungguhnya, yaitu raja atas hidup dan mati. Tak ada yang mengalahkan-Nya. Dengan mengenangkan sengsara dan wafat Yesus, kita mengenangkan pula sekaligus, kemenangan Yesus atas maut. Pada gilirannya, kita kelak juga akan ikut dibangkitkan bersama-Nya, ikut mengalahkan maut dan dosa.
Antifon Komuni (Mat 26:42)
Ya Bapa, jika tak mungkin piala ini berlalu tanpa Kuminum, jadilah kehendak-Mu.
Father, if this chalice cannot pass without my drinking it, your will be done.
Pater, si non potest hic calix transire, nisi bibam illum: fiat voluntas tua.

HARI RAYA KABAR SUKACITA



HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARI RAYA KABAR SUKACITA
Bersama Gereja Katolik sedunia, kita merayakan HARI RAYA KABAR SUKACITA (Maria menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel, dimana biasanya Hari Raya Kabar Sukacita dirayakan setiap 25 Maret, tepat 9 bulan sebelum Natal (25 Desember).
Namun, karena tahun ini Hari Raya Kabar Sukacita jatuh bertepatan dengan Hari Minggu Palma Sengsara Tuhan (Awal Pekan Suci), maka Konferensi Para Uskup setempat, dalam hal ini KWI, konon memindahkan perayaan ini ke hari Sabtu sebelum Minggu Palma (Palm Sunday) dan KAS memindahkannya ke 9 April 2018.
Dalam sejarah Kekristenan, Hari Raya Kabar Sukacita ini sendiri mulai dirayakan sesudah Konsili Efesus pada tahun 431 Masehi, dan secara tertulis dicantumkan sebagai Perayaan Resmi pertama kali dalam "Sacramentarium" oleh Paus Gelasius pada tahun 496 Masehi.
Hari Raya Kabar Sukacita ini punya kaitan yang erat secara Biblis maupun Historis dengan Hari Raya Natal (Kelahiran Tuhan Yesus Kristus). Hari Raya Natal sendiri mulai dirayakan sejak tahun 336 Masehi, pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung. Namun, secara resmi Hari Raya Natal baru mulai dirayakan oleh seluruh Gereja berdasarkan maklumat Paus Julius I pada tahun 350 Masehi.
Hari Raya ini dikenal juga di berbagai Negara lain dengan berbagai nama, seperti:
Annunciation of the Lord
Annuntiatio Christi
Annuntiatio Dominica
Annuntiatio Mariae
Annuntio Domini
Christ’s conception
Christ’s incarnation
Conceptio Christi
Feast of the Incarnation
Festum Incarnationis
Incarnation Christi
Initium Redemptionis Conceptio Christi
Mary’s Annunciation
======
Yes. 7:10-14; 8:10;
Ibr. 10:4-10;
Luk. 1:26-38
"Magnificat anima mea Dominum - Aku mengagungkan Tuhan."
Inilah seruan syukur yang juga bisa menjadi seruan kita bersama dengan Maria. Adapun peranan Maria yang terutama dalam hidup kita adalah memberi kita Immanuel (“Allah beserta kita”) dengan 3 sikap dasar, antara lain:
1.Kepasrahan:
Kita lihat bahwa malaikat Gabriel diutus oleh Tuhan, jadi yang menjadi “titik mula” atau “awal” adalah inisiatif Tuhan (Gal 4:4). Maria saat itu tidak sepenuhnya mengetahui rencana Tuhan tapi dia membiarkan Allah memilih sendiri cara dan saat-Nya dalam merealisasikan rencana-Nya.
2.Kesederhanaan:
Nazaret hanyalah sebuah dusun kecil yang tidak dianggap penting. Maria adalah wanita dusun. Kesederhanaan dan ketersembunyian hidupnya mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati yang berkenan pada Allah.
3.Keterbukaan:
Saat malaikat datang membawa panggilan Tuhan untuknya, Maria berada dalam situasi dan mempunyai rencana hidupnya sendiri. Tapi Maria mengajar kita untuk selalu mempunyai hati dan sikap terbuka terhadap rencana Tuhan dan menempatkannya di atas rencana kita sendiri. Keterbukaan Maria tidak hanya mendatangkan sukacita tapi juga banyak penderitaan dan kepedihan (Luk 2:35).
Dengan kata lain: Panggilan Allah akan selalu meliputi berkat dan penderitaan, sukacita dan dukacita, keberhasilan dan kekecewaan, bukan?
Pastinya, Maria dipilih karena ia telah mendapat kasih karunia di mata Allah (Kej 6:8).
Hidupnya yang "pasrah-sederhana+terbuka" begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang penting (2 Tim 2:21) bahwa Yesus telah lahir dari seorang perawan (Luk 1:27; Mat 1:18; Mat 1:23, Mat 1:18,23).
"Dari Gandaria ke Sukabumi - Bunda Maria doakanlah kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Madah Ibadat Harian.
HARI RAYA KABAR SUKACITA
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
MADAH IBADAT BAC
Ketahuilah dunia
Bahwa Tuhan telah tiba
Untuk menebus umatNya
Supaya sungguh bahagya
Nubuat nabi Yesaya
Akhirnya terbukti nyata
Dalam perawan Maria
Yang kini menjadi bunda
Maria mengandung putra
Karena taat setia
Kepada sabda ilahi
Yang dibawa duta suci
Terpujilah Tuhan Yesus
Yang dikandung prawan kudus
Berkat kuasa Roh suci
Utusan Bapa surgawi.
Amin.
MADAH IBADAT PAGI
Betapa menggembirakan
Berita yang diwartakan
Bahwasanya keselamatan
Sungguh dianugerahkan
Putra yang dari semula
Lahir di pangkuan Bapa
Kini memilih Maria
Untuk menjadi bundaNya
Maka sahaya sahaja
Yang merasa hina-dina
Diangkat menjadi ratu
Yang terberkati selalu
Terpujilah Tuhan Yesus
Yang dikandung perawan kudus
Berkat kuasa Roh suci
Utusan Bapa Surgawi.
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
BACAAN PILIHAN
Benar-benar tidak sabarlah ia yang tidak mau menderita, kecuali selama menurut anggapannya itu adalah baik dan demi orang yang disenanginya.
Akan tetapi, orang yang benar-benar sabar tidak memerhatikan siapa yang mengujinya: apakah oleh pimpinannya, sesamanya atau bawahannya; oleh orang baik dan suci, atau oleh orang jahat dan hina.
Ia tidak peduli betapa besar dan sering ia mengalami penderitaan dari orang lain.
Semua itu diterimanya dari tangan Allah sambil bersyukur dan disambutnya sebagai keuntungan besar.
Karena pada Allah tidak ada sesuatu, betapa pun kecilnya, yang dapat tinggal tanpa pahal, asal saja menderita untuk Allah.
1.
"Immaculata - Tanpa Noda Dosa."
Inilah salah satu gelar dan dogma gereja terhadap Bunda Maria yang juga menjadi salah satu judul puisi saya dalam album “TTM – Tribute To Mary.”
Adapun 3 dogma lainnya, yakni
- Mater Dei/Bunda Allah,
- Mater Virginis/Bunda Perawan,
- Maria Asumpta/Bunda yang diangkat ke surga.
Sebenarnya, bersama dengan teladan Maria, kita juga dipanggil menjadi orang yang ber-semangat "imaculata" dengan mengingat 3 pernyataan iman dalam bac injil hari ini, antara lain:
A."Jangan takut hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan":
Kita diajak mempunyai "keberanian" karena yakin bahwa Allah senantiasa menyertai lika liku hidup kita. Ia tak pernah meninggalkan kita berjuang sendirian.
B."Bagaimana mungkin itu terjadi karna aku belum bersuami":
Kita diajak memiliki "keterbukaan" terhadap Allah, juga ketika mengalami kegalauan dan kebingungan hidup.
C."Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu":
Kepasrahan sekaligus "kerendahan hati" adalah modal dasar orang yang berjuang untuk hidup suci. Inilah juga yang diwartakan Bunda Maria, yang "MAu Rendahhati Ikut Allah."
Kita diajak mengenakan semangat rendah hati dan menanggalkan iri hati & tinggi hati.
"Dari Taman Ria ke Sukabumi -Bunda Maria sertailah kami."
2.
Tulisan anonim Bapa Gereja Yunani:
“Allah menggunakan tubuh Maria untuk memuliakan manusia.”
“Untuk menyatakan kepadamu rencana sebelum keabadian, Gabriel datang dan berdiri di hadapanmu, hai perawan, dan memberikan salam, "Bersukacitalah, bumi yang belum disemai; Bersukacitalah, semak belukar terbakar yang belum digunakan; Bersukacitalah, kedalaman yang tak dapat diselami; Bersukacitalah, jembatan yang menuju surga; Bersukacitalah, jembatan yang diangkat tinggi yang dilihat oleh Yakub; Bersukacitalah, bejana ilahi untuk manna; Bersukacitalah, pembebasan dari kutuk; Bersukacitalah, pemulihan Adam, karena Allah besertamu!"
"Engkau menampakkan diri padaku dalam rupa manusia," kata perawan yang suci itu pada kepala penghuni surga. "Bagaimana mungkin engkau membicarakan hal yang di atas kemampuan manusia? Karena engkau mengatakan bahwa Allah akan besertaku dan akan mengambil rahimku sebagai tempat tinggal-Nya. Bagaimana aku menjadi tempat tinggal yang layak dan kudus bagi-Nya yang datang dengan mengandarai kerub? (Mzm 18:10). Janganlah memperdayaiku, karena aku tidak mengenal kesenangan, aku belum menikah! Bagaimana mungkin aku akan mengandung?"
Lalu malaikat itu menjawab, "Jika Allah berkehendak, tatanan alam akan dikalahkan; dan apa yang di luar kemampuan manusia, akan diatasi. Percayalah apa yang kukatakan ini benar, hai perempuan yang suci dan tak bernoda." Maka dia berseru, "Terjadilah padaku menurut perkataanmu, dan aku akan mengandung Dia yang tak berwujud manusia, yang akan menggunakan tubuhku, bahwa dengan ini Dia akan memimpin umat manusia pada kemuliaan masa lalu-Nya, karena Dia memiliki kekuatan untuk melakukannya!"”
(Stichera sull'Annunciazione)
3.
"Jesus - Allah yang menyelamatkan!"
Inilah arti dasar nama "JESUS" yang dikandung Bunda Maria, yang juga mengajak kita untuk memaknai sebuah panggilan iman penuh keselamatan yakni: "Jadilah Engkau Saksi Untuk Selamanya."
Bersama Maria yang berkata,
"Ecce ancilla Domini fiat mihi secundum Tuum- Aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanMu," kitapun diajak menjadi "saksi keselamatan" yang siap "mengandung dan melahirkan" Yesus setiap harinya dengan 3 kalimat iman penuh keselamatan yg diberikan malaikat kepada Maria di Nazareth, al:
A."Salam".
Inilah kata pertama yang diwartakan kepada Maria. Inilah sebuah "syalom", kedamaian dengan sesama dan semesta, masa lampau-kini dan nanti. Dkl: Kita diajak bagikan syalom/kedamaian, dan bukan zalim/kebencian.
B."Jangan takut".
Ketika Maria gamang-bimbang, takut-kecut, galau-kacau, Tuhan mengutus malaikatNya menyerukan peneguhan iman, penuh keberanian dan bukan ketakutan kepada Maria.
Bukankah diantara "B" (birth) dan "D" (death) ada "C" (Christ)?
C."Roh Kudus akan turun atasmu".
Ketika Maria maaih merasa bimbang dan tak yakin, Tuhan datang meneguhkannya dengan mengutus malaikatNya yang berkata, "Roh Tuhan akan turun atasmu."
Disinilah kita diajak untuk hidup penuh kekudusan, dan bukan kepalsuan karna sejak dibaptis dan setiap menerima ekaristi, kita diurapiNya: "mengandung" Yesus dan diajak untuk "melahirkan" Yesus lewat KUD: Karya - Ucapan dan Doa kita di tengah kerja dan rutinitas dunia harian.
"Dari Samaria ke Miami - Bunda Maria doakanlah kami."
4.
“Veritas - Kebenaran"
Inilah yang saya lihat ketika suatu ketika mengunjungi biara St Dominikus (Lat: "miliknya Tuhan") di kompleks panti asuhan "Pondok Si Boncel".
Adapun, Bunda Maria juga menghadirkan "veritas" ketika dia berkata: "Ecce ancilla Domini fiat mihi secundum verbum tuum” (Luk 1,38). Inilah kata-kata yang menutup dialog penuh kebenaran antara Maria dengan Malaikat Gabriel.
Ada 3 alasan dasar mengapa Maria bisa menghadirkan "veritas", al:
A.Maria mendapat kasih karunia Allah (Kej 6:8, Luk 1:30).
Hidupnya yang sederhana dan suci begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang sangat penting (2Tim 2:21).
B.Maria tidak hanya mendapat sukacita yang besar tetapi juga penderitaan dan kepedihan (Luk 2:35), sebab Anaknya akan ditolak dan disalibkan.
Di dunia ini, panggilan Allah akan selalu meliputi berkat dan penderitaan, suka dan dukacita, tawa dan tangisan, keberhasilan dan kekecewaan.
C.Maria mendapatkan Roh Kudus:
Baik Lukas maupun Matius menandaskan dengan jelas bahwa Yesus telah lahir dari seorang perawan (Luk 1:27; Mat 1:18,23). Roh Kudus akan turun ke atas Maria dan anak itu akan dikandung semata-mata oleh perbuatan ajaib Allah. Akibatnya, Yesus akan menjadi "kudus".
Mariapun penuh dengan Roh Kudus karna ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dengan sukarela, ia menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan dialaminya karena menjadi ibu dari Anak yang kudus ini. Itulah yang membuatnya juga menjadi kudus.
"Burung Tekukur di Taman Ria - Kita bersyukur punya Bunda Maria."
5.
"Ecce ancilla Domini - Aku ini HAMBA Tuhan!"
Inilah perkataan Maria yang penuh iman dalam perayaan Kabar Sukacita yang kita kenangkan hari ini bahwa kepenuhan segala rahmat yang ada dalam Kristus datang ke dalam Maria, meski dalam suatu cara yang berbeda.
Adapun tiga alasan iman mengapa kita juga harus bersukacita seperti Maria, antara lain:
A."Mengandung":
Dengan rahimnya, seorang "ibu/mother" memberikan tempat penuh kehangatan untuk calon kehidupan baru. Seperti Maria yang menyerahkan rahimnya, yakni mengandung Yesus, kitapun juga diajak untuk memberikan "rahim" kpdNya. Hal ini tampak ketika kita boleh "mengandung" Tuhan saat menyambut komuni, menjadi "tabernakel yang hidup", yang menolong yang papa-membimbing yang buta-menghibur yang berduka-menyembuhkan yang luka-membantu yang jatuh-mendampingi yang teguh-menguatkan yang rapuh dan membangunkan yang runtuh.
B."Melahirkan":
Kita diajak "melahirkan" yang ilahi lewat setiap doa-ucapan dan karya nyata. Dengan kata lain: Seperti Maria, kita diajak menjadi "messenger/pembawa pesan" yang selalu berbagi kedamaian, yang pasti hendaklah kita mencari rahmat, dan marilah kita mencarinya melalui Maria Regina Pacis, Ratu Kedamaian.
C."Memelihara":
Setelah boleh mengandung dan melahirkan Yang iIahi, kita juga diajak seperti Maria yang selalu merawat dan memelihara Yesus dengan semangat keteladanan yang nyata. Dengan kata lain: Maria ajak kita untuk menjadi "contoh/model" yang siap berbagi keteladanan dengan selalu menjaga-merawat dan memelihara smua nilai kasih dan iman yang telah dianugerahkan Tuhan lewat Maria.
O clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria. Ia menjadi Perawan yang rahim, penuh belas kasihan dan manis. Ia menjadi nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis! Lebih dari dibicarakan, melainkan diteladani, diikuti, di-eja wantah-kan, dibumikan secara aktual saat ini atau sampai nanti karena ia menjadi teladan yang berpendar di tengah belukar duri kehidupan.
6.
"Praebe mihi cor Tuum, Maria - Berikan aku hatiMu ya Maria."
Inilah sepenggal harapan St. Alfonsus de Ligouri yang juga merupakan harapan kita pada masa ini.
Ya, ketika masuk ke rumah Maria, malaikat berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau."
Dengan kata lain: Maria menjadi figur yang dikasihi dan diberkatiNya. Ia menjadi figur yang "admiranda et amanda, dikagumi sekaligus dicintai dengan 3 dimensi hatinya, al:
A."Sukirman: Sukacita karena iman".
Ia ber-"magnificat": "Magnificat anima mea Dominum - Aku mengagungkan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah juruselamatku" (Luk 1:46-47). Hatinya penuh syukur karena meyakini penyertaan Allah setiap hari.
B."Wagiman: Wajah giat beriman".
"Ecce ancilla Domini - Aku ini HAMBA Tuhan" (Luk 1:38a). Kesadarannya sebagai hamba, membuatnya selalu terbuka untuk bergiat dalam karya dan mengikuti segala jalan Tuhan dengn bersemangat.
C."Satiman: Satu hati dalam iman".
"Fiat mihi secundum verbum Tuum-Terjadilah padaku menurut perkataanMu" (Luk 1:38b). Ia satukan hati dengan hati Tuhan. Dalam pelbagai sukaduka hidup, ia serah dan pasrahkan semuanya dalam Tuhan. Ia siap dibentuk oleh Tuhan karena cintanya kepada Tuhan adalah cinta yang tanpa batas, cinta yang berkualitas, bukan cinta yang penuh kata tapi cinta yang penuh ketaatan yang nyata.
7.
“Gaudeamus igitur iuvenes dum sumus” - Bersukacitalah sewaktu kita masih muda.”
Kalimat ini merupakan baris pertama dari lagu “Gaudeamus” yang diciptakan pada abad pertengahan dan biasanya dinyanyikan pada saat para guru besar/wisudawan memasuki ruangan sidang. Adapun, Bunda Maria juga ber "gaudeamus", bersukacita bukan hanya pada masa mudanya tapi untuk selama-lamanya karena kata-kata malaikat Gabriel: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau".
Tercandra, tiga insight yang kita bisa lihat pada Hari Raya Kabar Sukacita ini, antara lain:
A. Salam:
Syalom (Ibr: damai). Maria menjadi “sukirman, sukacita karena iman”, karena mendapat salam penuh kedamaian dari malaikat. Dan salam ini sungguh menjadi berkat karena mau dibagikan, seperti kisah kehadiran Maria yang begitu membuat Elizabeth juga ikut bersukacita penuh kedamaian, sampai-sampai bayi dalam kandungannyapun melonjak kegirangan – padahal Maria belum berkata apa-apa. Jelas, bahwa Bunda Maria menjadi seorang pewarta sukacita. Tanpa kata-kata apapun, kehadirannya sudah menjadi kabar baik bagi Elizabeth dan bayi Yohanes. Kita bisa bertanya, sudahkah kehadiran kita menjadi "syalom" (damai) buat sesama? Bagaimana kita bisa bersukacita, kalau kehadiran kita sendiri tidak disukai orang lain?
B. Engkau dikaruniai:
Seperti yang saya tulis dalam buku “BBM” (Kanisius), sejak abad XII dinyatakan ada lima karunia iman yang membuat Maria bersukacita yaitu: kabar dari malaikat, kelahiran Yesus, kebangkitan Yesus, kenaikan Yesus dan pengangkatan Maria ke surga. Yang pasti, sukacita Maria ini terjadi semata-mata karena karunia yang diimaninya. Karena karunia iman inilah, Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik dan Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Di lain matra, Santo Fransiskus Asisi pernah mengatakan “Preach the Good News, with words if necessary”, jelasnya bahwa pewartaan pertama-tama bukanlah dengan kata-kata, tapi dengan sikap hidup kita masing-masing: Kalau kita menjadi orang yang penuh karunia dan sukacita Tuhan, kehadiran kita akan membawa karunia dan sukacita bagi sesama juga bukan?
C. Tuhan menyertai engkau:
Paus Benediktus XVI pernah merefleksikan 'Magnificat Maria’. Baginya, “ini adalah pernyataan penting dari iman, yang memberi kepastian dan membebaskan setiap manusia dari ketakutan, bahkan di tengah badai tragedy dan sejarah. Melampaui permukaan, Maria 'melihat' dengan mata iman, pekerjaan Tuhan dalam sejarah. Untuk alasan ini dia bersukacita, karena dia percaya bahwa Tuhan selalu menyertainya: Dengan iman, dalam kenyataan, dia menyambut sabda Tuhan dan mengandung Sang Sabda yang Menjelma”. Yah, seperti pesan Bapa Suci, "Mari kita pulang dengan Magnificat dalam hati kita," hari ini mari kita juga belajar membawa dan membagikan “sukirman, sukacita karena iman” yang sama dengan Maria karena Tuhan selalu beserta kita:
Jiwa Maria, sucikanlah aku.
Hati Maria, nyalakanlah aku.
Tangan Maria, sanggahlah aku.
Kaki Maria, pimpinlah aku.
Bibir Maria, berkatalah padaku.
Duka cita Maria, kuatkanlah aku.
O Maria yang manis, dengarkanlah aku
 Janganlah mengizinkan aku terpisah darimu.
Terhadap musuh-musuhku, belalah aku. “

"Taman Ria Taman Safari - Bunda Maria bikin hati jadi berseri-seri.”

RENUNGAN V MASA PRAPASKAH



RENUNGAN V MASA PRAPASKAH
PASTOR RANIERO CANTALAMESSA OFMCAP : TENTANG KEMURNIAN KRISTIANI
(23 Maret 2018)
Apakah kemurnian itu dan mengapa kemurnian sangat berarti bagi umat kristiani? Itulah pertanyaan dasariah yang diajukan dalam renungan V Masa Prapaskah oleh pengkhotbah rumah tangga kepausan, Pastor Raniero Cantalamessa, OFMCap kepada Paus Fransiskus dan para anggota Kuria Roma.
“Kata-kata yang dipergunakan oleh Santo Paulus memberitahu kita… bahwa ada dua sikap yang bertentangan terhadap tubuh dan seksualitas kita. Sikap pertama adalah buah Roh dan sikap lainnya adalah hasil kerja daging; sikap pertama adalah keutamaan, sikap lainnya adalah perbuatan jahat", Pastor Cantalamessa menjelaskan. “Sikap pertama berupa mengendalikan diri dan tubuh; sikap kedua sebaliknya berupa menjual diri atau menggunakan tubuh, yaitu, menggunakan seksualitas untuk kesenangan diri, untuk tujuan menggunakan yang berbeda dari tujuannya diadakan. Sikap tersebut membuat tindakan seksual sebagai tindakan yang menjijikkan, bahkan jika perolehannya tidak selalu berkaitan dengan uang seperti dalam kasus prostitusi yang sesungguhnya, dan membuat kesenangan diri menjadi tujuan dalam dirinya sendiri”.
Pastor Cantalamessa mengingatkan bahwa di dunia kafir keutamaan dianggap untuk mengendalikan diri. Tetapi makna kristiani tentang kemurnian jauh melampaui sekadar "mengendalikan".
“Motif kafir, dalam arti tertentu, terjungkir balik; nilai utama melindungi bukan lagi menguasai diri tetapi 'tidak berkuasa atas diri' : Tubuh tidak dimaksudkan untuk percabulan, tetapi untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh” (1 Kor 6:13). Oleh karena itu, motif utama untuk kemurnian yaitu 'Yesus adalah Tuhan!'. Kemurnian kristiani, dengan kata lain, tidak berupa membentuk penguasaan akal budi atas naluri kita sebegitu banyak seperti membentuk penguasaan Kristus atas seluruh pribadi, termasuk akal budi dan naluri kita”.
Dalam ajaran Paulus - dalam pandangan kristiani - tubuh manusia ada untuk memuliakan Allah. Dengan menjalani kehidupan seksual dan fisik sesuai dengan kehendak Allah, orang kristiani memuliakan Allah. Dan ketaatan kepada Allah dapat memuliakan-Nya dalam kehidupan selibat atau kehidupan perkawinan.
"Kemurnian semacam ini adalah gaya hidup yang melebihi keutamaan pribadi", menurut Pastor Cantalamessa. “Kemurnian memiliki berbagai perwujudan yang melampaui lingkup seksual tertentu.
“Ada kemurnian tubuh, tetapi ada juga kemurnian jiwa yang menolak bukan hanya tindakan tetapi juga hasrat dan pikiran jahat (bdk. Mat 5:8,27-28). Ada kemurnian ucapan yang berupa, secara negatif, menahan diri dari bahasa yang tidak senonoh, ketidaksopanan, dan pembicaraan yang konyol atau berprasangka ... ada kemurnian kasat mata dan kasat pandang”.
Bagi umat kristiani, kata Pastor Cantalamessa, kemurnian memiliki dampak di luar pribadi. Kemurnian memungkinkan tindakan untuk membantu orang lain.
"Kemurnian dan kasih kepada sesama mewakili penguasaan diri dan karunia diri bagi orang lain", kata Pastor Cantalamessa. “Bagaimana saya bisa memberikan diri jika saya tidak memiliki diri karena saya adalah budak nafsu saya?"
“Berpikir bahwa kita dapat menggabungkan pelayanan sejati kepada saudara dan saudari, yang selalu menyerukan pengorbanan, altruisme, melupakan diri sendiri, dan kemurahan hati, dengan kehidupan yang secara pribadi tidak teratur, semua ditujukan untuk menyenangkan diri sendiri dan memuaskan hasrat, adalah sebuah khayalan. Hal tersebut pasti berakhir dengan mempergunakan saudara dan saudari, sama seperti kita mempergunakan tubuh kita. Orang-orang yang tidak bisa mengatakan 'tidak' pada diri mereka sendiri tidak bisa mengatakan 'ya' kepada saudara dan saudari mereka”. (PS)
NB:
A.
RENUNGAN III MASA PRAPASKAH
(9 Maret 2018) :
"KERENDAHAN HATI MEMBAWA KITA SEMAKIN DEKAT DENGAN ALLAH, SANG KEBENARAN"
Menurut Santo Paulus, orang-orang adalah bijaksana ketika mereka rendah hati dan orang-orang rendah hati ketika mereka bijaksana, dan perkiraan diri kita yang sesungguhnya adalah mengakui ketiadaan kita.
Dalam artinya yang paling dalam, kerendahan hati hanya milik Yesus, Sang Kebenaran, kata Pastor Raniero Cantalamessa OFMCap dalam renungan Prapaskah 9 Maret 2018. Sang pengkhotbah rumah tangga kepausan tersebut memberikan sebuah permenungan kepada Paus Fransiskus dan para anggota Kuria Roma.
Berbicara tentang keutamaan kerendahan hati kristiani dari sudut pandang Santo Paulus, Pastor Cantalamessa mengatakan bahwa orang yang benar-benar rendah hati hidup menurut kebenaran, dan Allah menghukum keangkuhan karena itu adalah bukan kebenaran, sebuah kebohongan.
Dengan merendahkan diri, manusia semakin mendekati sang kebenaran, yaitu Allah sendiri. Menurut alasan yang diberikan Santo Paulus, satu-satunya yang belum saya terima, yang sepenuhnya milik saya, adalah dosa yang bersumber di dalam diri saya dan bukan di dalam diri Allah.
Ketika Yesus berkata, "Tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa", itu berarti perkiraan diri kita yang sesungguhnya adalah mengakui ketiadaan kita, kata Pastor Cantalmessa. Ketika kita memeriksa diri kita dan menemukan kebenaran di mana kita sangat angkuh, yang merupakan kesalahan kita dan bukan kehendak Allah, karena kita telah menyalahgunakan kebebasan kita, itu memang kerendahan hati.
Pastor Cantalamessa mengenang Santa Angela dari Foligno yang mendesak para saudarinya untuk memasuki ruang batin keberadaan kita guna mengenali ketiadaan kita, bukan untuk menutup diri kita dengan mementingkan diri sendiri dan narsis, tetapi membuka diri terhadap orang lain, di mana kita tidak lagi melihat aib dalam diri sesama kita.
Dalam hal ini, Pastor Cantalmessa berkata, Maria adalah sokoguru kerendahan hati yang tak tertandingi - kebenaran.
Hal ini terlihat jelas dalam kidung pujiannya, "Magnificat", yang tidak berbicara tentang kerendahan hatinya, tetapi keadaannya yang hina. Kerendahan hati Bunda Allah, yang bahkan tidak meninggikan dirinya di atas makhluk yang paling hina, memang merupakan mahakarya rahmat Allah. Orang-orang yang benar-benar rendah hati tidak meyakini bahwa mereka rendah hati, dan orang-orang tidak menganggap mereka rendah hati.
Pastor Cantalmesa melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa kerendahan hati juga termasuk dipermalukan. Kerendahan hati kita nyata ketika kita menerima teguran, pembetulan, kritik, dan hinaan.
Menurut penulis Meneladan Kristus, ketika orang lain menegur kita karena mengetahui kekurangan kita, mereka membantu kita tetap rendah hati. Di sisi lain, kesombongan dikutuk oleh Yesus yang mengatakan, "Bagaimana kamu bisa percaya, ketika kamu saling menerima kemuliaan dan tidak mencari kemuliaan yang berasal dari Allah saja?".
Imam Kapusin tersebut juga memperingatkan bahwa kesombongan dapat mengubah bahkan perjuangan kita untuk rendah hati menjadi sebuah tindakan kesombongan, tetapi dengan rahmat kita dapat keluar dengan kemenangan bahkan dari pertempuran yang mengerikan ini.
Berbicara tentang "duri dalam daging" Santo Paulus, beliau mengatakan bahwa semua orang memilikinya. Duri tersebut bisa berupa cacat, penyakit, kelemahan, ketidakberdayaan, godaan yang terus-menerus mempermalukan atau bahkan orang yang tidak menyenangkan. Semua duri itu berbicara tentang kelemahan kita dan menghancurkan kesombongan diri kita. Kerendahan hati, beliau menambahkan, juga penting bagi berfungsinya kehidupan jemaat dan untuk membangun Gereja. (PS)
B.
RENUNGAN I MASA PRAPASKAH :
"UNTUK MENGUBAH DUNIA, KITA PERLU MENGUBAH DIRI KITA TERLEBIH DULU".
Hari Jumat 23 Februari 2018 Pastor Raniero Cantalamessa OFMCap, Pengkhotbah Rumah Tangga Kepausan, memberikan renungan pertama Masa Prapaskah. Beliau mengacu pada surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma : "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini" (Rm. 12:2).
Orang-orang yang "merasa terpanggil untuk mengubah dunia atau Gereja", pertama-tama dipanggil untuk mengubah diri mereka. Kesimpulan yang masuk akal dari "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini", akan tampak menjadi "maka, ubahlah dunia!". Sebaliknya, Paulus mengatakan kepada kita, 'Ubahlah dirimu!'", kata Pastor Cantalamessa.
1.
Di dunia, bukan dari dunia.
Umat kristiani selalu memahami bahwa dunia adalah dan tetap "ciptaan Allah yang baik", kita merangkul "sikap" Yesus terhadap dunia : berada di dunia, bukan dari dunia. Umat kristiani selama berabad-abad telah menjalani idaman ini dengan berbagai cara. Setelah menerima kekristenan di Kekaisaran Romawi, beberapa umat kristiani melarikan diri dari dunia, "ingin tetap menjadi garam dunia yang tidak kehilangan citarasanya". Umat kristiani lainnya mengusulkan pelarian rohani dari dunia ketimbang pelarian jasmani. Beberapa Bapa Gereja mengusulkan pelarian dari dunia yang berakar pada baptisan yang "merupakan karya rahmat ketimbang usaha manusia".
2.
Saatnya bangun.
"Iman adalah medan pertempuran utama antara umat kristiani dan dunia. Melalui imanlah umat kristiani bukan lagi 'berasal dari dunia'", kata Pastor Cantalamessa. Berbicara secara moral, dunia dapat didefinisikan sebagai "orang-orang yang menolak untuk percaya".
Dunia dapat membuat orang-orang tertidur dan menyedot "seluruh energi rohani mereka". Penyembuhnya adalah seseorang berteriak "Bangunlah!" yaitu "apa yang dilakukan Sabda Allah pada begitu banyak kesempatan dan yang diperbuat liturgi Gereja sehingga kita mendengar lagi tepat pada awal Masa Prapaskah : 'Bangunlah, hai kamu yang tidur' (Ef 5:14); 'saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur' (Rm. 13:11).
3.
Dunia akan berlalu.
Alasan dasariah mengapa umat kristiani "janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini" adalah karena "dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu" (1 Kor 7:31). Di dunia sekarang ini, ada satu wilayah penting untuk tidak menyesuaikan diri kita dengan dunia yakni rupa.
Pastor Cantalamessa mengatakan pada suatu ketika puasa makanan dan minuman dianggap paling efektif dan berpuasa diperlukan. Pada suatu saat hal tersebut tidak lagi terjadi. Saat ini orang melakukan puasa seperti itu untuk banyak motif lain, terutama untuk mempertahankan sosok yang baik. Alkitab mengatakan bahwa makanan dan minuman tidak menajiskan (bdk. Mrk 7:19), tetapi banyak rupa menajiskan. Rupa tersebut telah menjadi "salah satu kendaraan favorit yang melaluinya dunia menyebarkan anti-Injilnya", kata Pastor Cantalamessa.
4.
Marilah kita memandang salib.
Ada satu rupa yang padanya kita seharusnya memandang : "Marilah kita memandang salib dan pergi ke hadirat Yang Kudus", Pastor Cantalamessa mengakhiri. Rupa itu adalah penyembuh bagi seluruh racun yang telah kita telan sehingga kita bisa bersama Yesus "beralih dari dunia ini kepada Bapa" (Yoh. 13:1).
C.
RENUNGAN II MASA PRAPASKAH : "KEKUDUSAN YANG SEMPURNA ADALAH PERSATUAN YANG SEMPURNA DENGAN KRISTUS."
Mengutip kata-kata dari Lumen Gentium no. 50, Pastor Raniero Cantalamessa OFMCap, pengkhotbah rumah tangga kepausan, mengingatkan rumusan sederhana Konsili Vatikan II : kekudusan yang sempurna adalah "persatuan yang sempurna dengan Kristus". Inilah pokok renungan kedua Masa Prapaskah yang diberikan oleh Pastor Cantalamessa.
Beliau kemudian menjelaskan perbedaan pokok antara pandangan kekudusan menurut skolastik yang berlandaskan "alasan yang tepat" seperti dalam tulisan-tulisan Aristoteles - dan pandangan kekudusan menurut Kitab Suci yang berarti mengikuti pribadi Kristus.
"Perpaduan alkitabiah yang paling lengkap dan paling ringkas tentang kekudusan yang berdasarkan pewartaan adalah perpaduan yang digarisbawahi oleh Santo Paulus dalam nasehatnya kepada jemaat di Roma (Rm 12-15)", kata Pastor Cantalamessa.
"Pada awalnya, Rasul Paulus menjabarkan sebuah pandangan menyeluruh tentang jalan menuju pengudusan umat beriman - pokok terpentingnya dan tujuannya : "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Rm 12:1-2).
Pastor Cantalamessa menunjukkan bahwa Santo Paulus mencantumkan keutamaan-keutamaan pokok kristiani : pelayanan, cinta kasih, kerendahan hati, ketaatan, kemurnian. Tetapi ia mengingatkan para pendengarnya bahwa mereka tidak ditumbuhkembangkan demi kepentingan mereka sendiri, tetapi merupakan hasil karya Kristus dan baptisan.
"Agape, atau kasih kristiani, bukanlah salah satu keutamaan, agape adalah keutamaan yang terutama; agape adalah bentuk dari seluruh keutamaan, yang padanya 'seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi tergantung' (bdk. Mat 22:40; Rm 13:10), Pastor Cantalamessa menjelaskan.
"Untuk memahami jiwa yang mempersatukan seluruh petunjuk ini, gagasan hakiki yang mendasarinya, atau sebaiknya, 'perasaan' yang dimiliki Paulus terhadap kasih, kita perlu mengawali dengan nasehatnya yang pertama : 'Marilah mengasihi dengan tulus!' Ini bukan salah satu dari sekian banyak himbauan tetapi matriks yang daripadanya seluruh himbauan lainnya berasal. Mengasihi dengan tulus mencakup rahasia kasih".
Dalam berbicara tentang kasih "sejati", Pastor Cantalamessa mencatat wawasan Santo Paulus tentang kasih lahiriah dan batiniah. Beliau menyarankan bahwa kasih batiniah adalah untuk kasih lahiriah seperti jiwa untuk tubuh.
"Rasul Paulus sendiri adalah orang yang membuat perbedaan di antara kedua jenis kasih tersebut", kata Pastor Cantalamessa. "Ia mengatakan bahwa tindakan kasih lahiriah yang terbesar (membagi-bagikan segala sesuatu kepada orang miskin) tidak akan berarti apapun tanpa kasih batiniah (bdk. 1 Kor 13:3).
Kasih lahiriah tanpa kasih batiniah akan menjadi kebalikan dari kasih 'sejati'. Kasih yang tidak tulus pada kenyataannya justru berbuat baik tanpa menghendaki kebaikan; secara lahiriah menunjukkan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati. Dalam kasus ini, seseorang memiliki penampilan kasih yang bisa, paling buruk, menyembunyikan egotisme, pencarian diri, menyalahgunakan orang lain, atau bahkan penyesalan hati nurani yang sederhana".
Apakah ini berarti bahwa seseorang seharusnya tidak melakukan karya kasih kecuali jika hatinya tulus? Tidak. Dan bukan juga, Pastor Cantalamessa menjelaskan, berarti bahwa karya-karya yang dilakukan tanpa hati yang tulus tidak bermanfaat bagi orang-orang yang menerima hasil karya-karya kasih tersebut.
"Kita dapat bertanya kepada diri kita, mengapa kita 'berutang' kasih kepada orang lain?", Pastor Cantalamessa bertanya. "Karena kita telah menerima takaran kasih yang tak terbatas untuk pada gilirannya dibagi-bagikan kepada rekan-rekan pelayan kita (bdk. Luk 12:42; Mat 24:45+).
Jika kita tidak melakukan hal itu, kita menipu saudara dan saudari kita bahwa kita berutang kepada mereka. Seorang saudara mendatangi pintumu dan mungkin meminta sesuatu yang tidak dapat kamu berikan, tetapi jika kamu tidak dapat memberikan apa yang ia minta, janganlah mengusirnya tanpa hutang yang kamu miliki terhadapnya, yaitu kasih".
======
KILAS BALIK:
KHOTBAH PASTOR RANIERO CANTALAMESSA, OFM.CAP PADA IBADAT JUMAT AGUNG
DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN
3 April 2015 :
"ECCE HOMO! (LIHATLAH MANUSIA ITU!)" :
KITA SEMUA, LEMBAGA-LEMBAGA KITA BERESIKO MENJADI SEPERTI PILATUS, MENCUCI TANGAN KITA
Kita baru saja mendengar kisah pengadilan Yesus di hadapan Pilatus. Ada satu titik tertentu di dalam kisah itu di mana kita perlu berhenti sejenak.
Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya .... Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah Manusia itu! [Ecce Homo!]" (Yoh 19:1-3,5).
Di antara lukisan-lukisan yang tak terhitung banyaknya yang memiliki Ecce Homo sebagai subjek mereka, ada satu yang selalu membuat saya terkesan. Lukisan dari pelukis Flemish abad keenam belas, Jan Mostaert. Izinkan saya mencoba untuk menggambarkannya. Ini akan membantu membekaskan dengan lebih baik episode tersebut dalam pikiran kita, karena sang seniman hanya menuangkan dengan setia dalam lukisan fakta-fakta kisah Injil, terutama Injil Markus (lihat Mrk 15:16-20).
Yesus memiliki mahkota duri di kepala-Nya. Serangkaian ranting berduri yang ditemukan di halaman, mungkin untuk menyalakan api, dianyam para serdadu sebuah kesempatan untuk olok-olok kedudukan raja-Nya ini. Tetesan-tetesan darah turun ke wajah-Nya. Mulut-Nya setengah terbuka, seperti orang yang sedang mengalami kesulitan bernapas. Di pundak-Nya ada beban dan mantel usang, lebih mirip dengan lapisan tipis ketimbang kain. Pundak-Nya memiliki luka-luka pukulan-pukulan terakhir selama pencambukan-Nya. Pergelangan tangan-Nya terikat bersama-sama oleh sebuah tali kasar yang mengitari sebanyak dua kali. Mereka telah menempatkan sebuah buluh di salah satu tangan-Nya bagaikan semacam tongkat serta seikat ranting pada tangan lainnya, lambang mengejek kedudukan raja-Nya. Yesus tidak bisa menggerakkan bahkan sebuah jari pun; ini adalah seorang manusia yang diturunkan hingga sepenuhnya tidak berdaya, bentuk dasar dari semua orang dalam sejarah dengan tangan mereka yang terikat.
Merenungkan sengsara tersebut, filsuf Blaise Pascal menulis kata-kata ini suatu hari : "Kristus akan kesakitan sampai akhir dunia; kita seharusnya tidak tidur selama waktu ini".[1] Ada rasa yang di dalamnya kata-kata ini berlaku bagi pribadi Kristus sendiri, yaitu, bagi kepala tubuh mistik, dan tidak hanya bagi para anggotanya. Meskipun tidak bangkit dan hidup sekarang tetapi justru karena Ia telah bangkit dan hidup. Tetapi marilah kita kesampingkan makna yang terlalu mengandung teka-teki ini dan malahan berbicara tentang makna paling jelas dari kata-kata ini. Yesus berada dalam kesakitan sampai akhir dunia dalam setiap pria atau wanita yang mengalami siksaan yang sama dengan-Nya. "Kamu telah melakukannya untuk Aku!" (Mat 25:40). Ia mengatakan kata-kata ini tidak hanya tentang orang-orang yang percaya kepada-Nya; Ia juga mengatakannya tentang setiap pria atau wanita yang lapar, telanjang, teraniaya, atau dipenjara.
Untuk sekali janganlah kita berpikir tentang kejahatan sosial bersama : kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, eksploitasi orang lemah. Kejahatan-kejahatan ini berbicara tentang sering (bahkan jika itu tidak pernah cukup), tetapi ada resiko bahwa mereka menjadi pemisahan-pemisahan - kelompok-kelompok ketimbang pribadi-pribadi. Mari kita memikirkan bukan penderitaan perorangan, orang-orang dengan nama dan jatidiri tertentu; memikirkan siksaan-siksaan yang diputuskan dengan darah dingin dan secara sukarela ditimbulkan pada saat ini oleh manusia pada manusia lain, bahkan pada bayi-bayi.
Berapa banyak contoh dari "Ecce homo" ("Lihatlah manusia itu!") ada di dunia! Berapa banyak tahanan yang menemukan diri mereka dalam situasi yang sama seperti Yesus dalam praetorium Pilatus: sendirian, tangan diborgol, disiksa, pada belas kasihan dari para serdadu yang bengis penuh kebencian yang terlibat dalam setiap jenis kekejaman fisik dan psikologis serta yang menikmati menonton orang-orang menderita. "Kita seharusnya tidak tidur; kita seharusnya tidak meninggalkan mereka sendirian!"
Seruan "Ecce homo!" tidak hanya berlaku untuk para korban tetapi juga untuk para penyiksa. Artinya, "Mampulah melihatlah orang ini!" Dengan rasa takut dan gentar, mari kita juga mengatakan, "Kita mampu melihat orang ini!" Alangkah jauh di depan kita pawai yang tak terhentikan, dari homo sapiens sapiens (manusia modern yang tercerahkan), dari orang semacam itu yang menurut seseorang, harus dilahirkan dari kematian Tuhan dan menggantikan-Nya![2]
* * *
Orang-orang Kristiani tentu saja bukan satu-satunya korban kekerasan yang mematikan dunia, tetapi kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa di banyak negara mereka adalah para korban yang paling sering dimaksudkan. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya suatu hari, "Akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah" (Yoh 16: 2). Mungkin jangan pernah memiliki kata-kata ini menemukan pemenuhan persis seperti yang mereka lakukan hari ini.
Seorang uskup abad ketiga, Dionisius dari Alexandria, telah meninggalkan kita sebuah kesaksian Paskah yang dirayakan oleh umat Kristen selama penganiayaan bengis oleh kaisar Romawi Desius :
Pertama kami ditetapkan dan dikelilingi oleh para penganiaya dan para pembunuh, namun bahkan kemudian kami adalah orang-orang satu-satunya untuk memelihara suasana pesta. Setiap tempat di mana kami diserang menjadi bagi kami sebuah tempat untuk perayaan apakah lapangan, gurun, kapal, penginapan, atau penjara. Suasana pesta yang paling cemerlang dari semuanya dipelihara oleh para martir yang menunaikan, yang berpesta di surga.[3]
Ini akan menjadi cara Paskah bagi banyak orang Kristiani tahun ini, 2015 tahun setelah Kristus.
Ada seseorang yang, dalam tekanan sekuler, memiliki keberanian untuk mengecam ketidakpedulian yang mencemaskan dari lembaga-lembaga dunia dan opini publik dalam menghadapi semua pembunuhan orang-orang Kristiani ini, mengingat apa yang kadang-kadang dibawa ketidakpedulian tersebut di masa lalu.[4] Kita semua dan semua lembaga kita di Barat beresiko menjadi Pilatus-pilatus yang mencuci tangan kita.
Namun, kita tidak diperbolehkan untuk membuat pengingkaran apapun hari ini. Kita akan mengkhianati misteri yang sedang kita rayakan. Yesus wafat, berseru, "Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34). Doa ini tidak hanya bergumam di bawah napas-Nya; ia berseru sehingga orang-orang itu bisa mendengarnya dengan baik. Ia bahkan bukan hanya sebuah doa; ia adalah sebuah permintaan yang harus ditaati yang dibuat dengan otoritas yang berasal dari menjadi Putra : "Bapa, ampunilah mereka!" Dan karena Ia sendiri telah mengatakan bahwa Bapa mendengar semua doa-Nya (lihat Yoh 11:42), kita harus percaya bahwa Ia mendengar doa terakhir dari salib ini dan akibatnya bahwa para penyalib Kristus kemudian diampuni oleh Allah (tentu saja tidak tanpa bertobat dalam beberapa cara) dan berada bersama Dia di surga, untuk bersaksi bagi semua kekekalan yang kepada ekstrem ini kasih Allah mampu pergi.
Ketidaktahuan, pada hakekatnya, ada secara eksklusif di antara para serdadu. Tetapi doa Yesus tidak terbatas pada mereka. Kemegahan ilahi pengampunan-Nya terdiri dalam kenyataan bahwa itu juga ditawarkan bagi para musuh-Nya yang paling tanpa belas kasihan. Alasan ketidaktahuan dikedepankan dengan tepat bagi mereka. Meskipun mereka bertindak dengan licik dan dengki, pada kenyataannya mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat; mereka tidak berpikir mereka sedang memaku pada salib seorang manusia yang benar-benar Mesias dan Putra Allah! Alih-alih menuduh musuh-musuh-Nya, atau mengampuni mereka dan mempercayakan tugas balas dendam kepada Bapa surgawi-Nya, Ia membela mereka.
Ia menyajikan murid-murid-Nya dengan sebuah contoh kemurahan hati yang tak terbatas. Mengampuni dengan kebesaran yang sama dari jiwa-Nya tidak berarti hanya sebuah sikap negatif yang melaluinya orang menolak keinginan jahat pada orang-orang yang berbuat jahat; itu harus diubah bukan menjadi sebuah keinginan positif untuk berbuat baik kepada mereka, bahkan jika itu hanya melalui sebuah doa kepada Allah atas nama mereka. "Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44). Jenis pengampunan ini tidak bisa mencari balasan dengan harapan hukuman ilahi. Ia harus diilhami oleh sebuah amal yang memaafkan sesama tanpa, tetapi, menutup mata terhadap kebenaran tetapi, sebaliknya, mengusahakan menghentikan para pelaku kejahatan sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan melakukan yang lebih membahayakan orang lain dan diri mereka sendiri.
Kita mungkin ingin mengatakan, "Tuhan, Engkau meminta kami untuk melakukan hal yang mustahil!" Ia akan menjawab, "Aku tahu, tapi Aku wafat untuk memberikan kamu apa yang sedang Aku minta daripadamu. Aku tidak hanya memberi kamu perintah untuk mengampuni dan tidak hanya sebuah contoh heroik pengampunan, tetapi melalui wafat-Ku, Aku juga menganugerahkan kamu rahmat yang memampukan kamu untuk mengampuni. Aku tidak memberikan dunia hanya sebuah ajaran tentang belas kasih seperti yang diberikan banyak orang lain. Aku juga Allah dan Aku telah mencurahkan bagimu sungai-sungai belas kasih melalui wafat-Ku. Dari mereka kamu dapat menarik sebanyak mungkin belas kasih yang kamu inginkan selama Tahun Yubileum Kerahiman".
***
Seseorang bisa mengatakan, "Jadi, apakah mengikuti Kristus selalu berarti menyerahkan diri secara pasif untuk mengalah dan mati?" Sebaliknya! Ia mengatakan kepada murid-murid-Nya, "Bersoraklah" sebelum masuk ke dalam sengsara-Nya : "Aku telah mengalahkan dunia" (Yoh 16:33). Kristus telah mengalahkan dunia dengan mengalahkan kejahatan dunia. Kemenangan definitif kebaikan atas kejahatan yang akan diwujudkan pada akhir jaman telah terjadi, secara hukum dan de facto, pada salib Kristus. "Sekarang", Ia berkata, "adalah penghakiman atas dunia ini" (Yoh 12:31).Sejak hari itu, kejahatan hilang, dan ia semakin hilang ketika ia tampak semakin menang. Ia sudah diadili dan dihukum dalam ungkapannya yang terakhir dengan sebuah kalimat yang tidak dapat diajukan banding.
Yesus mengalahkan kekerasan tidak dengan menentangnya dengan sebuah kekerasan yang lebih besar tetapi dengan menanggungnya dan membongkar semua ketidakadilan dan kesia-siaan. Ia meresmikan semacam kemenangan baru yang dirangkum oleh Santo Agustinus dalam tiga kata: "Victor quia victima : Kemenangan karena korban" [5] Melihat Ia wafat dengan cara ini menyebabkan perwira Romawi berseru," Sungguh, orang ini adalah Anak Allah! "(Mrk 15:39). Lainnya bertanya pada mereka diri sendiri bisa berarti apa "teriakan keras" yang dipancarkan oleh kematian Yesus (lihat Mrk 15:37). Perwira itu, yang ahli dalam pertarungan dan pertempuran, mengakui seketika itu juga bahwa itu adalah sebuah teriakan kemenangan.[6]
Masalah kekerasan mengganggu kita, mengejutkan kita, dan ia telah menciptakan bentuk-bentuk baru dan menghebohkan dari kekejaman dan kebiadaban hari ini. Kita orang-orang Kristiani ngeri akan gagasan bahwa orang dapat membunuh dalam nama Allah. Tetapi, seseorang bisa menolak, "Tetapi bukankah Alkitab juga penuh dengan cerita-cerita kekerasan? Bukankah Allah disebut 'Tuhan semesta alam'? Bukankah untuk mengutuk seluruh kota untuk pemusnahan dikaitkan dengan-Nya? Bukankah Ia yang mengatur sejumlah kasus hukuman mati dalam Hukum Musa?"
Jika mereka telah mengalamatkan keberatan-keberatan yang sama itu terhadap Yesus selama hidup-Nya, Ia pasti telah menanggapi dengan apa yang Ia katakan tentang perceraian: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian" (Mat 19:8). Hal yang sama berlaku untuk kekerasan: "sejak semula tidaklah demikian". Bab pertama Kejadian menyajikan sebuah dunia di mana kekerasan bahkan tidak masuk akal, tidak di antara manusia itu sendiri maupun di antara manusia dan hewan. Bahkan tidak untuk membalas kematian Habel, dan karena itu menghukum si pembunuh, apakah diperbolehkan untuk membunuh (lihat Kej 4:15).
Kehendak Allah yang sebenarnya Allah dinyatakan oleh perintah "Jangan membunuh" lebih daripada oleh pengecualian terhadap perintah dalam hukum itu, yang merupakan kelonggaran terhadap "kekerasan hati" dan praktek masyarakat. Kekerasan, bersama dengan dosa, sayangnya adalah bagian dari kehidupan, dan Perjanjian Lama, yang mencerminkan kehidupan dan harus berguna bagi kehidupan sebagaimana adanya, berusaha melalui perundang-undangan dan hukuman matinya setidaknya menyalurkan dan mengekang kekerasan sehingga ia tidak merosot menjadi keleluasaan pribadi dan orang-orang kemudian saling mengobrak-abrik.[7]
Paulus berbicara tentang sebuah periode waktu yang ditandai dengan "kesabaran" Allah (lihat Roma 3:25). Allah bersabar terhadap kekerasan cara Ia bersabar terhadap poligami, perceraian, dan hal-hal lain, tetapi Ia sedang mempersiapkan orang-orang untuk sebuah masa yang di dalamnya rencana awal-Nya akan "diikhtisarkan" dan dipulihkan untuk menghormati, seakan-akan sebuah ciptaan baru. Masa itu tiba bersama Yesus, yang menyatakan di atas bukit, "Kamu telah mendengar firman: 'Mata ganti mata dan gigi ganti gigi'. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu .... Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:38-39,43-44).
"Khotbah di Bukit" yang sejati yang mengubah sejarah bukanlah, bagaimanapun, salah satu khotbah yang diucapkan di sebuah bukit di Galilea tetapi khotbah yang sekarang dinyatakan, dengan keheningan, dari salib. Di Kalvari Kristus memberikan sebuat "tidak" yang definitif terhadap kekerasan, pengaturan yang bertentangan dengannya tidak hanya dengan tanpa kekerasan tetapi, bahkan lebih, dengan pengampunan, kelemahlembutan, dan kasih. Meskipun kekerasan masih akan terus ada, ia tidak akan lagi - bahkan tidak jauh - dapat menghubungkan dirinya kepada Allah dan menyelubungi dirinya dalam kekuasaan-Nya. Melakukan hal demikian akan membuat konsep Allah mundur ke tahap primitif dan bersahaja dalam sejarah yang telah dilampaui oleh hati nurani umat manusia yang religius dan beradab.
* * *
Para martir sejati bagi Kristus tidak mati dengan tangan terkepal tetapi dengan tangan mereka yang tergabung dalam doa. Kita telah memiliki banyak contoh terbaru dari hal ini. Kristus adalah orang yang memberikan dua puluh satu orang Kristen Koptik dipenggal di Libya oleh ISIS 22 Februari lalu ini kekuatan untuk mati membisikkan nama Yesus.
Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa untuk saudara dan saudari kami yang dianiaya dalam iman dan untuk semua manusia Ecce Homo yang berada di muka bumi pada saat ini, orang-orang Kristiani dan bukan Kristiani. Maria, di kaki salib engkau menyatukan dirimu kepada Putramu, dan engkau berbisik, setelah Dia, "Bapa, ampunilah mereka!" Bantu kami mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, tidak hanya di panggung dunia, tetapi juga dalam kehidupan kami sehari-hari, di dalam dinding-dinding rumah kami. Engkau "berbagi penderitaan-Nya ketika Ia wafat di kayu salib. Dengan demikian, dengan cara yang sangat khusus engkau bekerja sama dengan ketaatan, iman, harapan dan penyalaan amalmu dalam karya Juruselamat"[8] Semoga engkau mengilhami para pria dan wanita dari masa kami dengan pikiran damai dan belas kasih. Dan pikiran pengampunan. Amin.
______________________
[1] Blaise Pascal, ”Misteri Yesus”, #552, dalam Pensées (New York: E. P. Dutton & Co., 1958), 148.
[2] Friedrich Nietzsche, Ilmu Homo III, 125.
[3] Eusebius, Sejarah Gereja, VII, 22, 4, terjemahan G. A. Williamson (New York: Penguin Books, 1965), 236-237.
[4] Ernesto Galli della Loggia, “L’indifferenza che uccide” [“Ketidakpedulian yang Membunuh”], dalam Corriere della sera, 28 Juli, 2014, hal. 1.
[5] Augustine, Pengakuan-pengakuan, X, 43.
[6] Lihat Permainan Sengsara Allah yang Mustahil oleh Frank Topping.
[7] Lihat René Girard, Hal-hal Tersembunyi Sejak Adanya Dunia (Stanford , CA : Stanford University Press, 1987).
[8] bdk. Lumen Gentium, no. 61.