Ads 468x60px

Kamis 5 September 2013

 “Duc in altum...!”

Kolose 1:9-14, Lukas 5:1-11

“Duc in altum - Put out into the deep – Bertolaklak ke tempat yang lebih dalam!" Sabda Tuhan kepada murid-murid-Nya di pantai danau Galilea 2.000-an tahun yang lalu, terdengar nyaring sekarang ini pula. Dengan kata-kata tersebut, kita diajak untuk memberi makna mendalam pada peristiwa kebersamaan kita, karena Gereja hadir sebagai peristiwa dimana Tuhan senantiasa menjadi Immanuel, setia menyertai kita. Agar kita mengalami bahwa Ia hidup menyertai kita, dan kita pun memiliki hati yang peka pada kehadiranNya, sehingga kita pun dapat berseru seperti murid yang dikasihi Tuhan: “Itu Tuhan!” (Yoh 21:7), ketika menyaksikan pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukanNya, ada tiga hal yang bisa kita perbuat, al:

1. Mendengarkan Tuhan: 
Bersama BKSN September ini, kita diajak untuk setia mendengarkan Tuhan lewat setiap perjumpaan harian dengan sesama, terlebih juga dengan rajin berdoa dan membaca kitab suci, karena bukankah benar kata St Hieronimus: “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus!” Yang pasti, jika kita mendengarkan Tuhan pada saat kesulitan, hal itu meringankan kesulitan dan jika kita berdoa pada saat gembira, hal itu melipatgandakan kegembiraan kita karena sering kali kita terlalu sibuk menambah masalah-masalah baru sehingga kita lupa menghitung berkat-berkat yang kita peroleh.

2. Mentaati Tuhan:
Ketika Yesus berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukan perintah Tuhan, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak. Pastinya, ajaran mesti dilaksanakan dalam semangat ketaatan sempurna kepada Tuhan karena Ia tidak pernah mempertanyakan kemampuan dan ketidakmampuan kita, melainkan kesediaan kita.

3. Menyatukan hati dengan Tuhan:
Simon dkk menerima Yesus dan mempersilakan Dia naik serta menggunakan perahunya. Mereka juga mendengarkan kehendak-Nya dan walaupun sedang letih, mereka tetap melaksanakan perintah-Nya untuk bertolak ke tempat yang dalam. Hasilnya, mereka menangkap ikan dalam jumlah yang besar. Mereka menyatukan hidup doa dan karya dengan dan bersama Tuhan sehingga selalu setia mencari, menemukan dan mencintai Tuhan. Satu keyakinan dasarnya: Tak ada yang terlalu besar untuk dicapai Allah, tak ada yang terlalu kecil sehingga luput dari perhatian Allah. Jadi jangan katakan pertolongan Allah datang terlambat. Boleh jadi kita sendiri yang terlambat menjemput pertolongan itu. Mari mengayuh dan melaju bersama Tuhan!

“Cari sepatu di Rawabuaya– Mari bersatu dalam doa dan karya.” 
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar