Ads 468x60px

Senin, 29 April 2013


“Veni Sancte Spiritus”

Pekan Paskah IV, Pw. St. Katarina dari Siena
Kis 14:5-18; Yoh 14:21-26

“Veni Sancte Spiritus - Datanglah Roh Maha Kudus.” Bersama dengan St. Katarina dari Siena yang kita kenangkan hari ini, Yesusmemberikan kita kurnia Roh Kudus. Dalam Syahadat Iman yang diakui oleh keluarga Gereja Katolik sedunia, terdapat sebuah penggalan kalimat, “Aku percaya akan Roh Kudus”. Disinilah Gereja mengajak kita sebagai satu keluarga beriman untuk benar-benar meyakini adanya Roh Kudus. Roh Kudus sendiri dalam pengertian dan pengartian Perjanjian Lama kerap mempunyai tiga arti, yakni:

- Pertama: קרוש (qadosy) yang berarti 'bersifat kudus atau khusus' (Keluaran 29:31).
- Kedua, ךןתאלהים (ruakh elohim), yang berarti 'Roh Allah, nafas Allah, angin Allah’. 
- Ketiga, ךןתקרוש (ruakh qadosy), yang berarti 'Roh Kudus' (Kejadian 1:2; Yehezkiel 37:1-14; Yunus 1:4; Zakharia 4:6). 

Menegaskan keyakinan ini, St. Ambrosius dalam De mysteriis pernah mengajarkan, “Karena itu, engkau harus ingat bahwa engkau telah menerima pemeteraian oleh Roh: roh kebijaksanaan dan pengetahuan, roh nasihat dan kekuatan, roh pengertian dan kesalehan, roh takut akan Allah; dan peliharalah apa yang telah engkau terima. Allah Bapa telah memeteraikan engkau, Kristus Tuhan telah menguatkan engkau dan memberikan jaminan Roh dalam hatimu” (7,42).

Berangkat dari pelbagai hal di atas, arti kata Roh Kudus jelas memiliki arti yang sangat penting dalam sejarah iman umat manusia. Hal ini terlebih tampak dalam keyakinan Yahudi dan fakta sejarah dalam Alkitab, dimana Roh Kudus memiliki peranan yang sangat lekat-dekat dengan manusia. Katekismus nomor 1831 bahkan menyatakan “Roh Kudus itu di utus ke seluruh Bumi, supaya menolong orang percaya tetap hidup baik.” Sebenarnya, kalau Roh Kudus itu turun dan diam di dalam diri kita, maka tentu akan terpancar di dalam kehidupan harian kita yaitu Ruah Hokema/Roh Hikmat, Ruah Bin'ah/Roh Pengertian, Ruah Etsa/Roh Nasehat, Ruah Geburah/Roh Keperkasaan, Ruah Yahweh Yir'et/Roh Takut akan Tuhan, serta Ruah Yahweh Da'at/Roh Pengenalan akan Tuhan, serta juga Roh Kesalehan (Bdk: Yesaya 11:12). Dan, indahnya ternyata pelbagai lambang Roh Kudus ini bisa kita singkat-padat dengan sebutan sederhana penuh makna yang saya tulis dalam buku “XXX-Family Way” (Kanisius), yakni “mama”,al:

1.Minyak (Kat 695): 
Minyak urapan (Bdk. 1 Yoh. 2:20-27; 2 Kor 1:21). Tetapi untuk mengerti sepenuhnya bobot nilai dari lambang ini, orang harus mengingat urapan pertama, yang Roh Kudus kerjakan, yakni: Urapan Yesus. Yesus yang disebut "Khristos" sendiri (terjemahan dari perkataan Ibrani "Mesias") berarti “yang diminyak/diurapi dengan Roh Allah". Dalam tradisi Gereja Katolik, kita juga mengenal adanya tujuh sakramen, dan salah satu sakramen yang diberikan oleh Uskup, adalah sakramen krisma. Kata krisma sendiri bisa juga berarti minyak, “Khrismation" dalam Gereja-gereja Timur. Nama lain sakramen Krisma sendiri berarti sakramen penguatan. Dkl: Minyak ada untuk menguatkan yang lemah. Dalam Kitab Suci, minyak kerap hadir, sebagai obat yang menguatkan: ia diberikan kepada yang sakit, atau diolesi pada luka (Mazmur 109:18; Yesaya 1:6; Injil Markus 6:13; Yakobus 5:14). Dkl: Sifat “mama” yang pertama yaitu, sebagai minyak, yang ada untuk menguatkan yang lemah.

2.Air (Kat 694): 
Air hidup yang melambangkan tindakan Roh Kudus dalam upacara pembaptisan: "kita dibaptis dalam satu Roh", kita juga "diberi minum dari satu Roh" (1 Kor. 12:13). Air hidup ini mengalir, dari Kristus yang disalibkan (Yoh. 19:34; 1 Yoh. 5:8) yang memberi kehidupan abadi (Bdk. Yoh. 4:10-14; 7:38; Kel. 17:1-6; Yes. 55:1; Zakh. 14:8; 1 Kor 10:4; Why. 21:6; 22:17). Air sendiri sesungguhnya adalah elemen penting dalam kehidupan, bahkan, seorang pemikir dan penulis buku dari Jepang mengatakan bahwa 80% lebih bagian tubuh manusia terdiri dari air. Jangan dilupakan juga, pelbagai kegiatan harian manusia pasti memerlukan air, seperti: mandi, minum, keramas, mencuci baju/celana/piring/gelas, dsbnya. Dkl: Sifat “mama” yang kedua, yaitu, sebagai air, yang ada untuk menyegarkan yang dahaga.

3.Merpati (Kat 701). 
Banyak dari kita tentu mengingat ketika Kristus naik dari air pembaptisan-Nya, Roh Kudus - dalam rupa merpati - turun atasNya dan berhenti di atasNya. Atau juga, ketika air bah sudah surut, maka dipilihlah seekor merpati, - yang diterbangkan oleh Nabi Nuh dari dalam bahtera. Merpati itu kembali dengan sehelai daun zaitun segar di paruhnya sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat didiami lagi (Bdk. Kej 8:8-12). Yesus sendiri pernah mengatakan pada Injil Matius 10:16, "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Merpati sendiri adalah seekor burung yang mampu terbang berkilo-kilometer jauhnya, dan mau kembali ke tempat asalnya. Oleh karena itu, merpati dipakai sebagai lambang PT POS, yang mengantarkan surat ke tempat tujuannya, walaupun jaraknya jauh. Walaupun ia dilepas di tempat yang jauh, ia sanggup untuk kembali ke rumah. Lalu, dimana letak ketulusannya? Banyak orang menganggap, merpati putih adalah lambang perdamaian, karena sifatnya yang elok dan bulunya yang melambangkan kesucian. Dkl: Sifat “mama” yang ketiga yaitu, sebagai merpati, yang ada untuk melembutkan yang keras (Bdk: Mat 3:16,Yoh 1:32)

4.Api (Kat 696): 
Api adalah lambang daya transformasi perbuatan Roh Kudus. Dalam "lidah-lidah seperti api", Roh Kudus turun atas para Rasul pada pagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4). Dalam Alkitab, kita mengetahui bahwa Nabi Elia, yang "tampil bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor yang menyala" (Sir 48:1), dengan perantaraan doanya, ia menarik api turun atas kurban di gunung Karmel (1 Raj 18:38-39). Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) mengumumkan Kristus sebagai Dia, yang "akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk 3:16). Mengenai Roh ini, Yesus berkata: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala" (Luk 12:49). Dalam tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah satu lambang yang paling berkesan mengenai karya Roh Kudus. Rasul Paulus juga pernah menegaskan, "Janganlah padamkan api Roh Kudus" (1 Tes 5:19). Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa, masing-masing memberi dirinya dibaptis. Dkl: Sifat “mama” yang keempat yaitu, sebagai api, yang ada untuk menghangatkan yang dingin. Bukankah Rasul Paulus juga pernah berkata kepada jemaat di Roma, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11). 

Akhirnya, marilah kita memohon rahmat Tuhan, supaya setiap pribadi dalam keluarga kita, juga berani memiliki “mama”: minyak-menguatkan yang lemah, air-menyegarkan yang dahaga, merpati-melembutkan yang keras, serta api-menghangatkan yang dingin. Semoga!

“Cari kardus di Pasar Baru – Utuslah Roh Kudus dan semua akan menjadi baru.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar