Ads 468x60px

HUT PT. KERETA API INDONESIA KE-72



PROFICIAT
HUT PT. KERETA API INDONESIA KE-72
Makin josss mutunya:
Naik kereta api ... tut ... tut ... tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung ... Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama
Lekas kretaku jalan ...tut...tut...tut
Banyak penumpang turut
K'retaku sudah penat
Karena beban terlalu berat
Di sinilah ada stasiun
Penumpang semua turun
KE nyamanannya tambah OKE
RE putasinya makin MANTAP
TA biatnya makin ON TIME
NO CORRUPT
NO SEMRAWUT
NB:
A.
Historia Domus "KAI"
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.
Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.
Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.
Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).
Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.
Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia).
Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.
Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998.
Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).
B.
Sejarah Penemuan Kereta Api
Sejarah perkereta-apian sama seperti sejarah alat transportasi umumnya yang diawali dengan penemuan roda.
Mulanya dikenal kereta kuda yang hanya terdiri dari satu kereta (rangkaian), kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi (rel) dan dinamakan sepur. Ini digunakan khususnya di daerah pertambangan tempat terdapat lori yang dirangkaikan dan ditarik dengan tenaga kuda.
Setelah James Watt menemukan mesin uap, Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap. Orang-orang menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi.
Kemudian Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta dan memanfaatkannya pada pertunjukan di depan masyarakat umum.
George Stephenson menyempurnakan lokomotif yang memenangi perlombaan balap lokomotif dan digunakan di jalur Liverpool-Manchester. Waktu itu lokomotif uap yang digunakan berkonstruksi belalang. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak.
George Stephenson (9 Juni 1781-12 Agustus 1848); insinyur rel kereta api, dilahirkan di Wylam, Northumberland, Inggris. Ayah Stephenson bekerja pada sebuah perusahaan pertambangan yang tugasnya memasukkan batubara ke dalam tungku perapian dari mesin uap.
George pada mulanya bekerja sebagai gembala sapi pada usia delapan tahun. Kemudia ia juga bekerja di sebuah pertambangan batubara, mula-mula ia membantu Ayahnya, lambat laun ia menjadi kepala mesin uap.
Sambil bekerja ia mulai belajar membaca dengan ikut kursus di malam hari. Setelah ia mampu membaca ia mulai membaca semua buku tentang mesin.
Pada suatu ketika ia diminta membantu untuk memperbaiki mesin uap, setelah itu ia diserahkan tugas yang penting dalam permesinan.
Pada waktu itu pertambangan batu bara sedang mencoba menggunakan lokomotif uap atau mesin uap yang dapat digerakkan untuk mengganti tenaga kuda yang menarik kereta batubara.
Kemudian George membuat mesin yang disebut Blucher. Mesin berjalan dengan sukses. Setelah itu ia ditunjuk sebagai Insinyur untuk pembangunan jalan kereta api umum yang pertama Stokton-Darlington yang dibuka pada tahun 1825. Kemudian pada tahun 1826 ia bekerja untuk pembangunan jalan kereta api Liverpool-Manchester yang dibuka pada tahun 1830.
Kemudian ada suatu kontes yang diadakan untuk memilih jenis mesin apa yang cocok untuk kereta api. Stephenson ikut ambil bagian dan memenangkannnya dengan mesinnya yang bernama Rocket. Mesin Rocket ini sekarang masih ada dan terdapat pada Museum Ilmu Pengetahuan di London.
Penemuan listrik oleh Michael Faraday membuat beberapa penemuan peralatan listrik yang diikuti penemuan motor listrik. Motor listrik kemudian digunakan untuk membuat trem listrik yang merupakan cikal bakal kereta api listrik.
Kemudian Rudolf Diesel memunculkan kereta api bermesin diesel yang lebih bertenaga dan lebih efisien dibandingkan dengan lokomotif uap. Seiring dengan berkembangnya teknologi kelistrikan dan magnet yang lebih maju, dibuatlah kereta api magnet yang memiliki kecepatan di atas kecepatan kereta api biasa.
Jepang dalam waktu dekade 1960-an mengoperasikan KA Super Ekspress Shinkanzen dengan rute Tokyo-Osaka yang akhirnya dikembangkan lagi sehingga menjangkau hampir seluruh Jepang. Kemudian Perancis mengoperasikan kereta api serupa dengan nama TGV.

DISKURSUS PEMIKIRAN: Manajemen Belok Kanan



DISKURSUS PEMIKIRAN:
Manajemen Belok Kanan......
Beberapa waktu lalu saya bersama seorang teman lewat satu lokasi jalan di Jakarta Pusat. Di pinggir jalan itu terpampang spanduk besar dengan tulisan "Komunis Datang, Kami Siap Menyerang!"
Ketika ia membuat saya menengok ke tulisan itu, saya tidak tahan untuk tidak tertawa geli lalu bilang, "Itulah paranoia hari-hari ini, bukan cuma basi, tapi juga buang-buang energi."
Gejala paranoia biasanya terungkap dalam tindakan aneh-aneh ketidakwarasan mental, ditandai oleh delusi tentang bahaya rekaan yang memburu.
Maka, orang-orang yang mengidap paranoia ibarat melihat anak kucing sebagai harimau pemangsa. Ketika diberi tahu, bahkan oleh para ahli, bahwa itu anak kucing yang tak berdaya, penderita paranoia justru makin meneriakkan ancaman harimau pemangsa. Itulah mengapa menganggap serius penderita paranoia sungguh buang-buang usia.
Masalahnya, paranoia sering menjadi bagian taktik propaganda, dengan hasil terbelahnya kehidupan bersama dalam kubu-kubu permusuhan rekaan.
Itulah suasana yang menimpa kita hari-hari ini. Apakah kebangkitan komunisme memang merupakan probabilitas? Itu sungguh menggelikan. Orang yang mencermati real-politik negeri ini mengerti bahwa yang sedang bangkit bukan komunisme, melainkan
perkawinan antara tribalisme agama dan militerisme. Jadi, siapa yang menciptakan badai paranoia?
Andaikan kita memakai beberapa unsur sederhana lensa psikoanalisis, kita akan mengenali suasana paranoia ini justru menciptakan bumerang, dengan dampak yang tidak kurang menggelikan.
Di sinilah terletak tiga ironi konyol:
Pertama, memberangus itu cara paling mudah mengiklankan pentingnya apa yang diberangus.
Kedua, pemberangusan menciptakan cadar yang menyembunyikan apa yang diberangus, dan itu membuat lebih seduktif serta melonjakkan daya tariknya sebagai obyek hasrat; andai bukan isinya, apa yang diberangus justru menjadi mode yang keren.
Ketiga, dalam urusan yang sedikit lebih serius, betapa miskin dunia pemikiran tanpa perkara yang diberangus.
A.
Iklan tanpa bayar
Mulailah dari ironi pertama. Bagaimana mungkin pemberangusan itu cara paling mudah mengiklankan pentingnya apa yang diberangus?
Paradoks ini mungkin hanya dapat dikenali dengan memahami relasi misterius antara tabu (taboo) dan rasa-merasa terhadap apa yang ditabukan. Sangat biasa terjadi ketika belum ditetapkan sebagai tabu, tindakan atau gagasan tertentu terasa biasa-biasa saja.
Lalu ia jadi begitu menarik dan bahkan menjadi obyek fantasi ketika telah menjadi tabu. Bisa saja penetapan tabu itu melewati proses panjang adat- kebiasaan, bisa melalui larangan hukum, atau bisa juga sebagai hasil represi oleh kelompok-kelompok beringas, misalnya melalui sweeping.
Tambahlah kecenderungan itu dengan kemudahan-kecepatan sebaran informasi dan suasana skeptis terhadap otoritas! Maka, yang kita panen adalah daya tarik yang kian menawan dari apa yang ditabukan, dilarang, atau diberangus.
Sangat biasa ketika suatu buku atau ajaran dilarang, pada momen itu pula "kunjungan" situs media sosial pada apa yang dilarang justru melonjak tajam.
Tentu saja, "mengunjungi" untuk mencari informasi lewat media sosial adalah satu hal, sedangkan mengikuti dan memperjuangkan adalah urusan lain. Bisa juga pencarian informasi dilakukan secara tersembunyi.
Namun, semua itu mengisyaratkan bagaimana pemberangusan dan pelarangan justru melambungkan apa yang ditabukan jadi daya tarik yang memesona. Maka tidak perlu heran ungkapan ini: "Larangan tentu karena mengganggu kepentingan pelarangnya, maka pastilah apa yang dilarang itu gagasan penting!" Selamat datang iklan gratis.
Paranoia kebangkitan komunisme dewasa ini rupanya merupakan simtom dari titik temu berbagai faktor, seperti perselisihan di tubuh tentara antara kubu revisionis dan revivalis dwifungsi, tipisnya daya- memerintah kepresidenan Joko Widodo, ciri anti-intelektual politisi dan pejabat pemerintah, miskinnya imajinasi penggalian dan pengembangan metode internalisasi Pancasila, lonjakan fundamentalisme-ekstremisme agama, dan sebagainya.
Dalam simpang siur berbagai faktor inilah barangkali tidak sulit mengenali para revivalis dwifungsi berada di baris terdepan.
Dan, paranoia kebangkitan komunisme adalah cara paling culun dan mudah. Bahkan, dalam berbagai poster, apa yang menjadi obyek paranoia bukan hanya komunisme, melainkan juga Marxisme dan liberalisme.
Wow! Mungkin memang perlu dijernihkan bahwa isme- isme itu berbeda- beda. Marxisme berbeda dari Marxisme-Leninisme, komunisme lain lagi dengan sosialisme. Sosialisme juga punya banyak ragam. Apalagi liberalisme. Istilah liberal di Amerika Serikat punya arti yang justru berarti sosialis di Eropa.
Hanya benak jernih yang akan peduli dengan aneka pembedaan ini. Namun, tentu kawanan paranoia tidak peduli kejernihan. Tidak juga peduli perbedaan Marxisme sebagai filsafat dan teori sosial, Marxisme sebagai ideologi, dan Marxisme-Leninisme sebagai organisasi partai.
Tambahkan dengan penjelasan konyol alasan pemberangusan! Maka, apa yang diberangus justru menjadi obyek keingintahuan semakin banyak orang. Seperti yang terjadi dalam iklan, apa yang ditabukan cepat jadi obyek perhatian. Itu resep mujarab yang membuat obyek pemberangusan kian menggoda, dengan probabilitas justru jadi idiom dan mode intelektual yang keren.
B.
Mode keren perlawanan
Inilah ironi kedua. Telah sekian dasawarsa bahkan sebagai filsafat dan teori sosial Marxisme kian surut dalam studi ilmu-ilmu sosial, humaniora dan filsafat.
Beberapa akademisi masih mempelajari pemikiran Marxian, itu pun dengan motif berbeda-beda.
Untuk generasi para senior dekade 1960-an dan 1970-an, mereka mungkin mempelajari Marxisme dengan misi memerangi ateisme.
Bagi generasi sesudah 1990-an, banyak orang mempelajari Marxisme bukan dalam rangka melawan ateisme, melainkan karena memerlukan studi itu untuk memahami secara kritis corak kapitalisme dewasa ini yang ditandai fundamentalisme pasar atau sering disebut neoliberalisme. Tetapi bila lalu disimpulkan generasi ini pemeluk ateisme dan naif, tentulah itu kekeliruan besar.
Namun, bisa dikatakan Marxisme sebagai bahan studi di dunia akademik Indonesia seperti lenyap ditelan sejarah, apalagi bagi khalayak luas.
Paranoia yang terjadi hari-hari ini tak punya kaitan apa pun dengan probabilitas kebangkitan komunisme, bahkan menjadi pemantik suasana keingintahuan tentang pemikiran Marxisme yang telah lama pingsan. Dan, itu bisa saja berlanjut membawa sikap lebih sehat terhadap Marxisme sebagai bahan studi di dunia akademik.
Tentu semua itu adalah probabilitas. Apa yang lebih pasti, kini sedang berlangsung kencang olok-olok luas terhadap paranoia itu, persis dengan berbagai atribut yang ditabukan.
Olok-olok itu sangat cepat menyebar dalam bentuk meme digital - meme berakar dari kata
Yunani, mimema (tiruan). Polanya semakin jelas. Hampir semua meme itu mengungkapkan kelakar renyah yang menusuk kekonyolan di balik paranoia.
Contohnya, ketika berkembang anjuran menyita buku, tulisan, gambar yang berisi atribut-atribut Marxisme atau komunisme, segera meledak olok-olok berupa meme begini: "Di Google banyak gambar palu-arit, harusnya polisi segera menyita Google".
Ketika dikenali konyolnya penjelasan materialisme dialektis sebagai gagasan Aristoteles, segera meledak meme berbunyi: "Jika kamu tidak mampu memukau publik dengan kepintaranmu, bingungkanlah mereka dengan kebodohanmu".
Juga, "Sejak zaman Plato material soto berbeda-beda, kalau tidak percaya pasti ateis". Atau, meme gambar toko bahan bangunan (mungkin maksudnya disitu dijual juga sabit dan palu) bertuliskan: "Toko material PKI". Juga beredar memeolok-olok berupa gambar seorang pengkhotbah memegang buku Das Kapital-nya Karl Marx) sambil berteriak, "Buku ini ngajarin anak muda jadi kapitalis".
Polanya benderang: berbagai meme itu berkelakar mengolok-olok kekonyolan para pembuat paranoia, dengan pesan yang membuat orang tergelak-gelak dan paranoia itu sebagai lelucon.
Dari situ terbentuk suasana rasa-merasa bahwa kebalikannya merupakan mode keren. Apa yang ditabukan menjadi seduktif, apalagi jika dipaksakan lewat kebodohan yang tak tertanggungkan. Apa yang ditabukan tidak hanya menjadi laris sebagai atribut pakaian dan identitas lain, tetapi juga menjadi mode dan standar kepintaran serta heroisme sikap politik.
Jika dua ironi di atas terdengar begitu konyol, ironi ketiga terdengar sedikit serius.
C.
Kekonyolan yang kalap.
Andaipun berhasil membuat paranoia menjadi massal, orang-orang konyol itu masih akan berhadapan dengan dunia perguruan tinggi, sebuah instansi tempat tak ada apa pun dianggap tabu untuk dipelajari.
Disinilah segala isme yang mau ditabukan justru perlu dipelajari sebagai bagian kurikulum. Dalam banyak hal, kekonyolan paranoia yang terjadi hari-hari ini tentang berbagai isme yang ingin ditabukan justru mengisyaratkan betapa urgen studi isme-isme itu dijadikan bagian integral kurikulum.
Studi tentang isme-isme memang tidak punya manfaat praktis, tetapi sungguh sentral bagi pembentukan daya intelektual masyarakat.
Pemahaman tentang isme-isme membantu warga negara mengenali gagasan dan arah ideologis yang mendasari aneka kebijakan, juga membantu warga negara lebih sanggup menilai agenda yang tersembunyi dalam gejala seperti militerisme, fundamentalisme agama, dan fundamentalisme pasar.
Dan kekonyolan yang dilakukan para pembuat paranoia persis merupakan implikasi dari kebutaan pemahaman. Bagaimana mungkin mau membela Pancasila apabila para jenderal bahkan tidak mampu membedakan isme-isme pada tingkat elementer?
Namun, lebih mendasar adalah perlunya melihat betapa miskin studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora dewasa ini tanpa kadar tertentu pemahaman atas Marxisme dalam aneka mazhabnya.
Sangatlah sulit memahami cermat kaitan antara kinerja modal (keuangan) dan corak kapitalisme tanpa serius mempelajari, misalnya, buku Finance Capital (1910), karya menakjubkan pemikir Marxian, Rudolf Hilferding. Betapa miskin pemahaman atas corak kebudayaan dewasa ini tanpa mencermati karya-karya pemikir Marxian seperti Fredric Jameson. Atau, betapa kerdil kajian geografi pembangunan dan corak tata kota tanpa mendalami karya-karya ahli geografi Marxian, David Harvey, atau pemikiran Henri Lefebvre.
Ringkasnya, cara merawat kewaspadaan bangsa ini bukanlah dengan memberangus gairah memahami isme-isme yang telah menjadi bagian integral dunia pemikiran, tetapi justru dengan mendorong studi serius.
Jadi, untuk apa mengipas fobia terhadap kebangkitan komunisme dan paham kiri? Itulah mainan para peternak politik (political entrepreneurs) yang sedang mencari pembakar sentimen tribal.
Mereka mau memakainya seperti bagaimana sentimen agama dipakai secara kalap dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Tragisnya, apa yang cuma mainan para peternak politik bagi tualang kekuasaan itu berubah menjadi semacam keyakinan massal di antara warga biasa. Indonesia dirusak dengan cara ini.
Waktu itu, ketika teman yang menarik perhatian saya pada tulisan di spanduk itu, saya hanya memohon agar dia tidak ikut kehilangan kewarasan menyaksikan para peternak politik sedang kembali kalap mencari ancang-ancang. Lagi-lagi dengan manajemen belok kanan.
HERRY PRIYONO
Kompas, 28 September 2017
DOSEN PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI FILSAFAT DRIYARKARA, JAKARTA

Pesta Malaikat Agung St. Mikael, Gabriel dan Rafael




Malaikat Agung
St. Mikael, Gabriel dan Rafael
Dan 7:9-10,13-14; Mzm 138:1-2a,2b-3,4-5; Yoh 1:47-51
"Natanael - Anugerah Allah"
Inilah nama orang Israel sejati yang diantar oleh Filipus ("FIkirkan tujuan-LIbatkan iman-PUSatkan perhatian") kepada Yesus.
Adapun, Yesus berkata kepada Natanael alias Bartolomeus: "Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat Allah turun, naik kepada Anak Manusia." Dalam Kitab Mazmur dikatakan, para malaikat adalah para pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara-Nya (Mzm 103:20).
St. Paulus kepada umat di Kolose menulis, bahwa para malaikat itu milik Kristus dan diciptakan melalui Dia (Kol 1:16). Surat umat Ibrani memuat keterangan tentang peran para malaikat Allah dalam rencana penyelamatan yakni sebagai pelayan-pelayan yang diutus untuk melayani demi kepentingan dan keselamatan kita salvation (Ibr 1:14).
Ya, hari ini kita merayakan pesta para Malaikat Agung yang juga merupakan "anugerah Allah" buat kita: Mikael, Gabriel, dan Rafael.
1. Mikael (Ibr: 'Siapakah yg sperti Allah"):
Ia adalah panglima perang. (Why 12:7-9). Ia menjadi pembela kita dalam menghadapi musuh/roh jahat. (Dan 10:13). Gereja mengakuinya sebagai pelindung & pembela Gereja dalam penganiayaan-godaan dan perpecahan.
2. Gabriel (Ibr: "Allah kemenangan/kekuatanku"):
Ia adalah pelayan & utusan Allah yang membantu kita untuk mengerti misteri & kehendak Allah. (Dan 8:16-18; 9:21-23). Secara khusus, ia diutus untuk membawa kabar gembira kepada Zakaria dan Maria. (Luk 1:11-20; 26-38). Dengan kata lain: Gabriel adalah pembawa warta keselamatan sekaligus memberikan penerangan ilahi sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.
3. Rafael (Ibr: "Allah yg menyembuhkan"):
Ia adalah penyembuh & teman perjalanan. (Tob 4-12). Gereja menghormatinya sebagai teman perjalanan hidup sekaligus tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan & membebaskan manusia dari perhambaan setan. Ajaran dan iman Gereja tentang Malaikat dapat dibaca dalam Ketekismus Gereja Katolik 328-336. Pastinya, bersama teladan para malaikat agung, semoga kita juga selalu bisa menjadi "anugerah Allah" untuk orang lain dengan sikap-ucapan & tindakan kita yang kudus & tulus setiap harinya.
"Gunung Agung Gunung Sahari- Para Malaikat Agung doakanlah kami setiap hari."
NB:
A.
Tujuh Malaikat Surga - Selayang Pandang
Dalam Litani (Malaikat Agung) St. Rafael, terdapat kalimat doa yang berbunyi: "St. Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang berada di hadirat Yang Mahatinggi, doakanlah kami."
Dalam Alkitab malaikat agung yang sering disebut yaitu 1. Mikhael, 2. Gabriel, 3. Rafael, sedang keempat malaikat agung lainnya adalah 4. Uriel, 5. Barrachiel, 6. Sealtiel dan 7. Yehudiel.
1. Malaikat Agung St Mikael
"Siapakah seperti Tuhan", dikenal sebagai malaikat keadilan, dan kitab Taurat mengenal malaikat ini sebagai penghancur Sodom dan Gommorah dan sebagai malaikat yang membantu penguburan Nabi Musa. Ia adalah malaikat perang melawan iblis dan pengikutnya. Malaikat Gabriel memberitahu pada Daniel, saat ia memohon pada Tuhan untuk membawa bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem: “Kerajaan Persia menentang aku... dan, datanglah Mikael, salah satu dari Pangeran Kepala datang menolongku”. Malaikat itu kemudian membicarakan mengenai akhir dunia, para Anti Kristus berkata: Dalam waktu itu Mikael bangkit, sang pangeran agung, yang berdiri di depan anak-anak manusia. Dalam Wahyu 12:7 “Dan terjadilah perang besar di surga, Mikael dan malaikat-malaikatnya bertarung melawan naga”. Ada yang mengatakan jika ia adalah salah satu dari Kerub yang menjaga pohon kehidupan. Ia dapat dimohon untuk: bertarung melawan iblis, menyelamatkan jiwa-jiwa dari neraka pada saat sakratul maut.
Mikael disebut Penjaga Sakramen Mahakudus Ekaristi. Ia adalah pemimpin balatentara surga, sebagai seorang prajurit ia tidak hanya melindungi jiwa-jiwa tetapi juga melindungi kita dari musuh dan melindungi Tuhan Kita, dalam sakramen suci. Ia memiliki kuasa untuk menghukum siapapun yang berdosa melawan sakramen ini.
Doanya sbb: "St. Mikhael malaikat agung, bantulah kami dalam perang dan dalam tipu daya kejahatan Iblis. Semoga Tuhan menghukum mereka, dan kau Sang Pangeran Balatentara Surga, dengan kekuatan Tuhan, lemparkanlah ke neraka semua iblis dan roh jahat yang berkelana di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa".
Sedangkan doa yg diambil dari Kaplet doa St Mikael yg dibuat oleh oleh Paus Leo XIII setelah mendapatkan penglihatan di Vatikan: "St. Mikhael yang suci bantulah kami dengan segala malaikat sucimu. Ajari kami untuk mempertahankan iman di tengah kegelapan ini. Ajari kami untuk mempertahankan jiwa kami dan jiwa sesama kami. Ajari kami untuk menang dalam kesunyian dan patuh pada Tuhan. Ajari kami untuk mencintai Maria, Ratu Para Malaikat."
2. Raphael.
Artinya Tuhan yang menyembuhkan. Ia hanya muncul dalam kitab Tobit. Rafael ialah penjaga Sakramen Tobat. Rafael digambarkan membawa wadah minyak pengurapan dan ikan. Minyak melambangkan penyembuhan melalui sakramen pengakuan dosa. Ikan juga mengingatkan akan perlindungan yang ia berikan pada Tobit muda atas iblis Asmoday dan penyembuhan atas ayahnya yang buta.
Dalam kaplet St Rafael tertulis doa demikian:
"St Rafael Malaikat agung, engkau adalah Rafael Sang Penyembuh, Penunjuk Arah, untuk manusia yang dalam kesedihan dan kesusahan. Santo Rafael, malaikat kesehatan, bukti cinta dan kesukaan Cahaya Tuhan, doakanlah kami! Malaikat Suci Rafael, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Kiranya kekuatan dan cintamu tumbuh pada kami. Yakinkan kami jika cinta Tuhan akan menguasai hati kami dan memenangkan semua kebencian dan kekotoran yang disebarkan roh jahat di dunia ini."
3. Malaikat Agung Santo Gabriel.
Ia disebut dalam Injil. Kehadirannya juga dicatat pd kitab Daniel. Ia menjelaskan penglihatan tentang banteng yang melambangkan kehancuran kerajaan Persia akibat ulah Aleksander Agung. Ia juga memberitahu bahwa kerajaan itu akan dibagi di antara para jendral mereka, termasuk jendral Antiochus Ephiphanes. Daniel juga diberitahu oleh laki-laki yang bernama Gabriel yang “terbang dan dengan lembut menyentuh dia”, dan meramalkan tujuh minggu sebelum kedatangan Kristus. Ia adalah malaikat Inkarnasi dan juga dikenal sebagai malaikat belas kasihan. Malaikat Agung St. Gabriel disebut penjaga sakramen Baptis. Gabriel adalah Malaikat Agung yang memberitakan kabar gembira dan kemenangan inkarnasi melawan dosa dan maut. Ia sering digambarkan memegang bunga lili yang melambangkan jiwa murni yang dihasilkan melalui melalui sakramen baptis dan sakramen tobat, dua sakramen sebagai buah penebusan Kristus. Benderanya melambangkan kasih sayang Bunda Suci yang universal.
Dalam kaplet St Gabriel tertulis doa sbb: "Bapa di surga, melalui keagungan malaikat Gabriel kami menerima Inkarnasi Putra Tunggal-Mu. Melalui bantuannya kami mengenal dan meneladan Bunda Kebenaran Suci yang menjawab: “Jadilah padaku menurut perkataanmu”. St. Gabriel, ajaklah kami untuk memuji Bapa atas hadiah berupa Putra-Nya, dan mari kita berdoa semoga kita satu dalam rahmatnya, melalui Bunda-Nya, kita akan menjadi satu dalam gereja atas satu gembala. Santo Gabriel yang suci, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Bantulah kami menjadi pelayan Tuhan yang baik! Bantulah kami untuk menjaga dan mempertahankan murninya pembaptisan sehingga kami mampu menjadi pelayan Dia. Saat kami jatuh, arahkan kami sehingga kami dapat pulih. Melalui bantuanmu, semoga jiwa kami menjadi tempat kedamaian di mana Tuhan dapat tinggal.
4. St. Uriel disebut Penjaga Sakramen Krisma.
Ia membawa pedang kebenaran bagi prajurit Kristus, yaitu kita melalui sakramen krisma. Ia membawa api yang mengingatkan akan turunnya Roh Kudus pada pentekosta dan bara yang merupakan karunia Roh Kudus. Mengingatkan kita jika hati harus dibakar dengan cinta tersuci pada Tuhan seperti para seraphim, seperti Hati Suci Yesus dan Maria. Santo Uriel membawa neraca yang melambangkan penilaian tindakan kita. Itu juga melambangkan neraca milik Keadilan Sejati yang akan menimbang kita di hari penghakiman. Dia kurang dikenal dalam Alkitab. Uriel. Malaikat agung Uriel yang memerintah Pemerintahan dan Kedamaian. Uriel membawa pedang yang menjaga Taman Eden. Wujudnya adalah seorang laki-laki yang membawa pedang menyala. a dipanggil malaikat Petir dan Terror. Dia diidentifikasi sebagai Seraphim dan Cherubim sekaligus, dan dikenal dalam kitab Wahyu yang memanggil para burung untuk membinasakan para Iblis, yang memperingatkan Nuh akan air bah.
Dari kaplet doa Santo Uriel, tertulis: "Malaikat Agung St Uriel, bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Buatlah hati kami terbakar dengan nyala Hati Tersuci. Bantulah kami untuk menggunakan sakramen penguatan Krisma yang merupakan karunia dari Roh Kudus sehingga semakin berbuah dalam jiwa kami. Berikan kami berkat dari Pedang Kebenaran untuk menghalau semua yang menentang Harapan Tuhan dalam hidup kami, sehingga kami layak bergabung dalam tentara surgawi.
5. St Yehudiel Penolong dalam Sakratul Maut dan Penjaga Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Santo Yehudiel membawa sebuah mahkota yang membara yang melambangkan penebusan dan belas kasih Tuhan dan kemenangan yang menunggu di kehidupan selanjutnya sekaligus melambangkan penderitaan kita yang ditanggung dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus.
Doa kepada malaikat Santo Yehudiel sbb:
"St Yehudiel, kau sangat kuat dan mengalahkan Iblis Belzebub. Datanglah dan bantulah kami dengan balatentara malaikatmu! Temani kami dalam peperangan melawan serangan dari neraka yang mengancam Bunda Suci dan Gereja. Jagalah kami dalam sakratul maut dengan kekuatan kehadiranmu. Pertahankanlah kami sehingga kami tidak menghilang tanpa sakramen terakhir sehingga kami siap berdiri untuk menghadapi Hari Akhir. Lepaskan rasa iri dari hati kami melalui kekuatan Tuhan yang kau miliki, sehingga kami bisa sepertimu, memuji kemuliaan Tuhan di kehidupan ini dan yang akan datang."
6. Malaikat agung St Barachiel.
Ia memimpin sepasukan malaikat 496,000. Buku Henokh menjelaskan dirinya sebagai salah satu dari empat penguasa Serafim dan malaikat petir. Dia sering digambarkan memegang putih bangkit melawan dada, atau dikelilingi di kelopak mawar putih dan digambarkan sebagai pemimpin para malaikat pelindung.
7. Santo Sealtiel, penjaga Misa Kudus.
Ia membawa dupa melambangkan doa dan penyerahan pada Pengorbanan Tuhan dalam misa kudus. “Dan malaikat lain datang dan berlutut di depan altar dengan pedupaan emas, dan disana diberikan padanya pedupaan, yang berisi doa smua orang kudus di depan altar emas, dekat dengan Singasana Tuhan. Asap dari pedupaan naik dari tangan para malaikat itu” (Kitab Wahyu 8:3-4).
Doa kepada Malaikat agung St Sealtiel: "Santo Sealtiel datanglah dengan bala bantuan malaikatmu! Datanglah dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Belas Kasih, datanglah ke pendoa yang hina ini; dan buatlah aku mengetahui misteri surga melalui Belas Kasih-Nya yang tak terbatas, menjadi pelayan altar-Nya. Doakan kami kami pada Yesus, semoga para imam memiliki hati yang sama dengan Hati-Nya!
B.
DOA BERSAMA PARA MALAIKAT AGUNG
Allah Bapa kami dengan cara yang menakjubkan Engkau menuntun
pekerjaan malaikat & manusia. Semoga St. Mikael, Gabriel, Rafael
& semua malaikat yang setia melayaniMu di surga, melindungi kami
dari segala bahaya di dunia ini.
Selamatkanlah kami dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus
yang hidup dan yang berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus,
Allah kini dan sepanjang masa.
Bapa, dengarkanlah doa-doa orang yang Engkau perbaharui melalui
Roti Kehidupan, yang memberi kekuatan & Keberanian kepada kami.
Melalui pemeliharaan yang baik dari Malaikat Agung St. Mikael,
Gabriel & Rafael & para malaikat, kami boleh maju dalam perjalanan
penyelamatan Ilahi. Kami mohon ini dalam Nama Yesus Kristus
Tuhan kami. Amin.
1.
LITANI ST. MIKAEL
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, kasihanilah kami,
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di Surga, kasihanilah kami,
Allah Putera, penebus dunia kasihanilah kami,
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami,
Allah Tritunggal Maha kudus, Tuhan yang Maha Esa, kasihanilah kami.
Santa Maria, Ratu para Malaikat,
.......................................doakanlah kami
St. Mikael Malaikat Agung......
St. Mikael, yang dipenuhi Kebijaksanaan Ilahi..........
St. Mikael, Penyembah sempurna Sang Sabda yang menjelma.......
St. Mikael, Yang dimahkotai kehormatan & Kemuliaan.............
St. Mikael, Pangeran perkasa Balatentara Tuhan.........
St. Mikael, Panji TriTunggal Maha Kudus..........
St. Mikael Pelindung Surga
St. Mikael, Penuntun & penghibur Israel..........
St. Mikael, Kemegahan & kebahagiaan gereja yang jaya...........
St. Mikael. cahaya para malaikat................
St. Mikael, benteng kaum beriman...............
St. Mikael. kekuatan mereka yang berjuang bagi panji2 Salib.........
St. Mikael, cahaya & keyakinan jiwa2 pada saat ajal....
St. Mikael, penolong yang pasti.........
St. Mikael, pertolongan pada saat kemalangan.............
St. Mikael, pelaksanaan hukuman Abadi..............
St. Mikael, penghibur Jiwa2 di api pencucian...........
St. Mikael, penerima jiwa2 setelah ajal...................
St. Mikael, pangeran kami...........
St. Mikael, pembela kami..............
St. Mikael, pangeran yang termasyur..............
St. Mikael, kekuatan dalam pertempuran
St. Mikael, pemenang atas Setan...........
St. Mikael, yang mengejutkan Setan..............
St. Mikael, Panglima laskar Surgawi.............
St. Mikael, Bentara Kemuliaan Ilahi...........
St. Mikael, sukacita para Malaikat..............
St. Mikael, yang terberkati diantara pilihan Tuhan...........
St. Mikael, pembela Kebenaran.............
St. Mikael, hamba Tuhan........
St. Mikael, perantara Surgawi.............
St. Mikael, penopang Umat Allah...........
St. Mikael, Pelindung Gereja Kudus...............
St. Mikael, pemohon segala Bangsa yang memuliakanMu.........
St. Mikael, pembawa Panji Keselamatan..........
St. Mikael, malaikat perdamaian.............
St. Mikael, Penuntun jiwa jiwa pada Cahaya Abadi.................
St. Mikael, penguasa Surga............
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami ya
Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa
kami ya Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, ampunilah dosa
kami ya Tuhan
Kristus dengarkanlah kami
Kristus kabulkanlah doa kami
Doakanlah kami, St. Mikael yang mulia, Pangeran Gereja Yesus
Kristus
Supaya kami layak menikmati janji janji Kristus
Marilah Berdoa:
Kami mohon kepadaMu ya Tuhan Yesus, kuduskanlah kami dengan
berkatMu yang suci, dan dengan perantaraan St. Mikael berilah kami
kebijaksanaan yang mengajarkan kami untuk menimbun harta surgawi
dengan menukarkan semua hal duniawi dengan yang abadi, yaitu
Dikau yang hidup dan bertahta untuk sepanjang masa. Amin.
2.
LITANI ST. GABRIEL
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, kasihanilah kami,
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di Surga, kasihanilah kami,
Allah Putera, penebus dunia kasihanilah kami,
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami,
Allah Tritunggal Maha kudus, Tuhan yang Maha Esa, kasihanilah kami.
Santa Maria, Ratu para Malaikat,
.......................................doakanlah kami
St. Gabriel, Malaikat Agung yang Mulia................
St. Gabriel, Pangeran Surga...........
St. Gabriel, kekuatan Allah...........
St. Gabriel, yang berdiri dihadapan tahta Allah........
Stt. Gabriel, penyembah pertama Sabda Ilahi........
St. Gabriel, teladan para pendoa,.........
St. Gabriel, guru para Bangsa
St. Gabriel, pelayan Allah yang setia....
St. Gabriel, pembawa wahyu Ilahi........
St. Gabriel, pembawa kabar gembira penebusan Ilahi
St. Gabriel, malaikat yang mewartakan penjelmaan Allah
St. Gabriel, utusan Allah kepada Zakaria dan Perawan Maria...........
St. Gabriel, yang mengungkapkan sukacita Maria...........
St. Gabriel, pelindung perawan yang tak bernoda...........
St. Gabriel, yang meramalkan keagungan Yesus...........
St. Gabriel, yang menghormati Yesus dengan penuh semangat.............
St. Gabriel, malaikat penghibur Juru Slamat dalam sakrat maut..........
St. Gabriel, sahabat & penghibur Bunda Allah.....
St. Gabriel, penuntun & penolong St. Yosef........
St. Gabriel, guru & penopang nabi Daniel........
St. Gabriel, guru yang mengagumkan........
St. Gabriel, teladan para orang tua & guru..........
St. Gabriel, penuntun bersama Yesus & Maria..............
St. Gabriel, damai & cahaya bagi jiwa2.............
St. Gabriel, yang menakutkan orang tak beriman...........
St. Gabriel, pelindung & pembela orang beriman...........
St. Gabriel, penghibur mereka yang menderita.....
St. Gabriel, penghibur mereka yang menderita....
St. Gabriel, kekuatan & keadilan bagi yang lemah..............
St. Gabriel, pelindung khusus komunikasi modern.............
St. Gabriel, yang tertulis dalam kitab suci sebagai malaikat pembawa
kabar gembira kepada Perawan Maria...........
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami ya
Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa
kami ya Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, ampunilah dosa
kami ya Tuhan
Kristus dengarkanlah kami
Kristus kabulkanlah doa kami
Doakanlah kami, St. Gabriel yang mulia
Supaya kami layak menikmati janji janji Kristus
Marilah Berdoa:
O, Gabriel, Malaikat Agung yang terberkati, kami mohon kepadamu
jadilah perantara kami di hadapan tahta Kerahiman Ilahi pada saat
kami memerlukannya, seperti pada waktu Engkau memberi kabar
kepada Maria mengenai rahasia penjelmaan Allah. sehingga melalui
doa doa & perlindunganmu di Surga kami akan mendapatkan kebaikan
yang sama dan selalu menyanyikan pujian bagi Allah di dunia ini untuk
selamanya. Amin
3.
LITANI SANTO RAFAEL
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, kasihanilah kami,
Tuhan, kasihanilah kami,
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami
Allah Bapa di Surga, kasihanilah kami,
Allah Putera, penebus dunia kasihanilah kami,
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami,
Allah Tritunggal Maha kudus, Tuhan yang Maha Esa, kasihanilah kami.
Santa Maria, Ratu para Malaikat,
.......................................doakanlah kami
St. Rafael Malaikat Agung,.............
St. Rafael, yang namanya berarti "Allah menyenbuhkan"........
St. Rafael, bersama para malaikat baik,melayani di hadapan Allah yang
mulia....
St. Rafael pelayan Allah di Surga..........
St. Rafael, pesuruh Allah yang setia...............
St. Rafael yang menyampaikan doa Tobit kepada Bapa..........
St. Rafael, sahabat perjalanan bagi Tobia.........
St. Rafael;, yang melindungi sahabat2mu dari marabahaya...........
St. Rafael, yang menemukan istri yang pantas bagi Tobia.........
St. Rafael, yang membebaskan Sara dari roh jahat...........
St. Rafael, yang menyembuhkan Tobit dari kebutaan.............
St. Rafael, pemimpin dan pelindung perjalanan hidup kami...............
St. Rafael, penolong yang kuat pada waktu kesesakan
St. Rafael, penahluk yang jahat...........
St. Rafael,pembimbing & penasehat orang muda..............
St. Rafael, pelindung jiwa yang murni..........
St. Rafael, malaikat pelindung orang muda.........
St. Rafael,malaikat suka cita........
St. Rafael, malaikat pertemuan yang bahagia..........
St. Rafael, malaikat perkenalan yang suci...........
St. Rafael, malaikat bagi orang yang mencari jodoh...........
St. Rafael, malaikat perkawinan yang bahagia..........
St. Rafael, malaikat kehidupan keluarga...........
St. Rafael, pelindung keluarga Kristiani.............
St. Rafael, pelindung perjalanan.............
St. Rafael, pelindung kesehatan..............
St. Rafael, tabib surgawi...........
St. Rafael, penolong orang buta...........
St. Rafael, penyembuh orang sakit..............
St. Rafael, penghibur orang yang menderita..............
St. Rafael, pendamping orang yang menjelang ajal..............
St. Rafael, bentara berkat................
St. Rafael, pembela gereja.............
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami ya
Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa
kami ya Tuhan
Anak Domba Allah Yang menghapus dosa dunia, ampunilah dosa
kami ya Tuhan
Kristus dengarkanlah kami
Kristus kabulkanlah doa kami
Doakanlah kami, St. Rafael yang mulia
Supaya kami layak menikmati janji janji Kristus
Marilah Berdoa:
Ya Allah, dengan kemurahan Engkau mengutus malaikat Agung
St. Rafael sebagai sahabat bagi hambamu Tobia dalam perjalanan.
Bantulah kami, hamba-hambaMu, agar dapat menikmati perlindungan
dan kekuatan berkat bantuannya melalui Yesus Kristus Tuhan kami.
Amin
“Hendaklah kita mencari surga itu dan marilah kita mencarinya melalui dan bersama para kudus karena mereka menjadi "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace).

Mengenal ke-4 Injil

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Mengenal ke-4 Injil
Simbol-Simbol Penulis Injil
Menurut tradisi, keempat penulis Injil dilambangkan dengan simbol-simbol berikut:
St Matius, manusia ilahi;
St Markus, singa bersayap;
St Lukas, lembu bersayap;
St Yohanes, rajawali yang terbang tinggi.
Simbol-simbol ini diambil pertama-tama dari Nabi Yehezkiel (1:1-21),
“Pada tahun ketiga puluh, dalam bulan yang keempat, pada tanggal lima bulan itu, ketika aku bersama-sama dengan para buangan berada di tepi sungai Kebar, terbukalah langit dan aku melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah….
Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti sesuatu mengkilat.
Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat sayap. Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok. Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang….”
Dalam Kitab Wahyu (4:4-8), kita mendapati gambaran yang serupa,
“Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: `Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.'”
Gambaran-gambaran ini, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, menggerakkan St Ireneus (140-202) untuk menghubungkannya dengan keempat penulis Injil oleh karena isi dari Injil mereka dan fokus istimewanya mengenai Kristus.
Dalam risalat “Adversus Hæreses” (“Melawan Bidaah,” XI), St Ireneus mengemukakan,
“`yang pertama menyerupai seekor singa' melambangkan karya-Nya yang berdaya kuasa, kepemimpinan-Nya, dan kekuasaan rajawi-Nya;
`yang kedua menyerupai seekor lembu,' melambangkan kurban-Nya dan jabatan imamat-Nya;
`yang ketiga memiliki, seolah, rupa seorang manusia,' - suatu gambaran yang jelas akan kedatangan-Nya sebagai manusia;
`yang keempat menyerupai seekor rajawali terbang,' menunjukkan karunia Roh yang terbang menaungi seluruh Gereja dengan sayap-sayapnya. Dan karena itu, Injil sesuai dengan gambaran-gambaran ini, di mana Kristus Yesus bertahta.”
Secara lebih spesifik, St Ireneus menjelaskan simbol-simbol itu sebagai berikut:
St Matius dilambangkan dengan seorang manusia ilahi sebab Injil Matius menekankan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini, pertama-tama dengan menyajikan silsilah keluarga-Nya - “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat 1:1) - dan inkarnasi serta kelahiran-Nya - “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut...” (Mat 1:18). “Maka inilah,” menurut St Ireneus, “Injil kemanusiaan-Nya; oleh sebab itulah juga, karaketer dari seorang manusia yang lemah lembut dan rendah hati terus dipelihara sepanjang keseluruhan Injil.”
St Markus, dilambangkan dengan singa bersayap, menunjuk pada Nabi Yesaya kala ia memulai Injilnya, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: `Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.'” “Suara orang yang berseru-seru di padang gurun” mengingatkan orang pada auman singa, dan roh nubuat yang turun ke bumi mengingatkan orang akan “pesan bersayap.” Singa juga melambangkan jabatan rajawi, suatu simbol yang tepat bagi Putra Allah.
Lembu bersayap melambangkan St Lukas. Lembu dipergunakan dalam kurban-kurban di Bait Suci. Sebagai contoh, ketika Tabut Allah dibawa ke Yerusalem, apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, dikorbankanlah seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan (2 Sam 6). St Lukas memulai Injilnya dengan pemaklumkan kelahiran St Yohanes Pembaptis kepada ayahnya, yakni seorang imam yang bernama Zakharia, yang sedang mempersembahkan kurban di Bait Suci (Luk 1). St Lukas juga mencatat kisah tentang Anak yang Hilang, di mana anak lembu tambun disembelih, bukan hanya untuk merayakan pulangnya si anak yang hilang, melainkan juga untuk menggambarkan sukacita yang pastilah kita alami dalam memperoleh rekonsiliasi dengan Bapa melalui Juruselamat kita yang Mahabelas-kasih, yang sebagai Imam mempersembahkan DiriNya Sendiri sebagai kurban demi pengampunan dosa-dosa kita. Sebab itu, lembu bersayap mengingatkan kita akan karakter imamat Tuhan kita dan kurban-Nya demi penebusan kita.
Yang terakhir, St Yohanes dilambangkan dengan rajawali terbang. Injil Yohanes dimulai dengan prolog yang “tinggi” dan “melambung” guna menembus masuk hingga kekedalaman yang paling dalam dari misteri-misteri Tuhan, hubungan antara Bapa dan Putra, dan inkarnasi: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh 1:1-3) dan “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14).
Injil St Yohanes, tidak seperti Injil-Injil lainnya, membawa pembaca masuk ke dalam ajaran-ajaran paling mendalam dari Tuhan kita, seperti percakapan panjang antara Yesus dengan Nikodemus, juga dengan perempuan Samaria; ajaran-ajaran indah mengenai Roti Hidup dan Gembala Yang Baik. Yesus juga menyebut DiriNya sebagai “jalan, kebenaran dan hidup,” dan siapa pun yang sungguh percaya kepada-Nya akan dibangkitkan ke kehidupan kekal bersama-Nya.
Walau masing-masing dari simbol-simbol di atas berfokus pada tema-tema khusus dari masing-masing Injil, hanya dengan memeluk ke empat Injil seluruhnya sajalah kita dapat berjumpa sepenuhnya dengan Tuhan kita.
(YESAYA.COM)
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

St. Teresa dari Kalkuta



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
September 2016 - September 2017.
Mengenang Setahun Kanonisasi Bunda Teresa dari Kalkuta.
Adalah Joe McGowan Jr, seorang reporter untuk Associated Press, Amerika, yang kini berusia 85 tahun dan telah pensiun, yang pertama kali memperkenalkan Bunda Teresa kepada dunia.
McGowan bekerja selama 42 tahun untuk Associated Press, terutama meliput tentang perang, revolusi, dan bencana alam. Di tahun 1966, ia menjadi kepala cabang AP yang meliputi daerah dari India, Pakistan, Afghanistan, Nepal, Ceylon, dan Pulau Maldives.
Ketika berusaha mencari berita, saat itu ia bertanya kepada rekan reporter di Kalkuta, apakah ada hal yang menarik atau yang luput dari perhatian orang selama ini.
Dia mendapat jawaban :
"Yah, ada seorang biarawati kecil lucu yang suka berkeliling mengumpulkan orang-orang yang sekarat." Saat itu, ia mengingat, “aku tahu aku telah mendapat bahan berita yang bagus.”
Ia lalu naik ojek ke rumah tempat penampungan orang-orang sekarat ini dan menghabiskan dua hari di sana bersama Bunda Teresa.
=====
Ia menceritakan :
“Bunda Teresa memakai pakaian sari lokal, seperti layaknya perempuan miskin biasa di sana. Tidak ada kemewahan sedikit pun padanya. Ia biasa berkeliling Kalkuta dengan gerobak ber roda dua yang didorong dua laki-laki yang dibayar. Mereka berkeliling dan “mengambil” orang-orang yang sekarat untuk dibawa pulang ke tempat mereka.
Saat itu, Kalkuta sendiri penuh dengan orang miskin, sakit dan terlantar, dan tidak cukup banyak tempat di rumah sakit untuk bisa menampung semuanya. Jadi, jika ada yang sudah sangat parah dan kemungkinan besar tidak akan tertolong, mereka memulangkan orang itu supaya ada tempat tidur untuk orang yang lain lagi. Jika tidak ada anggota keluarga yang datang untuk mengambil, orang-orang ini diletakkan begitu saja di tepi-tepi jalan, untuk meninggal di sana.
Adapun Bunda Teresa bersama dengan para biarawari dari Mission of Charity nya, telah berkarya di Kalkuta sejak dari tahun 1952.
Sebuah bangunan, yaitu bekas kapel Hindu, dipakai mereka untuk menampung dan merawat orang-orang yang terlantar ini, dengan memisahkan antara yang laki-laki dan perempuan.
Kondisinya penuh sesak dimana mereka berbaring pada matras kecil kasar, berdempetan berdesakan sampai tidak ada ruang untuk bisa berdiri jika mau ke kamar mandi. Aku sendiri berusaha tidak menambah menghalangi, karena mereka betul-betul sudah berjejalan.
Namun, ia (Bunda Teresa) merawat mereka dengan sungguh-sungguh, dan beberapa di antaranya menjadi berangsur sembuh, dapat berdiri dan bisa keluar. Orang-orang yang sudah “dibuang” untuk mati ini. Aku sungguh-sungguh kagum dengan apa yang ia lakukan, dan aku yakin itu kunyatakan dengan jelas pada tulisanku.”
=====
Terbitan dari Associated Press pada Maret 1966, adalah pertama kalinya berita tentang Bunda Teresa menjangkau dunia.
McGowan mengingat :
“Aku bukan seorang Katolik, tapi aku sungguh mengagumi apa yang dilakukannya di tempat yang kumuh itu. Dia seorang wanita yang hebat. Aku juga tidak bisa mengatakan apa motivasinya, dia hanya mengatakan bahwa ia ingin melakukan pekerjaan Tuhan.
Kalkuta di India pada tahun 1960 an adalah tempat yang keras. Aku pernah melihat beberapa wanita berjalan di jalan, sepenuhnya telanjang, dengan rambut kusut, mereka akan melihat puntung rokok dan mengambilnya untuk mengunyahnya, menciumi baunya dan memakannya.
Aku juga pernah melihat sekelompok pelajar menunggu angkutan, yang tidak datang-datang, dan mereka menjadi tidak sabar dan marah, dan ketika angkutan itu tiba, mereka melampiaskan kemarahan dengan membakar kendaraan itu (yang berarti mengurangi satu angkutan lagi untuk hari –hari seterusnya).
Itulah hal-hal di Kalkuta yang kulihat di masa itu, aku tak tahu bagaimana keadaannya sekarang.
Bunda Teresa, di dalam dunia seperti itu, selalu sangat-sangat tenang, sangat bersahaja, ia melakukan semuanya, tanpa membanggakannya, tanpa membicarakannya, ia menganggap itulah hidupnya.
Orang-orang yang pernah ditolongnya selalu menunjukkan rasa terima kasih yang besar.
Mereka merasa belum pernah mendapat pertolongan seperti itu. Adalah sangat tidak biasa di India, yang populasi penduduknya sangat ekstrim, untuk orang bisa mendapat perhatian seperti yang ia berikan.”
McGowan, setelah dari India, meneruskan karirnya dan kemudian pensiun di Colo, dekat Denver. Pada tahuh 2012, ia menuliskan pengalaman pertemuannya dengan orang-orang pada masa karirnya dalam buku “From Fidel Castro to Mother Teresa”.
“Di satu sisi, ada Fidel Castro. Di sisi lain, ada Bunda Teresa, suster mungil ini yang melakukan apa yang akan bisa kita katakan, -hal-hal ajaib bagi orang-orang yang paling hina di susunan masyarakat”, katanya.
Sang reporter dan Bunda Teresa bertemu kembali ketika Bunda Teresa mengunjungi Denver pada bulan Mei 1989: “Ia memberiku sebuah kartu, yang bertuliskan tangan : ‘Kasihi orang lain seperti Yesus mengasihimu. God Bless You. M. Teresa, M.C.’” McGowan mengatakan, itu adalah salah satu barang miliknya yang paling berharga.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI BUNDA TERESA DARI KALKUTA
September 2016
"Siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?" (Keb 9:13).
Pertanyaan dari Kitab Kebijaksanaan yang baru saja kita dengar dalam Bacaan Pertama ini menunjukkan bahwa hidup kita adalah sebuah misteri dan bahwa kita tidak memiliki kunci untuk memahaminya.
Selalu ada dua tokoh utama dalam sejarah : Allah dan manusia. Tugas kita adalah memahami panggilan Allah dan kemudian melakukan kehendak-Nya. Tetapi untuk melakukan kehendak-Nya, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, "Apa kehendak Allah dalam hidupku?"
Kita menemukan jawabannya dalam bagian yang sama dari Kitab Kebijaksanaan : "Kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu" (Keb 9:18).
Dalam rangka untuk memastikan panggilan Allah, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri dan memahami apa yang berkenan pada Allah.
Pada banyak kesempatan para nabi menyatakan apa yang berkenan pada Allah. Pesan mereka menemukan sebuah perpaduan yang luar biasa dalam kata-kata "Aku menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan" (Hos 6:6; Mat 9:13).
Allah berkenan terhadap setiap tindakan belas kasihan, karena dalam saudara atau saudari yang kita bantu, kita mengenali wajah Allah yang tidak dapat dilihat seorang pun (bdk. Yoh 1:18). Setiap kali kita membungkuk untuk kebutuhan saudara dan saudari kita, kita memberikan Yesus sesuatu untuk dimakan dan diminum; kita memberi pakaian, kita membantu, dan kita mengunjungi Putra Allah (bdk. Mat 25:40).
Dengan demikian kita dipanggil untuk menerjemahkan ke dalam tindakan-tindakan nyata apa yang kita mohonkan dalam doa dan akui dalam iman. Tidak ada alternatif untuk amal : orang-orang yang menempatkan diri mereka pada pelayanan orang lain, bahkan ketika mereka tidak mengetahuinya, adalah orang-orang yang mengasihi Allah (bdk. 1 Yoh 3:16-18; Yak 2:14-18).
Tetapi, kehidupan Kristen, tidak hanya mengulurkan tangan pada saat-saat dibutuhkan. Jika hanya ini, ia dapat merupakan, tentunya, sebuah ungkapan yang indah dari kesetiakawanan manusia yang menawarkan manfaat-manfaat langsung, tetapi ia mandul karena ia kekurangan akar.
Tugas yang Tuhan berikan kepada kita, sebaliknya, adalah panggilan untuk amal yang di dalamnya setiap murid Kristus menempatkan seluruh hidupnya pada pelayanan-Nya, sehingga bertumbuh setiap hari dalam kasih.
Kita mendengar dalam Injil, "banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya" (Luk 14:25).
Hari ini, "banyak orang" itu terlihat dalam sejumlah besar relawan yang telah datang bersama-sama untuk Yubileum Kerahiman. Kalian adalah banyak orang itu yang mengikuti Sang Guru dan yang menjadikan terlihat kasih-Nya yang nyata bagi setiap orang. Saya ulangi untuk kalian kata-kata Rasul Paulus :
"Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan" (Fil 1:7).
Berapa banyak hati telah dihibur oleh para relawan! Berapa banyak tangan telah mereka pegang; berapa banyak air mata telah mereka hapus; berapa banyak kasih telah dicurahkan di dalam pelayanan yang tersembunyi, rendah hati dan tanpa pamrih!
Pelayanan yang terpuji ini memberikan suara kepada iman dan mengungkapkan belas kasih Bapa, yang semakin dekat dengan orang-orang yang membutuhkan.
Mengikuti Yesus adalah sebuah tugas yang sungguh-sungguh, dan, pada saat yang sama, tugas yang dipenuhi dengan sukacita; ia membawa tantangan dan keberanian tertentu untuk mengenali Sang Guru ilahi dalam yang termiskin dari orang-orang miskin dan memberikan dirinya dalam melayani mereka.
Untuk melakukannya, para relawan, yang demi kasih Yesus melayani orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan, tidak mengharapkan terima kasih atau imbalan apapun; malahan mereka meninggalkan semua ini karena mereka telah menemukan kasih sejati.
Sama seperti Tuhan telah datang untuk menemui saya dan telah membungkuk ke tingkatan saya pada saat saya perlu, demikian juga saya pergi untuk menemui-Nya, membungkuk rendah di hadapan mereka yang telah kehilangan iman atau yang hidup seolah-olah Allah tidak ada, di hadapan orang-orang muda tanpa nilai-nilai atau gagasan-gagasan, di hadapan keluarga-keluarga dalam krisis, di hadapan orang-orang sakit dan orang-orang yang terpenjara, di hadapan para pengungsi dan para imigran, di hadapan orang-orang lemah dan tak berdaya dalam tubuh dan jiwa, di hadapan anak-anak yang ditinggalkan, di hadapan para lansia yang sendirian.
Di mana pun seseorang sedang menggapai, meminta uluran tangan untuk bangkit, inilah tempat kehadiran kita - dan kehadiran Gereja yang menopang dan menawarkan harapan - harus.
Bunda Teresa, dalam semua aspek hidupnya, adalah penyalur kerahiman ilahi yang murah hati, menjadikan dirinya tersedia untuk semua orang melalui penyambutan dan pembelaannya bagi hidup manusia, bayi-bayi dalam kandungan dan orang-orang yang ditinggalkan dan dicampakkan.
Ia berkomitmen untuk membela kehidupan, dengan tak henti-hentinya menyatakan bahwa "bayi-bayi dalam kandungan adalah orang-orang yang paling lemah, orang-orang yang paling kecil, orang-orang yang paling rentan". Ia membungkuk di hadapan orang-orang yang terkapar, yang dibiarkan mati di tepi jalan, melihat di dalam diri mereka martabat mereka yang diberikan Allah; ia membuat suaranya terdengar di hadapan para penguasa dunia ini, sehingga mereka bisa mengenali kesalahan mereka karena kejahatan kemiskinan yang mereka ciptakan.
Bagi Bunda Teresa, belas kasihan adalah "garam" yang memberi rasa untuk karyanya, belas kasihan adalah "terang" yang bersinar dalam kegelapan banyak orang yang tidak lagi memiliki air mata untuk ditumpahkan karena kemiskinan dan penderitaan mereka.
Perutusannya hingga pinggiran kota dan keberadaan tetap bagi kita hari ini sebuah kesaksian yang fasih bagi kedekatan Allah terhadap yang termiskin dari orang-orang miskin.
Hari ini, saya menyampaikan sosok perempuan dan pelaku hidup bakti yang melambangkan ini kepada seluruh dunia para relawan: Semoga ia menjadi soko guru kekudusan! Semoga sang pekerja kerahiman yang tak kenal lelah ini membantu kita untuk semakin memahami bahwa kriteria satu-satunya untuk tindakan kita adalah kasih yang cuma-cuma, bebas dari setiap ideologi dan segala kewajiban, yang ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa membedakan bahasa, budaya, ras atau agama.
Bunda Teresa suka mengatakan:
"Mungkin aku tidak berbicara bahasa mereka, tetapi aku bisa tersenyum".
Marilah kita membawa senyumannya dalam hati kita dan memberikannya kepada orang-orang yang kita temui sepanjang perjalanan kita, terutama orang-orang yang menderita.
Dengan cara ini, kita akan membuka peluang sukacita dan harapan bagi banyak saudara dan saudari kita yang putus asa dan yang berdiri membutuhkan pengertian dan kelembutan.
*****
TEKS RESMI PENGUMUMAN BEATA TERESA SEBAGAI SANTA:
Untuk menghormati Tritunggal Mahakudus, peninggian iman Katolik dan peningkatan kehidupan Kristen,
Oleh otoritas Tuhan kita Yesus Kristus, dan otoritas Rasul Kudus Petrus dan Paulus, dan otoritas kami sendiri,
Setelah pertimbangan dan acap kali berdoa untuk bantuan ilahi, dan setelah mengusahakan nasehat dari banyak Uskup saudara kita, kami menyatakan dan menetapkan:
Beata Teresa dari Kalkuta menjadi SANTA dan kami mendaftarkan dirinya di antara Para Kudus, menetapkan bahwa dengan demikian ia harus dihormati oleh seluruh Gereja.
Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.
B.
H E R S T O R Y .
Bunda Teresa dari Kalkuta:
“If you judge people, you have no time to love them - Jika Anda menghakimi seseorang maka Anda tak akan mempunyai waktu untuk mencintai mereka.”
Inilah salah satu kalimat dan sebuah foto Ibu Teresa yang di-caption oleh Ridwan Kamil (Kang Emil), dan mendapat likes sekitar 67 ribu (Inside the Divine Pattern: Spiritual Wisdom Moher Teresa).
Lebih lanjut, Walikota Bandung yang akrab disapa Kang Emil mengatakan, “Penuhi hidupmu dengan cinta bukan dengan nyinyir.”
1.
Ibu Teresa: Santa Terbaru
Adalah peristiwa sukacita bahwa di Tahun Kerahiman, Bapa Fransiskus meng-kanonisasi Ibu Teresa pada 4 September 2016. Ia adalah seorang pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979 dan sahabat Paus Yohanes Paulus II serta Lady Diana sekaligus seorang beriman yang sangat kita kenal dari pelayanan sosialnya, lewat karya yang murah hati, ucapan yang memberkati dan doanya yang sepenuh hati.
Tahun tahun ini adalah kesempatan berharga bagi kita untuk sekali lagi mengenangkan belas kasih Allah lewat teladan Ibu Teresa sebagai contoh “pembawa belas kasih”-Nya.
Walaupun, hampir semua orang suci dari pelbagai agama dan budaya dapat kita sebut juga sebagai “pembawa belas kasih”, tetapi bisa jadi adalah kehendak Allah bahwa Ibu Teresa-lah yang dikukuhkan sebagai orang kudus persis di tahun yang disebut dalam Gereja Katolik sedunia sebagai “Tahum Kerahiman”.
Pesan yang dibawa khusus oleh Ibu Teresa kepada gereja dan dunia adalah menaruh perhatian dan cinta yang istimewa kepada orang lain, terlebih kaum miskin papa.
Orang-orang miskin di dunia, orang- orang yang tidak diinginkan, yang tidak dicintai, yang ditolak, yang terlupakan; lewat kelembutan dan belas kasihan yang ditunjukkan oleh Ibu Teresa dan mereka yang terinspirasi olehnya, boleh percaya akan betapa berharganya mereka di mata Tuhan.
Kelemah-lembutan dan belas kasihan ini adalah “core values:, semacam dua nilai dasar yang Ibu Teresa amini sebagai “tugas panggilan” Tuhan kepadanya, untuk diperkenalkan dan dialami oleh mereka “yang termiskin di antara orang miskin.”
Dengan tujuan inilah, ia mendorong kita untuk: “pergilah kepada orang-orang miskin dengan kelembutan dan tunjukkanlah belas kasihan.” Ini, menurutnya, adalah bagaikan “membawakan” kasih Tuhan sendiri, yang sungguh mencintai setiap diri kita dengan belas kasih yang mendalam.
Sejatinya, hal ini juga selaras dengan undangan para tokoh agama untuk meng-horisontal-kan Kerajaan Allah atau menciptakan surga di bumi: menemukan dan melakukan aneka ria perbuatan belas kasih, baik karya belas kasih jasmani maupun rohani.
2.
Kelaparan Multi Dimensi
Sejelas kata dan karya nyatanya, kepekaan Ibu Teresa terhadap orang-orang yang lapar adalah bukti dari kedekatannya dengan orang-orang tersebut: “Saya melihat anak-anak, dan mata mereka menyorotkan kelaparan. Saya tidak tahu apakah anda pernah melihat kelaparan, tapi saya sudah sering sekali melihatnya.”
Ya, Ibu Teresa bisa merasakan secara mendalam penderitaan orang yang kelaparan secara fisik dikarenakan juga pengalamannya sendiri di masa kecil, kala ibunya mendorong ia dan saudara-saudaranya untuk menolong orang-orang yang ada di jalanan.
Reaksi langsungnya setelah melihat orang-orang itu adalah “kita harus melakukan sesuatu untuk menolong”, yang pada masa itu, (untuk membawakan makanan kepada orang yang kelaparan), adalah sangat sulit.
“Kelaparan” adalah sesuatu yang jauh dari pengalaman kita atau yang bisa kita temui di sekeliling. Mungkin “pertemuan” kita dengan kelaparan hanyalah dari mendengar berita-berita dari tempat yang jauh, yang tertimpa bencana, yang seakan tidak nyata di tempat kita sendiri berada.
Namun, bila kita mau membuka mata kita, seperti yang Ibu Teresa menantang untuk kita lakukan, kita akan menjumpai orang-orang yang kekurangan akan kebutuhan dasar, yang “kelaparan”.
Ibu Teresa tidak membuat program besar untuk mengentaskan kelaparan di seluruh dunia (walau ini diperlukan), tetapi ia “memberi makan kepada yang lapar” seorang demi seorang, satu per satu setiap kali. Walau hanya dengan demikian saja, ia telah membuat suatu perubahan besar, pertama terhadap hidup dari tiap-tiap orang tersebut, dan terutama terhadap dunia.
Ada juga jenis kelaparan lain yang Ibu Teresa katakan, terutama saat ia membuka rumah karya yang baru. Ia sering mengatakan bahwa manusia seringkali bukan “lapar akan makanan” namun “lapar akan vitamin c, yakni cinta”.
Walau jenis kelaparan ini tidak tergolong ke dalam bentuk kemiskinan, ia menyadari bahwa jenis kelaparan ini malah lebih sulit untuk dipulihkan.
Inilah juga yang menjadi tugas pelayanan yang ia tekankan kepada kita dan terlebih para suster-susternya: “Kamu dimaksudkan untuk menjadi kasih yang hidup, yang memberi kasih kepada orang-orang ini.Ketika saya mengangkat seseorang lapar dari jalanan, dan saya berikan dia sepotong roti, saya telah menghilangkan rasa laparnya.
Tetapi kenyataan bahwa orang tersebut dikucilkan, terbuang, tak diinginkan, tak dicintai, ketakutan, terlempar keluar dari masyarakat, penderitaan ini sangat menyakitkan dan saya merasakan itu sangat sulit dihilangkan.”
Ibu Teresa juga menemukan kelaparan jenis lain, baik di negara-negara yang makmur maupun miskin, di antara orang-orang dari segala lapisan dan latar belakang kepercayaan, bahwa “orang-orang lapar akan Tuhan”.
Inilah rasa “lapar spiritual” yang ia alami juga secara mendalam dan ditemui di mana-mana, yang membuatnya ingin menunjukkan dan menjadi “misericordiae vultus” – “wajah kerahiman Allah”, yang menghadirkan kasih Allah, kebaikan Allah dimana pun ia berada, agar orang-orang yang bertemu dengannya dapat bertemu dengan Tuhan yang ia coba pancarkan dengan penuh belas kasihan.
3.
Ibu Teresa dalam Kata Katanya:
“Berikan Hati untuk Mencintai dan Ulurkan Tangan untuk Melayani.”
Darimanakah cinta dimulai ? Cinta dimulai dari keluarga kita sendiri, dari rumah kita sendiri.
Bagaimanakah cinta dimulai ? Cinta dimulai dengan berdoa bersama. Keluarga yang berdoa bersama, tetap bersama. Dan ketika bersama-sama, kalian akan mencintai satu sama lain,
seperti Tuhan mencintai tiap-tiap dari kalian.
Saat ini, di dunia ini terdapat begitu banyak penderitaan, yang disebabkan karena kurangnya doa dan persatuan di dalam keluarga.
Hari ini, ketika kita sedang bersama-sama,
Marilah kita bertekad dengan tegas,
bahwa kita akan membawa doa ke dalam hidup berkeluarga, bahwa kita akan mengajari anak-anak kita untuk berdoa, dan kita akan berdoa bersama mereka, dan lihatlah bagaimana sukacita dan cinta dan damai akan datang ke dalam hati kita, karena
buah dari doa adalah iman,
dan buah dari iman adalah kasih,
dan buah dari kasih adalah pelayanan,
dan buah dari pelayanan adalah damai. Tindakan cinta kasih adalah tindakan perdamaian.
Lebih dari lainnya, orang-orang ingin melihat kasih dalam tindakan-tindakan sederhana kita:
Betapa pentingnya untuk kita mengasihi Tuhan, untuk memberi-Nya makan dalam diri orang yang lapar dan kesepian. Betapa mata dan hati kita harus murni, yang melihat-Nya dalam diri orang-orang miskin. Betapa tangan kita harus bersih, untuk menyentuh-Nya dengan lembut dalam diri orang- orang papa. Betapa kata-kata kita harus memproklamasikan Kabar Baik dari-Nya kepada semua orang-orang.
Pernah seorang wanita datang dengan anak dalam gendongannya dan berkata,”Ibu, aku telah mendatangi satu, dua, tiga tempat, memohon makanan, karena kami sudah tiga hari belum makan, tetapi mereka mengatakan bahwa aku masih muda dan aku harus bekerja untuk bisa makan. Tidak ada seorangpun yang mau memberiku apapun.”
Saya pergi mengambilkan makanan, dan ketika saya kembali mendapatkannya, bayi dalam pelukannya telah meninggal karena kelaparan. Saya berharap bukanlah biara-biara kami yang telah menolaknya.
Kita semua berbicara tentang kelaparan di dunia. Apa yang telah saya lihat di Ethiopia, apa yang telah saya lihat di tempat-tempat lain, orang dalam jumlah ribuan menghadapi kematian hanya karena kekurangan sepotong roti, meninggal karena kekurangan segelas air minum.
Orang-orang meninggal dalam genggaman tangan kita. Dan kita masih terus lupa, mengapa terjadi pada mereka dan bukan pada kita ?
Marilah kita mencintai lebih lagi, marilah kita berbagi lebih lagi, marilah kita berdoa lebih lagi agar penderitaan berat ini terangkat dari dunia. Derita kelaparan adalah sangat buruk dan inilah “momentum kerahiman”, di mana engkau dan saya harus dan terus memberi sampai terasa menyakitkan. Saya mau anda memberi sampai terasa menyakitkan. Memberi seperti ini adalah bagai mencintai Tuhan dalam perbuatan.
Suatu waktu saya mengambil seorang anak dari jalanan di Kalkuta, dari matanya saya tahu dia lapar. Saya beri dia sepotong roti dan dia memakannya sedikit demi sedikit.
Saya katakan padanya, “makanlah rotinya, kamu kan lapar, mengapa memakannya sedikit-sedikit ?” Ia menjawab, “aku kuatir jika aku makan dengan cepat, aku akan segera menjadi kelaparan lagi.”
Saya katakan kepadanya, “makanlah lebih cepat dan akan kuberikan lagi.” Bahkan anak sekecil itu pun telah tahu rasanya penderitaan kelaparan : “aku takut”.
Kau lihat, kita ini tidak tahu. Kita tidak tahu apa rasanya lapar. Saya telah melihat seorang anak yang menjadi meninggal karena kekurangan segelas saja susu.
Saya telah melihat kepedihan luar biasa para ibu yang anak mereka meninggal dalam pelukannya karena kelaparan. Jangan lupa, saya bukan disini untuk meminta uang. Yang saya minta, pengorbanan anda. Saya ingin anda mengorbankan sedikit dari apa yang anda sukai, apa yang anda inginkan untuk diri anda sendiri.
Suatu hari, seorang wanita yang sangat miskin datang ke rumah karya kami, katanya, “Ibu, saya ingin menolong tapi saya sendiri sangat miskin. Saya akan datang dari rumah ke rumah untuk membantu orang-orang dan mencuci pakaian mereka.
Saya perlu memberi makan anak-anak saya, tapi saya juga ingin dapat melakukan sesuatu. Biarkan saya datang kemari setengah jam setiap hari Sabtu untuk mencucikan pakaian kalian.” Bagi saya, wanita ini memberi jauh lebih banyak daripada uang karena ia telah memberikan hatinya.
Akhirnya, baiklah kita kenang kata kata Yohanes Paulus II, ketika beatifikasi Ibu Teresa di Vatikan: “Jangan pernah kita lupa akan teladan mengagumkan yang diwariskan oleh Ibu Teresa, dan marilah kita mengingatnya bukan hanya dalam kata-kata belaka! Melainkan, dengan senantiasa memiliki keberanian untuk memberikan prioritas pada kemanusiaan. Mari, jadilah cahaya bagi-KU.”
C.
Sebuah Sketsa Historiografi “Agnes Gonxha Bojaxhiu”
1.
PROLOG
Masih ingatkah kita, siapa pemenang hadiah Nobel Perdamaian dan sahabat Paus Yohanes Paulus II serta Lady Diana? Tahukah kita, bahwa dia juga dihormati sekaligus dicintai oleh banyak orang, dari pelbagai agama, bangsa dan budaya?
Sebuah kisah nyata tentangnya: Ketika diundang ke University of Notre Dame, Indiana yang dikelola oleh para imam dan bruder Kongregasi Salib Suci, seorang teolog elegan bertanya kepadanya: “Mengapa dalam karya karitatif, anda selalu memberikan ikan kepada orang yang memerlukan, dan bukan pancing yang diberikan sehingga lebih mendidik orang itu?” Dia menjawab, bahwa orang-orang yang ditolongnya adalah orang-orang, yang memegang pancing saja sudah tidak bisa! Sebuah jawaban dari seseorang yang memiliki karunia hikmat. Siapakah dia? Yah, Bunda Teresa dari Calcuta, a living saint!!!
2.
SKETSA PROFIL
“Menurut darah, saya seorang Albania.
Menurut kewarganegaraan, saya seorang India.
Menurut iman, saya seorang biarawati Katolik.
Menurut panggilan, saya milik dunia.
Sementara hati saya, sepenuhnya saya milik Hati Yesus.” (Bunda Teresa dari Kalkuta)
Agnes Gonxha Bojaxhiu (Gonxha berarti "kuncup mawar" atau "bunga kecil") terlahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Üsküb, Kekaisaran Ottoman (sekarang Skopje, ibukota Republik Makedonia). Dia adalah anak bungsu dari sebuah keluarga keturunan Albania, yang terlahir dari pasangan Nikollë dan Drana Bojaxhiu.
Ayahnya, meninggal pada tahun 1919, ketika ia masih berusia delapan tahun. Keluarganya sendiri adalah keluarga Katolik yang taat, mereka berdoa setiap hari dan sering pergi ke gereja untuk mengikuti misa harian.
Adalah sikap kemurahan hati, teladan kesalahen dan perhatian keluarganya kepada orang miskin, yang memberikan pengaruh positif bagi kehidupan Teresa di kemudian hari.
Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda, “Sodality”. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha tertarik untuk masuk biara. Pada usia 18 tahun, di bulan November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, di Irlandia.
Setelah menyelesaikan masa novisiat, ia mengganti namanya dengan Teresa yang diambilnya dari salah satu tokoh di Ordo Karmel, St. Teresa dari Lisieux. Ia berharap dapat meneladani kesederhanaan hidupnya, yang disebutnya “Jalan Kecil”.
Pada bulan Desember 1928, Sr. Teresa diutus ke India, dan tiba di Kalkuta pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah mengucapkan kaul pertamanya pada bulan Mei 1931, Sr. Teresa ditugaskan untuk mengajar geografi dan katekese di sekolah putri St Maria, Kalkuta.
Pada tanggal 24 Mei 1937, Sr. Teresa mengucapkan kaul kekalnya. Sejak saat itu, ia dipanggil Ibu Teresa, dan pada tahun 1944 dia diangkat sebagai kepala sekolah. Akan tetapi karena kesehatannya memburuk (ia menderita TBC), maka ia tidak bisa lagi mengajar.
Pada tanggal 10 September 1946, dalam perjalanan kereta api dari Kalkuta ke Darjeeling untuk menjalani retret tahunannya, Teresa menerima “inspirasi”: “panggilan dalam panggilan”.
Saat itu, 10 September 1946 disebutnya sebagai “Hari Penuh Inspirasi”. Pada hari itu, dengan suatu cara yang tidak pernah dapat dijelaskannya, dahaga Yesus akan cinta dan akan jiwa-jiwa memenuhi hatinya: “Mari, jadilah cahaya bagiKu.”
Sejak itulah, Teresa dipenuhi hasrat “untuk memuaskan dahaga Yesus akan cinta dan akan jiwa-jiwa” dengan “berkarya demi keselamatan dan kekudusan orang-orang termiskin dari yang miskin”.
Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya, Suster Teresa mengenakan kain Sari putih dengan pinggiran biru dan pin salib sederhana di bahu kirinya.
21 Desember 1948, untuk pertama kalinya juga, Teresa keluar-masuk perkampungan kumuh India. Ia mengunjungi banyak keluarga, membasuh borok dan luka beberapa anak, merawat seorang bapak tua yang tergeletak sakit di pinggir jalan dan merawat seorang wanita sekarat yang hampir mati karena kelaparan dan TBC.
Setiap hari, Teresa memulai hari barunya dengan persatuan dengan Yesus dalam Ekaristi, lalu kemudian pergi dengan rosario di tangan, untuk mencari dan melayani Dia dalam “mereka yang terbuang, yang teracuhkan, yang tak dikasihi”. Setelah beberapa bulan, ia ditemani oleh para pengikutnya yang pertama.
Pada 7 Oktober 1950, pada perayaan Rosario Suci Bunda Maria, Congregation of the Missionaries of Charity yang dirintisnya memperoleh pengakuan Gereja Katolik melalui persetujuan Paus Pius XII.
Lima belas tahun kemudian, Bapa Suci mengangkat Misionaris Cinta Kasih menjadi Kongregasi Kepausan.
Misi mereka, seperti yang dikatakannya saat menerima Nobel perdamaian, adalah "untuk merawat yang lapar, yang telanjang, yang tuna wisma, yang pincang, yang buta, yang menderita lepra, semua orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan oleh masyarakat, orang yang dianggap menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang."
Dalam perkembangannya, Bunda Teresa membentuk Kongregasi Para Biarawan Misionaris Cinta Kasih pada tahun 1963, dan pada tahun 1976 membentuk Para Suster Kontemplatif, pada tahun 1979 Para Biarawan Kontemplatif, dan pada tahun 1984 Para Imam Misionaris Cinta Kasih.
Ia juga membentuk Kerabat Kerja Ibu Teresa dan Kerabat Kerja Sick and Suffering, yaitu orang-orang dari berbagai kalangan agama dan kebangsaan dengan siapa ia berbagi semangat doa, kesederhanaan, kurban silih dan karya sebagai pelayan cinta kasih. Semangat ini kemudian mengilhami terbentuknya Misionaris Cinta Kasih Awam.
Atas permintaan banyak imam, pada tahun 1981, Bunda Teresa juga memulai Gerakan Corpus Christi bagi para imam sebagai “jalan kecil kekudusan” bagi mereka yang rindu untuk berbagi karisma dan semangat iman dengannya.
Bunda Teresa akhirnya berpulang ke “Kalkuta Abadi” pada 5 September 1997, jam 21.30, di usia 87 tahun. Jenazahnya dipindahkan dari Rumah Induk ke Gereja St.Thomas, gereja dekat Biara Loreto di mana ia menjejakkan kaki pertama kalinya di India hampir 69 tahun yang lalu.
Bunda Teresa mendapat kehormatan dimakamkan secara kenegaraan oleh Pemerintah India pada tanggal 13 September 1997. Jenazahnya diarak dalam kereta yang sama, yang dulu pernah digunakan untuk mengusung jenazah Mohandas K. Gandhi dan Jawaharlal Nehru, melewati jalan-jalan di Kalkuta sebelum akhirnya dimakamkan di Rumah Induk Misionaris Cinta Kasih.
Ia mewariskan teladan iman, harapan dan cinta kasih yang luar biasa. Jawaban atas panggilan Yesus, “Mari, jadilah cahaya bagiKu,” menjadikannya seorang Misionaris Cinta Kasih, seorang “ibu bagi kaum miskin”.
Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan mengatakan bahwa Bunda Teresa adalah "seorang pribadi langka dan unik yang tinggal lama untuk tujuan yang lebih tinggi. Pengabdian seumur hidupnya untuk merawat orang miskin, orang sakit, dan kurang beruntung merupakan salah satu contoh pelayanan tertinggi untuk umat manusia." Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de Cuellar mengatakan: "Ia adalah pemersatu Bangsa. Ia adalah ikon perdamaian dunia".
Setelah kematiannya, ia diberi gelar Beata Teresa dari Kalkuta oleh Paus Yohanes Paulus II pada hari Minggu, 19 Oktober 2003: “Jangan pernah kita lupa akan teladan mengagumkan yang diwariskan oleh Bunda Teresa, dan marilah kita mengingatnya bukan hanya dalam kata-kata belaka! Melainkan, dengan senantiasa memiliki keberanian untuk memberikan prioritas pada kemanusiaan.” (Paus Yohanes Paulus II).
3.
REFLEKSI TEOLOGIS
“The fruit of silence is prayer,
The fruit of prayer is faith,
The fruit of faith is love,
The fruit of love is service,
The fruit of service is peace”
(Bunda Teresa dari Kalkuta)
1. Mariana
MAu Rendahhati Ikut Allah dengan sederhaNA”
Mariana adalah nama seorang sahabat saya di sebuah paroki di Utara Jakarta. Mariana sendiri bisa berarti, “MAu Rendahhati Ikut Allah dengan sederhaNA”. Bunda Teresa pun melakukannya. Ia jelas seorang hamba, yang menjadi “Mariana: “MAu Rendahhati Ikut Allah dengan sederhaNA”.
Secara faktual, banyak penghargaan bergengsi yang diterimanya, antara lain:
1962: Ia menerima “Pandma Shri Prize” untuk "extraordinary services" (Pelayanan yang luar biasa)
1971: Paus Paulus VI menganugerahinya hadiah pertama “Pope John 23rd Peace Prize”.
1972: Pemerintah India menganugerahi “Jawaharlal Nehru Award for International Understanding”.
1979: Ia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian.
1985: President Ronald Reagan menganugerahi “The Medal of Freedom”, yang merupakan penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat.
1996: Ia menjadi orang keempat yang menerima penghargaan sebagai warga kehormatan Amerika Serikat.
Beberapa penghargaan lainnya juga diberikan pada Bunda Teresa, seperti: Magsaysay (Philipina), Warga Kehormatan India dan Albania, Doktor Kehormatan bidang Teologi Kedokteran Manusia. Ia juga pernah diberikan kehormatan berpidato di hadapan Majelis Umum PBB. Di samping itu, berbagai media dengan penuh minat mengikuti perkembangan kegiatannya. Ia menerima baik penghargaan maupun perhatian dunia “demi kemuliaan Tuhan atas nama orang-orang miskin.”
Nah, ketika disinggung tentang koleksi penghargaan yang pernah diterimanya, Bunda Teresa “merendah” katanya, “Saya tidak pantas menerima penghargaan. Saya hanyalah instrumentum cum Deo - “pensil” kecil di tangan Tuhan. Namun saya memandang baik menerima penghargaan ini, karena penghargaan ini merupakan pengakuan atas eksistensi mereka yang termiskin di antara kaum miskin.”
2. Jurus “Tiga C”
Conscience, Competence, Compassion.
“Dalam hidup ini, kita tidak dapat melakukan hal yang besar, kita hanya dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.
In this life, we cannot do great things. We can only do small things with great love.”
(Bunda Teresa dari Kalkuta)
Dulu:
Kongregasi Misionaris Cinta Kasih yang didirikan Bunda Teresa, dimulai dengan 13 orang anggota di Kalkuta, India.
Kini:
Kongregasi Misionaris Cinta Kasih telah beranggotakan lebih dari 4000 suster. Mereka menjalankan aneka panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia. Mereka merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.
Secara sederhana, Bunda Teresa sebenarnya mengajak kita memiliki jurus “3C”, sebuah core values, yang juga digali-kembangkan dalam pendidikan karakter di pelbagai kolese milik para imam Yesuit,yakni:
- Conscience:
Ia mengajak setiap pengikutnya untuk menyadari panggilan dan pelayanannya untuk orang miskin. Setiap melihat mereka yang “dibuang” oleh dunia, ia mengajak untuk secara sadar melihat dan mendengar Yesus sendiri yang datang. Bukankah Yesus sendiri bersabda: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
- Competence:
Ia mengharapkan adanya kompetensi, kecakapan pastoral di tengah tantangan jaman yang semakin kompleks, karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang sangat berharga dan bernilai, apapun keadaannya, maka harus dilayani sebaik mungkin dengan pelbagai kecakapan.
- Compassion:
Inilah yang terpenting. Diandaikan adanya semangat belarasa dan belaskasihan yang tulus pada setiap orang yang dilayani. Sepenggal kisah nyata: Dengan bantuan pejabat India, Bunda Teresa bersama para pengikutnya mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat - Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin.
Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Sakramen Perminyakan. "Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat, mereka dicintai dan diinginkan."
Bermodalkan jurus “3C” ini, kelompok Bunda Teresa semakin berkembang. Pada tahun 1960-an, mereka telah membuka penampungan, panti asuhan dan rumah lepra di seluruh India. Mereka kemudian memperluas ordo di seluruh dunia. Rumah pertama di luar India dibuka di Venezuela pada tahun 1965 dengan lima suster.
Selanjutnya di Roma, Tanzania, dan Austria pada tahun 1968, dan selama tahun 1970, ordo ini membuka rumah dan yayasan di puluhan negara, baik di Asia, Afrika, Eropa maupun Amerika Serikat.
Sekarang, Misionaris Cinta Kasih berjumlah kurang lebih 450 bruder dan 4000-an biarawati, dan lebih dari 100.000 sukarelawan di seluruh dunia. Mereka menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di 120 negara. Ini termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, kusta dan TBC, dapur umum, program konseling anak-anak dan keluarga, pembantu pribadi, panti asuhan, dan sekolah.
3.Back to Basic: Keluarga!
Figur Bunda Teresa menginspirasi dan mengaspirasi banyak orang untuk semakin rela berbuat baik. Salah satu buah nyatanya, adalah munculnya kelompok awam Katolik yang berjiwa sosial, misalnya: KKIT (Kerabat Kerja Ibu Teresa).
Baiklah dalam refleksi teologis yang ketiga ini, kita angkat dua point pokok dalam Pedoman Kerabat Kerja Ibu Teresa, al:
• Bawalah doa ke dalam keluargamu. Cinta kasih dimulai di rumah. Kamu harus memulainya di sana dengan melayani keluarga sendiri dan para tetangga terdekatmu.
• Semua Kerabat Kerja bekerja bersama dengan para Suster, Pastor, Bruder dan Misionaris Cinta Kasih yang paling dekat dengan rumahmu.
Dari dua point pokok di atas, saya menjadi teringat pesan Bunda Teresa ketika ia menerima hadiah Nobel Perdamaian di Oslo Norwegia (11 Desember 1979), “Tidak cukup mengatakan, aku mencintai Tuhan, tetapi aku tidak mencintai tetanggaku. Karena dengan wafat Yesus di kayu salib, Ia telah menjadikan diri-Nya sebagai orang yang lapar, yang telanjang, yang papa ...” Lantas di penghujung sambutannya, ia mengingatkan bahwa mewartakan sukacita itu nyata karena Kristus ada dimana-mana, “Kristus ada di hati kita, Kristus ada pada semua orang miskin papa yang kita jumpai, ada pada seulas senyum yang kita berikan, dan kita peroleh dari mereka.”
Disinilah, Bunda Teresa jelas mengajak kita beriman dengan sehat: melakukan kasih dimulai dari yang ada di dekat kita, dengan pelbagai hal yang sederhana. Menurut saya, Bunda Teresa mengajak kita mengasihi dengan metode sederhana “3M”: Mulai dari diri sendiri; Mulai dari hal-hal kecil; Mulai dari sekarang. Indahnya, semua kasih itu baiklah jika dimulai dari keluarga kita sendiri. Jadi secara sederhana tapi kaya makna, ia mengajak kita kembali ke basis, ke akar dan dasar kita masing-masing: mencintai pasangan, orangtua, anak dan segenap anggota keluarga kita sendiri.
4. Kalkuta
KALikan KUatnya cinTA.
Kalkuta adalah nama tempat berkarya Bunda Teresa di tengah orang miskin di India. Bagi saya, Kalkuta juga memiliki arti yang begitu indah: “KALikan KUatnya cinTA.” Ketika ia ditanya mengenai perHATIannya yang begitu besar kepada orang-orang yang sekarat, ia mengatakan, “Aku hanya ingin membagikan secuil cinta pada hidup saudaraku yang singkat ini, sehingga dia pernah mengalami dan merasakan cinta dan dicintai!”. Ia jelas dan lugas mengkalikan kuatnya cinta. Yah, cintanya kepada Tuhan sungguh dia bagikan dan lipatgandakan dalam cintanya kepada sesama. Cintanya sungguh meresapi seluruh hidup dan karyanya sebagaimana terungkap dalam visi hidupnya yang tertuang pada judul bukunya “My life for the poor”. Ia melipatgandakan cinta dan perhatiannya pada mereka yang paling miskin di antara yang termiskin.
Hal ini bukannya tanpa alasan! Baginya, dalam diri orang-orang yang “KLMTD” (dalam bahasa saya: kecil-labil-mungil-tengil-dekil; dalam bahasa Gereja: kecil-lemah-miskin-tersingkir-difable), ia melihat kehadiran Yesus. Keyakinan iman inilah yang membuat pelayanannya begitu tulus dan total, sebagaimana yang terungkap pada prinsip hidup dan karyanya, “Berikanlah, sampai kamu tidak sanggup lagi!!!”
5. Bunda = Ibu = Mama
Minyak Air Merpati Api
Teresa dari Kalkuta kerap disapa sebagai Ibu Teresa atau Bunda Teresa. “Ibu” atau “Bunda” kadang memiliki nama lain dengan arti yang sama, yakni: “mama”. Bagi saya, seorang Mama Teresa mempunyai 4 semangat dasar yang dibagikannya, yakni:
-Minyak: menguatkan yang lemah.
Ketika ia menerima hadiah Nobel Perdamaian, ia tetap memakai pakaian sari. Ia juga meyakinkan komite Nobel untuk membatalkan acara santap malam untuk menghormatinya, dan menggunakan dananya untuk memberikan makan 400 anak yang lemah secara finansial dan material di India selama 1 tahun.
-Air: menyegarkan yang dahaga.
Ia menyegarkan dahaga para ‘korban’, dengan banyak meninggalkan “buah-buah cinta”:
Ada Congregation of the Missionaries of Charity atau Kongregasi Misionaris Cinta Kasih, Nirmal Hriday atau Rumah Hati Murni: rumah bagi mereka yang sekarat, Shishu Bhavan: rumah untuk anak-anak cacat dan yatim piatu, Brothers of Charity atau Kongregasi Bruder-bruder Misionaris Cinta Kasih, Shanti Nagar atau Kota Ketentraman: rumah bagi para penderita penyakit kusta, Prem Daan atau Anugerah Cinta: rumah untuk para penderita TBC dan masih banyak lagi “buah-buah cinta” Bunda Teresa yang tersebar-pencar di berbagai negara.
Itulah juga sebabnya, mengapa setiap Teresa mendirikan komunitas Misionaris Cinta Kasih, setiap dipasang salib Yesus di dinding, pastilah terpasang kalimat wasiat Yesus yang keenam di atas salib, “Aku haus” (Yohanes 19:28). Ia ingin menyegarkan dahaganya Yesus dengan cara melayani sesama yang haus, dengan penuh cinta dan perhatian kasih.
-Merpati: melembutkan yang kasar.
Pada tahun 1982 saat puncak pengepungan Beirut, Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di garis depan sebuah rumah sakit dengan menengahi sebuah gencatan senjata antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina.
Ditemani oleh para pekerja Palang Merah, ia juga melakukan perjalanan melalui zona perang ke rumah sakit yang hancur untuk mengevakuasi para pasien muda. Ketika Eropa Timur mengalami peningkatan keterbukaan di akhir 1980-an, ia berani memperluas misinya untuk negara-negara komunis yang sebelumnya berkeras hati menolak kehadiran Misionaris Cinta Kasih: "Tidak peduli orang-orang mengatakan apa, Anda harus menerimanya dengan tersenyum dan melakukan pekerjaan anda sendiri."
-Api: menghangatkan yang dingin.
Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya.
Bahkan, ia juga mengunjungi Republik Sosialis Soviet Armenia setelah gempa bumi Spitak 1988 dan bertemu dengan Nikolai Ryzhkov, Ketua Dewan Menteri yang dianggap dingin dalam berpikir dan bertindak. Ia juga bepergian untuk membantu dan melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia, tentunya dengan penuh kehangatan.
Di lain matra, ia kerap merasa kecewa dan sedih bila orang menyamakannya dengan pekerja sosial.
Sebab baginya, apa yang dilakukannya adalah buah dari iman, dari doa dan kontemplasi di tengah dunia nyata. Dari dalam keheningan doa lahirlah iman yang hidup, yang akhirnya membuahkan cinta kasih. Kasih berbeda dengan kasihan. Karena kasih yang sejati itu membuatnya turut menderita “real love hurts”.
4.
EPILOG
Jika kita ingin sungguh bisa mencintai,
Kita harus belajar bagaimana mengampuni
(Bunda Teresa dari Kalkuta)
Ratusan biarawati dan pastor mengikuti misa memperingati seratus tahun kelahiran Bunda Teresa. Anak-anak dan wisatawan di Kalkuta juga menghadiri misa yang diadakan pada hari Kamis, 26 Agustus 2010, di markas besar Ordo Misionaris Cinta Kasih yang didirikannya. Kardinal Telesphore Placidus Toppo dari Ranchi memimpin misa itu.
Sebuah pesan dari Paus Benediktus XVI yang dibacakan pada misa itu mengungkapkan rasa syukur dengan menyebut Bunda Teresa sebagai “anugerah tak ternilai” yang karyanya diteruskan oleh para pengikutnya. Usai misa, para biarawati penerus Bunda Teresa melepaskan burung-burung merpati yang melambangkan perdamaian.
Yah, “tokoh raksasa bertubuh kerdil” yang selalu tampil sederhana ini memang sungguh mempesona. Ketika melayani, ia begitu lembut dan tulus, namun ketika berhadapan dengan nilai-nilai prinsip, ia begitu tegas dan lugas. Dengan keras ia menentang praktek aborsi.
Seluruh kisah hidup beserta karya pelayanan Bunda Teresa terangkum dalam berbagai “gelar” yang diberikan dunia kepadanya: “Teladan Orang Modern, Mutiara dari India, Ibu Kaum Terpapa dan Termiskin, Mother of Humanity, Angel of Mercy” dan sebagainya. Jejak nyata kehadirannya di India telah mengubah wajah Kalkuta dari “A City of Ghost - Kota Hantu” menjadi “A City of Joy – Kota Sukacita”.
Yah, baginya sebuah spiritualitas bisa diwariskan dan dibagikan bagi dunia modern dan bagi keluarga kita masing-masing sekarang, “Donato Ergo Sum: Aku berbagi maka aku ada!”
5.
ASPIRASI
Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
Hidup adalah pertandingan, jalani itu.
Hidup adalah mahal, jaga itu.
Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
Hidup adalah kasih, nikmati itu.
Hidup adalah janji, genapi itu.
Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
Hidup adalah perjuangan, terima itu.
Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
Hidup adalah petualangan, lewati itu.
Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.
Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.
Saudaraku Yang Paling Hina.
SaudaraKu yang paling hina (yang termiskin di antara kaum miskin) ialah mereka :
• yang lapar dan kesepian - tidak hanya lapar akan makanan, tetapi juga akan Sabda Allah.
• yang haus dan disingkirkan - tidak hanya untuk segelas air tetapi juga untuk pengetahuan, perdamaian dan kebenaran serta keadilan dan cinta.
• yang telanjang dan tak dicintai - tidak hanya untuk pakaian, melainkan juga untuk harga diri.
• yang tak dikehendaki, bayi-bayi yang digugurkan, korban diskriminasi, tuna wisma bukan hanya membutuhkan sebuah rumah dari bata, tetapi juga sebuah hati yang penuh pengertian, melindungi dan mencintai.
• orang miskin yang sakit, sekarat dan para tahanan, juga yang sakit jiwanya, tak bersemangat hidup.
• semua yang telah kehilangan harapan dan iman.
• pecandu obat bius dan minuman keras.
• dan mereka semua yang telah kehilangan Tuhannya (bagi mereka Tuhan adalah masa lampau, padahal Tuhan selalu ada) dan mereka yang telah kehilangan harapan akan kekuatan Roh.
-1:40