"Cuiusvis
hominis est errare"
Pekan Suci
Yes 50:4-9a; Mat 26:14-25
“Cuiusvis
hominis est errare - Setiap orang bisa berbuat salah”. Inilah salah satu
kutipan dari Cicero (Philippica XII, 5) yang menyadarkan bahwa hidup kita penuh
kerapuhan dan kepalsuan. Hari ini, Yudas Iskariot mengkhianati Yesus, gurunya yang
sudah 3 tahunan hidup bersama. Yudas sendiri adalah anak Simon Iskariot (Yoh
6:71) dan selalu diletakkan paling belakang dalam daftar para rasul dengan
predikat “yang mengkhianati Dia” (Mat 10:4; Mrk 3:19; Luk 6:16).
Adapun 3 arti buruk yang melekat pada namanya, antara
lain:
1. Dalam bahasa Ibrani: isy kariot berarti “orang
dari Kariot”.
Kariot adalah sebuah kota kecil dekat Hebron Yudea
(Hos 15:25), jadi ia adalah satu-satunya rasul Yesus yang tidak berasal dari
Galilea tapi berasal dari Yudea. Bisa jadi, ia mengalami
“alienasi-keterasingan” dari teman-temannya karena berbeda latar belakang
daerah. Nah, sudahkah kita mau belajar menyapa “orang yang terasing,
yudas-yudas modern” di sekitar hidup harian kita?
2. Dalam bahasa Aram: “kariot” merujuk pada sebuah
karaketer pribadi “isyqarya” yang berarti “palsu”.
Secara lahiriah, Yudas tampak simpatik tapi batinnya
ternyata penuh intrik; kata-katanya seakan tulus tapi ternyata penuh akal
bulus; hidupnya tampak berdedikasi tapi ternyata menyimpan ambisi pribadi. Ia
seperti “musuh dalam selimut-serigala berbulu domba-duri dalam daging”.
Ciumannya mengandung khianat dan sapaannya mengandung laknat: “Orang yang
kucium itulah Dia, tangkaplah Dia” (Mat 26:48; Mrk 14:44; Luk 22:47-48).
Penginjil Yohanes menambahkan “ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas
yang dipegangnya” (Yoh 12:6). Kadang hidup kita juga “palsu” ketika kita
tampaknya bersimpati tapi ternyata penuh iri hati dan tak peduli lagi sampai
nama baik orang lain "mati".
3. Dalam bahasa Yunani: “sikarios” berarti
“pembunuh bayaran”: Pengkhianatan Yudas dilakukan dengan penyerahan Yesus kepada
imam-kepada kepala (Mrk 14:10; Luk 22:4; Yoh 12:4). Yudas mendapat upah 30 uang
perak sebagai “pembunuh bayaran” (Mat 26:15; bdk. Mrk 14:11; Luk 22:5).
Adapun tentang akhir hidup Yudas, Matius mencatat bahwa
ia menggantung diri: “Lalu ia mengembalikan uang 30 perak itu kepada imam
kepala dan tua-tua dan berkata: Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang
yang tak bersalah. Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci,
lalu pergi dari situ dan menggantung diri” (Mat 27:3,5). Menurut legenda, ia
menggantung diri pada sebatang pohon yang kuncupnya berwarna merah, tapi dalam
Kis 1:16-19, Lukas mengaitkan kematian Yudas dengan Hakal-Dama, yang artinya
“Tanah Darah”.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Naik kuda sampai desa Bayat - Hilangkan noda
sampai akhir hayat”
Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar