Ads 468x60px

Sabtu, 21 Januari 2017


Pekan Biasa II 
Hari Keempat Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Umat Kristiani.
PW. St. Agnes, Perawan & Martir.
Bacaan Injil : Markus 3:20-21

“Do ut des - Saya berbuat sesuatu kepadamu, supaya engkau juga berbuat sesuatu untukku".
Ungkapan Latin ini sangat singkat tetapi punya arti yang mendalam. Maksudnya bahwa kalau kita berbuat kebaikan kepada orang lain, kita kerap berharap akan mendapat balasan langsung dari orang tersebut.

Nah, mengacu pada bacaan hari ini, pola “do ut des” bukanlah standard yang Yesus ajarkan. Yesus menghendaki agar kita punya sikap “memberi tanpa pamrih" (unconditional love-cinta tak bersyarat).

Di dalam kitab suci, kita sering bertemu dengan berbagai macam contoh pola dan gaya hidup yang bertentangan dengan pola dan gaya hidup Yesus. Bahkan Yesus sendiri dianggap "tidak waras" karena begitu sering melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum atau peraturan:
* Yesus makan di rumah orang berdosa,
* Yesus dengan para muridNya tidak berpuasa,
* Yesus dan para murid memetik gandum pada hari Sabat,
* Yesus menyembuhkan pada hari Sabat, sampai akhirnya Yesus dibilang “sudah tidak waras lagi.”

Nah, apakah kita sanggup mengikuti standard yang Yesus berikan?
Hari ini Yesus memanggil kita untuk berani mengikuti standard yang Ia berikan, suatu standard yang dipenuhi, dikuatkan dan diterangi oleh RohNya yang kudus, standard cinta tanpa pamrih yang tak lekat oleh hasrat dunia tapi hanya semata memuliakan nama Tuhan dan mengangkat menyelamatkan jiwa sesama.

"Si Johan naik bus Patas - Jadilah murid Tuhan yang berkualitas!"

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui


NB:
1.
"In Memoriam": Santa Agnes, Perawan dan Martir (21 Januari).

Aku tidak akan mengkhianati Mempelai-ku
dengan menuruti keinginan dunia.
Ia telah memilihku
dan aku adalah milik-Nya

Agnes berarti “domba” dalam bahasa Latin. Ia adalah seorang martir pada abad ke-4 awal, yang dikenal karena hidup baktinya sebagai perawan. Gadis muda itu dibunuh karena menolak menyembah dewa-dewa kafir Romawi.

Makamnya kemudian ditempatkan di The Basilika of St. Agnes di Roma yang dibangun untuk menghormatinya. Icon St. Agnes sering melukiskan ia sedang mendekap seekor anak domba (Agnus), lambang kemurnian, dan memegang daun palem sebagai lambang keberanian.

Menurut tradisi selama berabad-abad, di Vatikan, pada setiap perayaan St. Agnes, Paus akan memberkati domba- domba muda, yang kelak wolnya akan dibuat pallium. 2 ekor domba muda yang biasanya berusia kurang dari setahun, dibawa dalam keranjang-keranjang ke Casa Santa Marta untuk diberkati Paus.
Untuk melambangkan kemurnian Santa Agnes, salah satu anak domba memakai mahkota bunga berwarna putih, sementara yang lain memakai rangkaian bunga berwarna merah untuk mengenang kesaksian kesetiaannya bahkan sampai mati.

Anak-anak domba itu pada musim panas berikutnya akan dicukur untuk mendapatkan wol yang kemudian digunakan para suster menenun pallium.

Pallium adalah stola dari wol berwarna putih berhiaskan enam salib hitam yang dikenakan Uskup Agung Metropolitan di leher mereka sebagai simbol otoritas dan kesatuan mereka dengan Paus.

Setelah ditenun, pallium-pallium disimpan dalam guci di makam Santo Petrus sampai saat Paus memberikannya kepada para Uskup Agung Metropolitan yang baru diangkat pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, tanggal 29 Juni.



2.
St. Agnes hidup pada masa Gereja Perdana, yaitu masa ketika orang-orang Kristen mengalami penindasan serta penganiayaan yang kejam dalam pemerintahan bangsa Romawi. Ia wafat sebagai martir sekitar tahun 304 - 305 dalam pemerintahan Kaisar Diocletian. Usia Agnes pada waktu itu baru 13 tahun. Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang ada mengenai St. Agnes, ia amat populer. Hal ini terutama karena St. Ambrosius serta para kudus Gereja lainnya banyak menulis tentangnya.

`Agnes' dalam bahasa Latin berarti `anak domba' atau `kurban', sementara dalam bahasa Yunani berarti `murni, suci'. Agnes seorang gadis remaja yang cantik jelita dan berasal dari keluarga kaya. Banyak pemuda bangsawan Romawi terpikat padanya; mereka saling bersaing agar dapat memperisteri Agnes. Tetapi Agnes menolak mereka semua dengan halus dan mengatakan bahwa ia telah mengikatkan diri pada seorang Kekasih yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Procop, putera Gubernur Romawi, termasuk salah seorang di antara para pemuda yang amat marah dan merasa terhina oleh penolakan Agnes. Mereka melaporkan Agnes kepada Gubernur dengan tuduhan pengikut Kristus.

Pada mulanya Gubernur bersikap ramah serta lembut kepadanya. Ia menjanjikan harta serta kedudukan jika saja Agnes mau menyangkal imannya dan menikah dengan Procop. Agnes menolak, berkali-kali diulanginya pernyataannya bahwa ia tidak dapat memiliki mempelai lain selain dari Yesus Kristus. Karena pernyataannya itu, Agnes diseret ke depan mezbah berhala dan diperintahkan untuk menyembahnya. Bukannya menyembah berhala, Agnes malahan mengulurkan tangannya dan membuat Tanda Salib, tanda kemenangan Kristus. Gubernur kemudian memperlihatkan kepadanya api penyiksaan, kait besi, serta segala macam alat penyiksa lainnya, tetapi gadis muda itu tetap tabah dan tidak gentar sedikit pun.

Karena Agnes tetap keras kepala, Gubernur mengancam akan mengirim Agnes ke rumah pelacuran. Tetapi Agnes menjawab, “Yesus Kristus amat pencemburu, Ia tidak akan membiarkan kemurnian para mempelainya dicemarkan seperti itu. Ia akan melindungi dan menyelamatkan mereka.” Katanya lagi, “Kalian dapat menodai pedang kalian dengan darahku, tetapi kalian tidak akan pernah dapat menodai kesucian tubuhku yang telah kupersembahkan kepada Kristus.” Gubernur amat marah mendengar perkataannya itu. Ia memerintahkan agar Agnes, saat itu juga, dikirim ke rumah pelacuran dengan perintah bahwa semua orang berhak menganiayanya sesuka hati mereka.

Orang banyak datang untuk menyaksikan peristiwa itu. Tetapi, ketika melihat pancaran sinar wajah Agnes yang kudus dan agung serta sikapnya yang tenang, penuh kepercayaan kepada Kristus yang melindunginya, orang banyak itu takut dan tidak berani mendekat. Seorang pemuda tampil dan berusaha mengganggu Agnes. Pada saat itu juga, dengan kilat yang dari surga, pemuda itu tiba-tiba menjadi buta dan jatuh ke tanah dengan tubuh gemetar. Teman-temannya dengan ketakutan membopongnya serta membawanya kepada Agnes yang kemudian menyanyikan lagu puji-pujian kepada Kritus, sehingga pemuda itu dapat melihat serta sehat kembali.

Gubernur amat murka dan menjatuhkan hukuman mati pada Agnes. Algojo mendapat perintah rahasia untuk dengan segala cara membujuk Agnes, tetapi Agnes menjawab bahwa ia tidak akan pernah menyakiti hati Mempelai Surgawi-nya. Orang banyak menangis menyaksikan seorang dara yang lembut dan jelita dengan belenggu dan rantai yang terlalu besar bagi ukuran tubuhnya yang kecil, digiring ke tempat hukuman mati. Ia terlalu muda untuk memahami arti kematian, namun demikian ia siap menghadapinya tanpa gentar sedikit pun. Sesungguhnya, Agnes diliputi sukacita yang besar karena ia akan segera diperkenankan menyongsong mempelainya. Sama sekali tidak dihiraukannya ratap tangis mereka yang memohonnya untuk menyelamatkan nyawanya. “Aku tidak akan mengkhianati Mempelai-ku dengan menuruti keinginan kalian,” katanya, “Ia telah memilihku dan aku adalah milik-Nya.” Kemudian Agnes berdoa, membungkukkan badannya untuk menyembah Tuhan, dan segera menerima hujaman pedang yang menghantarkan jiwanya yang suci kepada kekasihnya. Agnes telah mempertahankan kemurniannya dan memperoleh mahkota martir di surga.

Jenasah Agnes disemayamkan di pemakamam keluarga di Via Nomentana dekat kota Roma. Kurang lebih lima puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 354, Kaisar Konstantin Agung mendirikan sebuah gereja besar di tempat itu. Tubuh Agnes disemayamkan di bawah altar Gereja. Pada abad ketujuh, gereja itu kemudian dipugar, diperbesar serta diperindah dan sekarang dikenal sebagai Basilika St. Agnes.

Selama berabad-abad, setiap tahun sekali, yaitu pada pesta St. Agnes, dua anak domba tak bercela dipersembahkan dan diberkati di Basilik St Agnes. Kemudian kedua anak domba itu dipelihara oleh para biarawati Benediktin dari Santa Cecilia di Trastevere hingga hari Kamis Putih, yaitu pada saat mereka digunting bulunya. Dari bulu mereka dibuatlah 12 pallium yaitu semacam stola istimewa yang dikirimkan kepada Bapa Suci. Bapa Suci memberikan pallium tersebut kepada para Uskup Agung yang mengenakannya sebagai lambang anak domba yang digendong oleh Gembala Yang Baik.

Pesta St. Agnes dirayakan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia setiap tanggal 21 Januari: "Kristus mempercantik jiwaku dengan perhiasan rahmat dan kebajikan. Aku ini milik Dia, yang dilayani oleh para malaikat."



3.
“Crescit en eundo - Bertumbuh sambil berjalan.”

Itulah “kritik ideologis” Yesus bahwa hidup iman kita harus selalu bertumbuh dalam realitas. Iman yang tumbuh seperti anggur baru karena berasal dari kedekatan dengan Tuhan, bukan yang secara terpaksa melulu cuma demi mentaati aturan. Iman yang bertumbuh dari dalam hati karena yakin bahwa Tuhan yang diimaninya adalah Tuhan yang aktual, yang “gaudere cum gaudentibus et fiere cum fientibus-bergembira dengan yang bersukacita dan yang menangis dengan yang berdukacita”.

Dkl: kita diajak mempunya iman aktual yang tanggap jaman – bukan gagap jaman, yang terbuka, bukan tertutup dan pernah diselubungi ideologis, yang benar-benar tulus dan bukan pernah akal bulus karena sarat intrik taktik konflik dan kepentingan.

Bersama dengan teladan St Agnes (Lat:anak domba - kurban yg suci dan murni), tercandra ada 3 ciri iman yg bertumbuh, yakni "3M", al:

A."Menyegarkan kehidupan":
Agnes adalah gadis baik, cantik, menarik paras dan laras segarnya. Karena ia mempunyai "3B - Beauty Brain Behavior", wajar orang yang melihatnya menjadi segar dan jatuh hati.

B."Menampakkan kegunaan":
St. Agnes berkata "Kristus percantik jiwaku dengan perhiasan rahmat dan kebajikan". Imannya jelas berguna supaya ia tetap rendah hati walau cantik dan dikagumi.

C."Menguatkan kerapuhan":
"St. Agnes tidak takut algojo - Dialah perawan tegar dan budiman", itulah kata-kata St. Ambrosius yang kuatkan iman kita.

Sudahkah hidup/iman kita juga aktual: menyegarkan, menampakkan kegunaan dan menguatkan hidup orang lain?

"Jauh dekat naiknya Xenia - Jadilah berkat bagi seluruh dunia".


Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!

(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar