Ads 468x60px

Selasa, 24 Juli 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 24 Juli 2018
Hari Biasa Pekan XVI
Mikha (7:14-15.18)
(Mzm 85:2-4.5-6.7-8)
Matius (12:46-50)
“Companion - Persekutuan”
Inilah salah satu kekhasan iman kristiani bahwasannya kita diangkat dalam persekutuan keluarga Allah.
Adapun pada bacaan hari ini (Bdk. Mat 12:46-50, Mrk 3:31-35), Yesus mengajak kita untuk ber- “companion” dengan beberapa indikasinya, al:
1.Keterbukaan:
Yesus membuka diri dan hatinya dalam relasi dengan semua org. Ia tidak pilih kasih tapi hidupnya penuh cinta kasih. Ia tdk membuat sekat dan pengkotak-otakan tapi Ia berbicara mengenai persaudaraan sejati: “Semua orang yang percaya kepadaNya adalah saudaraNya.” Ikatan persaudaraan ini, jika dihayati secara segar dan mendalam akan membuat hidup beriman kita lebih terbuka dan siap ber –dialog dengan semua orang.
2.Kebersamaan:
Ia hadir diantara banyak orang, terlibat di tengah suka duka masyarakat sejamannya. Ia bukan orang yang menarik diri tapi ikut hadir dalam setiap pergulatan hidup sekitarnya.
Kesadaran ini membuat kita juga mau untuk belajar saling menghargai, saling membutuhkan, saling menolong, saling memperhatikan dalam semangat kebersamaan sebagai anggota tubuh Kristus yang sama sama berziarah.
3.Keseimbangan:
"Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku..." Yesus mengajak kita menjadi orang beriman yang seimbang antara teori & praktek: yang kita rayakan, juga kita wujud nyatakan, tidak hanya menjadi "pendengar firman" tapi terlebih menjadi "pelaku firman."
"Burung dara di Tangerang- Hiduplah bersaudara dengan semua orang!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa.
Kekudusan bukan untuk pengecut dan salib tidak bisa dinegosiasikan, itu adalah persyaratan. (Bunda Angelica)
Antifon Pembuka (Mzm 85:8)
Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu ya Tuhan, dan berilah kami keselamatan-Mu.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maha Penyayang, semoga kami memahami kehendak-Mu, yang terungkap dalam sabda-Mu, dan semoga Engkau selalu mendampingi kami dengan penyelenggaraan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Mikha (7:14-15.18)
"Kiranya Engkau menunjukkan kasih setia-Mu"
Ya Tuhan, gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir. Adakah Allah lain seperti Engkau yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri? Yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita menghapus kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 85:2-4.5-6.7-8)
1. Engkau telah berkenan kepada tanah-Mu, ya Tuhan, telah memulihkan keadaan Yakub. Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Engkau telah menyurutkan segala gemas-Mu, telah meredakan murka-Mu yang menyala-nyala.
2. Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami. Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka-Mu turun-temurun?
3. Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau? Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:46-50)
"Sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Yesus bersabda, "Inilah ibu-Ku, inilah saudara-Ku."
Sekali peristiwa ketika Yesus sedang berbicara dengan orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka berkatalah seseorang kepada-Nya, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi Yesus menjawab kepadanya, “Siapakah ibu-Ku?” Dan siapakah saudara-saudara-Ku?” Dan sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Ia bersabda, “Inilah ibu-Ku, inilah saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Injil hari ini mengisahkan ajaran Yesus tentang sanak saudara-Nya. Kata-kata Yesus sangat keras bagi mereka (keluarga-Nya) yang mencari Dia hanya untukurusan kebutuhan jasmani dan popularitas dengan nebeng pada nama Yesus yang lagi populer. Perikop ini berisikan kritikan kepada keluarga. Keluarga Yesus hanyalah bagi mereka yang setia menaati dan melakukan kehendak Allah. Maka kriteria keluarga Yesus adalah melakukan kehendak Allah seperti dikatakan Yesus, "Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga, mereka itu adalah keluarga-Ku". Jadi persaudaraan terjadi bukan hanya karena ikatan darah melainkan juga karena iman dan perbuatan baik yang dipersatukan oleh kehendak Allah. Semoga kita senantiasa mengusahakan hidup persaudaraan atau persahabatan sejati. Kita perangi dan berantas secara tuntas aneka gerakan yang berusaha memecah belah atau merusak persaudaraan atau persahabatan sejati.
Doa Malam
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, terima kasih atas Putra-Mu yang makanan-Nya ialah melakukan kehendak-Mu. Semoga sebagai murid-murid-Nya, kami pun mampu menjadi pelaksana kehendak-Mu. Dengan demikian kami menjadi ibu dan saudara-saudari dari Putra-Mu, Tuhan dan Penyelamat kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Senin. 23 Juli 2018.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin. 23 Juli 2018.
Hari Biasa Pekan XVI
Mikha (6:1-4.6-8)
(Mzm 50:5-6.8-9.16bc-17.21.23)
Matius (12:38-42)
"Animal symbolicum - Makhluk penanda."
Yah, selain sebagai "animal rationale", manusia juga kerap disebut sebagai makluk yang penuh dengan tanda. Bicara soal "tanda", seperti yang saya tulis dalam buku “TANDA” (RJK, Kanisius), ada banyak tanda di hidup kita: STNK-STTB-KTP, tanda baca-tanda mata-tanda cinta-tanda tangan dll.
Hari inipun, orang-orang Yahudi dan Farisi meminta "tanda" pada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda daripadaMu" (Mat 12:38). Sebenarnya, sudah banyak "tanda" yang dibuat oleh Yesus tapi karena hati mereka tertutup oleh iri dan dengki, maka mereka tidak peka melihatNya.
Itulah sebabnya, "tanda" sebenarnya punya ajakan yang indah yakni "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah."
Di lain matra, bukankah Tuhan sudah banyak memberikan tanda cinta yang penuh kedamaian kepada kita, lewat pelbagai "rahmat dan mukjizat" setiap harinya: akan sahabat yang meneguhkan, akan hari baru yang menyegarkan, akan kesehatan yang membahagiakan dan akan pelbagai kenangan dan "keindahan kecil" yang boleh kita alami dan syukuri.
Mengacu pada pesan hari ini, Nabi Mikha (Mik 6:8) mengajak kita menjadi "TANDA -TempAt Nampakkan Damai Allah", dengan 3 poros sikap dasar "KRS", antara lain:
1. K = Keadilan:
Bersikap positif dan sportif, bekerja sesuai hati nurani, menghargai hak dan kewajiban, tidak menjadi "parasit", merampas hak orang lain, mengorbankan dan merugikan hidup orang lain demi kepentingan sendiri.
2.R = Rendah hati:
Dalam bahasa latin, "humilitas" dari kata dasar "humus", yakni lapisan tanah yang mempunyai dua ciri: tidak menonjolkan diri sendiri dan selalu bisa menyuburkan hidup yang lain, mudah memahami tidak mudah menghakimi, sedikit berkata tapi banyak berbuat.
3.S = Setia:
Dalam bahasa Inggris, "faithfulness", yang mengandaikan konsistensi iman karena "setia" juga bisa berarti sebuah ajakan loyalitas untuk "Slalu Taat dan Ingat Allah." Pastinya, dengan rahmat kerahimanNya, semoga "KRS" boleh selalu hadir dalam hidup kita setiap harinya.
"Naik kuda di Pasar ikan - Jadilah tanda yang penuh kebaikan."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Prophetic - Kenabian."
Inilah salah satu tugas dasar Yesus sebagai tanda hadirnya surga ditengah dunia. Ia tidak hanya datang sebagai "raja/imam" tapi juga digambarkan sebagai seorang nabi. (Mrk 6:4,15; Mat 21:11; Luk 4:24; Kis 3:20-23).
Adapun beberapa ciri panggilan nabi, antara lain:
A) Ia penuh dengan Roh dan Firman Allah (Mat 21:42; 22:29; Luk 4:1,18; 24:27; Yoh 3:34).
B)Ia memiliki hubungan erat dengan Allah (Luk 5:16).
C) Ia menyampaikan nubuat (Mat 24:1-51; Luk 19:43-44).
D) Ia melakukan tindakan simbolis yang mengungkapkan kemuliaan Allah (Mat 21:12-13; Yoh 2:13-17).
E) Ia membongkar kemunafikan para pemimpin agama dan mengecam ketaatan mereka kepada tradisi dan bukan kepada Firman Allah (Mr 7:7-9,13).
F) Ia ikut merasakan kesedihan dan penderitaan Allah atas keadaan terhilang dari mereka yang tidak mau bertobat (Luk 13:34; 19:41).
G) Ia menekankan ajaran moral dari Firman Allah (kesucian, keadilan, kebenaran, kasih, kemurahan) dibandingkan ketaatan seremonial (Mr 12:38-40; Mat 23:1-36).
H) Ia memberitakan dekatnya pemerintahan dan penghakiman Allah (Mat 11:22,24; 10:15; Luk 10:12,14).
I) Ia memberitakan perlunya pertobatan (Mrk 6:12; Mat 4:17).
Nah, sebagaimana ketidakpercayaan pada kenabian Yesus menghalangi pengadaan mukjizat di kota asalNya, demikian pula ketidakpercayaan iman kita masih menghambat bekerjanya kuasa kenabian Yesus dalam hidup kita. Kegagalan untuk mempercayai Allah 100%, menyangkal kemungkinan terjadinya karunia kenabian.
Disinilah, kita diajak untuk terus belajar menjadi orang beriman yang "rahim", yang sportif, positif dan produktif, yang tak mudah merendahkan dan meremehkan orang lain karena sejatinya kenabian Tuhan kerap hadir lewat perjumpaan harian dengan sesama dan semesta.
"Cari galah di Sukabumi - Tambahkanlah iman kami" (Luk 17:5).
2.
"Ave crux spes unica - Salam hai Salib, harapan yang utama."
Inilah salah satu semangat yang juga saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius). Hal ini menegaskan bahwa iman tak bisa lepas dari "pengalaman salib", seperti yang juga dialami Yesus ketika diragukan dan dipinggirkan.
Adapun "trilogi salib" yang dialamiNya, al:
A.Stigmatisasi:
Yesus dicap buruk sebagai pengacau dan penghojat Allah.
B.Marginalisasi:
“Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar/tidak, ia mencari Tuhan.” Yesus setia selalu menjadi dan mencari kebenaran meski untuk itu, Ia harus di-“marginalkan”-disingkirkan dari "tengah kota" ke "pinggir kota".
C.Victimisasi:
Yesus menjadi korban dan bahkan disalibkan karena dosa iri dan dengki orang banyak.
Hari ini, kita diajak untuk menjadi tanda yang hidup dengan merenungkan bahwa Yesus tidak memanggul salibnya sendiri: Ada orang banyak yang turut ambil bagian, misalnya: Maria, Simon Kirene, Veronika. Mereka membantu Yesus demi cinta kepadaNya.
Dalam pemaknaan iman inilah, kita diajak untuk ikut "memeluk salib", terlebih ketika kita juga dicapburuk/ditolak, disingkirkan/dikambinghitamkan oleh yang lain. Secara kontemplatif, memeluk berarti: menjadi satu-erat tak terpisahkan dan realitas itu menjadi bagian utuh dari hidup kita.
Selain itu, di balik trilogi penyaliban ini, ditegaskan juga bahwa "pengalaman salib" merupakan cara Tuhan supaya iman kita semakin "joss": berakar sekaligus bersayap, berakar karena yakin bahwa Tuhan benar-benar mencintai kita ("pengalaman mistik") sekaligus bersayap karena membuat kita semakin tangguh mewartakan iman secara kontekstual ("pengalaman profetik").
Bukankah segala sesuatu yang buruk tidak selalu buruk bagi pertumbuhan rohani? Kerap, “pengalaman salib” malah melahirkan orang yang berdaya tahan. Kadang pengalaman salib juga memunculkan kesadaran kita untuk memeluk derita sebagai wujud cinta yang konkret kepada Kristus.
Yang pasti, iman menjadi lebih teguh dan lebih murni jika dihadapkan pada situasi sulit, bukan?
"Cari pita dari bunga Tulip - ada cinta di balik setiap pengalaman salib."
3.
Kutipan Teks Misa:
“Jiwa yang rendah hati tidak percaya pada dirinya sendiri, tetapi menempatkan semua keyakinannya pada Tuhan.” St. Faustina
Antifon Pembuka (Mik 6:8)
Yang dituntut Tuhan dari padamu tak lain tak bukan ialah berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahaluhur, ingatkanlah kami bahwasanya Engkau sejak semula mengusahakan keselamatan kami. Kiranya berkat sabda Putra-Mu kami Kauperkenankan ikut serta diselamatkan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Mikha (6:1-4.6-8)
"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu, apa yang dituntut Tuhan dari padamu."
Dengarkanlah sabda yang diucapkan Tuhan, "Bangkitlah, lancarkanlah pengaduan di depan gunung-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengar suaramu! Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan Tuhan, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab Tuhan mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia beperkara dengan Israel. "Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku! Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu. "Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Siapa yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.
Ayat. (Mzm 50:5-6.8-9.16bc-17.21.23)
1. "Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Daku, perjanjian yang dikukuhkan dengan kurban sembelihan!" Maka langit memberitakan keadilannya: Allah sendirilah Hakim!
2. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku! Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu!
3. "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
4. Itulah yang engkau lakukan! Apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan kamu? Aku menggugat engkau dan ingin berperkara denganmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya, akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah."
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Mzm 94:8ab)
Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:38-42)
"Pada waktu penghakiman ratu dari selatan akan bangkit bersama angkatan ini."
Sekali peristiwa beberapa ahli Taurat dan orang Farisi berkata kepada Yesus, "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Jawab Yesus kepada mereka, "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus; dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Yunus! Pada waktu penghakiman ratu dari Selatan akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu itu datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih daripada Salomo!"
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Kaum Farisi dan ahli Taurat ingin memastikan otentisitas ajaran dan perutusan Yesus. Mereka meminta sebuah “tanda,” sebuah tindakan atau hal yang dapat dilihat orang banyak yang dapat membuktikan bahwa Yesus memang utusan Allah dan bertindak dalam kuasa Allah. Jadi, para pemimpin agama ini tampil sebagai pembela ortodoksi atau kemurnian agama. Mereka mau melindungi umat dari kesesatan! Motivasi mereka tampaknya sungguh murni dan saleh.
Yesus menolak permintaan itu. Mukjizat tidak perlu dikerahkan demi pamer atau demi membuktikan relasi khusus-Nya dengan Bapa. Itu sudah Ia tegaskan sejak awal saat Ia digoda Iblis (Mat. 4:5-7). Yesus justru mengecam para pemimpin agama Yahudi itu, juga seluruh umat yang telah mereka sesatkan sebagai “angkatan yang jahat dan tidak setia.” Permintaan mereka akan tanda menunjukkan bahwa mereka gagal untuk percaya. Mereka tidak mengandalkan Allah.
Tanda hanya akan diberikan kepada mereka yang beriman. Iman mendahului tanda, bukan sebaliknya. Begitu seseorang percaya, orang itu akan melihat begitu banyak tanda dan jejak Tuhan dalam kehidupannya dan di alam semesta. Tanda adalah anugerah, pemberian cuma-cuma dari Allah, bukan hasil lobi atau desakan manusia. Bagaimana mungkin orang yang tidak beriman dapat melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan? Kepada mereka hanya akan diberikan tanda yang paling besar, sebuah tanda super, yaitu kebangkitan Yesus sendiri setelah tiga hari dalam kubur.
Yesus membandingkan diri-Nya dengan Nabi Yunus dan Salomo. Sekaligus dengan itu Ia mengecam kebutaan iman “angkatan ini.” Penduduk Niniwe yang “kafir” saja bertobat saat mendengar pesan Allah yang disampaikan oleh Yunus. Ratu dari selatan, yang juga seorang “kafir,” terbuka terhadap kebijaksanaan Allah yang ditampilkan oleh Raja Salomo. Yesus jauh lebih tinggi dan mulia dari Yunus dan Salomo! Sebelumnya, Yesus sudah menegaskan bahwa Ia “melebihi Bait Allah.” Dengan demikian, Yesus menegaskan jati diri dan pewartaan-Nya yang memenuhi sekaligus melebihi tiga lembaga inti agama Yahudi: keimaman, kenabian dan kerajaan! Kedatangan Yesus dan Kerajaan Allah yang dihadirkan-Nya melebihi apa yang sudah disaksikan dan diwarisi sepanjang sejarah Israel.
Pesan perikop ini sederhana. Pertama, iman sejati tidak butuh tanda dan mukjizat. Sibuk mencari tanda dan mukjizat sebenarnya adalah tanda kegagalan dalam beriman dan tanda bahwa yang bersangkutan tidak mengandalkan Allah. Kedua, jika sungguh beriman, kita dapat dengan mudah melihat begitu banyak tanda kasih Tuhan dalam pengalaman sehari-hari. Mukjizat itu sungguh nyata bagi orang beriman: tidak perlu yang hebat dan luar biasa, tetapi yang biasa dan sederhana. Mengapa? Sebab Yesus sudah melampaui dan menggenapi semua tanda dan nubuat para nabi dan raja dalam sejarah. (HM)
4.
MADAH HARIAN PAGI
(Senin, 23 Juli 2018)
Sumber cahaya mulia
Yang menerangi dunia
Malam Kauhentikan sudah
Kauterbitkan fajar cerah.
Engkaulah terang sejati
Melebihi matahari
Dasar lubuk hati kami
Kausinari Kauselami
Terangilah diri kami
Ya Bapa yang murah hati
Dengan rahmat dan kasih-Mu
Agar selamat selalu
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Dalam ikatan Roh suci
Sepanjang seluruh hari. Amin.
DOA
Ya Allah, Engkau telah mempercayakan bumi ini kepada manusia untuk dipelihara dan dikerjakan. Engkau juga menganugerahkan tanah kepada kami untuk didiami dan digarap. Maka kami mohon kepada-Mu, semoga kami pada hari ini bekerja dengan giat untuk memuliakan Dikau dan membantu sesama kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
5.
"WWF - WALK WITH FRANCIS"
Deus vult Pater vocari parvuli fiducia qui in brachiis recumbit illius qui ei vitam dedit.
God wants us to call Him Father, with the trust of children who abandon themselves in the arms of the One who gave them life.
Allah ingin kita memanggil-Nya Bapa, dengan kepercayaan anak-anak yang mengabaikan diri mereka di dalam pelukan Dia yang memberi mereka kehidupan.
=====
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS
DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Juli 2018 : "ROTI PERTAMA YANG DITAWARKAN KEPADA ORANG LAPAR DAN TERSINGKIR ADALAH ROTI SABDA."
Saudara-saudari terkasih, selamat pagi!
Injil hari Ini (bdk. Mrk 6:30-34) memberitahu kita bahwa, setelah perutusan pertama mereka, para Rasul kembali kepada Yesus dan mengatakan kepada-Nya “semua yang mereka kerjakan dan ajarkan" (ayat 30). Setelah pengalaman perutusan tersebut, tentu saja menarik tetapi juga melelahkan, mereka membutuhkan istirahat. Dan Yesus, penuh pengertian, prihatin dengan memberi kelegaan kepada mereka dan berkata : "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" (ayat 31). Namun, kali ini niat Yesus tidak dapat terwujud karena orang banyak, sedang menduga-duga tempat sunyi yang akan didatangi Yesus dengan menggunakan perahu bersama para Rasul-Nya, tiba di sana sebelum kedatangan Yesus dan para Rasul-Nya.
Hal yang sama bisa terjadi juga hari ini. Kadang-kadang kita tidak berhasil dalam melaksanakan rencana-rencana kita karena peristiwa tak terduga yang tiba tiba yang mengganggu program kita serta membutuhkan keluwesan dan ketersediaan akan kebutuhan orang lain.
Dalam berbagai keadaan ini kita dipanggil untuk meneladan apa yang diperbuat Yesus : “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” (ayat 34). Dalam frasa singkat ini, penginjil menawarkan kita kilasan intensitas tunggal, potret mata Sang Guru ilahi dan sikap-Nya. Kita mengamati tiga kata kerja dari hasil pemotretan ini : melihat, memiliki belas kasihan, mengajar. Kita dapat menyebut ketiganya kata kerja Sang Gembala. Tatapan Yesus bukanlah tatapan tak berpihak atau lebih buruk, dingin dan lepas, karena Yesus selalu melihat dengan mata hati. Dan hati-Nya begitu lembut dan penuh belas kasihan sehingga Ia mampu <melihat> bahkan kebutuhan paling tersembunyi dari orang-orang. Selain itu, belas kasihan-Nya tidak hanya menunjukkan reaksi emosional dalam menghadapi situasi penderitaan orang-orang, tetapi lebih dari itu: belas kasihan-Nya adalah sikap dan kecenderungan Allah terhadap manusia dan sejarahnya. Yesus muncul sebagai pengejawantahan perhatian dan kepedulian Allah terhadap umat-Nya.
Mengingat bahwa Yesus tergerak untuk memandang semua orang yang membutuhkan bimbingan dan bantuan, kita akan berharap bahwa Ia sekarang akan mulai melakukan mukjizat. Sebaliknya, Ia mulai mengajari mereka banyak hal. Inilah roti pertama yang ditawarkan Mesias kepada orang yang lapar dan tersingkir : roti Sabda. Kita semua membutuhkan sabda kebenaran, yang membimbing kita dan menerangi jalan. Tanpa kebenaran, yakni Kristus sendiri, tidaklah mungkin menemukan arah kehidupan yang benar. Ketika kita menjauhkan diri dari Yesus dan kasih-Nya, kita tersingkir dan keberadaan diubah menjadi kekecewaan dan ketidakpuasan. Bersama Yesus di satu sisi, kita dapat melanjutkan dengan aman; berbagai pencobaan dapat teratasi; kita berkembang dalam mengasihi Allah dan sesama kita. Yesus menjadikan diri-Nya karunia bagi orang lain, sehingga menjadi model kasih dan pelayanan bagi kita masing-masing.
Semoga Maria Tersuci membantu kita untuk mengatasi berbagai masalah, penderitaan dan kesulitan sesama kita, melalui sikap berbagi dan melayani.
[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]
Saudara-saudari terkasih,
Dalam pekan-pekan terakhir, telah terdengar berita tragis tentang karamnya kapal yang membawa para migran di perairan Mediterania. Saya mengungkapkan kesedihan saya, dalam menghadapi tragedi-tragedi semacam itu, dan saya memastikan mengingat dalam doa saya orang-orang yang meninggal dan keluarga-keluarga mereka. Saya mengimbau dengan sepenuh hati komunitas internasional untuk bertindak dengan tekad dan ketepatan waktu, guna menghindari tragedi serupa terulang kembali, dan menjamin keselamatan, penghormatan hak dan martabat semua orang.
Saya menyambut kalian semua, umat Roma dan para peziarah. Secara khusus, saya menyambut umat Keuskupan Rio do Sul (Brasil), orang-orang muda dari keuskupan Sevilla (Spanyol), dan orang-orang muda dari Keuskupan Pelplin (Polandia), yang datang dari Asisi dalam sebuah estafet doa untuk Sinode Para Uskup yang akan datang.
Saya memberi salam kepada berbagai kelompok paroki dan lembaga serta kelompok orang yang sangat muda dari Piazzola Sul Brenta, Keuskupan Vicenza.
Saya mengucapkan selamat hari Minggu dan tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya.
Selamat menikmati makan siang! Sampai jumpa.

Minggu, 22 Juli 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 22 Juli 2018
Hari Minggu Biasa XVI
Yeremia (23:1-6)
(Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
Efesus (2:13-18)
Markus (6:30-34)
“In nomine Dei feliciter – Dalam nama Tuhan semoga berbuah”.
Itulah salah satu harapan yang ditampakkan Yesus yang juga saya tulis dalam buku “Mimbar Altar” (RJK, Kanisius).
Harapan yang penuh semangat iman dan kasih inilah yang menjadi dasar dari karya dan warta Yesus bersama para muridNya sehingga mereka selalu membawa semua warta dan karyanya dalam nama Tuhan.
Adapun tiga jalan supaya kita semakin berbuah dalam nama Tuhan, al:
1.Reflektif:
Setelah berkarya, Yesus tak lupa mengajak mereka u/mengadakan refleksi. Kita juga diajak u/selalu masuk ke ruang hati: meluangkan waktu u/berdoa, setelah sibuk dengan karya, agar tidak dihanyut-larutkan o/afeksi, emosi, friksi - ambisi serta terpaan dan gosipan.
Dalam keheningan, bukankah kita lebih mudah menggapai kedalaman? Bukankah seorang empu pembuat keris, tidak cuma membuat pisau tajam berkelak-kelok belaka, tapi harus ada pamor nya? Bukankah seorang penari tidak cuma menari dg baik, tapi harus memiliki greget nya? Bukankah "pamor dan greget" itu bisa dicapai dalam "sabat"-perjumpaan pribadi dalam hadirat hening dengan Tuhan?
2.Transformatif:
Walaupun Yesus dan para murid sedang “off track/libur”, tapi hatiNya selalu “on track/lembur”: tergerak o/belas kasihan.
Ya, kendati lelah-lapar dan haus, Yesus mengajak kita u/selalu berani bertransfomasi/berubah haluan dari “ego-sentris ke kristus-sentris, menjadi pribadi yang beriman sekaligus berbelarasa.
Bukankah seperti harapan Paulus, “kita adalah surat cinta Tuhan, yang ditulis bukan dengan tinta di atas loh batu, tapi dengan roh pada hati?
3.Integratif:
Doa tak terpisah dari karya. Inilah sebuah hidup dan iman yang ber-integritas, utuh-penuh dan menyeluruh. Dalam bahasa Bunda Teresa yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius):
The fruit of silence is prayer,
The fruit of prayer is faith,
The fruit of faith is love,
The fruit of love is service,
The fruit of service is peace”
Disinilah, doa menjadi kekuatan karya sekaligus karya menjadi buah-buah dari doa kita.
Sudahkah kita juga beriman dengan utuh dan penuh?
“Kayu jati di Jati Asih – Milikilah hati yang selalu berbelaskasih”.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Compassion - Belas kasihan."
Inilah suatu perasaan kasih yang menggerakkan hati, yang membuat seseorang merasa ber-empati, sedih melihat derita sesamanya dan disertai dorongan yang kuat untuk menolong, tergerak dan bergerak. Mengacu pada bacaan hari ini, belas kasihan sendiri merupakan ciri khas Allah. (Ul 30:3; 2Raj 13:23; Maz 78:38; Maz 111:4) dan PutraNya Yesus (Mr 1:41; Mat 9:36; 14:14; 15:32; Luk 7:13;Mr 8:2).
Adapun tiga tingkatan belas kasih, yakni: “KUD”:
K arya belas kasih,
U capan belas kasih
D oa yang penuh belas kasih.
Pastinya, kita semua dipanggil untuk mengamalkan ketiga tingkatan belas kasih ini, tetapi tidak semua kita dipanggil dengan cara sama. Kita perlu datang kepada Tuhan, yang memahami pribadi dan situasi kita, untuk menolong kita mengenali berbagai macam cara dengan mana kita masing-masing dapat menyatakan belas kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Gereja selalu menganjurkan beberapa karya belas kasih secara jasmani, antara lain:
beri makan yang lapar-
beri minum yang haus-
beri tumpangan yang gelandangan-
mengenakan pakaian untuk yang telanjang-
mengunjungi orang miskin/tahanan
serta menguburkan orang mati.
Sedangkan karya belas kasih rohani, antara lain:
mengajar-
memberi nasehat-
menghibur-
membesarkan hati-
mengampuni-
menanggung dengan sabar hati-
mendoakan yang lain.
Yang pasti, betapa Tuhan kita menekankan hal ini kepada St Faustina:
“Aku menghendaki dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya. Bahkan iman yang terkuat sekalipun tak akan ada gunanya tanpa perbuatan."
Bagaimana dengan kita?
"Dari Brastagi ke Pulau Bali - Mari saling berbagi dan berpeduli."
B.
“Pastor Bonus – Gembala Baik!”
Inilah salah satu identitas Yesus, yang hatiNya mudah tergerak oleh belas kasihan.
Adapun tiga sikap gembala baik, antara lain:
1.Keseimbangan
"Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian dan beristirahatlah sejenak!"
Mereka bekerja tp tidak mabuk kerja.
Mereka ikut sibuk tp tidak larut dan hanyut dalam kesibukan.Mereka menyadari perlunya keseimbangan.
2.Kerahiman:
Ketika Yesus melihat orang banyak, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Inilah suatu perasaan kasih yang menggerakkan hati, yang membuat seseorang merasa ber-empati, sedih melihat derita sesamanya dan disertai dorongan yang kuat untuk menolong, tergerak dan bergerak.
Inilah ciri khas Allah (Ul 30:3; 2Raj 13:23; Maz 78:38; Maz 111:4) dan Yesus (Mr 1:41; Mat 9:36; 14:14; 15:32; Luk 7:13;Mr 8:2).
Dengan kata lain: Kasih-Nya adalah kasih yg penuh kerahiman, walaupun yg lain “libur”, Ia tetap “lembur” untuk terus mewartakan kerahiman ilahiNya. Ia selalu memberi, tidak pernah merasa cukup/selesai. Love always feel inadequate.
3.Kesaksian:
Keprihatinan Yesus melihat orang banyak terlantar mengingatkan kita akan keprihatinan Musa di akhir pengembaraan bangsa Israel:
"Biarlah TUHAN, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.” (Bil 27:16-17).
Disinilah, kita diajak untuk mewujudkan panggilan sebagai gembala di tengah banyak ancaman “serigala dunia”.
"Cari jala di Kalimati - Jadilah gembala yang murah hati."
C.
"Come away and rest a while"
Scripture:
Mark 6:30-34:
The apostles returned to Jesus, and told him all that they had done and taught. And he said to them, "Come away by yourselves to a lonely place, and rest a while." For many were coming and going, and they had no leisure even to eat. And they went away in the boat to a lonely place by themselves. Now many saw them going, and knew them, and they ran there on foot from all the towns, and got there ahead of them. As he went ashore he saw a great throng, and he had compassion on them, because they were like sheep without a shepherd; and he began to teach them many things.
Meditation:
What does the image of a shepherd tell us about God's care for us? Shepherding was one of the oldest of callings in Israel, even before farming, since the Chosen People had traveled from place to place, living in tents, and driving their flocks from one pasture to another. Looking after sheep was no easy calling. It required great skill and courage. Herds were often quite large, thousands or even ten thousands of sheep. The flocks spent a good part of the year in the open country. Watching over them required a great deal of attention and care.
Stray sheep must be brought back lest they die. Sheep who strayed from the flock had to be sought out and brought back by the shepherd. Since hyenas, jackals, wolves, and even bear were common and fed on sheep, the shepherds often had to do battle with these wild and dangerous beasts.
A shepherd literally had to put his life on the line in defending his sheep. Shepherds took turns watching the sheep at night to ward off any attackers. The sheep and their shepherds continually lived together. Their life was so intimately bound together that individual sheep, even when mixed with other flocks, could recognize the voice of their own shepherd and would come immediately when called by name.
God himself leads us like a good shepherd
The Old Testament often spoke of God as shepherd of his people, Israel. The Lord is my shepherd, I shall not want (Psalm 23:1). Give ear, O Shepherd of Israel, you who lead Joseph like a flock! (Psalm 80:1) We are his people, and the sheep of his pasture (Psalm 100:3). The Messiah is also pictured as the shepherd of God's people: He will feed his flock like a shepherd, he will gather the lambs in his arms (Isaiah 40:11)
Jesus told his disciples that he was the Good Shepherd who was willing to lay down his life for his sheep (Matthew 18:12, Luke 15:4, John 10). When he saw the multitude of people in need of protection and care, he was moved to respond with compassionate concern. His love was a personal love for each and every person who came to him in need.
Jesus is the Shepherd and Guardian of our souls
Peter the apostle called Jesus the Shepherd and Guardian of our souls (1 Peter 2:25). Do you know the peace and security of a life freely submitted to Jesus, the Good Shepherd? In the person of the Lord Jesus we see the unceasing vigilance and patience of God's love. In our battle against sin and evil, Jesus is ever ready to give us help, strength, and refuge. Do you trust in his grace and help at all times?
"Lord Jesus, you guard and protect us from all evil. Help me to stand firm in your word and to trust in your help in all circumstances. May I always find rest and refuge in the shelter of your presence."
Daily Quote from the Early Church Fathers.
"The pastures that this good shepherd has prepared for you, in which he has settled you for you to take your fill, are not various kinds of grasses and green things, among which some are sweet to the taste, some extremely bitter, which as the seasons succeed one another are sometimes there and sometimes not. Your pastures are the words of God and his commandments, and they have all been sown as sweet grasses. These pastures had been tasted by that man who said to God, 'How sweet are your words to my palate, more so than honey and the honeycomb in my mouth!' (Psalm 119:103)."
(Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 366.3)
D.
Kutipan Teks Misa:
Hanya orang yang dengan serius merenungkan betapa beratnya salib dapat memahami betapa seriusnya dosa. (St. Anselmus dari Canterbury)
Di tengah gelombang dahsyat samudera kehidupan yang mengamuk, di kiri dan kanan diterjang ombak... hanya satu yang kusayangi, hanya satu hartaku, satu hiburan yang membuatku lupa akan deritaku; itulah terang dari Tritunggal Mahakudus. – St. Gregorius dari Nazianze
Antifon Pembuka (Mzm 54:6-8)
Allah adalah Penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela aku mempersembahkan kurban dan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena baiklah nama-Mu.
See, I have God for my help. The Lord sustains my soul. I will sacrifice to you with willing heart, and praise your name, O Lord, for it is good.
Ecce Deus adiuvat me, et Dominus susceptor est animæ meæ: averte mala inimicis meis, in veritate tua a disperde illos, protector meus Domine.
Doa Pembuka
Ya Allah, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menggembalakan kami, kawanan-Mu. Semoga, kami hidup sebagai kawanan yang selalu bersatu dan tekun mendengarkan Sabda Putra-Mu, serta melaksanakannya dalam hidup kami sehari-hari. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (23:1-6)
"Aku akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku, dan Aku akan mengangkat gembala-gembala atas mereka."
Beginilah firman Tuhan, "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku, "Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai; kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalas kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan. Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka; mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman Tuhan. Sungguh, waktunya akan datang, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah nama yang diberikan orang kepadanya: Tuhan -- keadilan Kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di
Efesus (2:13-18)
"Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak."
Saudara-saudara, di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu 'jauh' sekarang sudah menjadi 'dekat' oleh darah Kristus. Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak, dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu permusuhan. Sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya. Dengan demikian Ia mengadakan damai sejahtera. Dalam satu tubuh Ia memperdamaikan keduanya dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan permusuhan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang 'jauh' dan kepada mereka yang 'dekat'. Sebab oleh Dia kita, kedua pihak, beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, allleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27)
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:30-34)
"Mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala."
Sekali peristiwa Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan perutusannya, mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak!" Sebab memang begitu banyaknya orang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak, banyak orang melihat, dan mereka mengetahui tujuannya. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus dan murid-murid-Nya. Ketika mendarat, dan melihat jumlah orang yang begitu banyak, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Seruan yang dilambungkan dalam antifon Mazmur Tanggapan hari ini sangat tepat menyimpulkan pesan sabda Allah yang disampaikan kepada kita pada hari ini: "Tuhanlah gembalaku, tak 'kan kekurangan aku." Ini menggambarkan bahwa Tuhan sungguh menggembalakan hidup umat-Nya. Keyakinan ini dapat kita lihat dalam perikop Kitab Yeremia pada hari ini. Di dalamnya, Tuhan memperingati para gembala umat agar menyadari tugas mereka sebagai gembala yang baik atas umat yang dipercayakan oleh Allah kepada mereka. Bila hal itu tidak terjadi, maka Allah akan membalas perbuatan mereka dan selanjutnya Allah sendiri menggembalakan umat-Nya hingga mengutus gembala pilihan-Nya yang akan melaksanakan tugas tersebut dengan bijaksana, adil dan benar.
Tugas penggembalaan tersebut akhirnya terpenuhi dalam diri Yesus. Bersama dengan para rasul, Yesus menampilkan diri-Nya sebagai gembala yang baik. Sikap belas kasih sangat menonjol dalam diri Yesus sehingga Ia menunjukkan diri sebagai gembala yang baik. Ia melaksanakan tugas tersebut tanpa kenal lelah dan tetap siap sedia untuk mengajar banyak orang. Di sinilah semakin ditampakkan apa yang diwartakan oleh Paulus kepada Jemaat di Efesus. Bahwa, dalam Kristus Yesus orang beriman semakin didekatkan kepada Allah sendiri. Yesus menyatukan kita dalam damai sejahtera dan menggembalakan kita untuk bersatu dengan Allah karena pertolongan Roh Allah sendiri.
Antifon Komuni (Mzm 111:4-5)
Perbuatan Tuhan yang agung pantas dikenang, Tuhan itu pengasih dan penyayang. Orang yang takut akan Dia diberi-Nya makanan.
The Lord, the gracious, the merciful, has made a memorial of his wonders; he gives food to those who fear him.
atau (Why 3:20)
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jika ada yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya, Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Behold, I stand at the door and knock, says the Lord. If anyone hears my voice and opens the door to me, I will enter his house and dine with him, and he with me.
E.
MADAH HARIAN PAGI
(Minggu, 22 Juli 2018 - Hari Minggu Biasa XVI)
Allah hidup dan meraja
Alleluya, alleluya
Maut sudah dikalahkan
Hidup sudah dilimpahkan.
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Hari ini hari Tuhan
Alleluya, alleluya
Hari penuh kesukaan
Hari raya kebangkitan
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Mari kita bergembira
Alleluya, alleluya
Bersyukur sambil memuji,
Bermadah sambil bernyanyi
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan. Amin.
DOA
Tuhan mahamurah, ampunilah hamba-hamba-Mu dan limpahkanlah kurnia rahmat-Mu kepada kami. Semoga semangat kami Kauteguhkan dengan iman, harapan dan cinta kasih, supaya kami tetap berkanjang mematuhi kehendak-Mu. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
======
Prayers of Gratitude
Thank you, God for the times You have said "no." They have helped me depend on You so much more
Thank you, God, for unanswered prayer. It reminds me that You know what's best for me, even when my opinion differs from Yours.
Thank You, Lord, for the things you have withheld from me. You have protected me from what I may never realize.
Thank You, God, for the doors You have closed. They have prevented me from going where You would rather not have me go.
Thank you, Lord, for the physical pain You've allowed in my life. It has helped me more closely relate to Your sufferings on my behalf.
Thank you, Lord, for the alone times in my life. Those times have forced me to lean in closer to You.
Thank you, God, for the uncertainties I've experienced. They have deepened my trust in You.
Thank You, Lord, for the times You came through for me when I didn't even know I needed a rescue.
Thank You, Lord, for the losses I have experienced. They have been a reminder that You are my greatest gain.
Thank You, God, for the tears I have shed. They have kept my heart soft and mold-able.
Thank You, God, for the times I haven't been able to control my circumstances. They have reminded me that You are sovereign and on the throne.
Thank You, God, for those people in my life whom You have called home to be with You. Their absence from this earth keeps my heart longing for heaven.
Thank You, God, that I have an inheritance in the heavenly places...something that this world can never steal from me and I could never selfishly squander.
Thank You, God, for the greatest gift You could ever give me: forgiveness through Your perfect Son's death on the cross on my behalf.
Thank You, God, for the righteousness You credited toward me, through the death and resurrection of Jesus. It's a righteousness I could never earn or attain on my own.
Thank You, Father, that You know me, You hear me, and You see my tears. Remind me through difficult times that You are God, You are on the throne, and You are eternally good.
And thank You, Lord, not only for my eternal salvation, but for the salvation You afford every day of my life as You save me from myself, my foolishness, my own limited insights, and my frailties in light of Your power and strength.
Do you want unity in your family?
In your relationships, office, ministry prayer group, among your friends?
If so, you’ve got to listen carefully because I have the solution.
It is not going to be easy.
It is not a nice solution.
It is a very painful solution
but it is the only solution that could bring unity to any group etc.
F.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL HARI MINGGU BIASA XV TAHUN B 22 Juli 2018 (Mrk 6:30-34) :
"KE TEMPAT SUNYI SEJENAK."
Rekan-rekan yang baik!
Kedua belas murid yang diutus dua berdua ke pelbagai tempat kini kembali berkumpul dengan dia. Injil jelas-jelas menyebut mereka “rasul”, artinya orang yang diutus.
Dalam pengutusan itu mereka dibekali kuasa atas roh jahat sehingga orang-orang yang mereka datangi dapat mulai mengenal siapa yang mengutus. Orang yang luar biasa. Dan ia bakal datang sendiri ke tempat kami! Tak mengherankan banyak yang tak sabar menunggu. Ada yang mengikuti para rasul yang kembali menemui sang Guru. Orang-orang itu ingin segera melihat sendiri siapa dia yang dikabarkan para utusannya.
Itulah suasana yang melatari Mrk 6:30-34 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI tahun B ini. Para pendengar di zaman ini boleh mencoba memasuki suasana batin itu dengan ikut merasa-rasakannya.
1.
KESADARAN YANG BERTUMBUH.
Terasa betapa besarnya semangat para utusan yang kembali tadi. Kiranya mereka berhasil dan diterima di mana-mana. Mereka merasa bisa leluasa berbicara mengenai siapa Yesus yang bakal datang ke tempat itu. Tidak dirincikan apa yang mereka sampaikan.
Tetapi boleh kita simpulkan dari sebuah peristiwa lain yang dicatat dalam Mrk 8:27-30. Di Kaisarea Filipi, dalam perjalanan berkeliling dari tempat ke tempat, Yesus menanyai para murid apa kata orang mengenai siapa dia itu. Ada pelbagai pendapat: Yohanes Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Begitulah pengertian orang banyak sebelum mendengar pewartaan para rasul.
Kemudian Yesus pun menanyai murid-muridnya siapakah dia itu menurut mereka sendiri. Mewakili para murid, dalam Mrk 8:29 Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah keyakinan mereka. Dan tentunya keyakinan inilah yang mereka sampaikan kepada orang banyak.
Tetapi ada masalah. Bagaimana dengan larangan keras Yesus agar jangan memberitahukan tentang dia kepada siapa pun pada akhir peristiwa itu (Mrk 8:20)? Memang Yesus tidak menyangkal kemesiasan yang diyakini para murid tadi. Yang tidak dimauinya ialah mengobral sebutan Mesias begitu saja dengan akibat mudah disangkut-pautkan dengan gerakan mesianisme politik waktu itu.
Dari peristiwa ini dapat diperkirakan bahwa yang diberitakan para utusan tadi ialah kemesiasan Yesus yang sejati. Itulah yang mereka sampaikan dalam ujud ajakan agar orang berpikiran luas (“bertobat”) dan menjadi manusia utuh (tidak dikuasai “setan” dan “penyakit”) seperti tertulis dalam Mrk 6:12-13. Dengan keyakinan ini, para rasul sendiri juga semakin menyadari siapa Yesus itu. Inilah kiranya yang sekarang dibicarakan para rasul di hadapan sang Guru.
Sementara itu orang banyak juga berdatangan mengerumuni para rasul yang sedang berkumpul kembali dengan Yesus. Orang-orang pergi datang menemui murid-murid dan guru mereka sehingga makan pun mereka tak sempat (Mrk 6:31).
Catatan ringkas Markus itu menunjukkan betapa besarnya harapan orang-orang itu. (Makin terasa bedanya dengan orang-orang yang mempertanyakan wibawa Yesus dalam Mrk 3:20-30.).
Di sana, di sebuah rumah, Yesus kini dikerumuni orang banyak. Markus menambahkan bahwa “makan pun mereka tidak dapat” karena tidak mau kehilangan kesempatan mendekat kepadanya. Tapi di tempat seperti ini, ironinya, sanak dekat Yesus sendiri menganggapnya “tidak waras lagi”, dan ahli-ahli Taurat mengatakan Yesus “kerasukan Beelzebub”, nama iblis yang amat ditakuti. Tetapi kini dalam Mrk 6:30-34 komentar-komentar sumbang seperti itu tidak lagi terdengar. Orang-orang yang berdatangan mengikuti para rasul menemui Yesus itu penuh antusiasme dan harapan.
2.
MENDALAMI PENGALAMAN.
Yesus mengajak para murid pergi ke tempat yang terpencil, Yunaninya “erÄ“mos”, untuk sejenak beristirahat. Mereka pun berkayuh ke seberang danau. Dalam bahasa Yunani, kata yang ini dipakai untuk menyebut tempat sunyi dan juga bagi padang gurun. Tetapi tempat sepi kali ini ialah perahu, tempat mereka berada hanya dengan guru mereka.
Yesus mengajak murid-murid untuk menyepi seperti dia sendiri dulu di padang gurun. Dulu di padang gurun Yesus semakin menyadari pernyataan dari surga bahwa ia anak terkasih dan kepadanya Allah berkenan (Mrk 1:11-12). Para rasul baru saja mengalami keberhasilan dalam berwarta dan menyembuhkan orang dari kuasa roh jahat dengan kuasa yang dibekalkan Yesus.
Mereka perlu mengendapkan pengalaman ini. Bila tidak, mereka nanti bisa jatuh dalam tindakan pengusiran setan dan penumpangan tangan serta macam-macam talk show dan tidak lagi melihat inti pelayanan yang sebenarnya. Mereka mulai mengalami bagaimana memakai bekal kuasa atas roh jahat. Perkara yang tidak bisa dilakukan dengan asal saja.
Begitulah setapak demi setapak mereka diikutsertakan dalam pelayanan Yesus kepada orang-orang sezamannya. Di tangan orang yang keyakinannya kurang lurus dan mendalam, kuasa seperti itu malah bisa disalahgunakan untuk menunjukkan kebesaran diri, bukan menyiapkan kedatangan sang Guru. lebih parah lagi, yang mau memakainya secara asal-asalan bisa celaka.
Diceritakan dalam Kis 19:13-20 nasib ketujuh anak Skewa yang mau mengusir setan atas nama Yesus. Tapi orang yang kerasukan di Efesus itu malah menertawakan, lalu menubruk ketujuh dukun mogol itu dan menindih mereka sambil menghajar sampai mereka babak belur dan lari terbirit-birit telanjang.
Kita tidak mendengar seluk beluk yang terjadi selama para rasul berlayar bersama Yesus. Boleh jadi sang Guru memberi petunjuk-petunjuk. Boleh jadi mereka bertanya mengenai macam-macam roh. Bisa jadi tak banyak yang diperkatakan. Tetapi mereka akan teringat pengalaman pernah ketakutan di perahu yang diombang-ambingkan angin ribut dan amukan ombak. Ketika itu Yesus tetap bisa tidur enak. Mereka juga menyaksikan bagaimana Yesus menghardik diam gelombang dan badai. Masih terngiang kata-kata Yesus: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40).
Kini, juga di perahu, dalam suasana tenang mereka akan mengingat kembali kejadian tadi. Betapa jauhnya ketakutan tadi, betapa jauhnya ketakpercayaan tadi. Kuasa hebat itu juga sudah bisa dibekalkan kepada kami.
Dan bisa kami pakai menolong orang. Dan tentunya ada banyak hal lagi yang terkilas dalam benak mereka dan mereka endapkan di saat-saat hening bersama sang Guru ini.
3.
DINAMIKA DI TEPI DANAU.
Orang banyak yang tadi berkerumun sempat melihat Yesus dan murid-muridnya naik perahu menjauh. Orang-orang itu tahu ke mana Yesus dan para murid pergi dan mendahuluinya lewat jalan darat. Tentunya perahu berhenti di tengah danau dan di situ para murid diajak sang Guru mendalami pengalaman batin.
Karena itu orang-orang yang mengikuti lewat jalan darat lebih dahulu sampai. Mereka menunggu Yesus dan murid-muridnya. Ketika turun dari perahu dan melihat orang banyak sudah di sana maka Yesus tergerak hatinya melihat mereka seperti domba yang tidak ada gembalanya. Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka. Tersirat kritik kenabian dari pihak Yesus. Para pemimpin masyarakat Yahudi membiarkan orang banyak tak terurus.
Apa kiranya “banyak hal” yang disebut Markus diajarkan Yesus kepada orang-orang itu (Mrk 6:34)? Injil Matius tidak menyebutkannya. Boleh jadi Matius mengandaikan pembacanya sudah tahu.
Tetapi dari Injil Lukas dapat sedikit didengar apa yang dimaksud Markus dengan “banyak hal” itu. Dalam Luk 9:11 disebutkan Yesus menerima orang banyak yang sudah menantikan di luar tempat ia berada dan “berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.
Dan kiranya banyak hal yang diajarkan kepada orang-orang tadi ialah mengenai Kerajaan Allah. Mereka seperti domba tanpa gembala. Kini gembala yang mereka temukan ialah yang membawa mereka ke dalam Kerajaan Allah.
Dan hari itu banyaklah yang mereka peroleh dari pengajaran dari Yesus. Mereka mendapat makanan batin. Dan sebentar lagi mereka akan mendapat makanan berlimpah juga.
Kumpulan orang tidak akan bergerak bila tidak digerakkan.
Cukup bila ada orang yang berinisiatif dan yang lain-lain akan ikut. Bisa dilihat dalam tiap kerumunan. Dan biasanya terjadi bila ditargetkan ke satu hal. Misalnya arena tontonan pemusik rock, pertokoan dan rumah yang dijarah dalam amuk masa, atau seperti di sini, kelompok Yesus dan murid-muridnya. Apa yang dapat kita simpulkan?
Di antara orang yang berduyun-duyun datang tadi pasti ada murid para rasul yang menyemangati dan menggerakkan orang berjalan ke tepi lain danau mendahului Yesus dan murid-muridnya. Para penggerak itu tidak disebutkan secara khusus. Tetapi kehadiran mereka tak diragukan. Dan mereka itulah nanti yang akan menghidupkan kelompok ini. Mereka inilah yang mendengar dan mencatat “banyak hal” yang diajarkan Yesus.
Bacaan dari Mrk 6:30-34 ini boleh jadi membuat kita ingin menjadi tokoh-tokoh yang ada di sana. Tapi akan kurang realistis bila kita tempatkan diri kita sebagai Yesus atau para rasul. Sebaiknya mereka ini kita amat-amati kita dengarkan, kita coba kenali lebih dalam. Dan kita akan belajar banyak dari mereka.
Ada dua peran lain yang dapat diikuti, yakni orang banyak yang antusias dan penuh harapan dan para penggerak mereka yang tak disebut, tapi hadir dan bekerja di antara mereka. Banyak yang dapat terjadi. Mereka saling menguatkan. Mengusahakan perbaikan. Membaca keadaan dan menghadapi dengan kekuatan harapan dan kepercayaan. Dan masih banyak lagi yang bakal muncul dalam kehidupan nyata. Dan semuanya ini boleh terjadi di sana, di tempat ia sudah ditunggu. (AG)

SIGNS OF SILENCE



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
“SIGNS OF SILENCE”.
Ordo Sistersien Observansi Ketat (O.C.S.O.; Ordo Cisterciensis Strictioris Observantiae), adalah salah satu tarekat religius Katolik Roma yang menjalani kehidupan monastik kontemplatif tertutup dengan mengikuti Peraturan Santo Benediktus yang ditulis pada abad ke-6, yang mendeskripsikan nilai-nilai dari kehidupan monastik sebagai panduan hidup.
Bagi komunitas yang mengikuti peraturan St. Benediktus, kehidupan dalam keheningan dianggap suatu cara untuk mencapai kekudusan dan berdiam diri dimaksudkan untuk menguduskan hari yang sedang dijalani.
Para Trapis biasanya hanya berbicara jika diperlukan; dengan demikian bicara tak berguna/omong kosong sangat tidak dianjurkan.
Menurut St. Benediktus, banyak bicara dapat mengarah kepada pembicaraan remeh temeh, yang dapat mengganggu daya penerimaan dan ketenangan seorang murid, dapat menggoda seseorang untuk mengikuti kehendaknya sendiri/ kehendak duniawi dan bukannya kehendak Allah, dan terbuka kepada godaan setan.
Bicara yang mengarah pada gelak tawa atau hiburan yang tidak baik dipandang sebagai kejahatan dan dilarang.
Untuk menjaga keheningan/ silentium, para Trapis di abad ke-9 mulai mengembangkan bentuk bahasa isyarat/ bahasa tanda untuk berkomunikasi satu sama lain tanpa banyak bersuara, namun “catatan resmi” mengenai bentuk bahasa tanda ini lebih banyak ditemukan berasal dari masa setelah abad ke-12.
Bahasa isyarat ini diajarkan turun temurun, dan masih ditemukan dipakai oleh para Trapis yang lebih tua.
Bahasa tanda adalah suatu produk dari kebutuhan berkomunikasi dalam komunitas sembari memelihara “warisan” praktek suci keheningan.
-----------
BAHASA TANDA CISTERCIENSIS
Abang / kakak =
Tangan ditarik dari dagu seperti menarik janggut.
Abas =
Telunjuk dan jari tengah diletakkan di dahi,
Abu =
Ibu jari, telunjuk dan jari tengah digeser-geserkan.
Adik =
Tanda abang dan muda
Ada =
Kedua ujung telunjuk bertemu dengan membentuk sudut sekitar enam puluh derajat.
Ajar/ belajar =
Kedua tangan dikepal, diletakkan di atas dahi.
Aduk/ mengaduk =
Tangan kanan digerak-gerakkan seperti mengaduk.
Air =
Ibu jari dan jari-jari lainnya dikumpulkan dan diarahkan ke atas.
Ayah/ bapak =
Tanda “abas” dan “orang dunia”.
Ayam =
Tanda “burung” dan “telur”.
Aku =
Ujung telunjuk diarahkan ke dada.
Allah/ Tuhan =
Kedua ibu jari dan telunjuk dipersatukan membentuk segitiga yang tegak mengarah ke atas.
Ambil =
Tangan digerakkan seperti mengambil.
Ampun/ maaf =
Memukul-mukul dada.
Anak =
Kelingking diletakkan di mulut.
Anjing =
Daun telinga ditarik dengan ibu jari dan telunjuk.
Anggur =
Ujung telunjuk diletakkan di ujung hidung.
Angin =
Tangan digerak-gerakkan di muka mulut sambil dihembus.
Angkat =
Tangan digerakkan seperti mengangkat.
Antiphonarium =
Ibu jari tangan kiri dijepitkan antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
Apa =
Mengangkat bahu dengan muka seperti bertanya.
Api =
Ujung telunjuk dihembus.
Arang =
Tanda “kayu” dan “hitam”.
Arca =
Lidah dikeluarkan sedikit, sedangkan telunjuk dan ibu jari tengah diletakkan di kanan-kirinya.
Atas =
Tangan dilayangkan ke atas.
Babi =
Telunjuk ditekankan ke sisi hidung sambil diputar-putar.
Baptis =
Tangan berbuat seperti mencurahkan air, mempermandikan.
Bagaimana =
Mengangkat bahu, muka seperti bertanya.
Bagi/ bagian =
Tangan kanan digerakkan di lengan kiri, membentuk gerakan seperti memotong-motong.
Bagus =
Di dekat muka tangan kanan ditarik dari atas ke bawah.
Baik =
Tangan kanan digeserkan di dada.
Bayi =
Tanda “anak” dan “kecil”.
Bakul/ tenggok =
Telunjuk membuat lingkaran horisontal, lalu dengan kedua tangan membuat seperti mengangkat bakul.
Bola =
Kedua tangan digerakkan membentuk bola.
Balik =
Tangan digerakkan ke belakang. ( = kembali)
Bangku =
Tanda “meja” dan “rendah”.
Bangun =
Ibu jari dan telunjuk dilekatkan lalu dibuka dekat mata.
Baris =
Kelingking tangan kanan digariskan di tangan kiri.
Baru =
Kelingking diletakkan di mulut.
Bahasa =
Lidah diperlihatkan dan hampir disentuh dengan telunjuk.
Baca/ membaca/ bacaan =
Kedua tangan dipersatukan membentuk buku lalu diamat-amati seperti membaca.
Batu =
Tangan mengepal lalu dipukulkan ke kepala.
Bawa =
Tangan kanan melakukan gerakan seperti membawa.
Bawah =
Tangan kanan diserokkan ke bawah.
Bel =
Berbuat seperti mengebel.
Belakang =
Tangan kanan digerakkan ke belakang.
Benih =
Ibu jari digerak-gerakkan pada ujung kelingking.
Berapa =
Tanda “bagaimana” dan “banyak”.
Berat =
Tangan digerakkan seperti mengangkat benda berat.
Beres =
Kedua tangan digeser-geserkan pada dada.
Beri/ memberi =
Tangan berbuat seperti memberi.
Berkat/ memberkati =
Tangan terbuka membuat salib seperti memberkati.
Bersih =
Sama dengan “bagus”.
Besar =
Tangan terbuka digerakkan ke atas tinggi-tinggi.
Besi =
Telunjuk dan jari tengah tangan kanan digeser-geserkan di atas telunjuk dan jari tengah tangan kiri.
Besok =
Tangan mengepal diturunkan ke muka.
Biji =
Sama dengan “benih”.
Bimbang =
Sama dengan “kira-kira”.
Binatang =
Punggung telunjuk melengkung diletakkan di ujung hidung.
Biru =
Tangan mengepal diletakkan di mata.
Bodoh =
Sama dengan “batu”.
Buah =
Lengan kanan ditegakkan, siku disandarkan pada tangan kiri.
Buat =
Tangan kanan mengepal dipukulkan pada tangan kiri yang mengepal juga.
Bubur =
Tangan kanan terbuka dijatuhkan pada tangan kiri yang mengepal.
Buku =
Tangan kanan dan tangan kiri ditepukkan dan dibuka-buka seperti membuka buku.
Bulan/ month =
Tangan kanan terbuka miring, diletakkan pada tangan kiri di atas siku.
Bunga =
Ibu jari, telunjuk dan jari tengah dipersatukan lalu didekatkan ke hidung seperti mencium bunga.
Burung =
Tanda “binatang” dan “sayap”.
Buta =
Mata ditutup dengan ibu jari dan telunjuk.
Cat =
Tangan kanan diusap-usapkan pada tangan kiri seperti orang mengecat.
Celana =
Membuat seperti memakai celana.
Cermin =
Tanda “kaca” dan “arca”.
Cium/ pax =
Tangan mencium seperti pada “pax tecum”.
Cukup =
Ibu jari digariskan di bawah dada.
Cukur =
Berbuat seperti menggunting rambut.
Curi =
Tangan kanan digerakkan serong ke muka lalu ke belakang.
Cuci =
Ujung tangan kanan ditepuk-tepukkan pada bagian dalam tangan kiri.
Daftar =
Tanda “baris”.
Dahulu =
Tanda “kemarin”.
Damai =
Tangan mengepal dibawa ke mulut seperti akan dicium.
Dapur =
Tanda “rumah” dan “masak”.
Darah =
Tanda “air” dan “merah”.
Datang =
Telunjuk melengkung ke atas digerak-gerakkan seperti memanggil.
Daun =
Tanda “kertas” dan “hijau”.
Demam =
Berbuat seperti memeriksa nadi, tangan kanan diletakkan di pergelangan tangan kiri.
Dengan =
Tangan kanan dan tangan kiri digerakkan-gerakkan hampir bertepuk.
Dengar =
Telinga diketuk-ketuk dengan kelingking.
Diam =
Mulut ditutup dengan ibu jari.
Dingin =
Tangan digerakkan gemetar seperti kedinginan dengan jari-jari dalam keadaan melengkung.
Doa =
Kedua tangan dibuat seperti berdoa.
Dokter =
Tanda “orang” dan “demam”.
Domba =
Tanda “binatang” dan “pakaian”.
Dosa =
Memukul dada.
Duduk =
Berbuat seperti duduk.
Ember =
Buat lingkaran dan tanda “angkat” dan “air”.
Enak/ lezat =
Lidah diperlihatkan sedikit dan tangan digerakkan dari atas ke bawah di mukanya.
Engkau =
Menunjuk kepada orang yang dikehendaki.
Entah =
Menjungjung bahu atau tanda “tidak” dan “mengerti”.
Es =
Tanda “air” dan “keras”.
Foto =
Tanda “arca” dan membuat lingkaran dengan ibu jari dan telunjuk di muka mata.
Gambar =
Tanda “arca”
Gandum =
Tanda “benih” dan dua tangan mengepal digosok-gosokkan.
Garam =
Telunjuk diletakkan pada ujung lidah.
Garpu =
Ketiga jari terbuka seperti membuat garpu.
Gelap =
Tanda “buta”.
Gemuk =
Kedua tangan membulat di pipi kanan dan kiri.
Gereja =
Kedua tangan diangkat lalu dipersatukan di muka dada.
Gergaji =
Tangan kanan berbuat seperti menggergaji tangan kiri.
Gudang =
Tanda “rumah” dan “simpan”.
Gunung =
Dua tangan bergerak membentuk puncak gunung.
Guru =
Tanda “kepala” dan “belajar”.
Habis =
Tangan terbuka diangkat ke atas.
Halus =
Tangan kanan mengusap punggung tangan kiri dengan perlahan-lahan.
Harus =
Tangan mengepal diletakkan di lengan kiri yang mengepal juga.
Hati =
Tanda “jantung”.
Hari =
Telunjuk diletakkan di pipi kanan.
Hawa =
Tanda “angin”.
Hijau =
Telunjuk dan jari tengah membuat garis dari telinga ke hidung.
Hilang =
Tangan kanan disapukan tangan kiri.
Hitam =
Telunjuk diletakkan di kumis.
Hujan =
Jari-jari dipersatukan, tangannya diturunkan ke bawah.
Huruf =
Ibu jari dan telunjuk berbuat seperti menulis.
Hutan =
Tanda “tempat” dan “kayu”.
Imam =
Kedua tangan diangkat sepertin konsekrasi.
Iman =
Jari-jari disilangkan.
Ini/ now =
Telunjuk menunjuk ke bawah.
Itu =
Telunjuk menunjuk ke kejauhan.
Injil/ diakon =
Tanda “buku” dan “stola miring di dada”.
Jahit =
Berbuat seperti menjahit.
Jalan/ berjalan =
Dua tangan terbuka sejajar miring, digerakkan maju.
Jam/ time =
Dua kelingking digerak-gerakkan, sedangkan jari-jari lainnya mengepal.
Jantung =
Dengan kedua telunjuk membuat tanda hati di dada.
Jarum =
Telunjuk kiri ditunjuk dengan jari kanan serta membuat tanda “jahit”.
Jauh =
Tangan terbuka dilemparkan jauh-jauh ke muka.
Jendral/ umum =
Tangan mengepal digerak-gerakkan.
Jubah =
Memegang sebagian dari lengan jubah.
Kaya =
Tanda “banyak’ dan “uang”.
Kayu =
Tangan kanan menggelangi tangan kiri.
Kamar =
Tanda “rumah”.
Kamus =
Tanda “buku” dan “kata”.
Kap =
kapnya dipegang.
Kapal =
Kedua tangan terbuka dipersatukan ke muka.
Kapan =
Tanda “hari” atau “waktu” dan “apa”.
Kapas =
Tanda “pakaian”.
Kapur =
Tanda “tulis” dan “putih”.
Kasar =
Punggung tangan kiri digaruk-garuk tangan kanan.
Katak =
Kulit kerongkongan ditarik.
Kata =
Telunjuk diletakkan di mulut.
Kaca =
Gigi diketuk-ketuk dengan ujung kuku telunjuk.
Kacang =
Telunjuk dan jari tengah digeser-geserkan telunjuk kiri.
Katolik =
Membuat tanda salib.
Kaul =
Telunjuk kanan dihubungkan erat dengan telunjuk kiri.
Kebun =
Kedua telunjuk membuat lingkaran horisontal.
Keju =
Tangan kanan diusap-usapkan tangan kiri.
Kehendak =
Tangan kanan berbuat seperti memotong pergelangan tangan kiri.
Keledai =
Ibu jari diletakkan di ujung telinga dan kelingking digerak-gerakkan.
Keluarga =
Tangan kanan berjabatan dengan tangan kiri.
Kentang =
Telunjuk kanan diletakkan dan diputar-putar di tangan kiri.
Kepala/ pimpinan =
Jari tengah diperlihatkan tegak.
Keras =
Punggung tangan kiri diketuk dengan punggung telunjuk kanan yang melengkung.
Kerja =
Tanda “buat’.
Kereta =
Kedua ibu jari digerak-gerakkan seperti roda.
Kering =
Ujung telunjuk kanan diketukkan pada punggung tangan kiri.
Kertas =
Punggung tangan kanan dan kiri digeser-geserkan.
Kecewa =
Tanda “nangis”.
Kecil =
Kelingking diperlihatkan tegak.
Khayal =
Tangan terbuka dilayangkan di atas kepala.
Khotbah =
Tangan kanan dan kiri digerakkan sejajar seperti baru berkhotbah.
Kitab =
Tanda “buku”.
Koki =
Tanda “kepala” dan “masak”.
Kopi =
Tangan kanan mengepal diputar-putarkan pada tangan kiri yang mengepal juga.
Koor =
Tangan kanan dan kiri membuat sudut.
Kotor =
Tangan kanan melakukan gerakan seperti mengambil kotoran dari hidung.
Kuat =
Tangan mengepal kuat serta mengangkat.
Kubis/ kol =
Tangan dua mengepal dipersatukan.
Kuburan =
Tanda “tempat” dan “mati”.
Kuda =
Tangan ditempatkan di kepala, jari-jarinya terbuka lalu tertutup.
Kudus =
Dua tangan bersilang diletakkan di dada.
Kukula/ kovel =
Tangan kanan ditarik di bawah lengan kiri seperti menunjukkan kukula (kovel).
Kulit =
Ibu jari dan telunjuk menjepit kulit punggung tangan kiri.
Kunjungan =
Tanda “keluarga”.
Kuning =
Telunjuk dan jari tengah membuat garis dari dahi ke hidung.
Kunci =
Melakukan gerakan seperti memutar-mutar kunci.
Kucing =
Melakukan gerakan seperti memutar-mutar kumis.
Lain =
Tangan kanan dan kiri diputar-putar saling melingkari.
Layan =
Tangan dua berbuat seperti mengenakan ikat pinggang.
Lama/ tua =
Punggung dibungkukkan seperti orang tua.
Lampu =
Tanda “api”.
Langit/ surga =
Memandang dan menunjuk ke atas langit.
Lari =
Tanda “berjalan” dan “cepat”.
Lebah =
Tanda “sayap” dan “manis”.
Lebih =
Tanda “terlalu banyak”.
Lelah =
Tangan dua diturunkan seperti orang kelelahan.
Lembu =
Tangan diletakkan di atas kepala, telunjuk dan ibu jari tengah dalam keadaan mengacung.
Lilin/ akolit =
Tangan kanan disangga pada bagian siku oleh tangan kiri, dan telunjuk diperlihatkan.
Lem/ perekat =
Telunjuk dan ibu jari dilekat-lekatkan.
Licin =
Tangan kanan digelincirkan di punggung tangan kiri.
Luar =
Telunjuk kanan diletakkan di antara telunjuk dan jari tengah tangan kiri, lalu dikeluarkan.
Lupa =
Tangan berbuat seperti lenyap dari kepala.
Maaf =
Memukul dada.
Maju/ di muka =
Tangan diajukan.
Mahkota =
Membuat lingkaran di kepala.
Makan =
Tiga jari beberapa kali diarahkan ke mulut.
Malaikat =
Tanda “sayap” dan “kudus”.
Malam =
Tanda “buta”.
Mandi =
Tangan berbuat seperti mandi.
Manis =
Telunjuk diletakkan di antara bibir.
Mantol =
Tangan terbuka lalu keduanya mengepal di dada.
Maria =
Tanda ‘ibu’ dan ‘Tuhan’.
Martir =
Tanda ‘kudus’ dan ‘merah’.
Martyrologium =
Tanda “buku” dan “segala orang kudus”.
Mas/ gold =
Tanda ‘besi’ dan ‘kuning’.
Masak =
Jari-jari kedua tangan dipersatukan, lalu digerak-gerakkan ke atas.
Masam =
Tenggorokan digaruk dari dagu ke araj jakun.
Asin =
Tanda ‘garam’.
Masuk =
Telunjuk kanan dimasukkan di antara telunjuk dan jari tengah tangan kiri.
Mati =
Tangan mengepal, sedangkan ibu jarinya tegak ditekankan pada dagu.
Macam =
Tanda “baris”.
Meja =
Tanda ‘kayu’ dan kedua tangan dipersatukan secara horisontal, lalu perlahan-lahan diceraikan.
Menit =
Telunjuk dan ibu jari bergeseran.
Mentega =
Ujung jari-jari tangan kanan diusap-usapkan pada telapak tangan kiri.
Merah =
Ujung telunjuk diletakkan pada bibir.
Mesin =
Tanda “kereta”.
Minyak =
Telunjuk diusapkan di antara kedua bibir.
Minta =
Tangan diletakkan di mulut.
Minum =
Ujung ibu jari ditempatkan di bibir, sedangkan keempat jari lainnya mengepal, tangan digerakkan ke atas sedikit.
Miskin =
Tangan kanan berbuat seperti meminta-minta.
Muda =
Tanda “baru”.
Nama =
Ibu jari dan telunjuk berbuat seperti menulis.
Nasi =
Tanda “benih” dan “putih”.
Natal =
Tanda “hari” dan “Tuhan” dan “anak”.
Perlahan-lahan =
Tanda “halus”.
Perlu =
Tangan kanan menjepit lengan jubah kiri bagian bawah.
Pesta =
Tangan kanan berkali-kali menggergaji pergelangan tangan kiri.
Petani =
Tanda “orang mencangkul”.
Peti =
Kedua tangan merupakan sisi-sisi kotak.
Pecah/ rusak =
Kedua tangan mengepal, lalu melakukan gerakan seperti memecahkan sesuatu.
Pikir =
Tanda “khayal”.
Pilihan/ stem =
Tangan kiri memegang tangan kanan.
Pintu =
Tanda “kayu”.
Pipa =
Ibu jari dan telunjuk melakukan gerakan seperti memegang pipa di muka mulut.
Piring =
Membuat lingkaran dengan telunjuk di tangan kiri yang terbuka, lalu ujung telunjuk diletakkan di tengahnya.
Pisau =
Melalukan gerakan seperti mengiris.
Psalm =
Ibu jari di mulut dan jari-jari lainnya yang terbuka digerak-gerakkan.
Puas =
Tanda “beres”.
Puasa =
Ibu jari dan telunjuk menjepit mulut.
Putih =
Telunjuk dna jari tengah digaruk-garukkan di bawah mulut.
Putus =
Tanda “pecah”.
Rabuk =
Tangan kanan mengepal digosok-gosokkan di pelipis.
Raja =
Tanda “mahkota”.
Rahasia =
Tangan kanan disembunyikan di ketiak kiri.
Rebus =
Tanda “masak”.
Rendah =
Tangan kanan ditempatkan ke bawah rendah-rendah.
Roda =
Kedua ibu jari digerak-gerakkan seperti roda.
Roh=
Tanda “khayal”
Roma =
Tanda “tempat” dan “Paus”.
Roti =
Kedua ibu jari dan telunjuk dipersatukan horisontal.
Rumah =
Jari-jari tangan kanan dan kiri dipersatukan seperti atap.
Rumput =
Kedua tangan terbuka ke bawah, sejajar, digerakkan naik-turun satu persatu.
Sabun =
Tangan mengepal digosok-gosokkan ke pipi.
Sayang =
Telunjuk diusap-usapkan di bawah mata seperti air mata.
Sayap =
Ujung ibu jari diletakkan di sudut kanan mulut dan jari-jari lainnya digerak-gerakkan.
Sayur =
Tanda “minyak”.
Sayuran =
Tanda ‘rumput’ dan ‘hijau’.
Salam/ PF =
Kedua tangan diacungkan dan dilambai-lambaikan.
Salib =
Kedua telunjuk membentuk salib.
Sama =
Kedua telunjuk dipersatukan sejajar lalu digeser-geser.
Sampai =
Ujung jari-jari tangan kanan dan kiri saling bertemu.
Sangat =
Ibu jari digerak-gerakkan di leher bagian atas.
Sapu =
Tangan berbuat seperti menyapu.
Segala/ semua =
Tangan mengepal, tegak, lalu digerak-gerakkan.
Segera/ cepat =
Kedua tangan mengepal saling ditumbukkan.
Selesai =
Kedua telunjuk diketuk-ketukkan pada ujungnya.
Sempit =
Kedua tangan hampir dipersatukan dengan jarak sempit.
Senapan =
Tanda “perang”.
Saringan =
Jari-jari kedua tangan yang terbuka diletakkan secara bersilangan.
Sendok =
Telunjuk dan jari tengah dibawa ke mulut seperti sendok.
Separoh =
Telunjuk kanan membelah telunjuk kiri.
Sepatu =
Tanda “kulit” dan menunjukkan kaki.
Serta/ dengan =
Kedua tangan didekatkan sejajar.
Setan =
Ujung kelingking dititik-titikkan di dahi.
Stempel/ cap =
Tangan berbuat seperti mengecap.
Seterika =
Berbuat seperti menyeterika.
Siang =
Tanda “separuh” dan “hari”.
Siapa =
Mengangkat bahu dan membuat tanda “orang-pater”.
Sikat =
Berbuat seperti menyikat.
Sisi =
Tanda “koor”.
Sopir =
Tanda “orang” dan berbuat seperti menyupir.
Sore =
Telunjuk diletakkan pada mata tertutup.
Suara =
Menjimpit jakun.
Sungut-sungut =
Tangan digaruk-garukkan di pipi. ( = menggerutu )
Surat =
Tangan kanan dan kiri digeser-geserkan pada punggungnya.
Susah =
Tanda “sayang” dan “menangis”.
Susu =
Telunjuk kiri ditarik-tarik seperti memerah susu.
Taat =
Berbuat seperti membuka topi.
Tahbisan =
Berbuat seperti memberkati.
Tahu/ mengerti =
Telunjuk diletakkan di dahi.
Tahun =
Tangan diletakkan di bahu kiri.
Tak/ tidak =
Telunjuk digoyang-goyangkan.
Takut =
Tanda “dingin”.
Tamu =
Tanda “orang”.
Tanah =
Tanda “abu”.
Tanda =
Jari-jari tangan kanan dan kiri digerak-gerakkan.
Tangga =
Kedua tangan digerakkan ke atas satu persatu membentuk tangga.
Tangkap =
Tangan di muka kepala berbuat seperti menangkap.
Tasbeh/ rosario =
Ibu jari dan telunjuk digerak-gerakkan seperti sedang berdoa tasbeh/ rosario.
Tata tertib =
Kelingking digariskan di tangan kiri.
Telat/ kasep =
Telunjuk digarukkan pada hidung.
Telur =
Telunjuk kanan menggaruk bagian dalam telunjuk kiri.
Tembaga =
Tanda “besi” dan “merah”.
Tempat =
Kedua telunjuk membuat lingkaran horisontal.
Tengah =
Tanda “separuh”.
Tentang =
Kedua kepalan tangan ditubrukkan.
Tepung =
Ibu jari dan telunjuk digeser-geserkan.
Terima =
Tanda berbuat seperti menerima.
Terima kasih =
Tanda “minta”.
Tertawa/ senang =
Tanda “kehendak”.
Tesmak/ kacamata =
Telunjuk dan ibu jari merupakan lingkaran yang diletakkan di mata.
Tetapi =
Tanda “tinggal” dan “api”.
Tidur =
Pipi miring diletakkan di tangan kanan.
Tikus =
Tanda “kucing” dan “kecil”.
Timbang =
Kedua tangan terbalik satu persatu naik turun.
Tinggal =
Kedua tangan sejajar menetap.
Tinggi/ besar =
Tangan kanan dinaikkan ke atas.
Tinta =
Tanda “air”, “hitam” atau “merah” dan “tulis”.
Titik =
Telunjuk dititikkan di tangan kiri.
Tolong =
Tanda “layan”.
Tongkat =
Telunjuk diperlihatkan membengkok.
Topi =
Ibu jari, telunjuk dan jari tengah diletakkan di kepala.
Tua =
Tanda “lama”.
Tugas =
Tangan kanan disampirkan pada bahu kiri.
Tuhan =
Tanda “Allah”.
Tukar =
Tanda “lain”.
Tulang relikwi =
Tanda “kulit” dan “cium”.
Tulis =
Berbuat seperti menulis.
Tunggu =
Tanda “tinggal”.
Uang =
Telunjuk dan ibu jari digerakkan di tangan kiri seperti menghitung uang.
Ubah =
Tanda “lain”.
Ubi =
Telunjuk kanan disisir-sisirkan pada telunjuk kiri.
Ular =
Telunjuk digerakkan maju berkelok-kelok.
Umum =
Tanda “segala”.
Ungu =
Telunjuk dan jari tengah diletakkan di atas kepala.
Upacara lit =
Ujung kedua ibu jari dan kelingking bertemu atau membuat huruf L dengan telunjuk/ ibu jari.
Urus/ atur =
Tanda ‘tata tertib’.
Asah/ tak usah =
Tanda “perlu”.
Uskup =
Ibu jari membuat tanda salib di dada.
Waktu =
Kelingking digerak-gerakkan, jari-jari lainnya mengepal.
Wanita =
Telunjuk dan jari tengah digariskan di dahi horisontal.
Warna =
Tanda “cat”.
----------
MONASTERIALES INDICIA
The following is a modern English translation of Monasteriales Indicia, an Anglo-Saxon list of hand gestures used in Benedictine monasteries in order to keep silence.
The text, written in Old English and dating to the 11th century, is preserved in folios 97v-101v of the Cotton Tiberius A.iii manuscript, kept at the British Library.
The complete text is below, with rearranged the items in order to classify them by type.
These are the signs that one should use and earnestly follow with the help of God when silence is to be held in the monastery according to the Rule.
Ecclesiastical Persons
First, the abbot's sign is to set two fingers on your head and at the same time grab your hair.
The deacon's sign is that one should make a motion with one hand hanging, as if to ring a small bell.
To indicate the prior, raise your forefinger over your head, for that is his sign.
This is the steward's sign, for one to twist with his hand as if to unlock a lock.
The sign of the schoolmaster, who cares for the children, is for one to set two fingers on his eyes and raise up his little finger.
The churchwarden's sign is for one to set two fingers on his eyes and make a motion with his hands as if to pull a hanging bell.
If you would indicate something concerning the church, make a motion with your two hands, as if to ring a bell, then set your forefinger to your mouth and afterwards raise it up.
The sign of the bishop is to stroke with a hand on each shoulder downward over your breast in the sign of a cross.
If you would indicate something about a certain monk, whose sign you do not know, then take yourself by your own hood.
The sign for nuns is to set your two forefingers on your forehead, then stroke along your cheeks in the sign of the holy veil.
If you would have a masspriest who is not a monk, then stroke with your forefinger in the shape of a circle and, with your hand outstretched, make a sign as if you were blessing.
When you would have a deacon, stroke in the same manner with your forefinger and make the sign of the cross on your forehead in betokening of the holy gospel.
The sign of an unmarried priest is to stroke as we said before on your cheek with your forefinger.
Books
These are the signs of the books that one shall use at the divine service in church.
When you would like a gradual, move your right hand and crook your thumb, for this is how it is denoted.
If you would like a sacramentary, then move your hand and make a motion as if you were blessing.
The sign of the epistolary is for one to move his hand and make the sign of the cross on his forehead with his thumb, because one reads the word of God there as well as on the Gospel-book.
When you would have a troper, then move your right hand with your right forefinger turned forward toward your breast, as if you were using it.
If you would like an oblong book, extend your left hand and move it, then set your right (hand) over your left arm the same distance as the length of the book.
Liturgical Vestments and Objects
When you would have a superumeral, then stroke with your two forefingers, from the top of your head, underneath your cheeks and down your arms.
If you would have an alb, then move your garment back and forth slightly with your hands.
When you would have a belt, set your hands in front of you with your nails down and stroke to your two hips.
When you would have a stole, put your two hands on your cheeks and then stroke downwards.
If you would have a chasuble, stroke with outspread hands down over your breast.
When you would have a maniple, then stroke with the edge of your right hand over your left.
If you would have the offering, move your vestment back and forth, then raise up your two hands.
The sign of the chalice and the paten is for one to lift up his two hands and make the sign of blessing.
If you would have a sacramental wafer, bend your forefinger to your thumb.
When you would like wine, make a motion with your two fingers as if to remove the spigot from a tun.
If you would like a wine-horn, make a motion with your right forefinger on your left hand, as if you would pull a spigot, then raise your forefinger up to your head.
When you would have a censer, move your hand downwards and move it back and forth, as if swinging.
If you need tapers, blow on your forefinger and raise up your thumb.
If you would have a candlestick, blow on your forefinger and hold your hands locked together as if you had a candlestaff.
If you need a small candle, blow on your forefinger.
When you would like a flat candlestick, stretch out your left hand and set it perpendicular to your right.
Matins
These are the signs of the books that one uses at matins.
If you would have a Bible, move your hand back and forth, raise up your thumb and set your hand flat against your cheek.
When you need a legendary, move your hand back and forth, lay your right forefinger over your hand and lay your hand flat against your cheek.
If you would like some other book, containing a homiliary, then lay your right hand under your cheek and make a cross on your forehead.
When you need a psalter, stroke with your right forefinger on your left hand as if you would hold a large one.
The hymnal's sign is to move your open hand back and forth and raise up the little finger.
When you would have a large cross, lay your finger over your right finger and raise up your thumb.
The sign of the little cross is thus, but also to raise up the little finger.
When you would have a small candlestick, make a motion as we described before and raise up your little finger.
Commands and Requests
If you want to sit in the church because of illness, move your hand downward and with bowed head set your hand on your breast and ask leave for yourself.
If you wish a sitting man to rise, turn your hand and move it up quickly in stages.
If you wish him to sit, then turn it downward and move it down in stages.
If someone offers to a certain brother more of something, of which he has enough, then you turn his open hand down and with your hand stretched out, move it slightly.
If he would like to have what is offered, he should move his hand vertically down and move it slightly outwards in agreement.
If he does not want it, he should also move it slightly forward.
Places and Objects
If you would like to indicate something about the chapterhouse, set your hand on your forehead and bow a little bit as if you would ask forgiveness for yourself.
The sign of the bakehouse is to move your two hands locked together as if you were rolling out dough.
When you would like a small martyrology, move your hand back and forth, then lay your forefinger over your throat and raise up your little finger.
The sign of the Rule is to move your hand back and forth and stroke with your forefinger along your left hand, as if you were ruling.
If you would like a rod, move your fist back and forth as if flogging.
When you would have a whip, move your fist back and forth as we described before, and raise up your two fingers.
When you would have a lamp, raise up your right hand with outspread fingers and puff on your forefinger.
Refectory Objects
If you would indicate something about the refectory, then place your three fingers, as if putting food in your mouth.
When you would like a seat-cover, pluck your own clothes with two fingers, then spread out your hands and move them back and forth, as if to arrange a seat.
If you would like the folding stool for the mealtime reader, or another man, then clasp your hands together and move them the way you do when you fold it.
If you would like a cloth or napkin, set your two hands over your lap and spread them as if you were stretching the corners.
If you need a dish, raise up one hand and spread your fingers.
When you would have a loaf of bread, set your two thumbs together and your two forefingers one against the other.
If you need a knife, cut with one finger over the other as if carving.
If you need a spoon, move your hand as if you were eating with a spoon.
Food
The sign for boiled vegetables is to put one hand down by your side, as if you were scraping vegetables.
When you would like green vegetables, set your finger on your left hand.
If you would like a leek, make a motion with your finger, as if you would bore in on your hand, then move your open hand to your nose, as if you smelled something.
The sign of porridge is to move your fist back and forth as if stirring porridge.
When you would like pepper, shake with one forefinger over the other.
If you would like beans, set your forefinger up on your thumb's first joint.
The sign of cherries is to set the thumb on the front part of the little finger.
When you would like cheese, set your two hands flat together, as if pressing.
If you would like butter or fat, stroke with your three fingers on the inside of your hand.
If you would like milk, stroke your left finger with your right hand as if you were milking.
If you need eggs, scrape with your finger up on your left thumb.
When you would like salt, bring down your hand with three fingers together, as if you were salting something.
The sign of honey is to set your finger on your tongue.
When you would like fish, move your hand back and forth the way a fish moves its tail, when it swims.
The sign for an eel is to move the right hand, set it over the left arm and with the left hand stretched out, strike across it with the right, as if mincing an eel in order to stick it on a spit.
If you would like an oyster, close your left hand as if you had an oyster in your hand, and make a motion with a knife or finger as if to wrench open the oyster.
When you would like an apple, bend your right thumb to the middle of your hand, seize it with your finger(s) and raise up your fist.
If you would like a pear, make a sign with your fist as we said above, then join your fingers together the length of your hand.
When you would have a plum, close your left hand in the same manner and stroke along your fist with your forefinger.
The sign for cherries is to set your left thumb on your little fingertip, then pinch it with your right hand.
If you would like a sloe, set your thumb the same way and push your forefinger into your left hand to indicate the thorn that it grows on.
When you would have saltflesh for any reason, with your right hand pinch the lower part of your left, where the flesh is thickest and make a motion with your three fingers, as if you were salting.
When you want a cup or mug, place your hand downwards and spread your fingers.
When you would like a lid, lift your left hand closed together and then the right arched over the left as if covering a cup.
The sign for a large goblet is to raise up your right hand, spread your fingers, then lay your forefinger to your cheek and raise up your thumb.
If you would like a little drinking cup, raise up your three fingers, then lay your right forefinger to your cheek and raise up your little finger.
When you wish to drink, lay your forefinger along your mouth.
If you would like strained wine, make a motion with your right forefinger on your left hand, as if you would put a tap into a cask, then move your forefinger down and pinch it with your two fingers as if to wipe off a drop.
The sign for beer is to knead one hand on the other.
When you would like barm, move your fist as if you would pound plants and lay your forefinger to your lips.
Sleep
If you would indicate something about the dormitory, lay your right hand under your right cheek.
When you need a lamp, turn your forefinger to the ground, but also guard it and wet (it) in the middle with your forefinger, as if you would set a wick.
When you would have bedclothes, move your robe back and forth and lay your hand to your cheek.
The sign of a pillow is to stroke with your forefinger inward on your left hand in the sign of a feather and lay (it) to your ear.
Hygiene and Clothing
The sign of the latrine is to set your right hand flat over your stomach and use the sign for asking leave of your elder, if you want to go thither.
If you would indicate something about the bathhouse, stroke with your right hand open over your breast and your stomach as if washing yourself.
When you would like to ask in signs if you might wash your head, stroke with an open hand on your hair, as if washing it.
If you need water, make a motion as if washing your hands.
When you would like soap, rub your hands together.
The sign of the razor is to put one forefinger over the other, as if carving and then to stroke your cheek with your finger as if shaving.
When you would like a comb, stroke with your fingers on your hair downwards, as if combing yourself.
If you would like an undergarment, take your sleeve in your hand and move it back and forth.
The sign of breeches is to stroke with your two hands up on your thigh.
When you would have a leg band, put your two hands around your shin.
If you would like hose, stroke upward on your shin with your two hands.
The sign for a fur garment is to stretch forth your left sleeve and pluck the inside with your left hand.
When you would like a cowl, move your sleeve back and forth and seize your hood.
If you need a short cloak to obey some order, then stroke edgewise with each hand over the other arm around the outside, where the short cloak's sleeves end.
When you would like a glove, stroke one hand along the other with an open palm.
If you would like slippers, set your forefinger upon your foot and stroke on both sides of your foot, in the manner which they are shaped.
The sign of socks is to set your forefinger in the same manner and raise up your thumb.
Then the sign of shoes is to set your forefinger right on your foot without any other signing.
The sign of shears is to move the forefinger and middle finger of your right hand on some cloth, as if to cut it with shears, or around your head as if barbering.
If you need a needle, fold the hem of your left sleeve in your right hand over your left forefinger and make a motion over it with three fingers as if sewing.
Writing
When you would like a stylus, set your three fingers together, as if you had a stylus, and move them as if you were writing, then beckon with your forefinger.
If you would like a small wax tablet, stretch out your two hands, set them down together and fold them up as if folding a wax tablet.
When you would like a large wax tablet, stroke with two fingers on the front of your breast as if you were erasing, then stroke your arm and set your hand on your left elbow.
If you have no ruling stick, stretch your hand upward and stroke with your forefinger along your left hand as if you were ruling.
When you would like an inkstand, raise three fingers as if to dip and move your hand down and clench your fingers, as if you were picking up an inkstand.
The sign of a quill is to join your three fingers together as if you were holding a quill, then dip it, and move your fingers as if writing.
People - Non-Ecclesiastical
The sign of the king is to move your hand down, then seize your head on top with all your fingers in the shape of a crown.
The sign of the king's wife is to stretch your hand over your head and then set it on your head.
The sign of a layman is to take yourself with both hands by the chin as if taking yourself by the beard.
The sign of a laywoman is to move your fingers across your forehead from one ear to the other in the sign of a headband.