Ads 468x60px

Rabu 11 November 2015


PW St. Martinus dari Tours
Keb. 6:1-11; Mzm. 82:3-4,6-7; Luk. 17:11-19

“In Te speravi - PadaMu aku berharap."
Inilah yang bisa kita petik dari bacaan Injil hari ini ketika para orang kusta terus berharap pada Yesus. Dengan penuh harapan, kita yang sebenarnya telah banyak menerima kasih, kasih karunia, keselamatan, dan semua berkat rohani dari Allah juga diharapkan untuk tidak lupa menjadi saksi seperti St. Martinus dr Tours yang kita kenangkan hari ini.

Mengacu pada bacaan Injil hari ini, adapun langkah awal yang kita buat sebagai saksi adalah datang kepadaNya dengan sebuah keyakinan dasar: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (1Yoh 4:19).


Setelah datang dan mendapat banyak berkat dariNya, kita kadang seperti ke-9 orang kusta yang lupa berterima kasih. Sebaliknya, orang kecil yang kerap kita singkirkan dan kucilkan ternyata malahan "tak lupa".

Di tengah dunia kita yang cenderung menganggap diri sebagai orang yang paling suci, kudus, ber-Tuhan dan telah diselamatkan. Di tengah klaim bahwa kita pasti masuk surga dan mereka yang lain kita anggap kafir-berdosa, tidak ber-Tuhan dan pasti menjadi penghuni neraka. Di tengah aneka pernyataan yang kerap sombong, angkuh, picik dan sempit inilah, Yesus mengajarkan harapan yang penuh kerendahan hati dari orang Samaria: Ia kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring dan tersungkur di depan Yesus.

Melihat kesungguhan dan ketulusan ucapan syukur itu, maka Yesus mengatakan: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau". Sungguh, ucapan syukur yang begitu tulus dan mulia akan menyelamatkan hidup kita, bukan? Sudahkah kita bersyukur hari ini?

Sudahkah kita juga mengucapkan terimakasih kepada Tuhan dan sesama yang kita jumpai, yang secara langsung/tak langsung telah banyak membantu hidup harian kita?
"Burung tekukur di Gunung Sahari - Mari bersyukur setiap hari."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/ 54E255C0



NB:
RIP - Requiescat in Pace.
MGR Pujasumarta
Uskup Agung Semarang.
Selasa 10 Nov 2015, 23.35, @RS Elisabeth Semarang,

Pour Lui je vis, Pour Lui je meurs - Untuk Dia aku hidup, dan untuk Dia aku mati.
Kematian kerap menjadi saat pelepasan, 
Yah, seperti kupu kupu yang terbang. 
Cinta sejati tak pernah lapuk oleh kekejaman, 
atau kekerasan, 
oleh tanah atau kuburan.
Cinta sejati itu akan terbang, 
seperti sepasang kupu-kupu, 
hilang dan lepas ke langit tinggi, 
bebas sejati dan abadi.
Si Deus pro nobis, quis contra nos? 

Bila Tuhan beserta kita, siapa yang berani melawan kita?
Jauh
Ku kayuh perahu
Susuri buih tiada jemu
Dalam
Aku menyelam
Mencari MutiaraMu yang karam
Tinggi
Tangan meraih
Tali-tali illahi tiada henti
Lelah
Jiwa berkelana
Mengembara dalam fatamorgana
Tabah !
Hati Mencoba
Menanti panggilan
Menunggu giliran
Hidup manusia itu seperti rumput, 
pagi hari tumbuh, 
siang hari berkembang, 
sore hari menjadi kering, 
layu dan mati. (Mazmur 90: 6).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar