Ads 468x60px

DOA ANGELUS: SKETSA HISTORIOGRAFI


HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
 HARAPAN IMAN KASIH
DOA ANGELUS: SKETSA HISTORIOGRAFI
(BUKU "MARY: WOMAN & MOTHER" - MEMOAR 100TH FATIMA, RJK, 2017).
Angelus Domini nuntiavit Mariae et concepit de Spiritu Sancto.
Ave Maria...
Ecce, ancilla Domini. Fiat mihi secundum verbum Tuum.
Ave Maria...
Et verbum caro factum est et habitavit in nobis.
Ave Maria...
Ora pro nobis, Sancta Dei Genetrix, ut digni efficiamur promissionibus Christi.
=============
The angel of the Lord declared unto Mary, and she conceived by the power of Holy Spirit.
Hail Mary...
Behold the handmaid of the Lord, be it done unto me according to your Word.
Hail Mary...
And the Word was made flesh, and dwelt among us.
Hail Mary...
Pray for us, O Holy Mother of God. That we may be made worthy of the promises of Christ.
============
Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria ...
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.
Salam Maria ...
Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.
Salam Maria ...
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
**********
Doa “Malaikat Tuhan - Angelus Domini” adalah salah satu devosi bersama Bunda Maria untuk menghormati misteri inkarnasi, penjelmaan Tuhan menjadi manusia, dan didoakan tiga kali dalam sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari, ketika lonceng gereja dibunyikan.
Doa Malaikat Tuhan sendiri terdiri dari tiga kali doa Salam Maria yang diselingi dengan beberapa ayat, jawaban, dan sebuah doa (Puji Syukur No. 15).
Doa ini disebut “Doa Angelus” karena bermula dari salam dan kabar sukacita yang disampaikan oleh Malaikat (Latin: Angelus) kepada Maria, dan dalam rumusan bahasa Latinnya “Angelus” adalah kata pertamanya (Angelus Domini nunciavit Mariae”: “Malaikat Tuhan memberi kabar kepada Maria”).
Kebiasaan untuk mendoakan pada pagi hari dimulai di Parma, Italia pada abad ke-13, ketika tiga kali doa Bapa Kami dan tiga kali doa Salam Maria diperintahkan untuk didoakan, dengan intensi mendapatkan berkat kedamaian. Lonceng yang memberikan tanda waktu berdoa ini dulunya dikenal sebagai “Peace Bell”.
Adalah Santo Bonaventura dalam sidang umum Ordo Fransiskan di tahun 1263 yang juga menetapkan bahwa setiap senja baiklah dibunyikan lonceng, agar para biarawan dan awam membiasakan diri menyampaikan salam kepada Yesus, yang adalah Allah yang menjadi manusia melalui rahim Maria.
Dan setiap malam hari, lonceng yang sama dibunyikan lagi untuk mengingatkan para biarawan dan awam akan kasih Allah yang nyata dalam Yesus dan kepengantaraan Maria dalam karya keselamatan Allah.
Kebiasaan berdoa dari para biarawan dan awam tersebut terus dilakukan dan berkembang terlebih pada abad ke-14, bahkan sudah dilakukan juga pada pagi hari. Pada abad ke-14 inilah, di Prancis dibiasakan juga untuk membunyikan lonceng ini pada siang hari.
Adapun, lonceng yang dibunyikan pada siang hari dimaksudkan untuk memanggil orang-orang beriman supaya melakukan meditasi sebagai peringatan akan sengsara Yesus, dan hanya dibunyikan pada hari Jumat. Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, lonceng juga dibunyikan pada hari-hari lainnya, dimana pada awalnya Doa Malaikat Tuhan hanya terdiri dari bagian pertama doa Salam Maria yang diulang tiga kali.
Dalam bingkai historiografi, doa ini dipanjatkan untuk keberhasilan para tentara Salib dalam peperangan pada masa itu.Selanjutnya di Jerman dan terlebih di Italia, kebiasaan ini juga terus dilakukan - dimana Doa Kemuliaan ditambahkan sesudah setiap Salam Maria untuk menghormati Tritunggal Mahakudus dalam hubungannya dengan Maria.
Pada tahun 1475, Paus Sixtus IV memberikan indulgensi bagi mereka yang mendaraskan doa Angelus pada siang hari. Namun pada tahun 1517, Paus Leo X, memberikan indulgensi kepada siapapun yang mendaraskan baik pada pagi, siang maupun sore atau malam hari.
Selanjutnya Paus Pius V dalam tahun 1571 merevisi dan melengkapi sampai menjadi seperti yang kita kenal saat ini. Pada waktu itu, doa Angelus diucapkan pada dini hari untuk menghormati kebangkitan Yesus, pada siang hari untuk menghormati sengsara Yesus dan pada senja hari untuk menghormati peristiwa Inkarnasi.
Paus Paulus VI dalam ensiklik “Marialis Cultus” menulis, “Doa Angelus ini sesudah berabad-abad, tetaplah mempertahankan nilainya dan kesegaran aslinya.” Paus ke-264, Yohanes Paulus II, menyatakan bahwa Doa Angelus adalah sangat sederhana, berasal dari injil, asal-muasalnya dari doa perdamaian, dan sesuai dengan misteri paskah. Karena itu, Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa Doa Angelus tidak perlu diubah lagi.
Pastinya, narasi yang diringkaskan dengan begitu indah di dalam doa ini dapat ditemukan pada bab pertama Injil Lukas dan dari Injil Yohanes. Jadi, dengan mendoakannya, kita diingatkan pada pagi hari, siang hari dan sore hari akan Dia yang atas namanya kita akan diselamatkan dan Bunda Maria. Bapa Suci sendiri memimpin umatnya berdoa Angelus setiap hari Minggu siang.
Adapun lonceng angelus biasanya didentangkan pada saat jam-jam tepat untuk pendarasan doa angelus ( Pkl.06.00, 12.00, 18.00 ), dimana doa yang jam 6 pagi: untuk menghormati kebangkitan Kristus; doa yang jam 12 siang: untuk menghormati sengsara Kristus; dan doa yang jam 6 sore: untuk menghormati misteri inkarnasi (Allah menjadi manusia).
Sedangkan di pertapaan Trappist Rawaseneng, lonceng pagi didentangkan pada pukul 04.45 setelah Ibadat Vigili dan meditasi pagi; siang pada pukul 12.20 setelah Ibadat Sexta dan Examen Conscientiae, dan terakhir pada pukul 20.10 setelah Ibadat Penutup/Completorium.
Secara umum, dentangan lonceng yang biasa didentangkan di pelbagai gereja dan biara Katolik, berpola sebagai berikut :
-Pendentangan pertama secara bertubi-tubi ( Saat waktu menunjukkan jam doa Angelus )
- Pendentangan lonceng sebanyak 3 kali, pada setiap bait doanya.
-Pendentangan terakhir dengan pola 3x3, sesudah kata marilah berdoa. 3a-3b-jeda, 3a-3b-jeda, dan seterusnya hingga doa selesai.
Paus Yohanes XXIII dalam catatannya tentang “Lonceng Angelus” menyatakan bahwa yang didentangkan pada pada pagi hari/dini hari merupakan, “tanda pergantian malam yang tenang menjadi siang yang gemilang, pada saat itulah langit menunduk untuk bertemu muka dengan bumi.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar