Ads 468x60px

Kamis, 28 Maret 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 28 Maret 2019
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
Yeremia (7:23-28)
(Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Ul:
Lukas (11:14-23)
“Via unitiva -Jalan Persatuan.”
Tidak mungkin kita bersikap netral dalam konflik rohani karena kuasa Kerajaan Allah dan kuasa Beelzebul adalah dua hal yang berlawanan, yang tak pernah dapat bertemu dan berdamai.
Kuasa yang menyelamatkan dan mendamaikan tak dapat berjalan seiring dengan kuasa yang menggelapkan dan membinasakan.
Jelasnya, iman bukanlah politik karena dalam dunia politik banyak kompromi, tak ada ikatan persekutuan yang langgeng, setiap saat koalisi dapat dibuat/dibubarkan/diingkari.
Sebaliknya dlm ranah iman, kuasa Allah jelas tak dapat berkompromi dengan setan:
"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan" (Luk 11:23, Luk 9:50).
Sikap Yesus jelas!
Tidak ada posisi netral antara Allah dan Iblis, antara kebenaran dan kejahatan, antara kekudusan dan dosa. Dkl: Kita diajak menjadi orang beriman “sejati”, tidak ada kepalsuan di dalamnya.
Mengacu pada bacaan hari ini, karena musuh-musuh Yesus tidak mau mengakui bahwa Dia datang dari Allah, maka mereka terus sibuk ber-prasangka buruk dan mengaitkan kuasa-Nya dengan Beelzebul.
Ini merupakan terjemahan dari istilah Ibrani Baalzebul, "dewa lalat/dewa tempat tinggal," nama dari salah satu dewa orang Filistin, yang diambil alih oleh Yudaisme menjadi nama Iblis.
Iblis sendiri memang selalu menentang kedatangan Kerajaan Kristus (Luk 11:24-26; Mat 13:18-30; Why 12:12).
Disinilah, Yesus menyatakan keunggulan-Nya atas Iblis dan kemampuan-Nya untuk membebaskan orang dari Iblis karena kuasaNya sungguh datang dari kesatuannya dengan Allah.
Ia mempertunjukkan kuasa ilahi dalam hal mengusir setan-setan, mengalahkan Iblis dan merampas miliknya (Luk 11:20-22) karena memang Yesuslah perwujudan kasih Allah yang esa dan kuasa.
“Cari kaktus di Laut Mati - Ikutilah Kristus sepenuh hati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
Setan membujuk kita (dengan berpikir) bahwa kesombonganlah yang membuat kita ingin memiliki keinginan yang mulia dan mau meniru para kudus dan ingin menjadi martir. Setan juga menyebabkan kita berpikir, bahwa karena kita adalah orang berdosa, maka perbuatan-perbuatan para kudus boleh dikagumi akan tetapi bukan untuk ditiru. (Sta. Theresia dari Avila, Otobiografi, XIII, 4)
Antifon Pembuka
Tuhan bersabda, Akulah keselamatan umat-Ku. Dalam penderitaan mereka berseru kepada-Ku, dan Aku mendengarkan mereka. Dan Aku menjadi Tuhan mereka selama-lamanya.
I am the salvation of the people, says the Lord. Should they cry to me in any distress, I will hear them, and I will be their Lord for ever.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahamulia, hari raya Paskah semakin mendekat. Kami mohon dengan rendah hati, semoga kami semakin giat mempersiapkan diri untuk perayaan yang menyelamatkan itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (7:23-28)
"Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan."
Beginilah firman Tuhan, “Inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya. Sejak nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus menerus. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian; malahan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat daripada nenek moyang mereka. Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima pengajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah musnah dari mulut mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=es, 4/4, PS No. 854
Ref. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati.
atau Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Ul:
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Yl 2:12-13)
Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:14-23)
"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku."
Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap Kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Lebih dari 200 orang luka parah dan 60 orang kehilangann nyawanya ketika Hotel LaSalle di kota Chicago, Amerika Serikat, terbakar pada dini hari tanggal 5 Juni 1947 lalu. Sepuluh orang di antaranya meninggal, karena melompat dari jendela kamar mereka di lantai atas.
Sebelum api mengamuk, seorang usahawan Chicago menelepon istrinya dari salah satu kamar hotel itu. Dia memberitahunya bahwa ia sedang bermain kartu dengan beberapa temannya. Istrinya menyuruhnya pulang. Namun usahawan itu keberatan. Ia tidak peduli atas permintaan istrinya itu. Usahawan itu mengatakan bahwa ia akan menyelesaikan satu putaran lagi baru kemudian pulang ke rumah. Tetapi beberapa menit sebelum permainan kartunya selesai, api berkobar. Usahawan itu mati dalam nyala api yang mengerikan itu.
Para regu penolong menyeret tubuhnya yang hangus dari reruntuhan hotel itu keesokan harinya. Semua itu menimpanya, karena dia tidak mau berhenti berjudi sampai satu putaran lagi.
Hidup manusia itu tidak diketahui kapan berakhir. Caranya berakhirnya hidup itu pun tidak pernah diketahui. Seolah-olah dalam hidup ini orang meraba-raba tentang hari esoknya. Orang tidak bisa memastikan apakah semenit kemudian dia masih hidup atau sudah meninggal.
Kisah di atas menunjukkan bahwa orang tidak peduli akan hidupnya. Orang hanya mencintai dirinya sendiri dengan mengikuti kesenangan pribadinya. Orang tidak peduli bahwa ada sesamanya yang membutuhkan kehadirannya. Kesenangan pribadi itu ternyata berakibat fatal terhadap hidupnya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus hidup di bawah naungan Tuhan. Orang yang hidup di bawah naungan Tuhan itu senantiasa mendengarkan suara Tuhan. Tuhan berbicara lewat orang-orang yang ada di sekitar kita. Tuhan berbicara lewat tanda-tanda yang ada di sekitar kita. Karena itu, kita dituntut untuk peka terhadap suara Tuhan itu. Kita dituntut untuk peka terhadp tanda-tanda zaman di sekitar kita.
Setiap hari kita menerima banyak hal baik dari Tuhan dan sesama. Hal-hal itu merupakan tanda-tanda jaman di mana kita masih diberi perlindungan oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.
Karena itu, mari kita syukuri penyertaan Tuhan itu dan senantiasa mendengarkan suara-Nya dalam hidup kita. Tuhan memberkati.
Antifon Komuni (Mzm 119(118):4-5)
Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!
Doa Malam
Allah Bapa pengasih dan penyayang, kami telah mendengar Sabda-Mu dan telah ikut serta dalam perjamuan-Mu. Kami mohon, semoga kami menjadi umat-Mu yang pantas, dan selalu menjadi tanda bahwa Engkau selalu hadir di dunia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Rabu, 27 Maret 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 27 Maret 2019
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
Ulangan (4:1.5-9)
(Mzm 147:12-13.15-16.19-20; Ul: 12a)
Matius (5:17-19)
"Salus animarum suprema lex - Keselamatan jiwa jiwa adalah hukum yang terutama".
Itulah salah satu ide dasar dalam "KHK/Kitab Hukum Kanonik/Codex Iuris Canonici" bahwasannya hidup harian kita juga penuh dengan ruwet renteng hukum bukan? Ada hukum karma-hukum pidana-perdata-adat-agama-pajak-internasional dll.
Dalam mata iman, Allah juga telah memberikan hukumNya berupa Taurat Musa yang mengandung pelbagai hukum untuk mengatur kehidupan.
Secara real, hukum kita kerap alami pendangkalan makna, "banality of evil" ketika perangkat hukum disalahgunakan dan dijadikan instrumen kekuasaan/alat penindasan, padahal secara ideal seperti yang saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius), hukum bisa berarti "Hadir Untuk Kesejahteraan Umat Manusia".
Adapun 3 jalan iman supaya kita bisa hadir untuk kesejahteraan umat manusia, al:
1."Donate - Berbagilah":
Hukum cintakasih. Ia ajak kita berbagi kasih, "lex caritas" karena bukankah Allah adalah kasih dan hukum terutamanya adalah kasih? Kasih Yesus yang tulus hadir untuk menggenapi hukum Taurat yang kerap legalistis sehingga terlalu detail dan mudah disalahgunakan orang orang yang penuh akal bulus.
2."Servite - Layanilah":
Hukum pelayanan. Bukankah Ia datang untuk melayani dan bukan dilayani? Dkl: Hukum jelasnya bukan tujuan u/kekuasaan (will to power) tapi alat u/pelayanan (will to truth), yakni mencapai hidup yang berkualitas dengan melayani Tuhan yang tampak hadir lewat sesama, sehingga hidup bersama yang "chaos"/kacau bs bertransformasi menjadi "kosmos"/teratur.
3."Dimitte - Ampunilah":
Hukum pengampunan. Bukankah kita pernah lalai-ceroboh-gegabah serta berbuat salah pada Tuhan dan sesama? Bukankah rasa damai tercipta ketika kita mau saling berbenah-berbesar hati dan berinstrospeksi dengan asas keadilan? Inilah salah satu tujuan dasar hukum, yakni menciptakan keadaan yang harmonis yakni "bonum commune - kesejahteraan bersama, baik dg diri sendiri, dg sesama, alam dan dg Tuhan sendiri, sehingga tercipta "pacem in terris et pacem in cordis - damai di bumi dan damai di hati".
"Sekolah Yakum ada di kota Yogya - Cintailah hukum maka hidup kita jadi bercahaya."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Ubi concordia, ibi victoria - Di mana ada keselarasan, di sana ada kemenangan.”
Yesus hari ini menampilkan dirinya sebagai penyelaras pelbagai hukum: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
Demikian pula, Yesus tidak pernah menyingkirkan atau meniadakan kita tetapi justru menyempurnakan hidup kita bukan?
Adapun tiga sikap dasar yang bisa kita petik dari Yesus, al:
A.Caritas:
Cinta kasih adalah dasar dari semua kata dan warta Yesus. Ya, cinta vertikal kepada Allah juga horizontal kepada sesama seharusnya menjadi dasar dari segala aturan dan hukum yg sebenarnya berarti baik, yakni “Hadir Untuk Kesejahteraan Umat Manusia.”
Bukankah jika tanpa didasari cinta yang tulus akan Tuhan dan sesama, hukum sangat bisa disalahgunakan dan dijadikan ajang kemunafikan serta instrument pembenaran diri? Bukankah kalau tidak didasari cinta kasih, wajar jika ada saudara/i yang dianggap melakukan kesalahan, kita lebih mudah menyingkiri dan menyingkirkannya? Bahkan ketika jelas bahwa sebenarnya orang tersebut tidak salah, kita masih terus mencari-cari kesalahannya sehingga ia semakin tersingkir bukan?
B.Unitas:
Semangat persatuan adalah pendorong dari semua pelaksanaan hukum, tentunya dengan tetap menghargai keanekaragaman karakter dan parameter setiap pribadi (“unitas in diversitas-bhineka tunggal ika-bersatu dalam perbedaan”).
Hal ini berangkat dari sebuah kesadaran iman bahwa Yesus sendiri bersatu dengan BapaNya dan pergulatan hidup semua orang di sekitarnya. Ia mengerti “bahasa”: suka duka masyarakatnya dan selalu menginginkan persatuan dan bukan perpecahan maka Ia tidak begitu saja menghapuskan hukum Taurat dan peran para nabi tapi menggenapi dan menyelaraskannya dengan kehadiranNya yang benar-benar mempersatukan.
Ia sekaligus mengajak kita mengingat bahwa kita semua adalah saudara (se-udara), satu dalam bumi yang sama dan satu dalam Tuhan yang sama.
Bukankah dengan semangat persatuan, maka salah satu tujuan hukum yang adalah menciptakan kosmos/keteraturan dan bukan chaos/kekacauan semakin lebih mudah tercapai?
C.Libertas:
Kebebasan sebagai anak-anak Allah adalah buah dan tujuan dari pelbagai pelaksanaan hukum taurat, karena hukum jelasnya ada untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.
Disinilah, Yesus sungguh menjadi Tuhan yang humanis (terbukakan pada aspek pastoralis/penggembalaan yang manusiawi) bukan sekedar legalis (terbutakan melulu pada aspek yuridis/hukum belaka).
Bukankah benar pepatah latin yang berkata, “salus animarum suprema lex – hukum yang tertinggi adalah keselamatan jiwa, jadi yang penting adalah manusianya bukan sekedar hukumnya. Manusia menjadi subyek hukum yang jelas-jelas memerdekakan.
Oleh karena itu, marilah kita meneruskan penggenapan ajaran Yesus melalui semua perbuatan baik yang benar-benar memerdekakan dengan “HIK-Hidangan Istimewa Kristiani” setiap harinya yakni: Harapan, Iman dan Kasih.
“Kalkuta kota sukacita - Kalikanlah kuatnya rasa cinta.”
2.
"Lex aeterna - Hukum abadi."
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat/kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya."
Secara sosiologis, orang Yahudi mempunyai banyak hukum yang secara padat terungkap dalam 10 Perintah Allah yang pada awalnya tertulis di dua loh batu yang dibawa Musa ketika turun dari Gunung Sinai (Jabal Musa جبل موسَى).
Pada kenyataannya banyak orang yang menjadi terbutakan oleh hukum padahal pada dasarnya, 10 Perintah Allah itu membukakan dua bagian besar: 4 perintah (Kel 20:3-11) ttg hubungan manusia dengan Allah dan 6 perintah (Kel 20:12-17) tentang hubungan manusia dengan sesamanya.
Dengan kata lain: Tuhan tidak ingin kita menjadi orang yang bijak, yang mempunyai hukum abadi, yang tidak legalis tapi benar-benar loyalis, yang sepakat dengan St. Paulus bahwa: "Barangsiapa mengasihi sesamanya, ia sudah memenuhi hukum Taurat."
Jelasnya, pelbagai hukum dan larangan, seperti: “jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini milik sesama” mengajak kita untuk selalu hidup dengan nada dasar c, cinta kasih, karena sebenarnya kasih adalah kegenapan hukum Taurat" (Rm 13:8-10) dan itulah yg dibuat Yesus.
Jadi, kegenapan pelbagai hukum Taurat adalah hukum kasih, yang oleh Yesus disebut sebagai hukum pertama dan utama (Mat 22:37-40), yakni "kasih berpola salib, kasihi Tuhan (dimensi vertikal) sekaligus juga sesama (dimensi horisontal).
"Bayar pajak di Taman Sari - Jadilah orang yang bijak setiap hari."
3.
“Ecce Sacerdos Magnus - Pandanglah Imam Agung.”
Secara sederhana, ada empat pokok wejangan Yesus sebagai Imam Agung dalam Kotbah di Bukit, antara lain:
A. Semangat yang harus menjiwai anggota Kerajaan Allah. (Mat 5:3-48).
B. Semangat untuk "menggenapi" hukum/adat-istiadat leluhur. (Mat 6:1-18).
C. Sikap terhadap harta benda (Mat 6:19-34).
D. Perihal hubungan dengan sesama (Mat 7:1-12).
Yang pasti, Yesus sang Imam Agung ini datang ke dunia bukan untuk membatalkan Hukum Taurat tapi untuk menggenapinya menurut hakekat yang terdalam, yaitu untuk mengasihi Allah dan sesama.
Ia menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah firman Allah yang kekal. Maka, siapapun yang melalaikan/melanggar satu perintah saja dari firman Tuhan itu, ia telah melanggar seluruh firman Tuhan.
Lebih lanjut, Yesus sang Imam Agung menegur para imam, ahli Taurat dan orang Farisi sebagai orang yang tidak sejati hidupnya.
Nah, bagaimana mungkin orang yang kesehariannya bergaul dengan firman dan hukum Tuhan ternyata di mata Yesus tidaklah sejati dan bukanlah pewaris Kerajaan Surga?
Bisa jadi, ketaatan orang Farisi hanya bersifat lahiriah karena tidak didasarkan atas kasih kepada Allah dan sesama tapi demi cinta diri dan kesombongan rohani.
Dengan kata lain:
Yesus ingin agar kita memberlakukan firman dan hukum Tuhan dengan sungguh mulai dari dalam hati bukan hanya sekadar ucapan/tingkah laku lahiriah karena sejatinya, hukum Taurat dan firmanNya diberikan Tuhan supaya kita hidup lebih bermutu.
Indahnya: hidup, ajaran dan karya penebusan Kristus adalah penggenapan hukum Taurat. Hanya Kristus-lah yang dapat membebaskan kita untuk hidup benar di hadapan hukum Allah dan dalam hubungan yang benar dengan sesama karena Ia menghayati hukum Tuhan sepenuhnya dari hati yang tulus dan kudus.
"Cari kardus di Lebak Bulus - Jadilah kudus dan tulus."
4.
“Lex aterna - Hukum sejati!””
Inilah yang mendasari pesan Yesus: "Aku datang bukan untuk meniadakan hukum taurat, melainkan untuk menggenapinya."
Maksudnya ialah agar tuntutan hukum Allah yang "Hadir Untuk Kselamatan Umat Manusia" itu dapat dilaksanakan dalam kehidupan (Rom 3:31; 8:4).
Adapun hubungan kita dg hukum Allah meliputi beberapa hal, al:
A. Hukum itu terdiri atas prinsip etis+moral di PL (Mat 7:12; 22:36-40; Rom 3:31; Gal 5:14) dan ajaran Yesus serta para rasul (Mat 28:20; 1Kor 7:19; 9:21; Gal 6:2).
B. Hukum Taurat hendaknya dilihat sbg panduan moral bagi kita yang sudah selamat dan yang dengan menaatinya menunjukkan kehidupan Kristus ada di dlm diri kita (Rom 6:15-22).
C. Iman kpd Kristus merupakan titik tolak untuk menggenapi hukum Taurat. Melalui iman kepada Kristus, Allah menjadi Bapa kita (bd. Yoh 1:12). Oleh karena itu, ketaatan kita bukan sekedar ketaatan kepada Allah sebagai Pemberi hukum tp lebih selaku anak kpd Bapanya (Gal 4:6).
D. Melalui iman kepada Kristus, maka kita oleh kasih karunia Allah (Rom 5:21) dan Roh Kudus yang mendiami diri kt (Rom 8:13; Gal 3:5,14), diberikan dorongan dan kuasa untuk menaati hukum Allah (Rom 16:25-26; Ibr 10:16) dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus (Rom 8:4-14), yg mematikan perbuatan daging dan menggenapi kehendak Allah (Rom 8:13; Mat 7:21). Demikianlah, ketaatan lahiriah kepada hukum Allah harus disertai perubahan yg nyata (Mat 5:21-28).
E. Kita mengikuti prinsip "iman" dg hidup "di bawah hukum Kristus" (1Kor 9:21). Dengan demikian, kita menggenapi hukum Kristus (Gal 6:2) dan dengan sendirinya setia kpd tuntutan hukum Taurat (Rom 7:4, 8:4; Gal 3:19, Gal 5:16-25).
F. Melakukan kehendak Bapa adl syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga (Mat 7:21).
"Dari Cikarang ke Pasar Koja - Jadilah orang yang bersahaja."
5.
"Whoever relaxes one of the commandments"
A.
Gospel Reading: Matthew 5:17-19
"Think not that I have come to abolish the law and the prophets; I have come not to abolish them but to fulfill them. For truly, I say to you, till heaven and earth pass away, not an iota, not a dot, will pass from the law until all is accomplished. Whoever then relaxes one of the least of these commandments and teaches men so, shall be called least in the kingdom of heaven; but he who does them and teaches them shall be called great in the kingdom of heaven.
B.
Old Testament Reading: Deuteronomy 4:1,5-9
"And now, O Israel, give heed to the statutes and the ordinances which I teach you, and do them; that you may live, and go in and take possession of the land which the LORD, the God of your fathers, gives you. Behold, I have taught you statutes and ordinances, as the LORD my God commanded me, that you should do them in the land which you are entering to take possession of it. Keep them and do them; for that will be your wisdom and your understanding in the sight of the peoples, who, when they hear all these statutes, will say, `Surely this great nation is a wise and understanding people.' For what great nation is there that has a god so near to it as the LORD our God is to us, whenever we call upon him? And what great nation is there, that has statutes and ordinances so righteous as all this law which I set before you this day? "Only take heed, and keep your soul diligently, lest you forget the things which your eyes have seen, and lest they depart from your heart all the days of your life; make them known to your children and your children's children."
C.
Meditation
Do you view God's law negatively or positively? Jesus' attitude towards the law of God can be summed up in the great prayer of Psalm 119: "Oh, how I love your law! It is my meditation all the day." For the people of Israel the "law" could refer to the ten commandments or to the five Books of Moses, called the Pentateuch, which explain the commandments and ordinances of God for his people. The "law" also referred to the whole teaching or way of life which God gave to his people. The Jews in Jesus' time also used it as a description of the oral or scribal law. Needless to say, the scribes added many more things to the law than God intended. That is why Jesus often condemned the scribal law. It placed burdens on people which God had not intended. Jesus, however, made it very clear that the essence of God's law - his commandments and way of life, must be fulfilled.
Jesus taught reverence for God's law - reverence for God himself, for the Lord's Day, reverence or respect for parents, respect for life, for property, for another person's good name, respect for oneself and for one's neighbor lest wrong or hurtful desires master us. Reverence and respect for God's commandments teach us the way of love - love of God and love of neighbor.
The transforming work of the Holy Spirit
What is impossible to men and women is possible to God and those who put their faith and trust in God. Through the gift of the Holy Spirit the Lord transforms us and makes us like himself. We are a new creation in Christ (2 Corinthians 5:17) because "God's love has been poured into our hearts through the Holy Spirit which has been given to us" (Romans 5:5). God gives us the grace to love as he loves, to forgive as he forgives, to think as he thinks, and to act as he acts.
The Lord loves justice and goodness and he hates every form of wickedness and sin. He wants to set us free from our unruly desires and sinful habits, so that we can choose to live each day in the peace, joy, and righteousness of his Holy Spirit (Romans 14: 17). To renounce sin is to turn away from what is harmful and destructive for our minds and hearts, and our very lives. As his followers we must love and respect his commandments and hate every form of sin. Do you love and revere the commands of the Lord?
"Lord Jesus, grant this day, to direct and sanctify, to rule and govern our hearts and bodies, so that all our thoughts, words and deeds may be according to your Father's law and thus may we be saved and protected through your mighty help."
D.
Psalm 147:12-13,15-16,19-20
Praise the LORD, O Jerusalem! Praise your God,
O Zion!
For he strengthens the bars of your gates; he
blesses your sons within you.
He sends forth his command to the earth; his
word runs swiftly.
He gives snow like wool; he scatters hoarfrost
like ashes.
He declares his word to Jacob, his statutes and
ordinances to Israel.
He has not dealt thus with any other nation;
they do not know his ordinances. Praise the
LORD!
E.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"As Christians, our task is to make daily progress toward God. Our pilgrimage on earth is a school in which God is the only teacher, and it demands good students, not ones who play truant. In this school we learn something every day. We learn something from the commandments, something from examples, and something from Sacraments. These things are remedies for our wounds and materials for our studies." (Augustine of Hippo, 345-430 A.D., excerpt from Sermon 16A,1)
6.
Kutipan Teks Misa:
Kalau timbul karat pada cermin, orang tidak dapat melihat gambaran wajah di dalamnya; begitulah kalau ada dosa pada manusia, ia tidak dapat melihat Allah. (St. Teophilus dari Antiokhia)
Antifon Pembuka (Mzm 119(118):133)
Teguhkanlah langkahku seturut janji-Mu, dan janganlah suatu kejahatan pun menguasai aku
Let my steps be guided by your promise; may evil never rule me.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, dalam masa Prapaskah ini kami Kaubimbing dan Kauajar dengan Sabda-Mu. Semoga dengan berpantang, kami berbakti kepada-Mu dengan sepenuh hati dan dalam doa bersatu sebagai umat-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (4:1.5-9)
"Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia."
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, "Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum, yang kubentangkan padamu pada hari ini? Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidup. Beritahukanlah semuanya itu kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucumu serta cicitmu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah!
atau. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem!
Ayat. (Mzm 147:12-13.15-16.19-20; Ul: 12a)
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)
"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi."
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Yesus Kristus tidak datang untuk menghilangkan hukum taurat dan kitab para nabi. Musa telah menulis hukum taurat, hukum itu menjadi arah dasar dan roh pemersatu bangsa Israel agar selalu hidup sesuai kehendak Allah. Tanpa hukum itu tak mungkin mereka mencapai tanah terjanji. Demikianpun kitab para nabi ditulis untuk membangun pertobatan dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Namun penggenapan hukum Taurat tidak berarti bahwa seluruh hukum Taurat itu diberlakukan kembali dalam Perjanjian Baru dengan cara yang sama seperti dalam Perjanjian Lama. Sebab maksud hukum Taurat itu adalah untuk diberlakukan sementara sampai kedatangan Kristus yang merupakan penggenapannya. Maka dengan kedatangan Kristus yang memuncak pada wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga Yesus Kristus menggenapi nubuat para nabi dan menyempurnakan Hukum Taurat atas dasar Perjanjian Baru, dengan korban tebusan darah-Nya sendiri. Kristus datang untuk memperbaharui hukum Taurat, dan pembaharuan itu mencakup mempertahankan hukum Taurat dalam hal moralitasnya (hukum moral dalam sepuluh perintah Allah), namun berbagai ketentuan lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan hukum moral itu, tidak diberlakukan lagi dengan cara yang sama dalam Perjanjian Lama.
Antifon Komuni (Mzm 16(15):11)
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.
You will show me the path of life, the fullness of joy in your presence, O Lord.
Doa Malam
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau telah menunjukkan kepada kami, siapa yang telah menjalankan hukum-Mu dengan sempurna, ialah Yesus Kristus, yang penuh cinta kasih. Kami mohon, berilah kami kedamaian dalam mengikuti Dia, yang hidup dan berkuasa, sepanjang masa. Amin.
7.
PAUS FRANSISKUS MENANDATANGANI SERUAN APOSTOLIK "VIVE CRISTO, ESPERANZA NUESTRA"
Pada Hari Raya Kabar Sukacita, 25 Maret 2019, setelah mempersembahkan Misa di Loreto (Italia), Paus Fransiskus menandatangani Seruan Apostolik ‘Vive Cristo, Esperanza Nuestra’ (Kristus yang Hidup, Pengharapan Kita”).
Seruan apostolik tersebut, sebuah dokumen yang ditujukan kepada kaum muda sedunia, adalah buah dari Sinode tentang Kaum Muda, Iman, dan Pemahaman Panggilan pada bulan Oktober 2018.
Direktur Kantor Berita Vatikan, Alessandro Gisotti, mengatakan bahwa dokumen tersebut akan diterbitkan pada tanggal 2 April 2019 bertepatan dengan peringatan wafatnya Santo Yohanes Paulus II.
Santo Yohanes Paulus II adalah Paus yang begitu dicintai dan dekat dengan generasi muda. Beliau adalah Paus pertama yang menyampaikan surat kepada kaum muda pada tahun 1985 dan Paus yang mencanangkan Hari Orang Muda Sedunia.
Dokumen tersebut terdiri dari 3 bagian yang mencerminkan 3 tahapan Sinode. Tiga tahapan ini mengacu pada kisah Kabar Sukacita : mendengarkan, memahami dan memutuskan.
A. Mendengarkan
“Saat pertama, yaitu saat mendengarkan, diejawantahkan oleh kata-kata malaikat : 'Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus”, kata Paus Fransiskus.
Beliau kemudian menjelaskan bahwa kaum muda perlu menemukan saat-saat tenang dan hening untuk mendengarkan panggilan Allah dan agar suara Allah tidak terdengar di tengah-tengah kebisingan dan pergolakan.
Sebaliknya, ketenangan dan keheningan akan membantu kaum muda menemukan bahwa “rencana-Nya untuk kehidupan pribadi dan sosial kita tidak dirasakan tetap berada di permukaan, tetapi turun ke tingkatan yang lebih dalam, di mana kekuatan moral dan rohani bertindak. Di sanalah Maria mengundang kaum muda untuk datang dan selaras dengan tindakan Allah".
B. Memahami
Kemudian tibalah tahap pemahaman, yang “terungkap dalam kata-kata Maria : ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi?’. Maria tidak ragu; pertanyaannya bukanlah menunjukkan kurangnya iman; sebaliknya, ia mengungkapkan keinginannya untuk menemukan 'kejutan-kejutan' Allah. Dalam dirinya ada perhatian untuk memahami segenap tuntutan rencana Allah terhadap hidupnya, mengetahuinya dalam berbagai seginya, menjadikan dirinya bekerjasama dengan semakin bertanggung jawab dan sepenuhnya".
Paus Fransiskus mengatakan ini adalah sikap yang tepat untuk mengikuti panggilan Allah dalam hidup kita, karena sikap ini memungkinkan orang-orang untuk menemukan tidak hanya apa rencana Tuhan bagi hidup mereka, tetapi juga bagaimana rahmat Tuhan akan membantu mereka mengembangkan kepiawaian dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalani panggilan mereka.
C. Memutuskan
“Memutuskan adalah langkah ketiga yang menjadi ciri setiap panggilan Kristiani, dan secara eksplisit dilakukan oleh Maria ketika ia menjawab pemberitahuan malaikat Gabriel : 'Jadilah padaku menurut perkataanmu itu'. 'Ya'-nya terhadap rencana keselamatan Allah, yang dilaksanakan dengan cara menjelma, adalah dengan menyerahkan seluruh hidupnya. 'Ya' Maria adalah 'ya' dengan kepercayaan penuh dan keterbukaan penuh terhadap kehendak Allah", kata Paus Fransiskus.
Beliau menyoroti Perawan Maria sebagai sokoguru murid Kristiani dan menyarankan agar dewasa ini kaum muda berusaha meneladaninya ketika mereka mencari rencana Allah untuk hidup mereka.
Paus Fransiskus menunjukkan bahwa Maria telah menjalani pelbagai hubungan keluarga. Ia adalah seorang anak perempuan, seorang tunangan, seorang mempelai dan seorang ibu, sehingga segenap kaum muda, entah apapun peran mereka dalam kehidupan dan panggilan Allah, dapat menemukan teladan dan ilham di dalam diri Maria.
MADAH HARIAN PAGI
(Rabu, 27 Maret 2019)
Kristus surya keadilan
Kini fajar Kaudatangkan
Enyahkanlah kegelapan
Tampilkanlah kehidupan.
S’moga pertobatan kami
Di masa Prapaskah ini
menurunkan rahmat ampun
Atas dosa yang bertimbun.
Bila tiba hari Paskah
Perkenankan para hamba
Bersorak kegembiraan
Merayakan kebangkitan.
Ya Tritunggal mahasuci
Trimalah pujian kami
Yang kami lambungkan ini
Dengan ikhlas penuh bakti. Amin.
DOA
Ya Tuhan, dalam masa Prapaskah ini kami Kaudidik dan kauajar dengan sabda-Mu. Semoga dengan berpantang kami berbakti kepada-Mu dengan segenap hari dan dalam doa bersatu padu sebagai umat-Mu. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

Selasa, 26 Maret 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 26 Maret 2019
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
Daniel (3:25.34-43)
(Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9; Ul:10)
Matius (18:21-35)
"Dimitte nobis debita nostra sicut et nos dimittimus debitoribus nostris - Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.”
Inilah salah satu semangat pengampunan dalam doa Bapa Kami dan pesan iman hari ini bahwa Tuhan selalu “rahim”. Ia bermurah hati dan berbelas kasih.
Kita juga diajak untuk selalu ber-“misericordia vultus” – berwajah kerahiman: bermurah hati dan berbelas kasih dengan berani mengampuni, karena setiap relasi manusia biasanya terdiri dari komposisi: 70% memaafkan dan 30% mencintai: “Yang murah hati akan memperoleh kemurahan Allah”.
Dalam salah satu buku saya “XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), ada dua jenis pengampunan, al:
a. Pengampunan formal:
Mulut memaafkan tapi hati tetap panas. Pemazmur menegurnya: ”Biarlah doanya menjadi dosa” (Maz 109:7) sebab berdoa dengan mulut memuji Tuhan, tapi dengan hati yang masih sesak oleh amarah dan rasa dendam adalah dosa.
Selain itu, sebenarnya benci/dendam tidak menyakiti orang yang kita benci, tapi setiap hari perasaan itu malahan akan menggerogoti hidup kita sendiri.
b. Pengampunan sementara:
Sekarang memaafkan tapi siap mengungkit-ungkitnya kembali. Dkl: Kesalahan orang itu hanya disimpan di ”gudang” dan siap dikeluarkan kapan saja.
Padahal, jika kita mengharapkan pengampunan Allah secara penuh, maka kita juga harus mau mengampuni sesama secara utuh. Bukankah orang-orang yang tidak pengampun adalah mereka yang dengan sengaja menutup pintu pengampunan bagi dirinya sendiri, karena begitu mudahnya minta pengampunan tapi begitu sulitnya mengampuni? Walaupun sulit dan kadang sangat menyakitkan , siapkah kita selalu belajar untuk mau mengampuni?
Dari perumpamaan yang disampaikan Yesus hari ini, setidaknya ada 3 pertimbangan mengapa kita harus mengampuni.
Pertama, kita semua adalah orang berdosa namun Tuhan selalu berbelas kasih dan mengampuni kita (ay.27).
Kedua, dosa dan kesalahan kita terhadap Tuhan dan sesama sangat tidak sebanding dengan dosa dan kesalahan orang lain pada kita.
Itulah yang digambarkan dengan angka 10.000 talenta. Kalau 1 talenta kurang lebih 6.000 dinar dan 1 dinar itu setara dengan upah kerja sehari, berarti kita harus bekerja selama 200 tahun lebih untuk bisa melunasi hutang tersebut, padahal umur kita kerap tidak sampai seratusan tahun.
Ketiga, kalau kita tidak mau mengampuni, maka kita pun akan kehilangan rahmat pengampunan (ay.35). Dan kalau kita sampai kehilangan rahmat pengampunan, padahal dosa kita banyak, kita akan menjadi orang yang celaka.
Pastinya, satu hal yang mendasar bahwa Allah hanya berkenan mengampuni orang yang pengampun: “Jika kamu tidak mengampuni maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mark 11:25-26).
“Dari Pontianak ke Jatiasih - Jadilah anak yang penuh belas kasih.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Miserere mei Deus - Kasihanilah aku ya Allah!”
Sampai berapa kali kita harus mengasih pengampunan? 7 kali tidaklah cukup tapi harus 70 x 7 kali atau dengan kata lain tak terbatas. “7” sendiri melambangkan karakteristik sempurna dalam bangsa Yahudi.
Kita melihat imam harus memerciki darah/minyak di hadapan Tuhan sebanyak 7 kali (Im 4:6; Im 14:16). Mereka juga memerciki darah sebanyak 7 kali kepada orang yang ditahirkan dari kusta (Im 14:7).
Kita juga melihat bahwa angka 7 dipakai dalam peristiwa tembok Yeriko, “dan 7 orang imam harus membawa 7 sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ke7, 7 kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala.” (Yos 6:4).
Bahkan dikatakan dalam Maz 119:164: “7 kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau”. Kitab Wahyu juga menuliskan tentang gulungan kitab yang dimaterai 7 materai (lih. Why 5:1).
Dengan kata lain: angka 7 menyatakan sesuatu yg penuh dan sempurna, dan Yesus menegaskan bahwa pengampunan yang kita berikan juga haruslah penuh dan sempurna.
Contohnya:
Yusuf yang telah dicelakai dan dijual oleh saudaranya, akhirnya mau memaafkan (Kej 45:5-15; Kej 50:10-21). Musa mengampuni Harun dan Miryam yg memberontak (Bil 12:1-13). Daud juga mengampuni Saul, walaupun Saul berusaha berkali-kali membunuhnya (1Sam 24:10-12; 1Sam 26:9; 1Sam 26:23; 2Sam 1:14-17 ) dan Daud juga memaafkan penghinanya (2Sam 16:9-13; 2Sam 19:23; 1Raj 2:8-9).
Dan akhirnya, contoh paling sempurna adalah seperti yang saya tulis dalam buku "Bulan Bintang Matahari" (RJK. KANISIUS), Yesus mempunyai tujuh mukjizat, tujuh semangat, tujuh nubuat, tujuh maklumat, tujuh tabiat dan indahnya ketika di kayu salib Yesus mengatakan wasiat pertamanya dari tujuh wasiatNya di Golgota: “Ya Bapa, ampunilah mereka.."(Luk 23:34).
Bagaimana dengan kita sendiri?
"Ada karang di Goa Sriningsih - Jadilah orang yang selalu berbelaskasih."
B.
"Way of Love"
Memang bagi kita manusia, ‘mengampuni’ adalah sesuatu yang tidak mudah, dan karenanya kita perlu memohon kekuatan dari Tuhan.
Sebenarnya, Yesus tidak mengajarkan bahwa orang yang bersalah kepada kita itu harus minta maaf terlebih dahulu baru kemudian ‘layak’ kita ampuni.
Berikut ini adalah beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa kita harus mengampuni tanpa syarat, seperti yang diajarkan oleh Tuhan:
1) Dalam doa Bapa Kami, kita setiap kali berdoa, “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami…” (Mat 6: 12). Di sini tidak dikatakan “asalkan mereka minta maaf kepada kami”. Jadi sesungguhnya apapun yang terjadi, Tuhan menghendaki agar kita mengampuni orang yang bersalah pada kita- tanpa ada syarat apa-apa lagi.
2) Pada khotbah-Nya di bukit, Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mt 5:44) Di sini tidak dikatakan apakah musuh itu harus minta maaf atau menyesal dahulu, baru kita ampuni/ kasihi. Makna “kasihilah” di sini adalah sesuatu yang lebih dalam daripada mengampuni, karena mengampuni saja sudah sulit, apalagi mengasihi dan mendoakan mereka.
3) Yesus memberikan sendiri contoh yang sempurna terhadap pengajaran-Nya ini dengan menyerahkan Diri-Nya di kayu salib. Pada saat Ia tergantung di salib, ketika tangan-Nya terentang antara langit dan bumi, Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat ” (Luk 23: 34). Dalam kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus mengampuni mereka yang telah menyalibkan Dia, walaupun pada saat itu mereka tidak bertobat atau minta ampun pada Yesus.
4) Rasul Paulus mengatakan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” (Rom 5:8). Jadi Kristus memilih untuk wafat di salib untuk menebus dosa-dosa kita manusia, meskipun pada waktu itu manusia belum bertobat. Dan kasih Allah yang besar inilah yang sesungguhnya malah mengantar kita kepada pertobatan.
5) Sebenarnya kita mengampuni bukanlah melulu demi orang yang bersalah kepada kita, seolah-olah jika kita mengampuni maka ‘dia yang untung dan kita yang rugi’. Sebaliknya, jika kita mengampuni sesungguhnya itu adalah untuk kebaikan kita sendiri, karena dengan kita mengampuni, kita dibenarkan oleh Tuhan karena kita mengikuti teladan-Nya dan kita menjauhkan dari diri kita segala bentuk sakit penyakit badani dan rohani yang berkaitan dengan kekecewaan, kesesakan, kepahitan dan sakit hati yang terpendam.
Kitab Mazmur mengatakan, “Kasihanilah aku ya, Tuhan, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah…” (Mz 31: 10-11). Tentulah karena Tuhan mengasihi kita, maka Ia ingin agar kita belajar mengampuni, agar kita tidak menyimpan sakit hati yang dapat mendatangkan hal-hal negatif terhadap diri kita sendiri, baik rohani maupun jasmani.
Contoh yang paling indah saya rasa adalah bagaimana Bapa Paus Yohanes Paulus II yang mengampuni Mehmet Ali Agca, yang telah berusaha membunuhnya, dengan menembaknya pada tgl 13 Mei 1981.
Begitu Bapa Paus sembuh, beliau mengunjungi Ali di penjara, dan menyatakan bahwa beliau mengampuni Ali, walaupun setahu saya, tidak didahului oleh permintaan maaf dari Ali. Entah bagaimana jika kita yang ada di posisi Bapa Paus, sanggupkah kita mengampuni orang yang telah berusaha membunuh kita?
Memang, mengampuni bukan sesuatu yang mudah, namun itu adalah pengajaran Tuhan yang tak bisa ditawar. Maka kita semua memang harus berusaha untuk melakukannya, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan. Jika kita dizinkan Tuhan untuk mengalami pengalaman disakiti oleh orang lain, maka kita diberi kesempatan oleh-Nya untuk merasakan sedikit dari penderitaan-Nya di kayu salib.
Dan untuk itu, obat yang paling mujarab adalah: kita kembali mempersembahkan rasa sakit hati/ hati yang hancur kita di hadapan Tuhan (lih. Mzm 51:19), dan mempersatukannya dengan korban Yesus dalam Ekaristi Kudus, agar kita memperoleh buah-buahnya, yaitu dosa kita diampuni, sakit hati kita disembuhkan, dan kita diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mengampuni, dengan kekuatan yang bukan berasal dari diri kita sendiri, tetapi dari Tuhan.
Dengan pertolongan rahmat Tuhan, maka kita akan dapat mengampuni sesama yang bersalah pada kita, walaupun yang bersangkutan tidak minta maaf pada kita.
Hal ini dapat terjadi sekaligus, ataupun merupakan perjuangan yang bertahap, namun kita harus terus mengusahakannya, sebab inilah yang dikehendaki oleh Tuhan bagi kita, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35).
(katolisitas)
C.
ULASAN EKSEGETIS
Injil kembali berbicara mengenai pengampunan. Kali ini, Petrus bertanya sampai berapa kalikah pengampunan bisa diberikan.
Pada dasarnya jawaban Yesus hendak mengatakan, tak usah menghitung-hitung, lakukan terus saja. Kemudian ia menceritakan perumpamaan untuk menjelaskan mengapa sikap pengampun perlu ditumbuhkan (ay. 23-35).
Pembaca setapak demi setapak dituntun agar menyadari mengapa sikap mengampuni dengan ikhlas itu wajar. Tapi juga yang wajar inilah yang akan membuat Kerajaan Surga semakin nyata.
Sampai Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali.
GUS: Matt, apa sih maksud “7 kali” dan “70 kali 7 kali” dalam pembicaraan antara Petrus dan Yesus?
MATT: Itu gaya berungkap orang Yahudi dulu. Ingat Kej 4:24? Menghilangkan nyawa Kain akan mendatangkan balasan “tujuh kali lipat”, tetapi kejahatan terhadap nyawa Lamekh, keturunan Kain, bakal dibalas bahkan sampai tujuh puluh tujuh kali lipat.
GUS: Kain kan bersalah membunuh Habel, adiknya, karena dengki.
MATT: Benar. Tetapi Kain kan ditandai Allah agar nyawanya tidak diganggu-gugat. Yang membunuhnya sebagai balas dendam malah akan kena hukuman balas sampai tujuh kali lipat (Kej 4:15), maksudnya sampai penuh. Lamekh juga membunuh orang yang melukainya (Kej 4:23). Memang untuk membela diri, bukan karena dengki seperti Kain. Dan siapa membalas dendam dengan mengakhiri nyawa Lamekh akan terkena hukuman yang tak terperi besarnya – tujuh puluh tujuh kali lipat – artinya, tanpa batas.
GUS: Jadi orang Perjanjian Lama mulai sadar bahwa kebiasaan balas dendam tidak boleh dilanjut-lanjutkan, dan bila dilakukan malah akan memperburuk keadaan.
MATT: Persis, ya begitulah. Kembali ke pertanyaan Petrus. Kata-katanya menggemakan upaya membatasi sikap balas dendam tadi. Bila seorang saudara menyalahi untuk pertama kalinya, ditolerir saja dah, begitu juga untuk kedua kalinya, dan seterusnya sampai ketujuh kalinya. Tapi sesudah tujuh kali dianggap kelewat batas dan tak perlu diampuni lagi! Amat longgar, walau masih tetap ada batasnya. Tetapi Yesus hendak mengatakan semua itu tak cukup. Orang mesti berani mengampuni sampai “tujuh puluh kali tujuh kali”, artinya, tak berbatas. Malah tak usah memikirkan sampai mana. Sikap pengampun jadi sikap hidup.
GUS: Kalau begitu, pengampunan tak berbatas itu kutub lain dari gagasan yang mendasari ancaman balasan hukuman yang tak berbatas seperti dalam seruan Lamekh tadi.
MATT: Tapi sebenarnya pusat perhatian Injil lebih dalam daripada mengampuni tanpa batas. Kan sudah diandaikan para murid punya sikap itu.
GUS: Lho lalu apa?
MATT: Begini, sikap pengampun memungkinkan Kerajaan Surga menjadi nyata di muka bumi ini. Itu tujuan Mat 18:23-35.
GUS: Dalam Sabda Bahagia antara lain disebutkan, orang yang berbelaskasihan itu orang bahagia, karena mereka sendiri akan memperoleh belas kasihan (Mat 5:7). Katanya begitulah cara hidup di dalam Kerajaan Surga. Bolehkah disebutkan, di muka bumi Kerajaan ini baru terasa betul nyata bila ada sikap belas kasihan satu sama lain?
MATT: Benar. Kerajaan Surga memang sudah datang, tapi baru betul-betul tumbuh dan bisa disebut membahagiakan bila yang mempercayainya juga ikut mengusahakannya. Yesus memahami sikap pengampun bukan sebagai kelonggaran hati atau kebaikan semata-mata, melainkan sebagai upaya ikut memungkinkan agar Kerajaan Surga menjadi kenyataan, bukan angan-angan belaka.
GUS: Doa Bapa Kami (Mat 6:9-13) berawal dengan seruan pujian bagi nama Allah Yang Mahakuasa sebagai Bapa dan diteruskan dengan permohonan agar KerajaanNya datang dan kehendakNya terlaksana dan permintaan agar diberi kekuatan cukup untuk hidup dari hari ke hari.
MATT: Dan baru setelah itu, dalam Mat 6:12, disampaikan permohonan agar kesalahan “kami” diampuni “seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Jelas kan? Ukuran bagi dikabulkan tidaknya permintaan ampun tadi ialah kesediaan mengampuni saudara yang kita rasa menyalahi kita.
GUS: Rasa-rasanya Yesus hendak menggugah kesadaran bahwa pengampunan hanya mungkin bila disertai kesediaan seperti terungkap dalam doa Bapa Kami tadi.
Perumpamaan.
Petikan hari ini juga memuat sebuah perumpamaan (ay. 23-35). Pada bagian pertama (ay. 23-27) digambarkan kebesaran raja yang pengampun terhadap hambanya yang tak dapat membayar hutangnya yang amat besar – 10.000 talenta.
Dalam keadaan biasa hamba itu mesti dijual untuk menebus hutangnya, begitu juga anak dan istrinya serta seluruh harta miliknya. Tetapi ia meminta kelonggaran. Ia mohon agar raja bersabar. Dan sang raja tergerak hatinya dan malah menghapus hutang yang besar itu. Raja itu sanggup merugi karena mau sungguh-sungguh menunjukkan belas kasih terhadap hamba yang kesempitan itu.
Siapakah raja itu? Mungkin kita cepat-cepat menganggapnya ibarat bagi Tuhan Allah yang berbelas kasih. Tapi pemahaman ini tidak amat jitu. Matius sendiri memberi isyarat bahwa bukan itulah maksudnya.
Pada awal perumpamaan itu, disebutkan Kerajaan Surga itu seumpama “seorang raja” (ay. 23). Dalam teks Matius dipakai ungkapan “anthropos basileus”, harfiahnya, “manusia yang berkedudukan sebagai raja” dan juga “raja yang tetap manusiawi”.
Memang boleh dimengerti bahwa ungkapan itu mencerminkan gaya bahasa Semit dan “manusia” di situ berarti “seorang”, tak penting siapa. Bagaimanapun juga, hendak ditonjolkan bahwa tokoh ybs. itu orang, manusia seperti orang lain, sesama yang saudara, walau beda kedudukannya.
Gagasan di atas bisa diterapkan kepada siapa saja yang mempunyai kuasa atas orang lain. Jadi yang hendak ditampilkan ialah kebesaran orang yang berkedudukan. Makin tinggi kedudukannya makin patutlah ia menunjukkan kemurahan hati terhadap yang dibawahinya. Kan pada dasarnya sama-sama manusia. Makin beruntung makin boleh diharapkan sanggup merugi, sanggup kehilangan sebagian miliknya, sebesar apapun, agar membuat orang bisa ikut merasakan keberuntungan. Ini keluhurannya.
Berapa yang dilepaskannya? Amat besar. Satu talenta nilainya antara 6.000 hingga 10.000 dinar. Dan satu dinar ialah upah buruh harian sehari. Maka sepuluh ribu talenta itu jumlah yang amat besar. Makin beruntung orang makin diharapkan dapat menyelami keadaan orang yang sedang bernasib malang.
Cara berpikir demikian ditonjolkan. Mengapa? Kiranya memang ada kesadaran bahwa setinggi apapun, sekaya apapun, orang tetap sesama bagi orang lain. Tapi juga semalang apapun, seterpuruk apapun keadaan sosialnya, orang tetap bisa mengharapkan bantuan dari saudara yang lebih beruntung. Inilah yang bakal membuat Kerajaan Surga menjadi kenyataan di dunia ini juga.
Ini spiritualitas Injil Matius. Ringkasnya, bagian pertama perumpamaan itu dimaksud untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Surga dibangun atas dasar kesediaan mereka yang berkelebihan untuk berbagi dengan yang kurang beruntung. Dimensi horisontal Kerajaan Surga digarisbawahi dengan jelas.
Pada bagian kedua muncul gambaran yang berlawanan. Hamba yang dihapus hutangnya itu tidak mau meneruskan berbelaskasihan yang dialaminya kepada rekannya yang berhutang kepadanya seratus dinar saja. Jadi hanya seperseratus dari hutangnya sendiri.
Permintaan rekannya tak digubris. Bisa dicatat, tindakan bersujud dan permintaan kelonggaran rekan ini (ay. 29) sama dengan yang diucapkannya sendiri di hadapan raja majikannya tadi (ay. 26). Tetapi ia tetap tidak mau berbagi keberuntungan. Rekannya dijebloskannya ke penjara. Ada ironi. Tadi atasan bersikap longgar. Kini rekan sekerja kok malah berlaku kejam!
Dalam ay. 31 ada hal yang menarik. Rekan-rekan sekerja lain yang menyaksikan perlakuan kejam tadi menjadi sedih dan melaporkan kejadian itu kepada raja sang majikan hamba yang hutangnya dihapus tadi.
Para rekan ini bukan hanya sekadar tambahan cerita. Mereka berperan sebagai suara hati yang masih peka akan keadilan, peka akan kewajiban moral. Dan kepekaan ini menjadi keberanian bersuara mengungkapkan ketidakberesan. Tapi hamba yang kejam tak mau melihat semua ini. Ia tak mau bertindak seperti tuannya. Akhirnya ia sendiri tersiksa sampai ia melunasi hutangnya yang amat besar itu. Apa kesalahannya? Ia menolak menjadi saudara bagi rekan sekerjanya. Dan lebih dari itu, ia juga menolak menjadi saudara bagi tuannya sendiri.
Arah ke Dalam dan ke Luar.
Perumpamaan itu berakhir dengan perkataan berikut (ay. 35): “Demikianlah juga yang akan diperbuat oleh Bapaku yang ada di surga terhadap kamu bila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Terasa gema permintaan ampun dalam Bapa Kami dan Sabda Bahagia. Keikhlasan mengampuni kiranya menjadi tolok ukur integritas murid-murid Yesus. Ini menjadi cara hidup para pengikutnya.
Petrus bertanya tentang mengampuni “saudara” – dan tidak dipakai kata “sesama”. Begitu pula perkataan Yesus di atas. Seperti disinggung minggu lalu, “saudara” memang juga sesama, tapi lebih bersangkutan dengan upaya membangun umat dari dalam daripada menggarap kehidupan di masyarakat luas.
Tidak semua hal digariskan Injil walau semangatnya bisa berlaku umum. Tetapi diamnya Injil itu menjadi ajakan agar umat mencari jalan bersama dengan unsur-unsur lain di masyarakat luas agar kemanusiaan semakin pantas.
D.
Kutipan Teks Misa:
“Puasa tidak bertumbuh, kalau tidak disiram dengan amal. Kalau amal mengering, puasa menderita kekeringan, sebab puasa itu ibarat hujan bagi tanah.” (St. Petrus Krisologus)
Antifon Pembuka (Mzm 17(16):6-8)
Kepada-Mu aku berseru, ya Allah, dan Engkau mendengarkan daku. Condongkanlah telinga-Mu dan dengarkanlah suaraku. Jagalah aku, ya Tuhan, sebagai biji mata, dan lindungilah aku di bawah naungan sayap-Mu.
To you I call, for you will surely heed me, O God; turn your ear to me; hear my words. Guard me as the apple of your eye; in the shadow of your wings protect me.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahasetia, kami mohon, janganlah Kautarik rahmat-Mu dari kami. Semoga dengan bantuan-Mu kami menjadi abdi-Mu yang setia. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sesuai dengan petunjuk pada Misale Romawi Indonesia Buku Bacaan II (Lectionarium), terdapat manasuka yang dapat dipakai pada salah satu hari dalam pekan Prapaskah III, terutama dalam tahun B dan C, yaitu bila Injil tentang "Wanita Samaria" tidak dibacakan pada hari Minggu Prapaskah III. Bacaan-bacaan tersebut adalah Keluaran 17:1-7; Mazmur 95:1-2,6-7,8-9, Yohanes 4:5-42
Bacaan dari Nubuat Daniel (3:25.34-43)
"Semoga kami diterima balik karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah."
Tatkala dicampakkan ke dalam tanur api, Azarya berdiri dan berdoa; ia membuka mulut di tengah-tengah api itu, katanya, “Demi nama-Mu, ya Tuhan, janganlah kami Kautolak selamanya, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu; janganlah Kautarik kembali dari pada kami belas kasihan-Mu, demi Abraham kekasih-Mu, demi Ishak hamba-Mu, dan demi Israel, orang suci-Mu, yang kepadanya Engkau telah berjanji memperbanyak keturunan mereka menjadi laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut. Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi paling kecil di antara sekalian bangsa, dan sekarang kami pun dianggap rendah di seluruh bumi oleh karena dosa kami. Dewasa ini pun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada kurban bakaran atau kurban sembelihan, kurban sajian atau ukupan; tidak ada pula tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan mendapat belas kasihan. Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa kurban domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun. Demikian hendaknya kurban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya kepada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takwa kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, tetapi perlakukanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya.
Atau. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9; Ul:10)
1. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
2. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab emuanya itu sudah ada sejak purbakala. Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.
3. Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.
Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Yl 2:12)
Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hati, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (18:21-35)
"Jika kamu tidak mau mengampuni saudaramu, Bapa pun tidak akan mengampuni kamu."
Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, “Tuhan, sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Menghitung berturut-turut sampai tujuh (7) masih dimungkinkan, tetapi jika sampai 'tujuh puluh kali tujuh kali alias empat ratus sembilan puluh (490) rasanya jarang terjadi. Maka tanggapan Yesus atas pertanyaan Petrus perihal pengampunan tersebut berarti suatu ajakan atau perintah agar kita, murid-murid Yesus Kristus, senantiasa mengampuni tanpa kenal batas tempat dan waktu, di manapun dan kapanpun. Dalam Kitab Suci, angka “tujuh” adalah angka yang sempurna, sehingga “tujuh puluh kali tujuh kali” mau mengajarkan bagaiman kita harus mengampuni orang lain tanpa putus – putusnya, namun juga tegas. Mengampuni bukan berarti membiarkan kesalahan merajarela. Melainkan memberikan maaf setulus – tulusnya namun juga memberikan ketegasan dengan kasih kepada mereka yang berbuat salah, sehingga kita semua dapat saling memberikan didikan dan hikmat. Semoga, Injil hari ini memampukan kita untuk mengampuni orang lain tanpa putus, tidak hanya memberikan maaf di bibir, tetapi juga di hati, dengan tidak lagi bersungut – sungut dan mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, yang terkadang memunculkan emosi baru dalam hidup kita, dan menghambat sukacita dalam hidup kita.
Antifon Komuni (Mzm 15(14):1-2; PS 848)
Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
Lord, who may abide in your tent, and dwell on your holy mountain? Whoever walks without fault and does what is just.
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 15)
Doa Malam
Allah Bapa sumber belas kasih, bila kami mau saling memaafkan, maka Engkau pun berbelas kasih kepada kami. Kami mohon, agar hati kami selalu terbuka terhadap sesama, agar dapat saling melayani dengan setia dan tulus ikhlas. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
E.
MADAH HARIAN PAGI
(Selasa, 26 Maret 2019)
Kristus surya keadilan
Kini fajar Kaudatangkan
Enyahkanlah kegelapan
Tampilkanlah kehidupan.
S’moga pertobatan kami
Di masa Prapaskah ini
menurunkan rahmat ampun
Atas dosa yang bertimbun.
Bila tiba hari Paskah
Perkenankan para hamba
Bersorak kegembiraan
Merayakan kebangkitan.
Ya Tritunggal mahasuci
Trimalah pujian kami
Yang kami lambungkan ini
Dengan ikhlas penuh bakti. Amin.
DOA
Kami mohon, ya Tuhan, janganlah Kautarik rahmat-Mu dari kami. Semoga dengan bantuan-Mu kami menjadi abdi-Mu yang setia. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
====
Beata Maria Virgo omnes iuvet, potissimum iuvenes, in itinere percurrendo pacis et fraternitatis quae acceptatione et remissione nituntur, alterius reverentia et amore quod est sui ipsius donum.
May the Blessed Virgin help everyone, especially young people, to follow the path of peace and fraternity, based on welcome and forgiveness, on respect for others, and on the love that is the gift of self.
Semoga Santa Perawan membantu setiap orang, terutama kaum muda, untuk mengikuti jalan perdamaian dan persaudaraan, berlandaskan penyambutan dan pengampunan, rasa hormat terhadap orang lain, dan kasih yang merupakan karunia diri.

Senin, 25 Maret 2019.

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 25 Maret 2019.
HARI RAYA KABAR SUKACITA
Yes. 7:10-14; 8:10;
Ibr. 10:4-10;
Luk. 1:26-38
"Magnificat anima mea Dominum - Aku mengagungkan Tuhan."
Inilah seruan syukur Maria yang juga bisa menjadi seruan kita bersama dengan perayaan Hari Raya Kabar Sukacita, yang ditempatkan persis 9 bulan sebelum Hari Raya Natal, 25 Desember.
Adapun peranan Maria yang terutama dalam hidup kita adalah memberi kita Immanuel (“Allah beserta kita”) dengan 3 sikap dasar berpola "3K", antara lain:
1.Kepasrahan:
Kita lihat bahwa malaikat Gabriel diutus oleh Tuhan, jadi yang menjadi “titik mula” atau “awal” adalah inisiatif Tuhan (Gal 4:4).
Maria saat itu tidak sepenuhnya mengetahui rencana Tuhan tapi dia membiarkan Allah memilih sendiri cara dan saat-Nya dalam merealisasikan rencana-Nya.
2.Kesederhanaan:
Nazaret hanyalah sebuah dusun kecil yang tidak dianggap penting.
Maria adalah wanita dusun.
Kesederhanaan dan ketersembunyian hidupnya mengajarkan kesederhanaan dan kerendahan hati yang berkenan pada Allah.
3.Keterbukaan:
Saat malaikat datang membawa panggilan Tuhan untuknya, Maria berada dalam situasi dan mempunyai rencana hidupnya sendiri. Tapi Maria mengajar kita untuk selalu mempunyai hati dan sikap terbuka terhadap rencana Tuhan dan menempatkannya di atas rencana kita sendiri. Keterbukaan Maria tidak hanya mendatangkan sukacita tapi juga banyak penderitaan dan kepedihan (Luk 2:35).
Dengan kata lain: panggilan Allah akan selalu meliputi berkat dan penderitaan, sukacita dan dukacita, keberhasilan dan kekecewaan, bukan?
Pastinya, Maria dipilih karena ia telah mendapat kasih karunia di mata Allah (Kej 6:8).
Hidupnya yang "pasrah-sederhana+terbuka" begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang penting (2 Tim 2:21) bahwa Yesus telah lahir dari seorang perawan (Luk 1:27; Mat 1:18; Mat 1:23, Mat 1:18,23).
"Dari Gandaria ke Sukabumi-
Bunda Maria doakanlah kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Madah Ibadat Harian
HARI RAYA KABAR SUKACITA
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
MADAH IBADAT BAC
Ketahuilah dunia
Bahwa Tuhan telah tiba
Untuk menebus umatNya
Supaya sungguh bahagya
Nubuat nabi Yesaya
Akhirnya terbukti nyata
Dalam perawan Maria
Yang kini menjadi bunda
Maria mengandung putra
Karena taat setia
Kepada sabda ilahi
Yang dibawa duta suci
Terpujilah Tuhan Yesus
Yang dikandung prawan kudus
Berkat kuasa Roh suci
Utusan Bapa surgawi.
Amin.
MADAH IBADAT PAGI
Betapa menggembirakan
Berita yang diwartakan
Bahwasanya keselamatan
Sungguh dianugerahkan
Putra yang dari semula
Lahir di pangkuan Bapa
Kini memilih Maria
Untuk menjadi bundaNya
Maka sahaya sahaja
Yang merasa hina-dina
Diangkat menjadi ratu
Yang terberkati selalu
Terpujilah Tuhan Yesus
Yang dikandung perawan kudus
Berkat kuasa Roh suci
Utusan Bapa Surgawi.
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
BACAAN PILIHAN
Benar-benar tidak sabarlah ia yang tidak mau menderita, kecuali selama menurut anggapannya itu adalah baik dan demi orang yang disenanginya.
Akan tetapi, orang yang benar-benar sabar tidak memerhatikan siapa yang mengujinya: apakah oleh pimpinannya, sesamanya atau bawahannya; oleh orang baik dan suci, atau oleh orang jahat dan hina.
Ia tidak peduli betapa besar dan sering ia mengalami penderitaan dari orang lain.
Semua itu diterimanya dari tangan Allah sambil bersyukur dan disambutnya sebagai keuntungan besar.
Karena pada Allah tidak ada sesuatu, betapa pun kecilnya, yang dapat tinggal tanpa pahal, asal saja menderita untuk Allah.
======
Bersama Gereja Katolik sedunia, kita merayakan HARI RAYA KABAR SUKACITA (Maria menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel, dimana Hari Raya Kabar Sukacita dirayakan setiap 25 Maret, tepat 9 bulan sebelum Natal (25 Desember).
Dalam sejarah Kekristenan, Hari Raya Kabar Sukacita ini sendiri mulai dirayakan sesudah Konsili Efesus pada tahun 431 Masehi, dan secara tertulis dicantumkan sebagai Perayaan Resmi pertama kali dalam "Sacramentarium" oleh Paus Gelasius pada tahun 496 Masehi.
Hari Raya Kabar Sukacita ini punya kaitan yang erat secara Biblis maupun Historis dengan Hari Raya Natal (Kelahiran Tuhan Yesus Kristus). Hari Raya Natal sendiri mulai dirayakan sejak tahun 336 Masehi, pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung. Namun, secara resmi Hari Raya Natal baru mulai dirayakan oleh seluruh Gereja berdasarkan maklumat Paus Julius I pada tahun 350 Masehi.
Hari Raya ini dikenal juga di berbagai Negara lain dengan berbagai nama, seperti:
Annunciation of the Lord
Annuntiatio Christi
Annuntiatio Dominica
Annuntiatio Mariae
Annuntio Domini
Christ’s conception
Christ’s incarnation
Conceptio Christi
Feast of the Incarnation
Festum Incarnationis
Incarnation Christi
Initium Redemptionis Conceptio Christi
Mary’s Annunciation
1.
"Immaculata - Tanpa Noda Dosa."
Inilah salah satu gelar dan dogma gereja terhadap Bunda Maria yang juga menjadi salah satu judul puisi saya dalam album “TTM – Tribute To Mary.”
Adapun 3 dogma lainnya, yakni
- Mater Dei/Bunda Allah,
- Mater Virginis/Bunda Perawan,
- Maria Asumpta/Bunda yang diangkat ke surga.
Sebenarnya, bersama dengan teladan Maria, kita juga dipanggil menjadi orang yang ber-semangat "imaculata" dengan mengingat 3 pernyataan iman dalam bac injil hari ini, antara lain:
A."Jangan takut hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan":
Kita diajak mempunyai "keberanian" karena yakin bahwa Allah senantiasa menyertai lika liku hidup kita. Ia tak pernah meninggalkan kita berjuang sendirian.
B."Bagaimana mungkin itu terjadi karna aku belum bersuami":
Kita diajak memiliki "keterbukaan" terhadap Allah, juga ketika mengalami kegalauan dan kebingungan hidup.
C."Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu":
Kepasrahan sekaligus "kerendahan hati" adalah modal dasar orang yang berjuang untuk hidup suci. Inilah juga yang diwartakan Bunda Maria, yang "MAu Rendahhati Ikut Allah."
Kita diajak mengenakan semangat rendah hati dan menanggalkan iri hati & tinggi hati.
"Dari Taman Ria ke Sukabumi -Bunda Maria sertailah kami."
2.
Tulisan anonim Bapa Gereja Yunani:
“Allah menggunakan tubuh Maria untuk memuliakan manusia.”
“Untuk menyatakan kepadamu rencana sebelum keabadian, Gabriel datang dan berdiri di hadapanmu, hai perawan, dan memberikan salam, "Bersukacitalah, bumi yang belum disemai; Bersukacitalah, semak belukar terbakar yang belum digunakan; Bersukacitalah, kedalaman yang tak dapat diselami; Bersukacitalah, jembatan yang menuju surga; Bersukacitalah, jembatan yang diangkat tinggi yang dilihat oleh Yakub; Bersukacitalah, bejana ilahi untuk manna; Bersukacitalah, pembebasan dari kutuk; Bersukacitalah, pemulihan Adam, karena Allah besertamu!"
"Engkau menampakkan diri padaku dalam rupa manusia," kata perawan yang suci itu pada kepala penghuni surga. "Bagaimana mungkin engkau membicarakan hal yang di atas kemampuan manusia? Karena engkau mengatakan bahwa Allah akan besertaku dan akan mengambil rahimku sebagai tempat tinggal-Nya. Bagaimana aku menjadi tempat tinggal yang layak dan kudus bagi-Nya yang datang dengan mengandarai kerub? (Mzm 18:10). Janganlah memperdayaiku, karena aku tidak mengenal kesenangan, aku belum menikah! Bagaimana mungkin aku akan mengandung?"
Lalu malaikat itu menjawab, "Jika Allah berkehendak, tatanan alam akan dikalahkan; dan apa yang di luar kemampuan manusia, akan diatasi. Percayalah apa yang kukatakan ini benar, hai perempuan yang suci dan tak bernoda." Maka dia berseru, "Terjadilah padaku menurut perkataanmu, dan aku akan mengandung Dia yang tak berwujud manusia, yang akan menggunakan tubuhku, bahwa dengan ini Dia akan memimpin umat manusia pada kemuliaan masa lalu-Nya, karena Dia memiliki kekuatan untuk melakukannya!"”
(Stichera sull'Annunciazione)
3.
"Jesus - Allah yang menyelamatkan!"
Inilah arti dasar nama "JESUS" yang dikandung Bunda Maria, yang juga mengajak kita untuk memaknai sebuah panggilan iman penuh keselamatan yakni: "Jadilah Engkau Saksi Untuk Selamanya."
Bersama Maria yang berkata,
"Ecce ancilla Domini fiat mihi secundum Tuum- Aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanMu," kitapun diajak menjadi "saksi keselamatan" yang siap "mengandung dan melahirkan" Yesus setiap harinya dengan 3 kalimat iman penuh keselamatan yg diberikan malaikat kepada Maria di Nazareth, al:
A."Salam".
Inilah kata pertama yang diwartakan kepada Maria.
Inilah sebuah "syalom", kedamaian dengan sesama dan semesta, masa lampau-kini dan nanti.
Dkl: Kita diajak bagikan syalom/kedamaian, dan bukan zalim/kebencian.
B."Jangan takut".
Ketika Maria gamang-bimbang, takut-kecut, galau-kacau, Tuhan mengutus malaikatNya menyerukan peneguhan iman, penuh keberanian dan bukan ketakutan kepada Maria.
Bukankah diantara "B" (birth) dan "D" (death) ada "C" (Christ)?
C."Roh Kudus akan turun atasmu".
Ketika Maria maaih merasa bimbang dan tak yakin, Tuhan datang meneguhkannya dengan mengutus malaikatNya yang berkata, "Roh Tuhan akan turun atasmu."
Disinilah kita diajak untuk hidup penuh kekudusan, dan bukan kepalsuan karna sejak dibaptis dan setiap menerima ekaristi, kita diurapiNya: "mengandung" Yesus dan diajak untuk "melahirkan" Yesus lewat KUD: Karya - Ucapan dan Doa kita di tengah kerja dan rutinitas dunia harian.
"Dari Samaria ke Miami - Bunda Maria doakanlah kami."
4.
“Veritas - Kebenaran"
Inilah yang saya lihat ketika suatu ketika mengunjungi biara St Dominikus (Lat: "miliknya Tuhan") di kompleks panti asuhan "Pondok Si Boncel".
Adapun, Bunda Maria juga menghadirkan "veritas" ketika dia berkata: "Ecce ancilla Domini fiat mihi secundum verbum tuum” (Luk 1,38). Inilah kata-kata yang menutup dialog penuh kebenaran antara Maria dengan Malaikat Gabriel.
Ada 3 alasan dasar mengapa Maria bisa menghadirkan "veritas", al:
A.Maria mendapat kasih karunia Allah (Kej 6:8, Luk 1:30).
Hidupnya yang sederhana dan suci begitu menyenangkan hati Allah sehingga Ia telah memilihnya untuk tugas yang sangat penting (2Tim 2:21).
B.Maria tidak hanya mendapat sukacita yang besar tetapi juga penderitaan dan kepedihan (Luk 2:35), sebab Anaknya akan ditolak dan disalibkan.
Di dunia ini, panggilan Allah akan selalu meliputi berkat dan penderitaan, suka dan dukacita, tawa dan tangisan, keberhasilan dan kekecewaan.
C.Maria mendapatkan Roh Kudus:
Baik Lukas maupun Matius menandaskan dengan jelas bahwa Yesus telah lahir dari seorang perawan (Luk 1:27; Mat 1:18,23). Roh Kudus akan turun ke atas Maria dan anak itu akan dikandung semata-mata oleh perbuatan ajaib Allah. Akibatnya, Yesus akan menjadi "kudus".
Mariapun penuh dengan Roh Kudus karna ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dengan sukarela, ia menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan dialaminya karena menjadi ibu dari Anak yang kudus ini. Itulah yang membuatnya juga menjadi kudus.
"Burung Tekukur di Taman Ria - Kita bersyukur punya Bunda Maria."
5.
"Ecce ancilla Domini - Aku ini HAMBA Tuhan!"
Inilah perkataan Maria yang penuh iman dalam perayaan Kabar Sukacita yang kita kenangkan hari ini bahwa kepenuhan segala rahmat yang ada dalam Kristus datang ke dalam Maria, meski dalam suatu cara yang berbeda. Adapun tiga alasan iman mengapa kita juga harus bersukacita seperti Maria, antara lain:
A."Mengandung":
Dengan rahimnya, seorang "ibu/mother" memberikan tempat penuh kehangatan untuk calon kehidupan baru. Seperti Maria yang menyerahkan rahimnya, yakni mengandung Yesus, kitapun juga diajak untuk memberikan "rahim" kpdNya. Hal ini tampak ketika kita boleh "mengandung" Tuhan saat menyambut komuni, menjadi "tabernakel yang hidup", yang menolong yang papa-membimbing yang buta-menghibur yang berduka-menyembuhkan yang luka-membantu yang jatuh-mendampingi yang teguh-menguatkan yang rapuh dan membangunkan yang runtuh.
B."Melahirkan":
Kita diajak "melahirkan" yang ilahi lewat setiap doa-ucapan dan karya nyata. Dengan kata lain: Seperti Maria, kita diajak menjadi "messenger/pembawa pesan" yang selalu berbagi kedamaian, yang pasti hendaklah kita mencari rahmat, dan marilah kita mencarinya melalui Maria Regina Pacis, Ratu Kedamaian.
C."Memelihara":
Setelah boleh mengandung dan melahirkan Yang iIahi, kita juga diajak seperti Maria yang selalu merawat dan memelihara Yesus dengan semangat keteladanan yang nyata. Dengan kata lain: Maria ajak kita untuk menjadi "contoh/model" yang siap berbagi keteladanan dengan selalu menjaga-merawat dan memelihara smua nilai kasih dan iman yang telah dianugerahkan Tuhan lewat Maria. O clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria. Ia menjadi Perawan yang rahim, penuh belas kasihan dan manis. Ia menjadi nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis! Lebih dari dibicarakan, melainkan diteladani, diikuti, di-eja wantah-kan, dibumikan secara aktual saat ini atau sampai nanti karena ia menjadi teladan yang berpendar di tengah belukar duri kehidupan.
6.
"Praebe mihi cor Tuum, Maria - Berikan aku hatiMu ya Maria."
Inilah sepenggal harapan St. Alfonsus de Ligouri yang juga merupakan harapan kita pada masa ini. Ya, ketika masuk ke rumah Maria, malaikat berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau." Dengan kata lain: Maria menjadi figur yang dikasihi dan diberkatiNya. Ia menjadi figur yang "admiranda et amanda, dikagumi sekaligus dicintai dengan 3 dimensi hatinya, al:
A."Sukirman: Sukacita karena iman". Ia ber-"magnificat": "Magnificat anima mea Dominum - Aku mengagungkan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah juruselamatku" (Luk 1:46-47). Hatinya penuh syukur karena meyakini penyertaan Allah setiap hari.
B."Wagiman: Wajah giat beriman": "Ecce ancilla Domini-Aku ini HAMBA Tuhan" (Luk 1:38a). Kesadarannya sebagai hamba, membuatnya selalu terbuka untuk bergiat dalam karya dan mengikuti segala jalan Tuhan dengn bersemangat.
C."Satiman: Satu hati dalam iman": "Fiat mihi secundum verbum Tuum-Terjadilah padaku menurut perkataanMu" (Luk 1:38b). Ia satukan hati dengan hati Tuhan. Dalam pelbagai sukaduka hidup, ia serah dan pasrahkan semuanya dalam Tuhan. Ia siap dibentuk oleh Tuhan karena cintanya kepada Tuhan adalah cinta yang tanpa batas, cinta yang berkualitas, bukan cinta yang penuh kata tapi cinta yang penuh ketaatan yang nyata.
7.
“Gaudeamus igitur iuvenes dum sumus” - Bersukacitalah sewaktu kita masih muda.”
Kalimat ini merupakan baris pertama dari lagu “Gaudeamus” yang diciptakan pada abad pertengahan dan biasanya dinyanyikan pada saat para guru besar/wisudawan memasuki ruangan sidang. Adapun, Bunda Maria juga ber "gaudeamus", bersukacita bukan hanya pada masa mudanya tapi untuk selama-lamanya karena kata-kata malaikat Gabriel: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau".
Tercandra, tiga insight yang kita bisa lihat pada Hari Raya Kabar Sukacita ini, antara lain:
A. Salam:
Syalom (Ibr: damai). Maria menjadi “sukirman, sukacita karena iman”, karena mendapat salam penuh kedamaian dari malaikat. Dan salam ini sungguh menjadi berkat karena mau dibagikan, seperti kisah kehadiran Maria yang begitu membuat Elizabeth juga ikut bersukacita penuh kedamaian, sampai-sampai bayi dalam kandungannyapun melonjak kegirangan – padahal Maria belum berkata apa-apa. Jelas, bahwa Bunda Maria menjadi seorang pewarta sukacita. Tanpa kata-kata apapun, kehadirannya sudah menjadi kabar baik bagi Elizabeth dan bayi Yohanes. Kita bisa bertanya, sudahkah kehadiran kita menjadi "syalom" (damai) buat sesama? Bagaimana kita bisa bersukacita, kalau kehadiran kita sendiri tidak disukai orang lain?
B. Engkau dikaruniai:
Seperti yang saya tulis dalam buku “BBM” (Kanisius), sejak abad XII dinyatakan ada lima karunia iman yang membuat Maria bersukacita yaitu: kabar dari malaikat, kelahiran Yesus, kebangkitan Yesus, kenaikan Yesus dan pengangkatan Maria ke surga.
Yang pasti, sukacita Maria ini terjadi semata-mata karena karunia yang diimaninya. Karena karunia iman inilah, Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik dan Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya.
Di lain matra, Santo Fransiskus Asisi pernah mengatakan “Preach the Good News, with words if necessary”, jelasnya bahwa pewartaan pertama-tama bukanlah dengan kata-kata, tapi dengan sikap hidup kita masing-masing: Kalau kita menjadi orang yang penuh karunia dan sukacita Tuhan, kehadiran kita akan membawa karunia dan sukacita bagi sesama juga bukan?
C. Tuhan menyertai engkau:
Paus Benediktus XVI pernah merefleksikan 'Magnificat Maria’. Baginya, “ini adalah pernyataan penting dari iman, yang memberi kepastian dan membebaskan setiap manusia dari ketakutan, bahkan di tengah badai tragedy dan sejarah. Melampaui permukaan, Maria 'melihat' dengan mata iman, pekerjaan Tuhan dalam sejarah. Untuk alasan ini dia bersukacita, karena dia percaya bahwa Tuhan selalu menyertainya: Dengan iman, dalam kenyataan, dia menyambut sabda Tuhan dan mengandung Sang Sabda yang Menjelma”.
Yah, seperti pesan Bapa Suci, "Mari kita pulang dengan Magnificat dalam hati kita," hari ini mari kita juga belajar membawa dan membagikan “sukirman, sukacita karena iman” yang sama dengan Maria karena Tuhan selalu beserta kita:
Jiwa Maria, sucikanlah aku.
Hati Maria, nyalakanlah aku.
Tangan Maria, sanggahlah aku.
Kaki Maria, pimpinlah aku.
Bibir Maria, berkatalah padaku.
Duka cita Maria, kuatkanlah aku.
O Maria yang manis, dengarkanlah aku. Janganlah mengizinkan aku terpisah darimu. Terhadap musuh-musuhku, belalah aku. “
"Taman Ria Taman Safari - Bunda Maria bikin hati jadi berseri-seri.”
8.
Veni sponsa Christi.
Veni sponsa Christi
Accipe coronam
Quam tibi Dominus
Praeparavit in aeternum
Datanglah mempelai Kristus
Terimalah mahkota
Yang telah disiapkan Tuhan untukmu
Untuk selama-lamanya.”
Inilah antifon untuk “MAGNIFICAT” (Kidung Maria atau Nyanyian Pujian Maria) dalam ibadat sore (vesper) pada pesta para perawan. “MAGNIFICAT” inilah yang juga menjadi saripati dari perayaan hari ini, sebuah “tribute” bagi Bunda Maria bersama dengan teladan para kudus.
Nah, pertanyaaan kristisnya: mengapa Maria Menerima Kabar dari Malaikat Gabriel dan bukan dari Allah sendiri?
Dalam Luk 1:26-31, kita mengetahui bahwa pada bulan ke enam, malaikat Gabriel pergi ke Nazaret dan bertemu dengan Maria, untuk menyampaikan Kabar Gembira bahwa ia akan melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan dinamai Yesus.
Pertanyaannya adalah, mengapa yang menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria bukanlah Allah sendiri namun malaikat Gabriel? Dalam Summa Theology, III, q.30, a.2, St. Thomas Aquinas memberikan tiga alasan sebagai berikut:
Pertama:
Berdasarkan tingkatan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena malaikat mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari manusia, maka sudah selayaknya mereka yang tahu terlebih dahulu tentang misteri Inkarnasi, dan kemudian merekalah yang kemudian diutus untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada manusia.
Kedua:
Bagaimana Tuhan memulihkan kodrat manusia melalui Inkarnasi. Karena wanita pertama jatuh karena godaan Iblis (malaikat yang jatuh dalam dosa), maka sudah selayaknya manusia dipulihkan dengan Kabar Gembira yang dinyatakan oleh malaikat Gabriel.
Ketiga:
Karena Kabar Gembira disampaikan kepada seorang perawan dan keperawanan adalah berhubungan dengan kodrat malaikat, maka sungguh pantas kalau kabar gembira Inkarnasi disampaikan oleh malaikat.
Selanjutnya St. Thomas menuliskan keberatan-keberatan yang ada dan kemudian menyanggah keberatan tersebut sehingga diperoleh pengertian yang mendalam akan misteri ini.
Keberatan 1 dan tanggapannya.
St. Thomas memberikan keberatan pertama dengan mengatakan bahwa wahyu kepada malaikat tertinggi selayaknya diberikan oleh Tuhan secara langsung. Dan karena Maria lebih tinggi daripada semua malaikat, maka sudah seharusnya pemberitaan akan misteri Inkarnasi ini dilakukan oleh Tuhan sendiri. St. Thomas menyanggah bahwa Bunda Allah (Bunda Maria) memang lebih tinggi dari para malaikat dalam kehormatan, karena Bunda Maria dipilih oleh Allah sendiri. Namun, dalam kehidupannya di dunia, Bunda Maria berada di bawah malaikat, sama seperti Kristus yang datang ke dunia dengan kodrat manusia, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan malaikat (lih. Ibr 2:9).
Keberatan 2 dan tanggapannya.
Mengapa bukan St. Yusuf, suami Maria yang memberitahu Bunda Maria, karena seorang wanita harus bertanya kepada suaminya? (lih. 1Kor 14:34-35)
Dalam paparannya, St. Thomas memberikan alasan bahwa karena Putera Allah lahir tanpa campur tangan manusia namun dengan kuasa Roh Kudus, maka sudah selayaknya bahwa Kabar Gembira ini disampaikan oleh malaikat dan bukan seorang manusia [St. Yusuf].
Keberatan 3 dan tanggapannya.
Di bagian ini, St. Thomas memberikan keberatan bahwa tidak mungkin malaikat yang tidak mengerti secara penuh misteri Inkarnasi dapat memberitahu kepada Bunda Maria. Mengutip Dionysius dan Maximus dari Konstantinopel, St. Thomas mengatakan bahwa para malaikat tahu tentang misteri Inkarnasi walaupun mungkin tidak tahu secara lengkap.
Keberatan 4 dan tanggapannya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa dalam tingkatan malaikat, malaikat Gabriel menempati tingkat yang kedua dari yang paling rendah. Pandangan ini mengatakan, bahwa seharusnya yang menyampaikan misteri yang tertinggi [Inkarnasi] harus dari tingkat malaikat yang paling tinggi.
Untuk menyanggah keberatan ini, maka St. Thomas mengutip St. Gregorius yang menyatakan “Adalah benar bahwa satu dari malaikat yang tertinggi harus datang, karena pesan yang dibawakannya adalah pesan yang tertinggi” (Hom. de Centum Ovibus [34 in Evang.), dan dengan demikian orang menyimpulkan bahwa malaikat Gabriel adalah malaikat yang tertinggi.
Namun demikian, St. Thomas juga menyatakan bahwa ini tidaklah berarti bahwa ia berada di tingkatan yang tertinggi dari semua, namun ia tertinggi di antara para malaikat, sehingga disebut penghulu malaikat. Maka Gereja menyebut Gabriel sebagai penghulu malaikat.
St. Gregorius mengatakan bahwa “mereka yang memberitakan hal-hal yang tinggi disebut penghulu malaikat.” (De Centum Ovibus 34). Karena itu ia disebut yang tertinggi dari para penghulu malaikat. Lebih lanjut, St. Gregorius memberikan arti nama dari Gabriel yang berarti ‘kekuatan Allah’. Pesan Inkarnasi layak disampaikan dengan ‘kekuatan Tuhan’, sebab Allah Tuhan yang berkuasa di surga akan datang untuk mengalahkan kuasa jahat.
9.
Totus Tuus.
Totus tuus ego sum et omnia mea Tua sunt.
Accipio Te in me omnia.
Praebe mihi cor Tuum, Maria
Aku adalah milikmu
dan segala milikku adalah milikmu.
Engkau kuterima dalam diriku seluruhnya.
Berikan aku hatimu, ya Maria.
“Totus Tuus!” Ini adalah motto kerasulan Paus Kerahiman Ilahi, St Yohanes Paulus II, yang “mempersembahkan dirinya dan kepausannya kepada Bunda Maria”. Dalam lambang kepausannya, tertera huruf “M” yang berarti “Maria”, Bunda Allah, kepada siapa ia berdevosi secara mendalam. Motto pribadinya, yang disulamkan pada sisi jubah-jubahnya adalah “Totus Tuus Sum Maria”, bahasa Latin, yang artinya “Bunda Maria, aku sepenuhnya milikmu,”
Motto Totus Tuus sendiri diinspirasikan oleh ajaran St Louis-Marie Grignion de Montfort yang mengungkapkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Yesus melalui Maria.
Adapun Bapa Suci mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria dengan motto tersebut saat ia masih muda dan sedang belajar di sebuah sekolah drama. Segera sesudah penyerahan dirinya itu, suatu pemikiran terlintas dalam benaknya, “Aku ingin menjadi seorang imam” … “Tapi, aku tidak mau menjadi imam,” demikian pikirnya kemudian, “Aku ingin menjadi seorang aktor!”… tetapi pikiran tersebut datang lagi dan lagi dan lagi… dan ia menjadi seorang imam!… dan kemudian seorang uskup, dan kemudian seorang Paus, dengan tetap memilih motto yang sama, “Totus Tuus”.
Bersama dengan Perayaan Maria menerima Kabar Sukacita hari ini, kita semakin mengenal dan mencintai sosok Wanita Utama dan Bunda Mulia yang dikatakan Yesus sebagai: “Inilah Ibumu” (Yoh 19:29).
Ya, setelah Sakramen Ekaristi, tiada lain yang lebih besar yang ditinggalkan Yesus bagi kita selain Bunda-Nya, yang bagaikan Injil hidup, yang siap membantu kita dalam segala situasi dan kondisi, lebih daripada para santo dan santa karena hanya dalam Kristus dan untuk Kristuslah Maria itu hidup. Totus Tuus!
10.
Kutipan Teks Misa.
Senin, 25 Maret 2019
Hari Raya Kabar Sukacita
Yesaya (7:10-14; 8:10)
(Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11)
Ibrani (10:4-10)
Lukas (1:26-38)
Allah yang benar, dilahirkan dalam kodrat manusia benar dengan kodrat-Nya yang utuh dan sempurna ---- St. Leo Agung
Antifon Pembuka (lih. Ibr 10:5-7)
Ketika masuk ke dunia ini Kristus bersabda, "Aku datang, ya Allah, untuk melakukan kehendak-Mu."
The Lord said, as he entered the world: Behold, I come to do your will, O God.
(Hari ini ada Madah Kemuliaan, dan Syahadat. Alleluya diganti Bait Pengantar Injil 965; Untuk menghormati misteri Inkarnasi ini, maka, pada Misa Kudus tgl 25 Maret ini, mari kita berlutut saat mengucapkan kata-kata Syahadat: "Ia dikandung dari Roh Kudus ... dan menjadi manusia." atau "yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria," atau "Et incarnátus est de Spíritu Sancto ... et homo factus est." sumber: PUMR no 37)
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau menghendaki agar Sabda-Mu menjelma menjadi manusia dalam rahim Perawan Maria. Semoga kami, yang dalam iman mengakui Penebus kami sebagai Allah dan manusia, layak mengambil bagian dalam kodrat ilahi-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (7:10-14; 8:10)
"Seorang perempuan muda akan mengandung."
Tuhan berfirman kepada Raja Ahas, "Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas." Tetapi Ahas menjawab, "Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!" Lalu berkatalah Nabi Yesaya, "Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 850
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.
Ayat. (Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11)
1. Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut, lalu aku berkata, "Lihatlah, Tuhan, aku datang!"
2. Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: "Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku."
3. Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
4. Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan dan keselamatan-Mu kubicarakan, kasih dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan, tapi kuwartakan kepada jemaat yang besar.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (10:4-10)
"Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."
Saudara-saudara, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, "Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki. Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata: Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku." Jadi mula-mula Ia berkata, "Engkau tidak menghendaki kurban dan persembahan; Engkau tidak berkenan akan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat. -- Dan kemudian Ia berkata, "Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Jadi yang pertama telah Ia hapuskan untuk menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 1:14ab)
Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:26-38)
"Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki."
Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Maka kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Yes 7:14)
Lihat, seorang perawan akan mengandung dan akan melahirkan seorang Putra. Dia akan diberi nama Imanuel.
Behold, a Virgin shall conceive and bear a son; and his name will be called Emmanuel