Ads 468x60px

Selasa, 10 September 2013

“Temet nosce.”
Kol 2:6-15, Luk 6:12-19

“Temet nosce - Kenalilah dirimu sendiri.” Hari ini, Yesus mengajak kita mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya. Adapun tiga jenis “relasi” dasar yang mesti dibangun supaya kita semakin mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya, al:

Menjalani Hidup

Carpe Diem – Reguklah hari ini.
Sering kali kita terlalu sibuk menambah masalah-masalah baru sehingga kita lupa menghitung berkat-berkat yang kita peroleh padahal satu-satunya persiapan terbaik untuk hari esok adalah menggunakan hari ini sebaik-baiknya karena hari ini, niscaya endapan hari kemarin sekaligus proyeksi esok hari!

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran. Jika kita terlalu sibuk melihat masa lalu atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang, kita tidak akan mudah untuk melihat Tuhan.

Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi di masa depan karena satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu. Tak ada orang yg akan tenggelam oleh beban satu hari.Tetapi bila beban esok ditambah ke beban hari ini, tak ada orang yang sanggup menanggungnya.

Mari mengayuh dan mari melaju bersama Tuhan!
Vaya con Dios – Pergilah bersama Tuhan.

Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux!

@HIK – Hidangan Istimewa Kristiani

Senin 9 Sept 2013

“Sensus Catholicus.”
Kol 1:24-2:3, Luk 6:6-11

“Sensus Catholicus – Citarasa Kekatolikan.” Inilah yang ditawarkan Yesus hari ini dengan tiga ciri dasarnya, al:

1. Berdasar pada keselamatan jiwa. 
“Salus animarum suprema lex” adalah sebuah prinsip dasar dari Kitab Hukum Kanonik yang berarti “keselamatan jiwa adalah hukum yang terutama”. Hal ini dipertegas oleh Yesus yang berkata dan bertanya kepada kalian: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?” 
Bukankah manusia tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung?

Homo homini SOCIUS

 “Homo homini SOCIUS – Manusia adalah SAHABAT bagi sesamanya.”
Sahabat adalah dia yg tahu kekuranganmu, tapi menunjukkan kelebihanmu. Dia yg tahu ketakutanmu, tapi menunjukkan keberanianmu.

Sahabat adalah mereka yg tahu semua kekuranganmu, tapi tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu.

Sahabat adalah dia yg tahu apa yg dia miliki ketika bersamamu, bukan dia yg menyadari siapa dirimu setelah dia kehilanganmu.

Sahabatku, hidup ini pilihan. Apapun yg membuatmu sedih, tinggalkan. Dan apapun yg membuatmu tersenyum, jangan lepaskan!

Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux!
 “@HIK – Hidangan Istimewa Kristiani”






Minggu, 8 September 2013

“In omnibus Christus!”
Keb 9:13-18; Flm 9b-10.12-17; Luk 14:25-33

“In omnibus Christus – Dalam segalanya adalah Kristus!” Inilah sebuah pernyataan iman yang menjadi pokok bahasan bacaan minggu ini seputar kemuridan Yesus yang menuntut keberanian yang radikal dan sekaligus pertimbangan yang matang. Dkl: Kita diajak untuk mencintai Tuhan diatas segalanya, menjadi “gatot”: GAgah dalam iman dan TOTal ikut Tuhan.”

Adapun “3K” supaya kita bisa menjadi “gatot”: GAgah dalam iman dan TOTal ikut Tuhan,” al:

Sabtu, 07 September 2013

“Audiatur et altera pars.“
Kolose 1:21-23, Lukas 6:1-5

“Audiatur et altera pars - Dengar semua sisi!” Ini adalah sebuah ungkapan yuridis atau hukum yang mengajak kita menjadi orang bijaksana dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Yesus sendiri kerap disebut sebagai “Sang Filsuf” (Yun: philo – Sophia: pecinta kebijaksanaan), karena kebijaksanaan ilahi yang diwartakan dan dikerjakanNya dalam menghadapi pelbagai orang yang licik, penuh intrik dan taktik. 

Hari inipun, kita juga diajak menjadi “pecinta kebijaksanaan” dalam hidup sehari hari dengan tiga sikap dasar yang penuh dengan ketulusan hati dan budi, al:

Dwitunggal: Sebuah Surat untuk "Pastor - gembala"


Sebuah Surat dari "PASTOR - GEMBALA"

A. Letter for Priest 
Sahabatku X,
KUBUKA JENDELA kamarku minggu pagi pukul tujuh. Tirai coklat kusibak. Desir angin pagi nan segar merangsek masuk. Menerpa wajahku yang masih manyun lantaran aku memilih membaca dua buku ketimbang tidur dan merajut mimpi lebih awal. Angin yang sama mengusap pelan istriku. Membuatnya terjaga sejenak, menggeliat, dan tertidur lagi. Di luar, sinar matahari mengusap pucuk-pucuk pohon milik tetangga. Terdengar riuh suara perempuan yang berpapasan di jalan depan rumah. Itulah pagi pertama yang kulihat hari itu. Tentu, pagimu di Inggris sana pasti jauh lebih indah. Aku bayangkan, saat kau membuka jendela, pemandangan jauh lebih indah. Mungkin saja salju atau gerimis kecil, lampu-lampu kota yang belum lama padam, suara lonceng dari sebuah gereja, derap langkah kolegamu, kidung gregorian dari sebuah ibadat pagi atau gaduhnya suara merpati berebut makanan. Aku tidak tahu pasti. Yang jelas, aku berharap pagimu sungguh indah di sana.

Kebaikan Sekecil Apapun,

Orang yang mulia adalah orang yang sibuk mencari kekurangan diri sendiri dan suka memperbaikinya. 
Orang yang hina adalah orang yang sibuk mencari kesalahan orang lain dan suka menyebarkannya. 
Oleh sebab itu:
Hendaklah kita tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun, meski hanya menemui saudara kita dengan wajah yang berseri dan hendaklah kita tidak meremehkan keburukan sekecil apapun, meski hanya mempergunjingkan orang lain tanpa sengaja.

Semangat pagi. Selamat berbagi.
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!!

@ HIK - Hidangan Istimewa Kristiani

Jumat, 6 September 2013

“In vino veritas.”
Kolose 1:15-20, Lukas 5:33-39

“In vino veritas - di dalam anggur adalah kebenaran.” Inilah sebuah ungkapan orang Latin yang meyakini “khasiat anggur” bagi manusia. Yesus sendiri datang sebagai “pokok anggur” yang baru yang harus ditaruh dalam “bungkus” yang baru: "Tiada seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk ditambalkan pada baju yang tua. Sebab jika demikian, yang baru itu pun akan koyak. Apalagi kain penambal yang dikoyakkan dari baju baru tidak akan cocok pada baju yang tua. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula." 

Kamis 5 September 2013

 “Duc in altum...!”

Kolose 1:9-14, Lukas 5:1-11

“Duc in altum - Put out into the deep – Bertolaklak ke tempat yang lebih dalam!" Sabda Tuhan kepada murid-murid-Nya di pantai danau Galilea 2.000-an tahun yang lalu, terdengar nyaring sekarang ini pula. Dengan kata-kata tersebut, kita diajak untuk memberi makna mendalam pada peristiwa kebersamaan kita, karena Gereja hadir sebagai peristiwa dimana Tuhan senantiasa menjadi Immanuel, setia menyertai kita. Agar kita mengalami bahwa Ia hidup menyertai kita, dan kita pun memiliki hati yang peka pada kehadiranNya, sehingga kita pun dapat berseru seperti murid yang dikasihi Tuhan: “Itu Tuhan!” (Yoh 21:7), ketika menyaksikan pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukanNya, ada tiga hal yang bisa kita perbuat, al:

Rabu, 4 Sept 2013.

“Amicus certus in re incerta cernitur.”
Kel.1:1-8, Luk 4:38-44.

“Amicus certus in re incerta cernitur - Seorang kawan sejati dapat dikenali pada saat yang penuh ketidakpastian. Kalimat yang ditulis oleh Cicero ini menghadirkan sosok sahabat sejati yang ditampilkan Yesus ketika menyembuhkan banyak orang yang ada dalam “ketidakpastian” karena sakit: " Ada tiga peranan Yesus yang dihadirkan secara real sebagai sahabat sejati, al:

1.Healer: 
Yesus menjadi seorang tabib ilahi. Ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam keras bahkan ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Bukankah tidak ada salib, besar atau kecil, dalam hidup kita yang Tuhan kita tidak turut menanggungnya?

Selasa 3 Sept 2013

“Credo ergo sum.”

Pw St. Gregorius Agung, Paus PujG 
I Tes. 5:1-6,9-11, Luk. 4:31-37

Credo ergo sum - Aku percaya maka aku ada". Ungkapan ini mengajak kita menyadari hakekat iman yang mendasar adalah kepercayaan (Yun: pistis, Lat:fides, Inggr: faith). Ada tiga pola dasar yang menampilkan hidup kita sebagai orang yang benar-benar percaya pada Tuhan, al:

1. Berjaga: 
“SIAP” adalah kata yang kerap saya dengarkan ketika memasuki pos jaga dan kompleks militer. Kata ini kerap dikatakan oleh para prajurit yang bertugas di pos jaga. Mereka diajak untuk selalu siap siaga. Inilah salah satu sikap dasar orang percaya yakni: “SIAP-Slalu Ingat Akan Panggilan”. Memang, Allah tidak slalu menjanjikan perjalanan yang nyaman, tetapi pendaratan yang aman. Disinilah, kita diajak selalu ingat akan panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan: “Kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar”. Yang pasti, jangan mencintai Allah demi mendapatkan "hadiah" tapi biarkanlah Allah yang menjadi hadiahmu”

Senin 2 Sept 2013

"Deus est liberator!"
1 Tes 4:13-17, Luk 4:16-30

"Deus est liberator - Allah adl Pembebas." Inilah inti pesan ktika Yesus dtg ke Nazareth+mengatakan: "Roh Tuhan ada padaKu sebab Aku diurapiNya u/menyampaikan kabar baik". Dkl: Ia mjd "kabar baik" (Yun: euaggelion, injil) bagi smua org. Adapun ciri org yg mjd "kabar baik", al: 

1. KAsih: 
Hdpnya pnuh kasih. Ia kasih pembebasan bwt org tertindas+tertawan. Ia juga kasih penglihatan bwt org buta. Ia kasih kbebasan di tengah keterbelengguan. Inilah sebuah nada dsr spy kita tdk sibuk menghakimi tp mau mengasihi, tdk gandrung berpikir buruk tp sll berpikir positif krn de facto kt kerap sibuk berprasangka+menaruh rasa curiga, yg “semper accusat”-sll menuduh yg lain. 

Minggu, 1 September 2013

“Beati pauperes spiritu.”
Hari Minggu Biasa XXII
Sir 3:19-21.30-31; Ibr 12:18-19.22-24a ;Luk 14:1.7-14

“Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati. Inilah salah satu pesan Yesus dalam kotbah di bukit. Hari ini, kita juga kembali diingatkan tentang pentingnya hati yang tertuju Tuhan. Adapun tiga keutamaan yang perlu diperHATIkan adalah: 

1. Rendah hati:
"Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan" dan "Rendahkanlah dirimu, supaya kau mendapat karunia di hadapan Tuhan." Inilah dua ajakan dasar kerendahan hati pada bacaan hari ini. Kata "rendah hati", bahasa Latinnya adalah "humus". Adapun dua karakter "humus", al: a.Ia tidak pernah menonjolkan dirinya sendirian. Ia adalah sebuah lapisan/bagian tanah yang subur, yang ada bersama dengan tanah yang lainnya. b.Humus juga membuat tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga berbuah banyak. Dkl: Bukankah kerendahan hati membuat hidup kita menjadi lebih subur dan bisa menyuburkan hidup orang lain? Yang pasti, kerendahan hati bukanlah suatu sikap yang sekadar menganggap diri penuh kelemahan dan kekurangan dan sebaliknya orang lain penuh kekuatan dan kelebihan. Kerendahan hati adalah suatu sikap yang merendah dan terbuka di hadapan Allah. Kerendahan hati adalah suatu sikap hidup yang menganggap orang lain sama penting dan mulianya dengan diri sendiri dan karena itu dengan ikhlas menghormati dan melayaninya tanpa merasa hina atau rendah. Pada akhirnya, kerendahan hati adalah sikap yang membuka diri kepada pertolongan orang lain dan terutama Allah: "Sungguh terpuji orang yang malu bila menerima pujian dan penghargaan, dan tetap diam bila tertimpa fitnahan dan gosipan".