Ads 468x60px

Minggu 31 Mrt 2013, HR Paskah

“Gaudium Magnum"
Kis 10:34a-43; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9

“Gaudium Magnum - Sukacita Agung”. Inilah yang kita rayakan pada Hari Paskah yang merupakan hari raya terbesar: Ia telah bangkit dari kematian! Ia telah mengalahkan dosa dengan kebangkitanNya sebagai bukti bahwa Ia benar-benar Putera Allah! Oleh sebab itu, pantaslah kita berkumandang seperti kata pemazmur hari ini: “Pada hari inilah Tuhan bertindak, mari kita rayakan dengan GEMBIRA.” 


Bicara soal arti ”gembira”, ada sebuah kisah tentang Jorge, salah satu tokoh antagonis dalam novel Umberto Eco, “The Name of the Rose”. Jorge adalah seorang rahib tua fransiskan yang bertugas sebagai penjaga perpustakaan. Ia menemukan sebuah buku kuno yang membahas soal rasa gembira bahwasannya Allah itu tertawa+bergembira. Bagi Jorge, buku karangan Aristoteles ini sangat berbahaya, bahkan menghujat Allah. Katanya: “Tertawa dan bergembira ria adalah kelemahan-pengrusakan-ketololan dari daging, tapi dalam buku ini fungsi tertawa dan bergembira ria dibalik, dinaikkan derajadnya menjadi seni, pintu-pintu pengetahuan kita membuka ke arahnya, dijadikan pembicaraan filsafat dan teologi yang durhaka.” 

Lepas dari sosok dan pergulatan Jorge tentang tawa dan gembira-ria ini, ternyata kata ”gembira” mengandung 3 sikap iman mendasar, seperti yang pernah saya tulis dalam buku ”BBM” (Kanisius), antara lain:

Sabtu Suci 30 Maret 2013


“Scimus Christum surrexisse a mortuis vere"
Sabbato Sancto de Vigilia Paschali,Yeh 36:16-28, Maz 42:3-5, 43:3-4, Rom 6:3-11, Luk 24:1-12


“Scimus Christum surrexisse a mortuis vere - Kita tahu dengan pasti bahwa Kristus telah bangkit dari kematian”. Inilah salah satu pesan inti paskah yang kita rayakan malam ini (Yun: “pascha”, Ibr: “pesach”, Inggris: “passover”=melewati). Dalam buku saya, “TANDA” (Kanisius), Paskah bisa berarti “Perempuan Adalah Saksi Kebangkitan Allah” dengan 3 ajakan dasarnya, antara lain:

Jumat Agung, 28 Maret 2013


“Ecce lignum crucis"Yes 52:13-53:12, Ibr 4:14-16; 5:7-9, Yoh 18:1-19:42

“Ecce lignum crucis - Lihatlah kayu salib”. Bersama dengan Jumat Agung, kita diajak untuk melihat indahnya salib Allah karena Ia adalah Imanuel, Tuhan beserta kita, Tuhan yang ikut serta dalam gulat-geliat hidup manusia Ia yang ditabur dalam kebinasaan tapi bangkit dalam keabadian, ditabur dalam kehinaan tapi bangkit dalam kemuliaan, ditabur dalam kelemahan tapi bangkit dalam kekuatan. Ia disalibkan di luar kota Yerusalem di Golgota (Mat 27:33, Mark 16:22, Luk 23:33, Yoh 19:17). Golgota” adalah bentuk Aram dari kata Ibrani “gulgoleth” artinya “tengkorak” (Kalvari” adalah kata Latin dari “calva” yang juga berarti “tengkorak”). Oh, Jumat yang membatu. Jumat yang tanpa ekspresi!” 

Kamis Putih 28 Mrt 2013


“Sacrum Triduum Paschale"Kel 12:1-14, Kor 11:23-26, Yoh 13:1-15

“Sacrum Triduum Paschale - Trihari Paskah”. Hari inilah awal Trihari Paskah, dimana Gereja mengenangkan 5 misteri imannya, antara lain: pelayanan/pembasuhan kaki murid; kasih/perintah untuk mengasihi; ekaristi/dasar misa kudus; imamat/dasar tahbisan; serta "memoria passionis/kenangan sengsaraNya". Pada hari ini, Yesus juga berkata, “kalian bersih tapi tidak semua”, oleh sebab itu kita perlu dicuci bukan? Yang pasti, hidup kita penuh dengan pelbagai aksi “mencuci”: cuci muka sebelum tidur, cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sblm naik ke ranjang dll. 

Di hari Kamis Putih inilah, Ia menjadi “teladan yang hidup” yang nyata dengan 3 poros dasarnya, antara  lain: 

Rabu, 27 Mrt 2013

"Cuiusvis hominis est errare"

Pekan Suci
Yes 50:4-9a; Mat 26:14-25

“Cuiusvis hominis est errare - Setiap orang bisa berbuat salah”. Inilah salah satu kutipan dari Cicero (Philippica XII, 5) yang menyadarkan bahwa hidup kita penuh kerapuhan dan kepalsuan. Hari ini, Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, gurunya yang sudah 3 tahunan hidup bersama. Yudas sendiri adalah anak Simon Iskariot (Yoh 6:71) dan selalu diletakkan paling belakang dalam daftar para rasul dengan predikat “yang mengkhianati Dia” (Mat 10:4; Mrk 3:19; Luk 6:16). 

Adapun 3 arti buruk yang melekat pada namanya, antara lain: 

Selasa 26 Maret 2013


"Fides est discipulus"

Yes 49:1-6; Yo 13:21-33.36-38

"Fides est discipulus - Iman adalah pemuridan". Hari ini, Yesus "menegur" 2 muridnya: Yudas Iskariot (Iskariot adalah nama Yunani dari bahasa Ibrani "isy kariot"= orang dari Kariot, yang dalam bahasa Ibrani="palsu", dalam bahasa Yun= "pembunuh bayaran") dan Simon Petrus (Simon adalah nama Yunani, Petrus adalah nama Latin yang dalam bahasa Yun: Petros, Ibr: Kefas= "batukarang").

Adapun dalam teks bahasa Inggris, para murid Yesus tidak dsebut sebagai "student" tapi sbg "disciple" (murid yang selalu belajar, learner), yang erat terkait-paut dengan sikap "disiplin". Dengan kata lain: Bukankah pemuridan lekat dengan kedisiplinan? Bukankah Tuhan juga banyak "mendidik dan mendisiplinkan" hidup kita (Ibr 12:5-6)? 

Adapun dua hal dasar yang membuat kita tidak bisa menjadi "disciple" seperti yang saya tulis dalam buku "357" (Kanisius), antara lain: 

Senin 25 Maret 2013


“Perfectae caritas"

Pekan Suci, Yes 42:1-7; Yoh 12:1-11

“Perfectae caritas - Cinta kasih yg sempurna”. Ini yang ditampil-kenangkan Maria Betania hari ini. Memang, ada banyak nama “Maria” dalam Injil, bahkan National Geographic meneliti bahwa nama terpopuler bayi perempuan dari thn 1905-1995 di Amerika ialah “Mary”. Tapi, yang mana dan siapakah persisnya Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu dan mengeringkan dengan rambutnya ini?

Seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius), Paus Gregorius Agung (abad VI) pernah mengatakan bahwa Maria yang dimaksudkan hari ini merupakan gabungan tiga figur: “Pendosa besar/pelacur - Maria Betania dan Maria Magdalena”. Adapun perdebatan tentang identitas dan entitas “Maria” telah berlangsung sejak Gereja Perdana. Mengacu pada naskah injil apokrif, Henri-Dominique de Lacordaire, malah menegaskan bahwa “Ia tak setinggi Petrus dalam hirarki, tapi lebih dekat kepada Yesus melalui hatinya".

Lepas dari itu semua, kita bisa belajar pada tokoh ini yang jelas-jelas adalah pengikut Yesus, dengan 3 sikap dasar, al:

Minggu Palma 24 Mrt 2013

“Hebdomada Sancta"
Yes 50:4-7; Maz 22:8-24, Fil 2:6-11; Luk 22:14 -23:56

“Hebdomada Sancta-Pekan Suci”. Inilah Minggu Palma, awal Pekan Suci, dimana k
ita mengiringi Yesus memasuki kota Yerusalem dengan seruan "Hosanna" (Ibr: "selamatkan kami"). 

Dalam peta, Yerusalem adalah kota yang paling terkenal. Karen Amstrong menyebutnya: “kota tiga agama satu Tuhan” karena disanalah berasal tiga agama besar monoteis: Islam dengan Masjid Al-Aqsa, Yahudi dengan Tembok Ratapan dan agama Kristiani dengan Gereja Makam Sucinya. Yerusalem (“Hierosolyma: Kota Damai: “Dengan Allah Maka Akan Indah”) juga disebut sebagai pintu gerbang surga (Maz 122) karena banyak historiografi agama monoteis sejak zaman Abraham dan menjadi ”oase” inspirasi bagi banyak nabi-seniman-penyair-ilmuwan. 

Yang pasti, Yesus
mengajak kita juga untuk naik keledai seperti Dia. Keledai (Equus asinus) adalah mamalia jinak seperti kuda kecil yang digunakan untuk alat transportasi dan kerja: menarik kereta kuda/bajak ladang dan membawa beban. Adapun 3 sikap dasar "keledai" seperti yang saya tulis dalam buku “FAMILY WAY” (Kanisius), al: 

1. KE-rendahan hati: 
Keledai kerap m
enjadi mitos kebodohan-diam dan menunduk. Bukankah keledai mengajak kita belajar “tunduk” seperti Yesus yang rendah hati menerima kehendak Bapa: “Ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46). Ia mencintai Bapa: “LOVE for GOD”. 

Sabtu 23 Mrt 2013


Iluminata et Illuminatrix"
Prapaska V
Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56

“Iluminata et Illuminatrix – Cerah dan Mencerahkan.” Tuhan datang sebagai cahaya yang cerah dan mencerahkan karena Ia selalu sudi datang-mentahirkan dan memberkati kendati kita berdosa seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius). Ia juga mengadakan perjanjian damai: Ia menjadi Allah dan kita menjadi pilihanNya (bac 1). Dalam Yesus (bac Injil), perjanjian itu digenapi dan disempurnakan karena Ia menjadi cahaya yang cerah dan mencerahkan”, membuat semua menjadi baik.

De facto, ada "3 habitus dasar manusia" sehingga kita sulit belajar menjadi cahaya yang “cerah dan mencerahkan, al:

Jumat 22 Mrt 2013

"Miserere nobis".
Prapaska V
Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42

"Miserere nobis - Kasihanilah kami," karena Yeremia (bac I) dan Yesus (Injil) mendapat "penolakan": Musuh-musuh bahkan "sobat" Yeremia merancang intrik dan taktik licik supaya ia tersingkir. Yesus juga dilempari batu oleh "sobat", yakni orang-orang sebangsanya sendiri. Jelasnya, kita perlu meminta pengasihan Tuhan karena jangan-jangan kita yang malahan membuat "penolakan dengan "melempari batu" "yeremia/yesus" jaman sekarang dengan kata/warta dan sikap hidup kita yang penuh intrik taktik konflik akal bulus yang problematik yang banyak mengorbankan/nmenjatuhkan orang lain.

Adapun 3 semangat dasar untuk meminta pengasihan Tuhan, antara lain:

Kamis 21 Maret 2013


"Lux aeterna"
Prapaska V
Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59

"Lux aeterna - cahaya abadi.” Inilah janji suci Tuhan: "Barangsiapa mentaati firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya". Adapun 5 pahlawan iman yg mjd “cahaya abadi” Israel, antara lain: Musa/hakim terbesar; Daud/raja terbesar; Elia/nabi terbesar di Kitab Suci Perjanjian Lama; Daniel/negarawan agung; Salomo/raja dan filsuf-orang bijak terbesar di Kitab Suci Perjanjian Lama. Namun ke-5 "cahaya iman" di atas adalah nomor dua setelah Abraham. Semua orang Yahudi mengakui bahwa Abraham adalah “founding father”, leluhur bangsa yang bercahaya dan menerima janji suci Allah. 

Mengacu pd bacaan hari ini, Abraham (Ibr: “bapak yang terpuji”) adalah bapak orang beriman (Kej 17:5) dengan 3 sikap dasar “TRI”, antara lain: 

Rabu 20 Mrt 2013

Fides et fidelitas"

Prapaska V
Dan 3:14-20-25.28; Yoh 8:31-42

"Fides et fidelitas – Iman dan kesetiaan.” Inilah “via unitiva -jalan persatuan” tapi juga bisa menjadi “via dolorosa - jalan dukacita” karena bisa mendatangkan nestapa dan derita. Itulah yang dialami Sadrakh-Mesakh-Abednego (bac I) dan Yesus (bac Injil). Tapi, seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY”, “Deus providebit, biarkan Tuhan yang menyelenggarakan karena Tuhan selalu setia menunjukan kasihNya kepada kita yang setia beriman padaNya. 

Adapun, kata ‘setia’ mempunyai 3 arti dasar, al: 

Selasa 19 Mrt 2013


"Paternitas et humilitas"

HR. St Yosef Suami Maria
Sam 7:4-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16-24a

“Paternitas et humilitas – Kebapakan dan kerendahan hati”. Itulah salah satu sikap dasar St Yosef. Kalau 1 Mei kita kenang St Yosef pekerja maka hari ini kita kenang St Yosef sebagai suami Maria. Dalam buku saya, “Family Way”, arti “suami” adalah “SUAra yang mengayoMI”. 

Sst..apakah “suami” itu seperti Pandawa Lima: Arjuna-Bima-Yudistira-Nakula dan Sadewa yang gagah dan rupawan? Ataukah punakawan: Semar-Petruk-Gareng-Bagong yang bijak dan sederhana? Ataukah Rama-Rahwana-Ken Arok-Gajahmada yang hebat dan kuat? Ataukah Che Guevara-Kennedy dan Bung Karno yang karismatis? Ataukah dia harus pria “macho” ala Bon Jovi, body six pack ala Ade Rai atau sensual seperti Richard Gere-Brad Pitt dan Tom Cruise. Ataukah malahan seperti boy band dari kelas Westlife sampai Noah yang aktif-agresif dan kompetitif? Willard Harley dalam "His Needs, Her Needs" menyarankan agar terbangun pengayoman, kita harus belajar memenuhi kebutuhan yang lain. Sebagai contoh: para suami seharusnya berusaha memenuhi kebutuhan dasar isterinya: “afeksi-intimasi”/kehangatan dan persahabatan, “relasi-komunikasi”/perbincangan dan keterbukaan juga “konsistensi”/komitmen finansial dan spiritual. 

Nah, belajar dari St Yosef, adapun 3 sikap dasar yang membuatnya menjadi “suami” yang afektif-komunikatif dan committed, yakni “TTS”", yang pasti bukan "Teka Teki Silang", tapi tiga keutamaan dasar St Yosef sebagai suami Bunda Maria, antara lain: 

Senin 18 Mrt 2013

“Misericordia Divina"

Senin 18 Mrt 2013
Prapaska V
Dan 13:41c-62; Yoh 8:1-11

“Misericordia Divina-Kerahiman Ilahi.” Inilah pesan Injil bahwa Allah selalu mengasihi tak peduli banyaknya dosa kita. Ia mengundang kita untuk datang kepadaNya dengan penuh iman-menerima krahimanNya+membiarkannya mengalir bg yg lain. Sebaliknya, org2 Farisi malahan mrs dirinya lbh bersih dan selalu berhasrat untuk menjadi “hakim” bg org lain. Mereka adalah kaum munafik yang bisa jadi juga hidup dalam hati kita: “Mereka datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya menjauh drpdKu” (Yes 29:13). Hari inilah, kita diajak menanggalkan kesombongan dan mengenakan kerahiman. 

Mengacu pada “DKI-Devosi Kerahiman Ilahi” yang saya tulis dalam buku “3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari” (Kanisius), ada 3 kerahiman al: tindakan belaskasih; ucapan belaskasih dan doa. 

Adapun karya jasmani kerahiman, al: 
memberi makan pada yang lapar-memberi minum pada yang haus-memberi tumpangan pada tunawisma-mengenakan pakaian pada yang telanjang-mengunjungi orang miskin dan tahanan serta menguburkan orang yang mati. 

Sedangkan karya2 rohani kerahiman, al: mengajar-memberi nasehat-menghibur-membesarkan hati-mengampuni-menanggung dg sabar+mendoakan org. 

Minggu 17 Mrt 2013


“Pax et Bonum"

Prapaska V
Yes 43:16-21; Fil 3:8-16; Yoh 8:1-11

“Pax et Bonum-Damai dan Kebaikan”. Inilah salah satu semangat dasar para Fransiskan yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius) dan ditampilkan Yesus kepada wanita pendosa yang berzinah pada bacaan hari ini. Ya, dalam tradisi Yahudi, zinah bisa mendatangkan hukuman mati tapi dalam Injil hari ini, Yesus datang sebagai raja Damai dan Kebaikan, yang mengampuni pezinah yang bertobat.

Dalam Kitab Suci Perjajian Lama, zinah adalah segala jenis tindakan yang melanggar bid.seksual/susila dan dihukum keras dalam hukum kekudusan (Im 18:20). Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, ada 2 arti zinah, al: “Porneia”, semacam pelanggaran seksual (1Kor 6:13-18; Ef 5:3; Mat 5:32) dan “Akatharsia”, yakni kenajisan ibadat (Rom 1:24; 2Kor 12:21; Gal 5:19). Yang pasti, bukankah kita juga pernah “berzinah” dalam artian rohani, ketika hidup dan iman kita tidak setia - murtad/menduakan Tuhan dengan menyembah "tuhan-tuhan kecil": harta-tahta dan kuasa (Bdk.Kitab Yehezkiel dan Hosea).

Sabtu 16 Mrt 2013

Prapaska IV
Yer 11:18-20; Yoh 7:40-53

"Via positiva - Jalan positif". Itulah yang diharapkan pada hari ini bahwa kita selalu bisa berpikir positif bahkan terhadap pengalaman buruk dan musuh kita sekalipun karena tepatlah apa yang dikatakan oleh filsuf Prancis, Rene Descartes, "cogito ergo sum - aku berpikir maka aku ada." Dengan kata lain: Bukankah pikiran menentukan kualitas tindakan dan hidup kita? Masalahnya, kita sering mudah berpikir buruk-berperasaan negative dan menghakimi orang. Itulah yang juga terjadi pada diri orang-orang  Yahudi yang mudah curiga dan mudah menghakimi tanpa melihat konteks utuhnya: asyik bicara "TENTANG" tapi tidak pernah bicara "DENGAN". 

Baiklah kita sekarang belajar juga dari figur Nikodemus (Yun: "pemenang") dengan 3 sikap dasarnya seperti yang saya tulis dalam buku "TANDA" (Kanisius), al: 

Jumat 15 Mrt 2013


Prapaska IV
Keb 2:1a.12-22; Yoh 7:1-2.10.25-30

"Veritas - Kebenaran." Inilah motto Universitas Harvard di Amerika Serikat yang ternyata diambil dari Injil Yohanes 14:6: "Jalan Kebenaran dan Hidup" (Bdk. RJK, Buku "Via Veritas Vita"). Yesus jelas datang sebagai "Veritas - Sang Kebenaran", di tengah carut marut dunia. Kita juga diajak untuk menjadi orang benar dalam segala pikiran-perkataan dan tindakan nyata di tengah dunia. Inilah "a troubled comitment, komitmen yang menggelisahkan", karena perjuangan menjadi orang benar mengandung banyak resiko. 

Bacaan hari ini mengisahkan tentang orang-orang fasik yang merancang aniaya dan siksa bagi orang benar. Hal yang sama juga dirancang oleh orang Farisi: Mereka yang notabene tokoh/pembesar agama dan ahli agama malahan membuat banyak intrik taktik konflik dan hal-hal problematik yang penuh akal bulus untuk "menganiaya" Yesus. Adapun 3 resiko dasar menjadi orang benar, antara lain: 

Kamis 14 Mrt 2013



Kamis 14 Mrt 2013
Prapaska IV
Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47

“Habemus Papam - Kami memiliki Paus”. Ya hari ini asap putih pada hari ke-2 konklav keluar dari cerobong kapel Sistine dan bunyi lonceng bersahut-pautan di Basilika St. Petrus menandai terpilihnya Paus baru yang terlahir pada 17 Des 1936 dari orang tua yang adalah pekerja rel kereta dan imigran dari Italia. 

Mengacu pada bacaan harian bahwa Yesus dan Musa datang sebagai saksi, Paus baru (Fransiskus I) ini juga mengajak kita untuk menjadi "saksi" (Buku “BBM’, RJK, “Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi”) dengan 3 semangat dasar, antara lain:

Rabu 13 Mrt 2013


Prapaska IV
Yes 49:8-15; Yoh 5:17-30

“Laborare est orare
- Bekerja adalah berdoa”. Kita diajak untuk terus bekerja karena itu adalah wujud iman sebagai citra Allah: “BapaKu bekerja sampai skarang maka Aku juga bekerja.” Ia selalu berkarya karena Ia bukan Allah yang cuci tangan tapi Allah yang turun tangan. Vivit Dominus - Allah yang hidup! 

Adapun 3 s
ikap dasar manusia yang bekerja yang juga saya tulis dalam buku "Family Way", antara lain: 

Selasa 12 Maret 2013


Prapaskah IV
Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16

“Aegroto dum anima est, spes est - Selama orang yang sakit masih punya semangat, maka ada harapan.” Ya, selama Pekan Prapaskah IV yang disebut Minggu Laetare”, kita juga diajak untuk selalu memiliki semangat dan harapan karena Tuhan selalu berkarya di tengah gulat-geliat hidup kita: Kalau kemarin Tuhan membuat anak pegawai istana yang sakit menjadi sembuh di Kapernaum, maka hari ini Tuhan membuat orang yang lumpuh menjadi berjalan di Kolam Betesda. Kolam ini sendiri terletak dekat Gereja St.Anna di Tanah Suci, sebuah kolam berbentuk segi 4 dengan 5 serambi dan dibagi dalam 2 bagian.

Adapun 3 semangat dasar yang diajarkan Yesus yang juga disebutkan tiga kali oleh Yesus - orang Yahudi dan orang lumpuh itu sendiri, antara lain:

Rumah Socius


Rumah singgah socius.. sebagai wadah penampungan para mantan narapidana untuk mendapatkan pendampingan, pelatihan dan bekal ketrampilan secara gratis.


Senin 11 Maret 2013


Prapaska IV
Yes 65:17-21; Yoh 4:43-53

"Credo in unum Deum -Aku percaya akan satu Allah." De facto, banyak orang yang mengaku percaya kepada Allah kadang juga masih tidak mudah percaya, selalu mudah berpikir curiga dan berburuk sangka. Realnya: kita lebih mudah percaya pada mata daripada telinga kita, tapi idealnya: Tuhan mengajak kita untuk selalu percaya pada kerahiman Tuhan meski kita tidak selalu bisa melihat karya Tuhan secara langsung. 

Minggu 10 Mrt 2013


Prapaskah IV
Yos 5:1-12; 2Kor 5:17-21; Luk 15:1-32

“Cor contritum et humiliatum Deus non despicies
- Hati yang patah dan remuk redam tidak akan Kau pandang hina ya Allah.” Itulah "XXI" (Kanisius). Jelasnya, Ia kenal hati kita sebagai pusat kehendak-pikiran dan tindakan. Hati kita sebagai manusia (Jawa: menungso=menus-menus kakean doso) kerap kotor karena kita hilang dari kasihNya. Disini seruan Yak 1:21 menjadi pas: "Buanglah semua yang kotor dan kejahatan yang sangat banyak itu”. Arti kata ‘yang kotor’ dalam bahasa Yunani adalah “rhuparia” (sampah-kotoran-busuk dan hal-hal menjijikkan). Arti kedua “rhuparia” adalah “tahi telinga”. Bukankah tahi telinga membuat kita sulit untuk mendengar dengan jelas? Dengan kata lain: hati kita menjadi hilang dan tidak peka terhadap suaraNya karena ‘yang kotor’ hidup dalam hati.