Ads 468x60px

Selasa 30 April 2013


PUNCTA RENUNGAN HARIAN
@RomoJostKokoh.
“Pacem in Terris.”
Paskah V
Kis 14:18-29; Yoh 14:26-31a

“Pacem in Terris - Damai di Bumi”. Itulah nama ensiklik Paus Yohanes XXIII yang erat-sarat dengan pesan moral dan kritik terhadap dunia global. Ketika Yesus mau naik ke surga, Ia pun meninggalkan damai di bumi: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan kepadamu". Dkl: Yesus dan Paus Yohanes XXIII mengajak kita belajar menjadi “duda - DUta DAmai.” Konsep damai sendiri membawa konotasi yang positif; hampir tidak ada orang yang menentang perdamaian, bahkan perdamaian merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Burung merpati dan daun zaitun sering juga digunakan sebagai duta damai. 

Adapun pengertian damai sendiri memiliki banyak arti, al:

- Damai dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. 

- Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk nyenyak tidur atau bermenung.

- Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.

Bagi saya sendiri, seperti yang saya tulis dalam buku ”Family Way” (Kanisius), ada tiga indikasi kedamaian, yakni: 

1. Ketiadaan perang: 
Bahasa Roma kuno untuk damai adalah "Pax" yang didefinisikan sebagai "Absentia Belli", ketiadaan perang. Adapun Swiss terkenal sebagai sebuah negara yang mempertahankan perdamaian sejak lama dan Swedia memiliki sejarah perdamaian yang berkelanjutan terlama.

2. Ketiadaan kekerasan: 
Di lain segi, membatasi konsep perdamaian hanya kepada “ketiadaan perang” bisa jadi malahan menutupi genocide, terorisme, dan kekerasan lainnya yang terjadi di beberapa Negara. Oleh karena itu, 'damai' juga bisa diartikan sebagai “ketiadaan kekerasan” tidak hanya ketiadaan perang, tapi juga ketiadaan “setan” (evil) yang mengandaikan adanya kehadiran keadilan, seperti yang digambarkan oleh Martin Luther King, Jr. Dalam konsepsi ini, sebuah masyarakat di mana suatu kelompok minoritas ditekan oleh grup lainnya juga merupakan ketiadaan kedamaian. 

3. Keselamatan: 
Inilah sebuah arti mendalam dari "damai" yang tampak di wilayah Danau Besar Afrika: Disana, kata damai adalah "kindoki", yang menunjuk kepada keseimbangan yang harmonis antara manusia dan alamnya: “kosmos” dan bukan “khaos”. Pandangan ini lebih luas dari damai yang berarti "ketiadaan perang" atau “ketiadaan kekerasan”. Dkl: Damai berarti sebuah kondisi “syalom”, selamat, yang tercapai ketika kita mempunyai hubungan baik dengan semua pihak, hubungan baik dengan Tuhan, hubungan baik dengan sesama, hubungan baik dengan alam semesta serta tak lupa juga hubungan baik dengan diri sendiri tentunya. 

Lebih lanjut lagi, damai yang berarti “keselamatan” itu sendiri bisa bermakna, “Dengan Allah Maka Akan Indah.” Lihatlah sebuah permenungan singkat ini: “Banyak orang sekarang berkata, “hidup kami berat, semua harga sembako melambung tinggi, biaya hidup sehari-hari (makan, minum, biaya sekolah, dan kesehatan) mahal, belum lagi gaji pendapatam kami tidak naik-naik, kami merasa hidup kami berat. “ Coba kita perhatikan kata “berat” yang terdiri dari lima huruf, sekarang kita tambahkan “K” di tengah-tengah kata berat itu, maka menjadi “berKat” bukan? Siapa sebetulnya “K” nya? Tak lain dan tak bukan, “K” nya adalah Kristus sendiri. Jelaslah disini, bukankah semua yang berat menjadi berkat ketika dilakukan bersama dengan Kristus bukan? 

“Makan siomay di Taman Asri - Hiduplah berdamai setiap hari.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar