Ads 468x60px

Selasa 19 Mrt 2013


"Paternitas et humilitas"

HR. St Yosef Suami Maria
Sam 7:4-5a.12-14a.16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16-24a

“Paternitas et humilitas – Kebapakan dan kerendahan hati”. Itulah salah satu sikap dasar St Yosef. Kalau 1 Mei kita kenang St Yosef pekerja maka hari ini kita kenang St Yosef sebagai suami Maria. Dalam buku saya, “Family Way”, arti “suami” adalah “SUAra yang mengayoMI”. 

Sst..apakah “suami” itu seperti Pandawa Lima: Arjuna-Bima-Yudistira-Nakula dan Sadewa yang gagah dan rupawan? Ataukah punakawan: Semar-Petruk-Gareng-Bagong yang bijak dan sederhana? Ataukah Rama-Rahwana-Ken Arok-Gajahmada yang hebat dan kuat? Ataukah Che Guevara-Kennedy dan Bung Karno yang karismatis? Ataukah dia harus pria “macho” ala Bon Jovi, body six pack ala Ade Rai atau sensual seperti Richard Gere-Brad Pitt dan Tom Cruise. Ataukah malahan seperti boy band dari kelas Westlife sampai Noah yang aktif-agresif dan kompetitif? Willard Harley dalam "His Needs, Her Needs" menyarankan agar terbangun pengayoman, kita harus belajar memenuhi kebutuhan yang lain. Sebagai contoh: para suami seharusnya berusaha memenuhi kebutuhan dasar isterinya: “afeksi-intimasi”/kehangatan dan persahabatan, “relasi-komunikasi”/perbincangan dan keterbukaan juga “konsistensi”/komitmen finansial dan spiritual. 

Nah, belajar dari St Yosef, adapun 3 sikap dasar yang membuatnya menjadi “suami” yang afektif-komunikatif dan committed, yakni “TTS”", yang pasti bukan "Teka Teki Silang", tapi tiga keutamaan dasar St Yosef sebagai suami Bunda Maria, antara lain: 

1. Tulus: 
Ia tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum. Kata dan tindakannya menyejukkan. Bukankah kekuatannya tidak melulu tercermin pada lebar bahunya, tapi dalam lebar lengan yang merangkul keluarganya; bukan dalam nada keras suaranya, tapi dalam kata-kata lembut yang diucapkannya? 

2. Taat: 
Ia adalah orang yang taat padaNya. Walau ia sudah mempunyai rencana (“self’s plan”), tapi ketika Tuhan punya jalan lain (“God’s plan”), ia taat 100%. Disinilah kedewasaan seseorang tidak diukur dari umur tapi dari penerimaan akan tanggung jawab. Bukankah kekuatannya bukan dari seberapa kuat ia bisa mengangkat, tapi seberapa dalam beban yang bisa ditanggungnya. 

3. Sederhana: 
Penginjil Matius memberi kesaksian bahwa Yosef adalah orang yang sederhana dan bekerja sebagai tukang kayu. Karena kesederhanaan hidupnya, sebagaimana Yusuf bin Yakub dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Yosef suami Maria juga diberi karunia untuk memahami mimpi. Baiklah juga, bersama dengan kesederhanaan St Yosef, sebuah nats sederhana kita renung-menungkan: 


“Pria sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar tapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya, bukan dari suara lantangnya tapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran, bukan dari kerasnya pukulan tapi dari sikap bijaknya memahami masalah, bukan dari dadanya yang bidang
tapi dari hati yang ada dibalik itu, bukan dari jumlah barbel yang dibebankan tapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan, bukan dari kerasnya dia membaca kitab suci
tapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang dibacanya.” 

"Ke Taman Bunga bersama Asep Ke Mangga Dua bersama Romi
Wahai santo Yosef Mohon terus doakanlah kami"

Tuhan memberkati + Bunda merestui. 
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar