Ads 468x60px

Minggu 10 Mrt 2013


Prapaskah IV
Yos 5:1-12; 2Kor 5:17-21; Luk 15:1-32

“Cor contritum et humiliatum Deus non despicies
- Hati yang patah dan remuk redam tidak akan Kau pandang hina ya Allah.” Itulah "XXI" (Kanisius). Jelasnya, Ia kenal hati kita sebagai pusat kehendak-pikiran dan tindakan. Hati kita sebagai manusia (Jawa: menungso=menus-menus kakean doso) kerap kotor karena kita hilang dari kasihNya. Disini seruan Yak 1:21 menjadi pas: "Buanglah semua yang kotor dan kejahatan yang sangat banyak itu”. Arti kata ‘yang kotor’ dalam bahasa Yunani adalah “rhuparia” (sampah-kotoran-busuk dan hal-hal menjijikkan). Arti kedua “rhuparia” adalah “tahi telinga”. Bukankah tahi telinga membuat kita sulit untuk mendengar dengan jelas? Dengan kata lain: hati kita menjadi hilang dan tidak peka terhadap suaraNya karena ‘yang kotor’ hidup dalam hati. 

Adapun 3 jenis hati yg muncul, al: 

1. Tinggi hati: 
Figur anak bungsu yang congkak-gegabah dan lupa akan keterbatasannya bahwa sayapnya rapuh. Ia mempunyai dosa modern: “HEM: Hedonisme-Egoisme+Materialisme” sehingga kerap tidak mau mengakui ketergantungannya pada Allah padahal segala kemampuan sebenarnya datang dari Allah. Yesus sendiri mengatakan: “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa2” (Yoh 15:5). 

2. Iri hati: 
Yak 3:16 menegaskan “dimana ada iri hati, disitu ada kekacauan
dan segala macam tindakan jahat”. Anak sulung adalah anak yang patuh dan taat. Ia tidak pernah hanyut dalam “pesta-pora”. Ia seorang yang "bertanggung jawab" dan “kerasan di rumah” tapi ia juga ternyata punya kecemburuan - mudah tersinggung-keras kepala-menggerutu-ngambek (Jawa:“mutung”) dan selalu merasa paling benar karena banyak ditunggangi rasa dendam dan iri. Jadi ia adalah anak hilang seperti si anak bungsu, kendati ia selalu berada di “rumah” sepanjang hidup. Akarnya keropos karena hatinya iri-mempergunjingkan orang dan sulit mengampuni. Dengan kata lain: Inilah “yang kotor”, yakni “tinggi hati dan iri hati” 

3. Murah hati: 
Tuhan m
enjadi team "SAR", Ia setia "search dan rescue", mencari dan menyelamatkan kita. Kita juga diajak untuk menjadi bapa yang berbelas kasih: yang selalu mau mengasihi-melayani-mengampuni dan menjadi pembuka indahnya cinta dan sukacita bagi orang lain.


"Ecce ego quia vocasti me! 
Inilah aku k
arena Engkau telah memanggilku! 

"Cari obat di Pasar Baru-Mari bertobat+lahir baru.” 
Tuhan memberkati+Bunda merestui. 
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar