Ads 468x60px

Sakramen Baptisan


PENDASARAN TEOLOGIS, LITURGIS, DAN PASTORAL
SAKRAMEN BAPTISAN

I. PENGANTAR
Sakramen baptisan termasuk dalam sakramen inisiasi (baptisan, penguatan, dan ekaristi pertama). Sakramen inisiasi meletakkan dasar bagi hidup kristiani. Paus Paulus VI menyatakan: “keikutsertaan dalam kodrat ilahi yang diberikan kepada manusia melalui rahmat Kristus membawa keserupaan tertentu terhadap asal-usul, perkembangan, dan pertumbuhan hidup. Umat beriman dilahirkan baru oleh baptisan, dikuatkan oleh penguatan, dan menerima santapan hidup kekal dalam ekaristi. Melalui ketiga sakramen inisiasi ini, mereka menerima harta hidup ilahi yang semakin bertambah dan melangkah menuju kesempurnaan kasih.” (Konstitusi Apostolik Divinae consortium naturae).
Dalam pendasaran teks liturgy ini, akan dikususkan pendasaran teologis, liturgis, dan pastoral sakramen baptisan. Secara lebih khusus, baptisan yang dimaksud adalah baptisan dewasa.


II. DASAR TEOLOGIS SAKRAMEN BAPTISAN
A. Disebut Sakramen Baptisan
Sakremen baptisan adalah dasar seluruh hidup Kristiani, gerbang munuju kehidupan di dalam Roh (vitae spritualis ianua), dan pintu untuk menerima sakramen-sakramen lain. Melalui baptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah; kita menjadi pengikut Kristus dan disatukan ke dalam Gereja dan berpatrisipasi dalam tugasnya.
Kata baptisan berasal dari kata Yunani baptizein yang berarti membenamkan, mencemplungkan. Penenggelaman ke air menyimbolkan keikutsertaan katekumen dalam kematian Kristus dan ikut serta dibangkitkan sebagai manusia baru. Menurut St. Gregorius Nazianze, “baptisan adalah anugerah Allah yang paling indah dan paling mengagumkan. Kita menyebutnya anugerah, rahmat, pengurapan, pencerahan, pakaian kehidupan, kelahiran kembali, meterai, dan rahmat yang paling berharga. Baptisan disebut anugerah kerena diberikan kepada orang yang tidak memiliki apa-apa. Disebut rahmat karena diberikan kepada orang yang bersalah. Disebut baptisan karena dosa dilebur dalam air. Disebut pengurapan karena bersifat imami dan bermartabat sebagaimana mereka yang terurapi. Disebut pencerahan karena memancarkan cahaya. Disebut pakaian karena menutupi rasa malu kita. Disebut permandian karena membersihkan. Disebut meterai karena ia adalah pelindung dan tanda keilahian Allah.” (Oratio 40, 3-4: PG 36).

B. Baptisan dalam Tata Keselamatan
1. Baptisan dalam Perjanjian Lama
Sejak zaman dahulu kala, daerah Timur Tengah merupakan daerah tandus, yang senantiasa kesulitan air. Maka dari itu, air memiliki makna teramat penting bagi kehidupan orang-orang di situ. Hal inilah yang membuat berbagai agama kuno di daerah tersebut membaptis dengan air sebagai sebuah ritus inisiasi yang kerap dilakukan. Umat PL pun memaknai air secara mendalam. Mereka mencuci tangan dan kaki dengan air sebelum berdoa, misalnya, sebagai lambang penyucian diri dari segala bentuk kenajisan.
Air selalu menjadi sumber kehidupan sejak awal mula dan dinaungi oleh Roh Allah sebagaimana diungkapkan dalam liturgy malam paskah, “pada awal penciptaan, RohMu berhembus di atas air dan menjadikannya sumber segala kesucian.” Dalam peristiwa Nabi Nuh kelihatan juga bahwa mereka diselamatkan melalui air. Bila air yang mengalir dari bumi menyimbolkan kehidupan dan air laut menyimbolkan kematian, maka keduanya menghadirkan pula misteri salib. Dengan simbolisme ini, baptisan memperlihatkan kesatuan dengan kematian Kristus. Peristiwa penyeberangan Laut Merah, sebagai pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir, juga menyatakan pembebasan yang dibawa oleh baptisan, seperti yang terungkap dalam rumus pemberkatan air dalam liturgy malam paskah, “Engkau membebaskan anak-anak Abraham dari perbudakan Firaun, membawa mereka melewati tanah kering melalui Laut Merah, menjadi gambaran umat yang dibebaskan dalam pembaptisan.” Akhirnya baptisan digambarkan dalam penyeberangan sungai Yordan, ketika Israel mencapai tanah terjanji. Janji keselamatan itu terpenuhi dalam dalam Perjanjian Baru.

2. Baptisan dalam Perjanjian Baru
2. 1. Baptisan Yohanes Pembaptis
Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis memiliki kesamaan dengan bentuk atau model baptisan yang lazim pada saat itu. Namun sekaligus juga baptisan Yohanes Pembaptis memiliki karakter khusus dan tertentu. Seperti baptisan proselit, baptisan Yohanes tidak dapat diulang. Namun berbeda pula dengan baptisan proselit, baptisan Yohanes bukanlah baptisan sendiri, baptisan itu diterimakan oleh Yohanes sebagai nabi utusan Allah.
Hal pokok yang khas dalam baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa. Artinya orang datang untuk dibaptis oleh Yohanes sebagai tanda pertobatannya demi pengampunan dosanya. “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”(Mrk 1:4). Baptisan Yohanes juga merupakan persiapan kedatangan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sudah dekat dan penghakiman Allah segera datang. Maka orang harus bertobat dan dibaptis (bdk Mat 3:1-12).

2. 2. Baptisan Yesus
Sebelum memulai karyaNya, Yesus meminta Yohanes Pembaptis untuk membaptis diriNya di sungai Yordan (Mat 3:13). Yesus dengan sukarela merendahkan DiriNya demi para pendosa sebagai penggenapan kehendak Allah (Mat 3:15). Sikap ini adalah bentuk pengosongan diri Yesus (Flp 2:7). Roh Allah yang pada awal penciptaan melayang-layang di atas permukaan air kini turun di atas Yesus sebagai pembukaan penciptaan baru dan Bapa memaklumkan Yesus sebagai Putera terkasih (Mat 3:16-17). Dengan demikian, Yesus memposisikan diri sebagai Pribadi yang ikut menantikan kedatangan Kerajaan Allah dan Ia mau menunjukkan solidaritas kepada manusia yang membutuhkan penyelamatan dari Allah.
Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menyatakan kepada manusia sumber sakramen baptisan. Yesus telah memberitahukan penderitaan dan kematiaanNya di Yerusalem sebagai baptisan yang harus diterimaNya. Saat di salib, darah dan air yang memancar dari lambungNya menjadi lambang sakramen baptis dan ekaristi, sakramen hidup baru (bdk. Yoh 19:34; 1 Yoh 5:6-8). Santo Ambrosius mengatakan, “Lihatlah di mana kalian dibaptis, lihatlah dari mana asal baptisanmu, bila bukan dari salib Kristus, dari kematianNya. Inilah seluruh misteri: Dia wafat untuk kalian. Dalam Dia kalian ditebus, dalam Dia kalian diselamatkan.”
Sebelum naik ke surga, Tuhan Yesus memberikan tugas kepada para rasul untuk mempertobatkan orang dan membaptis mereka (Mat 28:19). Maka dari itu, para rasul membaptis secara meriah dan besar-besaran pada hari Pentekosta (Kis 2:41). Para rasul membaptis dalam “nama Tuhan Yesus” (Kis 8:16) atau dalam “nama Yesus Kristus” (Kis 2:38) atau hanya “nama Kristus” (Rom 6:3). Baptisan ini juga diberikan hanya sekali dan tidak diulang.

2. 3. Pembaptisan menurut Paulus
Santo Paulus mengembangkan pandangan Kristen mengenai baptisan. Pandangannya antara lain terungkap dalam surat Roma 6:34. Dalam pandangan Paulus, orang yang percaya dan dibaptis dipersatukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Orang yang dibaptis berarti mengenakan Kristus. Melalui Roh Kudus, baptisan adalah permandian yang memurnikan, membenarkan, dan menguduskan (bdk. 1 Kor 6:11). Melalui pembaptisan, seorang Kristen mati terhadap dosa dan mendapatkan hidup baru dalam Kristus. Karena kesatuannya dengan Kristus itu, maka ia menjadi anak Allah.

2. 4. Makna teologis baptisan dalam Perjanjian Baru
Baptisan sebagai tanda iman
Baptisan dipandang sebagai tanda iman dan kesediaan untuk bertobat karena lewat pewartaan Injil seseorang menerima melalui iman kemudian bertobat dan dibaptis (Kis 2:37-41; Mrk 16:16). Iman yang dalam diri orang yang dibaptis harus dikembangkan dan dihayati seumur hidup (Rom 6:1-14).

Baptisan sebagai penyerupaan pada Yesus Kristus
Dengan baptisan, seseorang menjadi serupa dengan Yesus Kristus dan berpartisipasi dalam seluruh hidup dan nasib Yesus (Kis 10:48). Baptisan dihubungkan dengan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus (Rom 6:1-14).

Baptisan sebagai pengampunan dosa
Kis 2: 38 memperlihatkan baptisan sebagai karunia pengampunan dosa.

Baptisan mengaruniakan Roh Kudus
Karunia Roh Kudus memungkinkan para rasul mengalamai Tuhan yang bangkit (Kis 2:32). Maka bila seseorang menyediakan diri untuk dibaptis sebagai tanda pertobatan, dosa mereka akan dihapuskan dan akan menerima karunia Roh Kudus. Dengan karunia itu, mereka juga dapat mengalami pengalaman Yesus yang bangkit dan menyelamatkan seperti para rasul.

Baptisan mempersatukan kita ke dalam satu tubuh
Kis 2:41-47 memperlihatkan bahwa dengan baptisan seseorang dimasukkan ke dalam suatu relasi jemaat kristiani yang memiliki martabat sama. Itulah Gereja, dibangun dan tumbuh bukan hanya kuantitatif melainkan juga kualitatif.

Baptisan sebagai karunia hidup baru
Yohanes melihat baptisan sebagai kelahiran baru, seperti yang terungkap dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus (Yoh 3:5.7).

3. Baptisan dalam Gereja
a. Sejak awal, Gereja menyadari bahwa iman dan kemuridan adalah sebuah proses yang berlangsung terus menerus dan terkait erat dengan struktur jemaat. Ini berarti, orang yang ingin dibaptis dan yang sudah dibaptis membutuhkan bimbingan dan pengajaran mengenai iman Gereja. Proses inisiasi ini diadakan oleh Gereja bagi mereka yang ingin bergabung. Praktik inisiasi ini belumlah seragam dan praktik liturgi jemaat belum teramat kompleks.

b. Pada zaman Bapa-Bapa Gereja, seluruh pemahaman biblis megenai baptisan terus dikembangkan. Baptisan mengandaikan keputusan iman, dilaksanakan dalam tempat pemandian dan saat dibaptis nama Allah Tritunggal diserukan (St. Yustinus Martir, th. 165). Melalui konsili lokal di Elvira, Spanyol (th. 300-303), pimpinan Gereja menegaskan bahwa seorang katekumen yang berada dalam bahaya maut boleh dibaptis oleh siapa pun, yang kebetulan ada di dekatnya. St. Irenius dari Lyon adalah orang yang pertama kali menyampaikan dasar teologis baptisan bayi karena pada prinsipnya ia melihat perlunya pembaptisan untuk semua orang tanpa pandang bulu. Mengenai baptisan bayi, pada tahun 385, Paus Siricius menegaskan kepada Himerius, Uskup Tarragona, bahwa anak-anak bahkan bayi yang belum berbicara boleh dibaptis bila hal itu perlu demi keselamatan jiwa mereka.

c. Hipolitus, dalam traditio apostolica, melaporkan bahwa pada awal abad III sudah mulai ada tahapan dalam seluruh proses inisiasi kristiani. Pertama, orang-orang yang ingin menjadi kristen harus menjalani masa katekumenat selama 3 tahun yang diisi dengan katekese dan pelajaran agama yang diakhiri dengan upacara doa dan penumpangan tangan. Kedua, beberapa minggu sebelum malam Paskah dianggap masa intensif untuk persiapan baptisan. Para ketekumen dipilih sebagai electi. Dalam masa ini ada ujian tingkah laku dan mereka diikutsertakan dalam ibadat sabda dan bermacam kegiatan liturgis. Ketiga, perayaan baptis dan dua sakramen insiasi lainnya dilakukan bersama-sama pada malam Paskah. Keempat, pada masa Paskah, para baptisan baru menjalani masa mistagogi, yakni memperdalam, memantapkan, dan menghayati iman akan misteri Kristus, serta mengikuti kebiasan dan tradisi Gereja. Tahapan ini terus berlangsung sampai abad V.

d. Pada abad IV-V ada pergeseran perhatian. Pertama, fokus perhatian teologis beralih dari penerima baptisa ke pelayan baptisan karena masalah bidaah Donatisme. Kedua, masalah perlunya baptisan berhubungan dengan dosa asal. Agustinus berhadapan dengan kelompok pelagianisme yang menolah dosa asal. Agustinus bertitik tolak dari baptisan bayi yang sudah diterima umum saat itu dan menegaskan bahwa dosa asal itu memang ada dan keselamatan tergantung pada Allah saja. Pendapat ini diteguhkan dalam konsili lokal ke-16 di Kartago tahun 418 yang menegaskan bahwa baptisan benar-benar menghapus semua dosa termasuk dosa asal.

e. Pandangan teologis Skolastik mendominasi Abad Pertengahan, bahkan sampai awal abad XX. Thomas Aquinas berpendapat bahwa kehendak Yesus atas baptisan kristiani tampak dalam peristiwa Yesus yang dinbaptis oleh Yohanes Pembaptis. Posisi teologisnya ternyata banyak kesamaan dengan Petrus Lombardus. Pada tahun 1206, Paus Innocentius III menegaskan dalam suratnya kepada Bertolius, uskup Metz, bahwa “baptis keinginan” (atau baptis batin) juga dapat menghapus dosa-dosa termasuk dosa asal dan menghantar ke hidup kekal.

f. Pada tahun 1439 dalam konsili Florence, beberapa hal penting dirumuskan: baptisan merupakan sakramen pertama; melalui sakramen baptis, seseorang menjadi anggota Kristus dan menjadi bagian dari tubuh Kristus, yaitu Gereja; materia sakramen baptisan adalah air; formanya adalah rumus Trinitaris (harus disebutkan ia dibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus); dalam keadaan biasa orang harus dibaptis oleh seorang imam atau diakon, tetapi dalam keadaan darurat orang boleh dibaptis oleh siapa pun; buah sakramen baptis adalah pembebasan dari semua dosa, termasuk dosa asal, dan pembebasan dari semua hukuman dosa. Selanjutnya pada tahun 1547, dalam konsili Trente, para pemimpin Gereja Katolik menegaskan perlunya baptisan demi keselamatan abadi. Mereka juga menegaskan bahwa seseorang boleh dibaptis sebelum usia 30 tahun, yakni usia Tuhan Yesus pada waktu dibaptis. Bahkan anak-anak bayi boleh dan perlu dibaptis demi keselamatan abadi.

g. Pada tahun 1962-1965 dalam Konsili Vatikan II, para pemimpin Gereja Katolik menegaskan kembali ajaran tradisional tentang baptisan sambil menekankan hubungan antara ketiga sakramen inisiasi. Mereka menegaskan bahwa dengan sakramen baptisan seseorang mulai menjadi warga Gereja. Dengan sakramen penguatan ia diteguhkan dalam Gereja, dijadikan warga dewasa dengan hak dan kewajiban penuh di dalam Gereja. Dengan kedewasaan itu, ia boleh mengambil bagian penuh dalam perayaan Ekaristi. Dengan ajaran seperti itu, sebenarnya urutan yang ideal dari penerimaan sakramen-sakramen inisiasi adalah: baptisan – krisma – Ekaristi.

4. Baptisan dewasa
Sudah sejak awal, baptisan dewasa merupakan praksis umum ketika masa-masa awal pewartan Injil. Oleh karena itu masa katekumenat menjadi amat penting. Inisiasi ke dalam iman dan hidup kristiani harus mempersiapkan para katekumen untuk menerima karunia Allah dalam baptisan, penguatan, dan Ekaristi.
Maka katekumenat bertujuan untuk membawa pertobatan dan iman mereka kearah yang semakin matang sebagai tanggapan terhadap inisiatif ilahi dan dalam kesatuan dengan seluruh jemaat gerejawi. Masa katekumenat harus menjadi “pembentukkan dalam seluruh hidup kristiani yang menyatukan mereka dengan Kristus, sang Guru. Para ketekumen seharusnya dinisiasikan dengan tepat ke dalam misteri keselamatan dan praktik keutamaan bibles, dan diperkenalkan kepada hidup beriman, liturgi, dan kasih umat Allah” (lih. AG 14).

C. Makna Teologis Sakramen Baptisan
1. Baptisan mempersatukan kita dengan Yesus Kristus
Baptisan mempersatukan kita tidak hanya dengan pribadi Kristus, tapi juga dengan seluruh peristiwa Yesus Kristus (Rom 6: 1-14; Kol 2:12). Dalam suratnya itu, Paulus menyerukan agar orang kristiani menghayati hidup barunya sebagai umat kristiani. Hubungan dengan Kristus ini bersifat dinamis.
Perekutuan dengan Kristus berarti pengampunan dosa (Rom 6: 6-7) dan memang pengampunan dosa adalah makna pokok baptisan. Dengan baptisan, kita dipersatukan dengan seluruh perstiwa Yesus: hidup, sengsara, wafat, kebangkitan, dan kehidupan bagi Allah. Ini berarti kita mengenakan Kristus (Gal 3: 27). Maka berdasarkan Rom 6: 1-14, dapat ditarik tiga hal: pengampunan dosa, senasib dengan Kristus, dan akhirnya perekutuan dengan Allah.

2. Baptisan mempersekutukan kita dengan Allah Tritunggal
Kita senasib dan bersekutu dengan Kristus. Ini berarti kita dipersekutukan dengan Allah Tritunggal sendiri. Dengan baptisan, kita dimasukkan ke dalam komunitas kasih trinitaris, yaitu dinamikan kasih Bapa, Putera yang berlansung dalam Roh Kudus. Roh Kudus yang dicurahkan ke dalam hati kita memungkinkan kita mengami persekutuan dengan hidup internal Allah Tritunggal.

3. Baptisan memasukkan kita ke dalam persekutuan Gereja
Dengan dibaptis, kita dimasukkan ke dalam Gereja. Inilah makna eklesiologis baptisan. Baptisan bukanlah masalah waktu kapan seseorang mulai menjadi anggota Gereja. Baptisan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan kita dalam iman Gereja.
Baptisan selalu mengandung dua gerakan. Pertama, kita dimasukkan ke dalam Gereja, diterima, dan diakui sebagai warga baru dengan segala hak dan kewajibannya. Kedua, dalam diri kita Gereja hidup dan bertumbuh. Dalam diri kita terjadi internalisasi seluruh hidup Gereja.

4. Baptisan sebagai ikatan kesatuan ekumenis
Gereja Katolik memiliki tujuh sakramen. Dari ketujuh itu, baptisan dan ekaristi diterima dan diakui oleh semua Gereja. Setiap Gereja sekarang sudah dapat menerima validitas baptisan dari Gereja lain. Dokumen Lima menyebutkan bahwa pada umumnya Gereja-Gereja memandang pernyataan mengenai baptisan sebagai pernyataan yang baik dan sesuai dengan tradisi para Rasul. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa baptisan merupakan ikatan kesatuan ekumenis. Gereja Katolik menyatakan dengan tegas hal itu dalam UR 22: Baptis merupakan ikatan sakremental kesatuan antara semua orang yang dilahirkan kembali karenanya.


III. POKOK-POKOK LITURGIS DAN PASTORAL SAKRAMEN BAPTISAN
A. Makna dan Rahmat Ritus Sakramen Baptisan
Makna dan rahmat sakramen baptisan terlihat jelas dalam ritus upacaranya. Dengan mengikuti setiap bagian secara seksama, umat beriman dimasukkan dalam kekayaan sakramen ini.
Tanda salib merupakan gerbang upacara. Ia menandakan Kristus yang akan menjadi milik umat beriman dan rahmat penebusan Kristus yang memenangkan kita dengan salibNya. Pembacaan sabda Tuhan menerangi para ketekumen dan umat dengan kebenaran yang diwahyukan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari baptisan. Karena baptisan menandakan pembebasan dari dosa dan perbudakan setan, maka bagian penolakan setan dilakukan. Selebaran kemudian mengurapi katekumen dengan minyak katekumen dan dengan jelas menolak setan. Dengan demikian, katekumen mampu mengucapkan syahadat iman Gereja. Air baptis disucikan dengan doa epiklese. Gereja memohon kepada Bapa bahwa melalui PuteraNya, kekuatan Roh Kudus diberikan kepada air sehingga katekumen yang akan dibaptis dapat dilahirkan kembali dari air dan Roh.
Bagian yang esensial adalah baptisan. Baptisan menandakan dan sungguh membawa kematian terhadap dosa dan masuk dalam kehidupan Allah Tritunggal melalui konfigurasi misteri Paskah Kristus. Baptisan dilakukan dengan cara ekspresif, yaitu dengan tiga kali ditenggelamkan atau dicurahi air baptisan. Pengurapan minyak krisma menandakan karunia Roh Kudus kepada baptisan baru yang telah menjadi orang Kristen, yaitu yang telah diurapi oleh Roh Kudus, disatukan dengan Kristus, Imam terurapi, nabi,d an raja.
Pakaian putih menyimbolkan bahwa orang yang dibaptis telah mengenakan Kristus, telah bangkit bersamaNya. Lilin bernyala menandakan Kristus terang dunia. Dalam Dia, orang yang dibaptis adalah terang dunia (Mat 5:14). Baptisan baru sekarang menjadi anak Allah yang dapat memanggil Allah dengan sebutan “Bapa kami”. Berkat meriah menutup upacara baptisan.


Makna Liturgi Sakramen Baptis

Sakramen baptis bersama sakramen ekaristi dan krisma merupakan sakramen inisiasi Kristen. Melalui sakramen baptis kita mengalami persekutuan penuh dengan seluruh hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Berkat Roh Kudus yang dicurahkan dalam sakramen baptis kita menerima karunia pengampunan dosa dan pengangkatan menjadi anak-anak Allah. Sakramen baptis itu sendiri tumbuh dan berkembang dalam arus tradisi dan praksis Gereja perdana. Dalam perkembangannya kemudian mengalami berbagai tahap-tahap. Konsili Vatikan II menekankan kembali proses katekese dalam tahap-tahap inisiasi, khususnya baptisan. Proses katekes baptisan itu sendiri meliputi 4 masa pembinaan dan 3 tahap upacara.
Masa Pembinaan Pertama
Masa ini adalah masa bagi para simpatisan yang ingin menjadi katekumen. Para simpatisan mempersiapkan diri mereka sendiri sehinga merasa mantap memasuki masa katekumenat. Oleh karena itu lamanya masa prakatekument ini tidak menentu, tergantung pada kesiapan mereka.
Upacara Tahap I. Setelah para simpatisan merasa siap untuk menjadi orang kritiani maka diadakanlah upacara pelantikan menjadi katekumen. Dengan upacara ini diakhirilah masa prakatekumen dan mulai masa katekumen.
Masa Pembinaan Kedua
Masa ini adalah masa ketekumenat di mana para katekumen mengalami pembinaan secara mendalam mengenai ajaran dan iman kristiani. Masa ini tidak menentu jangka waktunya, tergantung juga pada kesiapan mereka. Kendatipun tidak ada batas waktu yang pasti namun umumnya masa ini berlangsung selama kurang lebih satu atau dua tahun.
Upacara Tahan II. Upacara ini diadakan untuk memilih para katekumenat yang dianggap sudah siap sebagai calon baptis. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada awal masa prapaskah. Dengan upacara ini diakhirilah masa katekumenat.
Masa Pembinaan Ketiga
Masa ini adalah masa persiapan terakhir para calon baptis. Mereka disiapkan dengan baik untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi. Persiapan itu meliputi upacara-upacara penyucian (scrutinia) dan rekret tiga hari (triduum). Masa ini biasanya diadakan pada masa prapaskah.
Upacara Tahap III.Upacara ini merupakan puncak seluruh proses inisiasi. Diadakan perayaan sakramen-sakramen inisiasi yang umumnya (idealnya) dirayakan pada Malam Paskah untuk menekankan makna misteri Paskah itu sendiri.
Masa Pembinaan Keempat
Masa ini adalah masa mistagogi para baptisan baru. Mereka diteguhkan imannya dan diikutsertakan dalam lingkungan umat beriman kristiani dengan segala praktek hidupnya. Pada umumnya masa ini berlangsung dari masa Paskah sampai Hari Raya Pentakosta, hari lahirnya Gereja.
Berkaitan dengan liturgi inisiasi, khususnya baptisan, dalam Gereja Katolik, ada dua buku acuan. Untuk baptisan dewasa dipakai buku acuan liturgi untuk adalah Inisiasi Kristen. Buku Pemimpin Upacara, edisi Indonesia dari “Ordo Initiationis Christianae Adultorum”, editio typica, Roma 6 Januari 1972, oleh PWI Liturgi, Ende 1977, hlm. 41-342. Sedangkan untuk baptisan bayi dipakai buku Ordo Baptismi Parvulorum, editio typica, 1969. Buku ini disusun atas anjuran Konsili Vatikan II untuk menyesuaikan upacara baptisan kanak-kanak di mana peran dan tugas orang tua serta wali baptis mendapat penekanan yang utama (bdk. SC 67). Dalam susunan baptisan bayi ini aspek eklesial dan dialogal antara gerja dan orang tua serta jemaat ditempatkan pada proporsi yang lebih sesuai.

Makna Pastoral Sakramen Baptis

Sakramen baptis (juga ekaristi dan krisma) dalam inisiasi kristen merupakan sakramen fundamental sebagai pintu masuk dalam kesatuan seluruh warga Gereja. Oleh karena itu, penanggung jawab dari sakramen tersebut bukan hanya ada pada uskup, imam, diakon, orang tua atau wali baptis tetapi seluruh umat beriman tanpa kecuali. Mereka memiliki tanggung jawab yang penuh dalam mendukung, membina dan menjadi pertumbuhan dan penghayatan sakramen-sakramen inisiati tersebut. Dari kenyataan yang ada, banyak terjadi bahwa para wali baptis hanya bertanggung jawab sebatas pada saat upacara penerimaan sakramen inisiasi itu saja. setelah itu tidak ada lagi kontak dan pendampingan lanjutan antara wali baptis dan orang yang dibaptis. Padahal peran itu tidak berhenti hanya pada saat upacaranya saja tetapi terus berkelanjutan sebab para wali baptis memiliki peran sebagai pendamping atau pembimbing rohani bagi yang menerima baptisan tersebut. (Lih. E. Martasudjita, Pr. SAKRAMEN-SAKRAMEN GEREJA, Kanisius, 2003, hlm. 240-242).



PERAYAAN SAKRAMEN BAPTIS DEWASA
DALAM MINGGU PASKAH II

A. DASAR TEOLOGIS-LITURGIS-PASTORAL

Baptis merupakan salah satu dari tujuh sakramen Gereja, yaitu Baptis, Ekaristi, Krisma, Pengampunan Dosa (Tobat), Perkawinan, Imamat, dan Pengurapan Orang Sakit (Minyak Suci). Dari ke tujuh sakramen tersebut baptis tergolong dalam kelompok sakramen ‘inisiasi’ , di samping Ekaristi dan Krisma. Baptis menjadi gerbang yang menyatukan seseorang dalam Gereja dan juga untuk menerima sakramen-sakramen lain.

A.1. Dasar Teologis

Pembaptisan pada seseorang merupakan suatu tindakan simbolis yang hendak mengungkapkan iman kepercayaan seseorang dan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Dalam Gereja Katolik, baptis merupakan sakramen pertama yang memasukkan seseorang dalam komunitas trinitaris, Bapa-Putera-Roh Kudus. Arti sakramen di sini adalah tanda dan simbol ilahi yang diberikan melalui upacara dan pelayanan, yang menampakkan rahmat Allah, Bapa-Putera-Roh Kudus dan memampukan manusia untuk saling berbagi dalam hidup dan cinta Allah Bapa, dan dalam karya penebusan Tuhan Yesus Kristus melalui tindakan Roh Kudus. Dalam arti tersebut, secara khusus kata baptis menunjuk pada totalitas diri sebagai seorang Kristen.

A.2. Dasar Liturgis

Sakramen baptis adalah jalan masuk atau sebagai sakramen pertama yang harus diterima seseorang untuk bergabung dengan Gereja dan bisa menerima sakramen-sakramen Gereja yang lain. Ajaran mengenai pembaptisan dalam perkembangan sejarah Gereja tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan praksis baptisan, khususnya liturgi baptisan. Beberapa pokok perkembangan praksis dan ajaran Gereja mengenai baptisan dari abad-abad pertama sampai konsili Vatican II dan masa sesudahnya:
Sejak awal mula Gereja menyadari bahwa jalan iman dan hidup sebagai murid merupakan suatu proses pertumbuhan yang berlangsung lama dan membutuhkan bantuan struktural. Baik orang yang sudah dibaptis maupun orang yang belum dibaptis dan ingin dibaptis perlu mendapat pelajaran dan bimbingan mengenai iman gereja. Proses inisiasi inilah yang diadakan oleh Gereja bagi mereka yang ingin bergabung. Namun praktek liturgi jemaat perdana belum seragam dan amat kompleks.
Ajaran dan praktek baptisan pada zaman Bapa-Bapa Gereja masih terus mengembangkan seluruh warisan pemahaman biblis terhadap baptisan. St. Yustinus Martir (165) mengungkapkan bahwa baptisan itu mengandaikan keputusan iman. Baptisan dilaksanakan dalam tempat permandian dan saat baptis diserukan nama Allah Tritunggal. St. Irenius dari Lyon (202) memahami perlunya pembaptisan untuk memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus, maka semua orang tanpa pandang usia perlu dibaptis. Pada intinya dalam zaman Bapa Gereja baptisan dianggap sebagai sebuah keharusan demi keselamatan.
Pada masa Hipolitus (abad III), sudah mulai terbentuk model tahapan dalam seluruh proses inisiasi Kristiani. Dalam masa itu sudah ada keharusan bagi yang ingin dibaptis untuk menjalani masa katekumenat. Menurut kesaksian Hipolitus dalam traditio apostolica: orang-orang yang ingin menjadi kristiani harus menjalani masa katekumenat yang berlangsung selama 3 tahun, selama waktu itu ada katekese dan pelajaran agama yang kemudian disudahi dengan suatu upacara doa dan penumpangan tangan. Beberapa minggu sebelum malam paskah merupakan masa persiapan intensif untuk persiapan baptisan. Pada masa ini para katekumen dipilih sebagai orang yang dipanggil Tuhan untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam jemaat keselamatan. Dalam masa ini ada ujian tingkah laku. Mereka juga diikutsertakan dalam ibadat sabda dan aneka kegiatan liturgis lain. Perayaan dan penerimaan sakramen-sakramen inisiasi (baptisan, krisma dan ekaristi) dilangsungkan bersama-sama dalam perayaan liturgi malam paskah. Pada masa paskah warga gereja yang baru ini menjalankan dan menghayati iman akan misteri Kristus, serta membiasakan diri pada kebiasaan dan tradisi hidup Gereja. Dalam masa mistagogi juga masih diberikan penjelasan makna dan konsekuensi sakramen-sakramen inisiasi. Tahapan dan masa proses inisiasi menurut laporan Hipolitus ini terus berlangsung hingga abad V.
Abad IV-V ada pergeseran perhatian. Pertama fokus perhatian teologis bergeser dari penerimaan baptisan ke masalah pelayan baptisan. Problemnya muncul karena ada kelompok bidaah seperti donatisme, yang menolak keabsahan baptisan yang diberikan oleh orang yang berdosa. Gereja resmi berpendapat bahwa baptisan mereka sah atau valid karena yang membaptisan adalah Kristus sendiri.
Abad pertengahan diwarnai dengan dominasi pandangan teologi skolastik. Bahkan pengaruh pandangan skolastik itu jauh terpakai hingga awal abad XX. Pada awal abad pertengahan muncul tokoh seperti Hrabanus Maurus (780-856) yang memikirkan baptisan sebagai peralihan ke suatu wilayah kerajaan baru. Suatu sistematisasi teologi pembaptisan dibuat oleh Petrus Lombardus (1095-1160) yang membicarakan apa arti baptisan, manakah bentuknya, kapan dan untuk apa baptisan itu diadakan. St. Thomas Aquinas ternyata banyak mengambil posisi teologis yang sama seperti Petrus Lombardus. Mengenai asal usul baptisan Kristiani, Thomas Aqunias berpendapat bahwa kehendak Yesus atas baptisan Kristiani tampak dalam peristiwa Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Konsili Trente (1547) tidak memberi ajaran baru tentang baptisan tetapi menegaskan kembali ajaran-ajaran tradisional Gereja yaang ditolak oleh oposisi gereja reformasi. Trente sangat menegaskan paham bahwa baptisan harus untuk memperoleh keselamatan (DS 1618/NR 536).
Sejak abad pertengahan hingga abad XX, pelan-pelan dari segi perayaan liturgi pelan-pelan mulai terjadi suatu penyederhanaan ritus inisiasi kristiani di gereja barat. Di samping perkembangan pemisahan antara baptisan dan krisma ikut mendorong penye¬derhanaan ritus baptisan itu, tetapi salah satu alasan utama ialah menjadi umumnya baptisan bayi, sehingga baptisan dewasa pada generasi-generasi berikutnya semakin berkurang. Yang terjadi dalam liturgi: ritus disederhanakan dengan tidak lagi meng¬gunakan masa-masa dan tahapan di atas, tetapi hanya langsung pada satu ritus perayaan sakramen-sakramen inisiasi. Meskipun begitu, aneka unsur liturgi lain seperti: eksorsisme, penumpangan tangan, pemberiaan tanda salib di dahi, penyerahan credo dan doa Bapa Kami masih dipertahankan.
Awal abad XX ditandai dengan munculnya aneka gerakan di bidang teologi, liturgi, dan bahkan berbagai bidang kehidupan Gereja. Pada bidang sakramen baptisan, ada studi mendalam dalam gerakan pembaharuan liturgi abad XX atas berbagaai teks kuno dan tradisi liturgi gereja-gereja. Dari hasil studi itu orang kembali disadarkan akan kekayaan tahapan proses inisiasi kristiani. Vatikan II menegaskan kembali apa yang hilang dalam praktek liturgi inisiasi selama berabad-abad itu.

A.3. Dasar Pastoral

Menguraikan dimensi pastoral baptis tentu saja tidak dapat lepas dari dimensi liturgi dan aturan-aturan yang menyertainya. Oleh karena itu, pembahasan ini juga hendak menguraikan dimensi liturgi dan aturan-aturan yang menjadi satu bagian dalam penjabaran dasar pastoral baptis.
Ada dua macam liturgi baptis, yaitu: baptis dewasa dan baptis bayi. Dalam penjabaran, kami akan menguraikan liturgi baptis dewasa, yang meliputi beberapa tahap, yaitu: Pertama, masa prakatekumenat untuk para simpatisan. Masa ini bertujuan untuk menampung para simpatisan menjernihkan motivasi dan memperkenalkan Yesus Kristus. Sasaran akhir dari masa ini adalah simpatisan merasa mantap dan mau menjadi kristiani serta menunjukkan sikap semangat tobat dan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa ini ditutup dengan upacara pelantikan katekumen. Kedua, masa katekumenat yaitu masa pembinaan menyeluruh bagi para katekumen. Dalam masa ini mereka tidak hanya mengikuti pelajaran agama secara intensif, tetapi mulai diintegrasikan dengan aneka kegiatan hidup jemaat. Masa ini ditutup dengan upacara pemilihan sebagai calon baptis. Waktu yang paling ideal untuk melaksanakan upacara tersebut adalah awal masa prapaska. Namun demikian, dengan alasan pastoral, upacara tahap kedua ini dapat dilangsungkan kapan saja dengan tetap perlu memperhatikan perlunya masa persiapan terakhir itu. Ketiga, masa persiapan akhir. Masa ini merupakan masa pembinaan para calon baptis secara intensif. Persiapan terakhir ini diisi dengan beberapa persiapan khusus, yakni: katekese dan liturgi. Dalam katekese, calon baptis dibimbing untuk memperdalam makna sakramen yang akan diterima dalam bidang liturgi diadakan upacara penyucian dan penerangan. Misalnya, scrutinia (pengusiran setan) yang bertujuan untuk menyucikan para calon baptis secara lahir dan batin, menguatkan terhadap godaan dan mengarahkan niat untuk mengikuti Kristus dengan lebih konsekuen. Masa persiapan terakhir ditutup dengan upacara puncak seluruh proses inisiasi, yakni: penerimaan sakramen baptis. Sebaiknya perayaan ini diadakan pada malam paska karena pembaptisan itu merupakan ungkapan partisipasi dalam misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Keempat, masa mistagogi. Masa ini adalah untuk memperdalam dan memantapkan iman baptisan baru bersama seluruh umat beriman. Masa ini merupakan masa terakhir dalam inisiasi kristiani. Pendalaman iman yang diusahakan berkisar pada tiga bidang, yaitu: renungan sabda Allah, perayaan sakramen, dan integrasi dengan umat beriman lain. Apabila penerimaan sakramen baptis diadakan pada malam paska, maka sepanjang masa paska menjadi masa mistagogi. Dengan demikian, masa mistagogi berakhir pada hari raya pentakosta.
Upacara baptis merupakan upacara liturgi resmi Gereja. Dalam arti ini, upacara baptis menjadi perayaan seluruh umat kristen. Oleh karena itu, dalam proses inisiasi umat kristiani ikut bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya, para penanggung jawab dalam inisiasi kristen adalah:
• umat setempat bertanggung jawab terhadap seluruh proses inisiasi. Hal ini tampak dalam mengundang dan melibatkan para calon baptis ke dalam hidup, kebiasaan umat beriman, dna kegiatan gerejani, serta dalam memberi teladan kepada para calon baptis dalam iman, harapan dan kasih.
• Penjamin dan wali baptis. Penjamin adalah orang beriman yang menghantar seorang simpatisan kepada Gereja dan mendampinginya selama masa prakatekumenat dan katekumenat. Wali baptis mendampingi calon baptis pada saat upacara pembinaan, persiapan terakhir, dan perayaan sakramen inisiasi dan mistagogi. Wali baptis membantu, memberi teladan dan mengarahkan calon baptis dalam hidup kristiani sehingga mereka hidup dalam iman dan setia kepada iman kristiani.
• Guru agama, katekis,atau prodiakon. Guru agama, katekis, atau prodiakon memberi bimbingan daam pembinaan mengenai pokok-pokok iman, ajaran Gereja, tradisi, dan seluruh kebiasaan kristiani.
• Pastor paroki sebagai pembantu uskup memegang tanggung jawab terhadap seluruh proses inisiasi meskipun dalam pelaksanaan beberapa tugas dapat diserahkan kepada petugas lapangan. Namun, tanggung jawab keseluruhan terletak tetap pastor paroki. Untuk itu, pastor paroki perlu memiliki tim yan yang sungguh teruji dalam aneka bidang, seperti: pengetahuan, pengalaman, aneka keutamaan dan keteladanan iman, serta kebijaksanaan hidup.
• Uskup sebagai gembala utama keuskupan memiliki otoritas dan penanggung jawab tertinggi seluruh inisiasi di keuskupannya.

Waktu yang paling baik untuk penerimaan sakramen baptis adalah malam paska, karena pembaptisan itu merupakan ungkapan partisipasi dalam misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Namun demikian, dengan alasan pastoral, dapat dilangsungkan kapan saja dengan tetap perlu memperhatikan dua hal, yaitu: Pertama, hanya karena alasan yang berat. Misalnya, kesulitan geografis dan umat berkumpul. Kedua, harus diusahakan perlunya tiga tahap dan empat masa. Menerangkan lebih lanjut, jika pelaksanaan penerimaan sakramen baptis tidak bisa dilakukan pada malam paska dengan pertimbangan jumlah calon baptis terlalu banyak sehingga membutuhkan waktu lama, upacara pembaptisan dapat dialihkan pada hari minggu dengan bacaan yang bersangkutan atau hari biasa dengan tema liturgi baptisan.
Tempat inisiasi sedapat mungkin dilaksanakan di Gereja, di mana umat beriman bisa turut hadir sebagai saksi atau memberi dukungan kepada para anggota gereja yang baru.


B. STRUKTUR DASAR LITURGI BAPTIS

B.1. Ritus Pembuka

Pada bagian pembukaan ini, setelah tanda salib dan salam pembukaan, pemimpin perayaan menghantar umat beriman ke dalam suasana doa. Pemimpin ibadat mengajak para hadirin untuk sekali lagi merenungkan misteri iman dan pokok kepercayaan kita akan Yesus Kristus. Oleh karena itu, bagian pembukaan ini penting untuk meneguhkan iman dan pengharapan seluruh umat beriman.
Ritus pembuka bertujuan untuk mempersatukan seluruh umat dan mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran Allah agar dapat mendengarkan sabda Allah dengan pantas dan bergairah dan dapat merayakan Ekaristi dengan pantas. Terutama secara khusus dalam perayaan liturgi Baptis ini, bersama seluruh umat yang hadir, para calon baptis diarahkan kepada inti perayaan.

B.2. Liturgi Sabda

Untuk pewartaan sabda disampaikan dua bacaan. Sesudah bacaan pertama dapat dinyanyikan mazmur tanggapan atau nyanyian renungan yang sesuai. Bisa juga diadakan waktu hening. Sesudah bacaan terakhir sebaiknya diadakan homili. Dalam homili itu hendaknya peng-homili memecahkan sabda atau menjelaskan sabda kepada umat dan terutama kepada para calon baptis. Dengan demikian iman dan harapan kita diteguhkan kembali.

B.3. Liturgi Baptis

Dalam liturgi baptisan yang ditempatkan dalam perayaan Ekaristi, ada tahap-tahap tertentu yang memiliki fungsi yang berbeda sebagai bentuk urutan runtut dari awal sampai akhir liturgi sebagai perayaan. Pada bagian ini akan dipaparkan fungsi masing-masing bagian itu, namun logika teologis-liturgis dalam uraian berikut ini hanya akan menekankan bagian-bagian dalam liturgi baptis yang menjadi pokok bahasan kelompok.
Penempatan konsep tata cara Inisiasi untuk sakramen baptis dalam malam Paskah kiranya menjadi idealitas yang perlu dijelaskan. Sesudah homili, para calon baptis terpilih dan wali baptis mereka mempersiapkan diri dengan maju ke depan di tempat upacara pembaptisan. Di sana mereka diberi nasihat oleh imam yang memimpin, lalu dinyanyikan litani para Kudus. Kemudian menyusul tata upacara sebagai berikut:
1. Pemberkatan air baptis
2. Penolakan setan.
3. Pengurapan dengan minyak katekumen; jika hal ini belum dilaksanakan.
4. Pengakuan iman
5. Pembaptisan dengan penenggelaman atau penuangan air
6. Pengenaan pakaian putih dan penyerahan lilin
7. Ekaristi Paskah, mulai dengan persiapan persembahan.

• Pemberkatan air baptis; mengandung makna penyucian dan pengudusan terhadap air yang merupakan materi alam yang berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan diri. Pembersihan fisik ini ditransformasikan dalam pembersihan rohani, dan melalui pemberkatan air baptis ini, air menjadi sarana jasmani yang juga memiliki fungsi rohani untuk memperjelas aspek pengudusan dalam sakramen baptis. Air yang digunakan untuk berbagai macam perayaan liturgi memiliki makna simbolis: untuk mengungkapkan pembersihan dari dosa dan penganugerahan keselamatan dan hidup baru.
• Penolakan Setan; dengan menerima sakramen baptis, manusia diangkat menjadi anak Allah. Menjadi anak Allah berarti siap bekerja sama dengan Allah dan terlibat secara penuh dalam karya keselamatan Allah. Kerja sama yang penuh pada penyelenggaraan Allah ini mengandung makna serentak untuk menolak segala yang jahat yang berasal dari setan. Setan adalah musuh Allah. Berpihak pada Allah berarti siap berperang melawan setan dan segala bentuk kejahatan yang bisa ditimbulkan olehnya.
• Pengurapan minyak katekumen; sebagai pelengkap dari ritual sakramen baptis. Bagian ini sebetulnya memiliki akar sejarah yang kuat dalam tradisi Gereja, namun zaman ini tidak dimaksudkan sebagai syarat mutlak untuk sahnya suatu baptisan. Dengan pencurahan minyak ini, hendak ditekankan bahwa ada kesatuan tahapan inisiasi dengan sakramen Krisma dan Ekaristi. Ketiganya adalah inisiasi Kristiani yang terpadu.
• Pengakuan Iman; peristiwa ini mengandung makna ekklesiologis, yakni para calon baptis menggabungkan diri dengan para iman para rasul sebagai lingkaran pertama dari kehidupan Yesus dan diyakini sebagai kelompok kecil orang yang terlibat dalam kehidupan bersama dengan Yesus. Dengan pengakuan iman bersama dengan iman para rasul ini ada jaminan otentisitas iman yang dianut oleh para calon baptis ini karena menimba sumber iman dari lingkungan yang memiliki hubungan yang amat dekat dengan kehidupan Yesus sendiri.
• Pembaptisan dengan penenggelaman atau penuangan air baptis; yang disertai dengan rumusan kata-kata: “N (nama), Aku membaptis Engkau dalam nama Bapa dan Putera danRoh Kudus. Amin. Penenggelaman atau penuangan air baptis adalah bagian dari proses sejarah yang mengindahkan tradisi awal umat Kristiani dan keprihatinan pastoral yang muncul di kemudian hari. Kitab Suci menampilkan para baptisan baru ditenggelamkan dalam air sebagaimana dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Tradisi ini juga dipelihara sampai pada masa masa Gereja Perdana. Belakangan ritual penenggelaman ini diganti dengan penuangan air karena lebih praktis, tanpa bermaksud mengurangi makna pengudusan yang ditimbulkan dari penenggelaman ini.
• Pengenaan pakaian putih dan penyerahan lilin; ada tradisi sejarah yang mengharuskan para katekumen dibaptis dalam kondisi telanjang, dalam bilik tertentu, sementara pada saat yang sama umat yang lain berdoa. Setelah dibaptis, maka baptisan baru ini langsung diberi pakaian baru sebagai simbol dari pakaian iman dalam Kristus, biasanya berwarna putih sebagai simbol kesucian. Pemberian lilin bernyala mengandung makna agar mereka menjadikan meterai baptisan yang bersumber dari Allah sendiri sebagai penerang di kala menghadapi kegelapan.

B.4. Liturgi Ekaristi

Dalam liturgi Ekaristi ini, Gereja mengenangkan, dalam arti menghadirkan sungguh misteri wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Sebagaimana karya keselamatan Allah yang menjadi nyata dalam peristiwa Paskah itu, demikian pula kita umat beriman memiliki pengharapan bahwa tindakan Allah yang menyelamatkan itu, terjadi dalam saudara-saudara kita yang akan menerima sakramen baptis.
Dalam liturgi ini pula gereja mengungkapkan diri sebagai communio. Dalam Ekaristi dirayakan dalam persekutuan (komunio) seluruh jemaat. Komunio hidup jemaat ini dikaitkan dengan Gereja universal, persekutuan dengan pemimpinnya, maupun dengan pemimpin lokal, yaitu uskup, juga dengan para rohaniwan-rohaniwati yang bersatu dengannya (sinkronis). Dan dalam Ekaristi, keyakinan ini diungkapkan dan dirayakan kembali dengan penuh iman dan pengharapan.

B.5. Ritus Penutup

Pada bagian penutup ini dapat disampaikan kata-kata sambutan ataupun ucapan-ucapan terima kasih sesuai dengan kebiasaan setempat. Kemudian dilanjutkan dengan doa setelah komuni dan berkat penutup.


TATA PERAYAAN BAPTISAN DEWASA
PADA HARI MINGGU PASKA II

PERSIAPAN

P : Selamat pagi Ibu, Bapak dan Saudara-saudari dalam Yesus Kristus dan selamat datang di rumah Tuhan: Gereja paroki St. Alfonsus Nandan ini. Hari ini adalah hari Minggu paska II sekaligus hari istimewa bagi Gereja, karena kita akan bersama-bersama bersyukur dan mohon rahmat bagi saudara-saudari kita yang akan menerima pembaptisan. Di hari yang istimewa ini, Gereja mengingatkan kita bagaimana hidup beriman jemaat awal. Mereka semua adalah orang beriman yang bertekun dalam doa dan hidup sehati tiap-tiap hari dalam Bait Allah, untuk mengenangkan dan menghadirkan Kristus yang telah bangkit. Maka marilah kita menyiapkan hati kita untuk menyambut kehadiran romo dan para pembantunya, sambil menyanyikan lagu pembuka.

Sesudah dihantar dengan ajakan untuk bersiap dan menciptakan suasana ibadat, imam MEMASUKI ruang ibadat dan menuju altar bersama para putera altar dan para pelayan yang lain. Sementara itu koor menyanyikan lagu pembuka untuk mengiringi perarakan tersebut. Urut-urutan perarakan adalah sebagai berikut: pelayan pembawa dupa yang mengepul, pembawa lilin, salib perarakan, lektor, para calon babtis, konselebran, dan selebran utama.
R I T U S P E M B U K A

Perarakan
Lagu Pembuka : “Alleluia” MB. 442
Setibanya di depan altar, imam dan semua yang ikut perarakan memberi hormat kepada altar dengan berlutut. Setelah berlutut para calon baptis dan wali baptis langsung menuju ke tempat yang telah disediakan (dibangku paling depan). Kemudian selebran utama mengisi dupa dan selanjutnya mendupai altar dan tabernakel. Setelah selesai pendupaan, imam menuju altar lalu mencium altar dan bersiap untuk membuka ibadat dengan tanda salib. Misdinar dan para pelayan yang lain menuju tempat duduk yang telah disediakan.

Tanda Salib
Sesudah lagu pembuka selesai, imam bersama umat membuat tanda salib, sementara imam mengucapkan:

(I) : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
(U ) : Amin

Salam
Sesudah itu, sambil membuka tangan imam memberi salam kepada umat dengan mengucapkan:

I : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu
U : Dan sertamu juga

Pengantar
Dengan singkat imam atau diakon atau seorang petugas lain dapat mengarahkan umat kepada inti misteri yang dirayakan yaitu perayaan baptisan dalam ekaristi.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Seminggu yang lalu kita telah merayakan HR Paskah, hari kebangkitan Kristus. Setiap hari Minggu kita juga mengenangkan dan merayakan kebangkitan itu dengan ekaristi kudus. Dalam injil hari ini kita akan mendengarkan kisah bagaimana para murid mengalami kunjungan dan kehadiran Kristus seminggu sesudah Paskah. Hari ini, kita juga mendapat kunjungan Kristus karena Ia hadir di tengah-tengah kita. Seperti mereka juga kita mendapat tugas untuk menghayati iman atas nama-Nya. Dalam perayaan ekaristi ini, kita bergembira karena Tuhan berkenan menggabungkan anggota-anggota baru dalam Gereja-Nya. Marilah kita menyadari kebaikan Tuhan itu dan memberi kesaksian tentang keselamatan yang dikerjakan Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Menyadari akan segala kelemahan dan kekurangan kita marilah kita hening sebentar, meneliti batin kita sambil mohon ampun atas segala kelemahan dan dosa-dosa kita itu

Seruan Tobat
I : Saudara-saudari, marilah menyesali dan mengakui bahwa kita telah berdosa, supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.
I+U : Saya mengaku......
I : Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita,
mengampuni dosa kita, dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin

Tuhan Kasihanilah Kami MB. 179
Kemuliaan MB. 194
Doa Pembuka
Sesudah Madah Pujian kemuliaan selesai, imam berkata/bernyanyi dengan tangan terkatup:

I : Marilah berdoa,
Imam dan seluruh umat yang hadir berdoa sejenak dalam hati. Kemudian imam merentangkan tangan, dan mengucapkan Doa Pembuka:

I : Allah Bapa yang kekal dan kuasa, dalam masa Paska ini, Engkau meneguhkan dan menguduskan umat-Mu. Tumbuhkanlah rahmat yang kami terima dari pada-Mu di dalam hati kami, agar kami semakin memahami, betapa agungnya sakramen pembaptisan, betapa luhurnya Roh yang melahirkan kami kembali, dan betapa indahnya darah yang telah menebus kami. Demi Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U : Amin


L I T U R G I S A B D A

Bacaan I – Kis 2:42-47
Imam dan para putra altar menuju ke tempat duduk yang telah disediakan. Sementara itu pembaca/lektor pergi ke mimbar sabda dan membacakan bacaan pertama. Semua umat duduk dengan tenang mendengarkan bacaan sabda Allah.

P : Pembacaan dari Kisah Para Rasul (2:42-47)
“Semua orang beriman itu bersatu dan memiliki segala-galanya bersama.”

Umat baru di Yerusalem itu bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan setiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Bacaan pertama diakhiri dengan:
P : Demikianlah sabda Tuhan
U : Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Dirigen atau pemazmur menuju mimbar, dan mengajak umat untuk menyanyikan Mazmur Tanggapan yang didahului oleh solis.

Reff : Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, kekal abadi kasih setia-Nya

Mazmur:
1. Hendaklah Israel berkata: Kekal abadi kasih setia-Nya, hendaklah kaum Harun berkata: Kekal abadi kasih setia-Nya. Hendaklah orang yang takwa berkata: Kekal abadi kasih setia-Nya.
2. Aku didesak-desak sampai terjatuh, tetapi Tuhan menolong aku. Tuhanlah kekuatan dan pelindungku, Dialah kemenanganku. Suara gembira dan sorak-sorai terdengar di perkemahan para pemenang.

Bacaan II
Pembaca menuju mimbar untuk membacakan bacaan II, umat dan imam duduk mendengarkan. Putra altar pembawa pendupaan turun mengambil untuk pemberkatan Injil.
P : Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (1:3-9)
“Allah memberi kita kehidupan baru dengan membangkitkan Yesus Kristus dari alam maut.”
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada akhir zaman. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai-bagai cobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekali pun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Bacaan kedua diakhiri dengan:
P : Demikianlah sabda Tuhan.
U : Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil
Bait pengantar Injil dinyanyikan oleh petugas dan diikuti oleh umat.

Reff: Alleluia, alleluia, allelulia
Yesus bersabda, “Hai Tomas, karena melihat Aku, engkau percaya.
Berbahagialah yang tidak melihat, namun percaya.”
Sementara Bait Pengantar Injil dinyanyikan, imam (selebran utama) dapat membakar dupa. Imam konselebran yang akan membaca Injil dan berkotbah berdiri dan membungkuk ke arah altar sambil berdoa dalam hati:

I : Sucikanlah hati dan budiku, ya Allah yang mahakuasa,
supaya aku dapat mewartakan Injil-Mu dengan baik.

Bacaan Injil
Imam pergi ke mimbar untuk membacakan Injil. Misdinar membawa pendupaan dan lilin bernyala berdiri di dekat mimbar. Dengan tangan terkatup, imam memulai bacaan Injil dengan seruan:

I : Tuhan sertamu.
U : Dan sertamu juga

Sambil membuat tanda salib dengan ibu jari pada Kitab Injil, imam berseru:
I : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes.
U : Dimuliakanlah Tuhan

Kemudian imam membuat tanda salib dengan ibu jari pada dahi, mulut, dan dadanya sendiri. Setelah itu imam mendupai Kitab Suci/Injil yang akan dibacakan. Lalu ia membacakan Injil. Seluruh umat mengikuti pewartaan Injil sambil berdiri.

“Seminggu kemudian Yesus datang lagi”(Yoh. 20: 19-31)
Pada hari Minggu Paska murid-murid Yesus berkumpul di sebuah rumah. Karena takut akan orang-orang Yahudi lagi pula hari sudah malam, maka pintu-pintu rumah dikunci. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi. “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka, “sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Putera Allah, dan supaya kamu berkat iman memperoleh hidup demi nama-Nya.

Aklamasi Sesudah Injil
Setelah pembacaan Injil selesai, imam menyerukan aklamasi:

I : Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya.
U : SabdaMu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Sesudah itu imam mengecup buku Injil dan berkata:
I : Semoga karena pewartaan Injil ini dileburlah dosa-dosa kita

Homili
Kemudian imam menyampaikan homili sambil berdiri di belakang mimbar. Sementara umat mengikuti homili sambil duduk. Sesudah homili, diadakan saat hening untuk meresapkan sabda Tuhan .

L I T U R G I B A P T I S
Ajakan
Sesudah Homili, selebran utama memanggil para calon baptis bersama dengan wali baptis untuk maju dan berdiri di sekitar bejana pembaptisan. Diusahakan agar umat dapat mengikuti upacara dengan khidmat.

P : Para calon baptis dan wali baptis dimohon maju ke depan.

Saat dipanggil namanya para calon baptis maju selangkah sambil mengatakan :

C : Ya saya hadir

Imam mengajak berdoa dengan berkata:

I : Saudara-saudari terkasih, marilah kita mendampingi saudara-saudara kita ini dengan doa kita bersama. Semoga Bapa yang mahakuasa dan maharahim mengasihani dan membantu mereka yang hendak menerima sakramen kelahiran baru.

Litani Para Kudus
Kemudian dinyanyikan litani para kudus oleh petugas. Dalam litani ini dapat disisipkan nama beberapa orang kudus, terutama pelindung gereja, dan nama-nama pelindung para calon baptis. Selama litani dinyanyikan umat berlutut dan turut serta menyanyikan bagian-bagian yang telah ditentukan.

Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami,
Kristus kasihanilah kami, Kristus kasihanilah kami,
Tuhan kasihanilah kami, Tuhan kasihanilah kami,
Santa Maria, Bunda Allah, doa kanlah kami
Santo Mikhael, doa kanlah kami
Para Malaikat Allah , doa kanlah kami
Santo Yohanes Pembaptis, doa kanlah kami
Santo Yoesph , doa kanlah kami
Santo Petrus dan Paulus, doa kanlah kami
Santo Andreas, doa kanlah kami
Santo Yohanes, doa kanlah kami
Santa Maria Magdalena, doa kanlah kami
Santo Stefanus, doa kanlah kami
Santo Ignatius dari Anthiokia, doa kanlah kami
Santo Laurensius, doa kanlah kami
Santo Perpetua dari Felisitas, doa kanlah kami
Santa Agnes, doa kanlah kami
Santo Agustinus, doa kanlah kami
Santo Athanasius, doa kanlah kami
Santo Basilius, doa kanlah kami
Santo Martinus, doa kanlah kami
Santo Benediktus, doa kanlah kami
Santo Fransiskus dan Dominikus, doa kanlah kami
Santo Fransiskus Xaverius, doa kanlah kami
Santo Arnoldus doa kanlah kami
Santo Yohanes Maria Vianey, doa kanlah kami
Santa Katharina dari Siena, doa kanlah kami
Santa Theresia dari Avila, doa kanlah kami
Santa Rosadelima doa kanlah kami
Santa Lucia doa kanlah kami
Santa Veronika doa kanlah kami
Para Kudus Allah, doa kanlah kami
Tuhan Maharahim, bebaskanlah umat-Mu
Dari segala kejahatan, bebaskanlah umat-Mu
Dari segala dosa, bebaskanlah umat-Mu
Dari kematian kekal, bebaskanlah umat-Mu
Karena wafat dan kebangkitan-Mu, bebaskanlah umat-Mu
Karena kedatangan Roh Kudus, bebaskanlah umat-Mu
Kami orang berdosa, dengarkanlah umat-Mu
Semoga para pilihan-Mu ini Kaulahirkan-
kembali dalam pembaptisan suci, dengarkanlah umat-Mu
Yesus, Putera Allah yang hidup, dengarkanlah umat-Mu
Kristus, dengarkanlah kami, Kristus, dengarkanlah kami
Kristus, kabulkanlah doa kami, Kristus, kabulkanlah doa kami

Pemberkatan Air
Sambil menghadap bejana pembaptisan, imam berdoa:

I : Marilah berdoa,
Allah yang mahakuasa,
Engkau mengerjakan karya agung melalui tanda-tanda sakramen.
Dengan pelbagai cara, Engkau mempergunakan air
untuk menyatakan rahmat pembaptisan.
Ya Allah,
pada awal mula dunia Roh-Mu melayang di atas permukaan air,
sejak saat itu air mengandung kekuatan untuk menyucikan.

Ya Allah,
dalam peristiwa air bah Kaulambangkan kelahiran baru.
Sebab kekuatan air itu memusnahkan kejahatan dan melahirkan kebaikan.

Ya Allah,
melalui Laut Merah Kauseberangkan keturunan Abraham lewat jalan yang kering.
Kaum yang Kaubebaskan dari perbudakan Firaun
melambangkan umat yang dibaptis.

Ya Allah,
di sungai Yordan, Putera-Mu dibaptis oleh Yohanes
dan diurapi dengan Roh Kudus.
Air dan darah mengalir dari lambung-Nya ketika Ia bergantung pada Salib.

Sesudah kebangkitan-Nya, Ia memerintahkan kepada para murid-Nya:
"Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka
demi nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.”

Kami mohon, ya Tuhan,
restuilah Gereja-Mu dan bukalah sumber air baptis baginya.
Semoga air ini dihidupi oleh Roh Kudus dengan rahmat Putera-Mu.
Semoga karena sakramen baptis manusia yang Kauciptakan menurut citra-Mu,
Kausucikan dari kecemaran dosa.
Semoga manusia lahir pula dari air dan Roh Kudus dan menjadi anak-Mu.

Dalam masa Paska, kalau air yang tersedia sudah diberkati Imam mendoakan:

I : Ya Bapa, hantarlah abdi-abdiMu ini kepada kelahiran baru dalam Roh Kudus
melalui air baptis yang sudah diberkati ini. Sebab Engkau memanggil mereka
supaya lahir kembali dalam pembaptisan serta memperoleh hidup abadi.
Demi Kristus pengantara kami.
U : Amin.

Penolakan Setan dan Pengakuan Iman
Imam bertanya khususnya kepada para calon baptis dan seluruh umat lainnya.

I : Para calon baptis yang terkasih, hendaknya sekarang para saudara menolak setan dan mengakui iman, supaya layak menerima sakramen pembaptisan.
I : Sanggupkah saudara menentang kejahatan dalam diri saudara sendiri
dan dalam masyarakat?
C+U: Ya, kami sanggup

I : Sanggupkah saudara menolak godaan-godaan dalam bentuk tahyul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat?
C+U : Ya, kami sanggup

I : Sanggupkah saudara berjuang melawan segala tindakan dan kebiasaan
yang tidak adil dan tidak jujur, dan yang melanggar hak-hak azasi manusia?
C+U: Ya, kami sanggup

Kemudian imam mengajak para calon baptis dan umat yang hadir untuk mengakui imannya

I : Marilah sekarang kita mengungkapkan iman kepercayaan kita.

I : Percayakah saudara akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi?
C+U : Ya, kami percaya

I : Percayakah saudara akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
yang dilahirkan oleh Perawan Maria, menderita sengsara, wafat dan dimakamkan;
yang bangkit dari alam maut dan duduk di sisi kanan Bapa?
C+U : Ya, kami percaya

I : Percayakah saudara akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus,
persekutuan para kudus, pengampunan dosa,
kebangkitan badan dan kehidupan kekal?
C+U : Ya, kami percaya

Pembaptisan.

Lagu pengiring pembaptisan: “Syukur Kepada-Mu Tuhan” MB 427

Diiringi dengan lagu, para calon baptis maju ke depan altar, wali baptis memegang pundak setiap calon baptis lalu imam membaptis mereka dengan menuangkan air dari bejana pembaptisan sebanyak tiga kali atas kepala (dahi) para calon baptis seraya mengucapkan rumus baptisan:

I : …………………. (nama) aku membaptis saudara/i
Demi nama Bapa (air dituang pertama kali)
Dan Putera (air dituang kedua kali)
Dan Roh Kudus (air dituang ketiga kali)

Pengurapan Sesudah Pembaptisan
Kemudian para baptisan baru diurapi dengan minyak krisma, imam berkata kepada para baptisan baru:

I : Saudara – saudara yang terkasih,
Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus telah melahirkan saudara kembali
dari air dan Roh Kudus dan mengampuni semua dosa saudara.
Kini saudara telah diangkat menjadi anak-Nya, dan dipersatukan dengan umat-Nya.
Sekarang saudara akan diurapi dengan minyak krisma,
seperti Kristus diurapi oleh Roh Kudus menjadi imam, nabi dan raja

Kemudian imam mengurapi ubun-ubun setiap baptisan baru dengan minyak krisma tanpa mengatakan apa-apa. Setelah selesai imam berkata:

I : Semoga Allah berkenan melindungi saudara, agar saudara menjadi anggota umat-Nya yang setia, sampai masuk kehidupan yang kekal.
U : Amin

Penyerahan Kain Putih
Imam menyerahkan pakaian berwarna putih yang telah disiapkan oleh masing-masing baptisan baru sambil berkata:

I : Saudara-saudara yang terkasih, saudara sudah menjadi makhluk baru dan telah mengenakan Kristus. Terimalah pakaian putih ini yang menandakan martabat saudara yang luhur. Jagalah martabat itu agar tak bercela sampai menghadap Tuhan dan hakim kita Yesus Kristus, supaya diperkenankan masuk kehidupan kekal.
U : Amin

Penyerahan Lilin
Kemudian salah satu imam konselebran atau putra altar mengambil dan memegang lilin Paska dan imam selebran utama menyalakan lilin kecil dari lilin paskah lalu menyerahkan satu persatu kepada para baptisan baru sambil berkata:

I : Saudara-saudari, kini saudara-saudara telah bersatu dengan Kristus, cahaya dunia.
Maka saudara harus hidup sebagai putera cahaya dan menghayati iman dengan setia, sehingga pada saat Tuhan datang, saudara dapat menyongsong Dia bersama semua orang kudus dalam istana Bapa di surga.
U : Amin

Doa Umat
Syahadat ditiadakan, dan langsung menyusul doa umat. Wakil dari baptisan baru membawakan ujud-ujud doa umat. Dengan tangan terkatup imam mengajak/mengundang jemaat untuk memanjatkan doa umat:

I : Bapa yang mahabaik, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk menyampaikan kabar baik kepada segala bangsa. Utuslah kami juga untuk mewartakan kabar keselamatan kepada sesama yang membutuhkan sentuhan kasih-Mu.

P : Ya Bapa, masih banyak umat-Mu yang berada dalam belenggu ketidakadilan dan penindasan. Bangkitkanlah hati dan budi kami agar berani dan mampu membela dan mengambil bagian dalam perjuangan demi kepentingan mereka. Marilah kita mohon:
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Bapa, hati kami sering menaruh dengki dan benci, kurang menaruh belas kasih kepada sesama. Semoga berkat kebangkitan PutraMu, kami memperoleh kekuatan Roh Kudus, untuk semakin mengembangkan ajaran kasih sejati sebagaimana terwujud dalam sengsara, wafat dan kebangkitan PutraMu.
Marilah kita mohon:
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Bapa, kami mendambakan suasana tentram, saling menghargai dan melayani dalam hidup bermasyarakat. Tanamkanlah rasa persaudaraan dalam masyarakat kami, dan sikap bijaksana dalam diri pemimpin kami, agar mereka dimampukan untuk secara arif melihat persatuan dan kepentingan bangsa ini, sebagai yang paling utama dalam kebijakan-kebijakan politik mereka.
Marilah kita mohon:
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

P : Bapa, kami juga bersyukur atas karunia baptisan yang telah kami terima ini. Semoga berkat penebusan PutraMu, mereka semakin menyadari diri sebagai anak-anakMu dan sebagai murid PutraMu, sehingga pembebasan dari dosa dalam materai baptisan ini memancar kuat dalam setiap perilaku dan hidup harian mereka. Marilah kita mohon:
U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

......................hening sejenak...............................................
I : Demikianlah Ya Bapa, doa-doa permohonan yang kami haturkan kepada-MU. Sudilah Engkau mengabulkannya, demi kemuliaan-Mu dan demi keselamatan kami, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin

L I T U R G I E K A R I S T I

Persiapan Persembahan
Persembahan dapat diawali dengan kolekte yang hasilnya bisa dipergunakan untuk kebutuhan Gereja dan orang miskin. Sementara itu para pelayan menyiapkan meja altar, mengatur korporale, purifikatorium, piala, palla, dan buku misa di meja altar. Kemudian para putera altar pembawa lilin (bersama wakil-wakil umat) menyiapkan dan mengantar bahan persembahan serta perlengkapannya ke altar. Imam berdiri di depan altar dan menyambut mereka. Seluruh umat berdiri saat perarakan mengantar bahan persembahan berlangsung. Seluruh acara ini dapat diiringi nyanyian persiapan persembahan.

Lagu Persiapan Persembahan: “Madah Paska” MB 428

Menghunjukkan Persembahan
Imam mengambil patena dengan roti di atasnya, mengangkat patena tersebut sambil berkata dengan suara lembut:

I : Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam,
sebab dari kemurahanMu, kami menerima roti yang kami siapkan ini.
Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia,
yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.

Kalau nyanyian persembahan tidak dilagukan imam dapat mengucapkan doa di atas deangan suara lantang dan umat menanggapinya dengan aklamasi berikut ini:

U : Terpujilah Allah selama-lamanya.

Setelah selesai imam menaruh patena di atas korporale. Kemudian imam menuangkan anggur dan sedikit air ke dalam piala sambil berkata lembut:

I : Sebagaimana dilambangkan oleh percampuran air dan anggur ini,
semoga kami boleh mengambil bagian dalam ke-Allahan Kristus,
yang telah berkenan menjadi manusia seperti kami.

Kemudian Imam mengambil piala berisi anggur, lalu mengangkatnya sedikit sambil berkata dengan suara lembut (atau dengan lantang kalau lagu persembahan tidak dinyanyikan):

I : Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta Allam,
sebab dari kemurahanMu kami menerima anggur yang kami siapkan ini.
Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia,
yang bagi kami akan menjadi minuman rohani.

Kalau nyanyian persembahan tidak dilagukan imam dapat mengucapkan doa di atas deangan suara lantang dan umat menanggapinya dengan aklamasi berikut ini:

U : Terpujilah Allah selama-lamanya.
Imam membungkuk dan berdoa dengan suara lembut:

I : Dengan rendah hati dan tulus, kami menghadap kepadaMu, ya Allah, Bapa kami.
Terimalah kami, dan semoga persembahan yang kami siapkan ini
berkenan kepadaMu

Imam lalu mengisi pendupaan dan mendupai bahan persembahan, salib dan altar. Kemudian salah satu imam konselebran (kalau tidak ada bisa digantikan oleh prodiakon yang mendampingi atau oleh putra altar sendiri) mendupai imam (selebran utama) lalu mendupai putra altar umat. Sesudah itu imam membasuhtangan di sisi meja altar sambil berdoa dalam hati:

I : Ya Tuhan, bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku,
dan sucikanlah aku dari dosaku.

Sesudah itu imam berdiri di belakang altar, menghadap umat.
Ia membuka kemudian mengatupkan kembali tangannya sambil berkata:

I : Berdoalah saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu
berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa.

U : Semoga persembahan ini diterima
demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita
serta seluruh umat Allah yang kudus.

Doa Persiapan Persembahan
Kemudian dengan tangan terentang, imam mengucapkan doa persembahan:

I : Allah Bapa yang mahasetia,
Engkau telah mencintai kami dengan menganugerahkan Yesus Kristus PutraMu
yang telah bangkit dan kini kami rayakan ini.
Bersama dengan putra-putriMu,
yang telah kau terima ke dalam pangkuanMu lewat pembaptisan ini,
sudilah berkenan menerima persembahan roti-anggur
lambang kehidupan berkat kebangkitan PutraMu
yang kami persembahan kepadaMu.
Semoga persembahan ini menyatukan kehendak kami
dengan kehendak PutraMu yang telah bangkit
dan kami rayakan dalam masa paskah ini.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.

DOA SYUKUR AGUNG
Imam mengumumkan kepada umat teks Doa Syukur Agung yang akan dipergunakan dan juga sekaligus lagu kudus yang digunakan.

I : Kita akan mempergunakan Doa Syukur Agung yang I
dan kita siapkanjuga lagu kudus dari MB no: 250

Dialog Pembukaan
Sambil merentangkan tangan, imam membuka Doa Syukur Agung sebagai berikut:
I : Tuhan sertamu.
U : Dan sertamu juga
I : Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan.
U : Sudah kami arahkan.
I : Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita.
U : Sudah layak dan sepantasnya.

Prefasi
Dengan tangan terentang imam membaca/menyanyikan prefasi. Prefasi ini dipilih sesuai dengan masa liturgi yang bersangkutan atau peringatan/pesta yang dirayakan.

I : Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa
kami memuji Dikau senantiasa.
Namun teristimewa pada hari ini
layaklah engkau kami muliakan lebih meriah,
sebab Kristus, Anak Domba Paskah kami,
sudah dikurbankan, dan kini bangkit dengan jaya.

Karena wafatNya,
kami dibebaskan dari kematian kekal,
dan dalam kebangkitanNya,
kehidupan semua orang dibangun kembali
dan dipugar dengan semangat dan harapan baru.

Sebab berkat wafat dan kebangkitan Kristus,
suatu angkatan baru putra-putri cahaya
dilahirkan untuk kehidupan abadi,
dan bagi para beriman,
dibukakan kembali pintu gerbang kerajaan surga.

Dari sebab itu, di seluruh muka bumi,
umat-Mu bersuka-ria merayakan kegembiraan Paskah,
bersama segenap penghuni surga dan para malaikat
yang bermadah memuliakan keagungan-Mu
sambil tak henti-hentinya bernyanyi:
Kudus : MB 250
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah segala kuasa.
Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
Terpujilah Engkau di surga.
Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di surga.

Sambil merentangkan tangan, imam berkata:

I : Ya Bapa yang mahamurah,
dengan rendah hati kami mohon
demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami:

Imam mengatupkan tangan, dan melanjutkan

I : Sudilah menerima dan memberkati

Imam membuat tanda salib satu kali atas roti dan anggur sambil berkata:

I : pemberian ini, persembahan ini, kurban kudus yang tak bernoda ini.

Sambil merentangkan tangan imam melanjutkan:

I : Kami mempersembahkan kepada-Mu
pertama-tama untuk Gereja-Mu yang kudus dan katolik.
Semoga Engkau memberikan kepada-Nya
damai, perlindungan, persatuan, dan bimbingan di seluruh dunia
bersama hamba-Mu paus kami Yohanes Paulus II,
dan Uskup kami Ignatius Suharyo,
serta semua orang yang menjaga dan menumbuhkan iman katolik,
sebagaimana kami terima daripara rasul.

I Ingatlah, ya Tuhan akan hamba-hamba-Mu.....yang minta kami doakan;

Imam mengatupkan tangan dan berdoa sejenak untuk orang-orang yang hendak ia doakan. Kemudian, sambil merentangkan tangan, ia melanjutkan:

Dan semua orang yang berhimpun di sini,
yang iman dan baktinya Engkau kenal dan Engkau maklumi;
Bagi mereka kurban ini kami persembahkan kepad-Mu.
Ingatlah juga akan mereka yang mempersembahkan kepada-Mu kurban pujian ini,
bagi dirinya sendiri dan bagi kaum kerabatnya,
untuk penebusan jiwa mereka,
untuk keselamatan dan kesejahteraan,
yang mereka harapkan dari-Mu,
ya, Allah yang benar, hidup dan kekal.

Dalam persatuan dengan seluruh Gereja,
kami merayakan hari yang amat suci ini,
saat Yesus Kristus Tuhan kami bangkit dari mati;
Juga, kami mengenang dan menghormati:
terutama Santa perawan mulia,
Bunda Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami,
Santo Yusuf suaminya,
Serta para rasul dan para martir-Mu yang bahagia,
Petrus dan Paulus, Andreas,
(Yakobus dan Yohanes, Tomas, Yakobus dan Filipus, Bartolomeus dan Matius, Simon dan Tadeus: Linus, Kletus, Klemens dan Sikstus,Kornelius dan Siprianus, Laurensius dan Krisogonus,Yohanes dan Paulus, Kosmas dan Damianus)

dan semua orang kudus-Mu.
Atas jasa dan doa mereka lindungilah
dan tolonglah kami dalam segala hal.

Imam mengatupkan tangan.
Demi Kristus, Tuhan kami.
U : Amin

Maka kami mohon, ya Tuhan,
sudilah menerima persembahan kami, hamba-hamba-Mu,
dan persembahan seluruh keluarga-Mu ini:
Bimbinglah jalan hidup kami dalam damai-Mu,
luputkanlah kami dari hukuman kekal,
dan terimalah kami dalam kawanan ara pilihan-Mu

Imam mengatupkan tangan.
Demi Kristus, Tuhan kami.
U : Amin

Maka kami mohon, ya Tuhan
sudilah menerima persembahan kami, hamba-Mu,
dan persembahan seluruh keluarga-Mu ini,
yang kami sampaikan juga bagi mereka
yang telah Engkau ampuni semua dosanya
dan Engkau lahirkan kembali dari air dan Roh Kudus:
luputkanlah kami dari hukuman kekal
dan terimalah kami dalam kawanan para pilihan-Mu.

Imam mengatupkan tangan.
Demi Kristus Tuhan kami.
U : Amin

Sambil mengulurkan kedua tangan di atas roti dan anggur, imam berkata:
Ya Allah, kami mohon sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan kepada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putera-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus.

Imam mengatupkan tangan.
Pada hari sebelum menderita

Imam mengambil roti, dan sambil mengangkatnya sedikit di meja altar, ia melanjutkan:
Ia mengambil roti
dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia,

Imam menengadah.
dan sambil menengadah kepada-Mu,
Allah Bapa-Nya yang mahakuasa,
Ia mengucap syukur dan memuji Dikau,
memecah-mecah roti itu, dan memberikannya kepada para murid-Nya,
seraya berkata:

Imam membungkuk sedikit lalu dengan jelas dan lantang mengucapkan/menyanyikan Sabda Tuhan berikut:

TERIMALAH DAN MAKANLAH:
INILAH TUBUHKU
YANG DISERAHKAN BAGIMU.

Imam memperlihatkan hosti suci kepada umat. Lalu meletakkannya kembali pada patena. Kemudian ia berlutut menyembah. (Dalam misa konselebrasi, waktu hosti, para konselebran memandangnya, kemudian waktu selebran utama berlutut, konselbran menghormatinya dengan membungkuk khidmat) Sesudah itu imam melanjutkan:

Demikian pula sesudah perjamuan,

Imam mengambil piala, sambil mengangkatnya sediikit di atas meja altar, ia melanjutan:
I Ia mengambil piala yang luhur,
dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia.
Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Dikau,
lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya,
seraya berkata:

Imam membungkuk sedikit lalu dengan jelas dan lantang mengucapkan/menyanyikan Sabda Tuhan berikut:

TERIMALAH DAN MINUMLAH:
INILAH PIALA DARAHKU,
DARAH PERJANJIAN BARU DAN KEKAL,
YANG DITUMPAHKAN BAGIMU
DAN BAGI SEMUA ORANG,
DEMI PENGAMPUNAN DOSA.
LAKUKANLAH INI UNTUK MENGENANGKAN DAKU

Imam memperlihatkan piala kepada umat, lalu meletakannya di atas korporal. Kemudian ia berlutut menyembah. Sesudah itu salah satu imam konselebnran mengajak umat melagukan/ mengucapkan salah satu aklamasi anamnesis berikut:

I : Marilah menyatakan misteri iman kita.
U : Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan,
kedatangan-Nya kita rindukan. Amin

Kemudian dengan merentangkan tangan imam berkata:

I : Oleh karena itu, ya Bapa,
kami hamba-Mu dan juga umat-Mu yang kudus
mengenangkan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami:
penderitaan-Nya yang menyelamatkan,
kebangkitan-Nya dari alam maut,
dan juga kenaikan-Nya yang mulia di surga.
Dari anugerah-anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami,
ya Allah yang mahamulia,
kami mepersembahkan kepada-Mu, kurban yang murni,
kurban yang suci, kurban yang tak bernoda,
roti suci kehidupan abadi dan piala keselamatan kekal.
Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri;
dan sudilah menerimanya
seperti Engkau berkenan menerima persembahan hamba-Mu Habel,
dan kurban leluhur kami Abraham;
dan seperti Engkau berkenan menerima
kurban suci dan tak bernoda
yang dipersembhakan kepada-Mu oleh Melkisedek, imam Agung-Mu.
Imam mengatupkan tangan dan sambil membungkuk, ia melanjutkan:

I : Kami mohon kepada-Mu, Ya Allah yang mahakuasa,
utuslah malaikat-Mu yang kudus,
mengantar persembahan ini ke altar-Mu yang luhur,
ke hadapan keagungan ilahi-Mu,
agar kami semua yang mengambil bagian dalam kurban perjamuan ini,
dengan menyambut Tubuh dan Darah Putera-Mu,

Imam kembali tegak, dan dengan tangan terentang berkata:

(I ) : dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi.

Imam mengatupkan tangan.
(I) : Demi Kristus Tuhan kami.
(U) : Amin

Kemudian dengan merentangkan tangan imam berkata:.

(I) : Ingatlah juga, ya Tuhan, Akan hamba-hamba-Mu .....
yang telah mendahului kami dengan meterai iman,
dan beristirahat dalam damai.

Imam mengatupkan tangan dan berdoa sejenak ntuk orang yang hendak ia doakan. Kemudian, sambil merentangkan tangan , ia melanjutkan:

Kami mohon kepada-Mu ya Tuhan,
perkenankanlah mereka
dan semua orang yang telah beristirahat dalam damai Kristus
mendapatkan kebahagiaan, terang dan damai.

Imam mengatupkan tangan
(I) Demi Kristus, Tuhan kami.
(U) Amin

Kemudian, sambil menepuk dada dengan tangan kanan imam berkata:
Perkenankanlah juga kami, hamba-hamba-Mu yang berdosa- ini,

Sambil merentangkan tangan, imam melanjutkan:
yang berharap atas kerahiman-Mu
mengambil bagian dalam persekutuan dengan para rasul
dan para martir-Mu yang kudus:
dengan Yohanes pembabtis, Stefanus, Matias dan Barnabas,
(Ignasius dan Aleksander, Marselinus dan Petrus, Felisitas dan Perpetua, Agata dan Lusia, Agnes , Sisilia, dan Anastasia,)
dan semua orang kudus-Mu:
perkenankanlah kami menikmati kebahagiaan bersama mereka,
bukan karena jasa-jasa kami, melainkan karena kelimpahan pengampunan-Mu.

Imam mengatupkan tangan
Demi Kristus, Tuhan kami
(U) : Amin

Sambil tetap mengatupkan tangan, imam melanjutkan:
Dengan pengantaran Dia
Engkau senantiasa menciptakan, menguduskan,
menghidupkan, memberkati dan menganugerahkan
segala yang baik kepada kami.

Sambil mengangkat piala dan patena dengan hosti di atasnya, imam berkata/bernyanyi:

(I) : Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan di dalam Dia,
dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa,
segala hormat dan kemualiaan,
sepanjang segala masa.
(U) Amin

Bapa Kami: MB. 144 “Bapa Kami Filipina”

Setelah Doa Syukur Agung dengan tangan terkatup, imam mengajak umat mendoakan Bapa kami.

(I) : Atas petunjuk Penyelamat kita, dan menurut ajaran ilahi,
maka beranilah kita berdoa.
(U) : Bapa kami yang ada di surga, ......

Embolisme
Kemudian dengan merentangkan tangan imam mendoakan / menyanyikan salah satu embolisme (doa sisipan) di bawah ini dengan suara nyaring:

(I) : Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan
dan berilah kami damai-Mu.
Kasihanilah dan bantulah kami,
supaya selalu bersih dari noda dosa
dan terhindar dari segala gangguan,
sehingga kami dapat hidup dengan tenteram,
sambil mengharapkan kedatangan penyelamat kami, Yesus Kristus.

Imam mengatupkan tangan. Umat melanjutkan doa tersebut dengan berseru:

(U) : Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

Doa Damai
(I) : Sesudah kebangkitan-Nya Kristus menampakkan diri kepada para murid, dan memberikan salam damai kepada mereka. Maka marilah kita mohon damai kepada-Nya. Tuhan Yesus Kristus, Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman GerejaMu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakMu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
(U) : Amin

Salam Damai
Sambil membuka tangan imam mengucapkan Salam Damai

(I) : Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.
(U) : Sekarang dan selama-lamanya

Imam mengajak umat untuk saling menyatakan salam damai, dengan bersalaman sambil berkata
(I) : Damai Kristus.

Pemecahan Hosti
Imam mengambil hosti besar, membelahnya menjadi tiga bagian menurut garis-garis yang ada pada hosti itu, lalu memasukkan sebagian yang kecil ke dalam piala sambil berdoa dalam hati:

(I) : Semoga percampuran tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi kepada kita semua yang akan menyambutnya.

Anak Domba Allah: MB 271
Pemecahan hosti dapat diiringi dengan nyanyian Anak Domba Allah

Persiapan Komuni
Dengan tangan terkatup, imam berdoa dalam hati. Umat mempersiapkan diri dengan hening dan sikap doa pribadi:

I : Ya Tuhan Yesus Kristus,
Semoga tubuh dan darahMu yang akan kusambut,
melindungi dan menyehatkan jiwa ragaku.
Imam berlutut, mengambil dan kemudian mengangkat hosti dan piala. Sambil menunjukan roti dan piala kepada umat imam berkata kepada seluruh umat:

I : Inilah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia.
Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.

Umat menanggapi kata-kata imam dengan berdoa:
U : Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya,
tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

Membagi Tubuh (dan Darah Kristus)

Kemudian imam berdoa dalam hati:
I : Semoga Tubuh Kristus selalu melindungi aku.

Dengan khidmat imam menyantap tubuh Kristus. Kemudian ia mengambil piala berisi anggur dan berdoa dalam hati:
I : Semoga darah Kristus selalu melindungi aku.

Dengan khidmat imam minum darah Kristus.
Kemudian imam mengambil patena atau sibori berisi hosti (dan piala berisi darah Kristus). Ia pergi ke tempat umat yang akan menyambut Tubuh (dan darah Kristus). Kepada setiap orang yang datang menyambut, imam memperlihatkan roti kudus sambil berkata:

I : Tubuh Kristus

Umat yang bersangkutan mengamini dengan berkata:
U : Amin

Kemudian imam menerimakan roti kudus kepada yang ingin menyembut. Waktu menerimakan Darah Kristus, imam berkata:
I : Darah Kristus

Umat bersangkutan mengamini dengan berkata :
U : Amin

Membersihkan Piala
Setelah umat selesai menyambut komuni, imam membersihkan patena dan piala. Sebaiknya pembersihan ini dilakukan pada kredens; atau boleh juga ditangguhkan sampai sesudah misa. Sambil membersihkan patena dan piala, imam berdoa dalam hati:

I : Ya Tuhan, semoga anugerah-Mu yang tadi kami sambut
sungguh meresap ke dalam hati, memulihkan kekuatan iman kami.

Saat hening
Sesudah itu imam pergi ke tempat duduknya. Sebaiknya diadakan saat hening sejenak untuk doa dalam hati.

Madah Pujian
Saat hening ini dapat diganti/dilanjutkan dengan madah pujian, berupa mazmur atau madah lain, yang dilambungkan oleh seluruh umat dengan sikap memuji, misalnya berdiri.

Doa Sesudah Komuni

Kemudian imam berdiri di belakang altar dan berkata:
I : Marilah berdoa,

Imam merentangkan tangan dan mendoakan doa penutup yang diakhiri dengan konklusi singkat.

I : Allah Bapa kami yang mahapenyayang,
Engkau telah berkenan datang kepada kami,
dalam Diri Yesus Putera-Mu yang telah bangkit jaya,
Dalam rupa roti dan anggur kami imani kehadiran-Nya.
Kami bersyukur pula atas baptisan baru,
yang diterima oleh saudara-saudari kami pada hari ini.
Kami mohon, ajarilah kami memberi kesaksian atas iman itu,
kepada siapa saja yang bertemu dengan kami sepanjang hidup kami.
Semoga terang Kristus yang baru saja kami terima,
khususunya oleh saudara-saudari kami yang baru saja menerima pembaptisan,
menuntun kami kepada tindakan dan perbuatan yang Engkau kehendaki sendiri.
Dengan demikian, semakin hari kami semakin pantas berharap akan kehidupan abadi bersama-Mu kelak. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin

R I T U S P E N U T U P

Pengumuman
Dapat dibacakan beberapa pengumuman yang perlu diketahui oleh umat.

Amanat Pengutusan
Imam dengan amat singkat dapat menandaskan amanat perayaan

Berkat
Imam berdiri di belakang altar, dan dengan tangan terentang menyapa umat:
I : Tuhan sertamu
U : Dan sertamu juga
Lalu imam mohon berkat Allah bagi seluruh umat. Dengan mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat imam mengucapkan:

I : Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa:
(+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin

Pengutusan
Imam menghadap umat, dan dengan tangan terkatup ia berkata:
I : Saudara sekalian, perayaan ekaristi sudah selesai, Aleluya, Aleluya.
U : Syukur kepada Allah, Aleluya, Aleluya.
I : (Marilah pergi) Kita diutus
U : Amin.

Perarakan
Imam dan para petugas serta seluruh umat memberi hormat kepada altar. Imam dan para pelayan lalu meninggalkan ruang altar. Perarakan adapat diiringi lagu yang sesuai atau iringan musik instrumental.

Lagu Penutup: “Alleluya Tugas Suci sudah Purna” MB. 444

Tidak ada komentar:

Posting Komentar