Ads 468x60px

“P.A.M” - Pertobatan Ala Maria Fatima

"HISTORIA DOMUS":

Doa Serentak Menjelang Pekan Suci.

“P.A.M”/Pertobatan Ala Maria Fatima
"P upuk yang menyuburkan
"A ir yang menyegarkan
"M atahari yang menghangatkan

Kamis/19.00/21 Maret 2013
@Gereja Marfati Sragen dan semua kapel stasi

RITUS PEMBUKA

Sambutan dan Salam (Panitia)
Perwakilan panitia tampil ke depan untuk memberi sambutan/pengantar dan salam kepada umat, sekaligus mengajak umat untuk mempersiapkan hati dalam ibadat ”PAM-Pertobatan Ala Maria Fatima”

Lagu Pembukaan: (“Di Lourdes Di Goa”)
Ketika Lagu Pembukaan dinyanyikan, pemimpin ibadat berjalan menuju ke tempat yang disediakan. 

TANDA SALIB
Setelah Lagu Pembukaan selesai, pemimpin ibadat dan umat membuat tanda salib:
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin

SALAM
Sesudah itu sambil membuka tangan, pemimpin menyampaikan SALAM kepada umat.
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan 
Roh Kudus besertamu.
U : Dan sertamu juga.

TEMA
Dengan singkat, pemimpin ibadat menjelaskan tema ibadat
P : 
Para saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada malam hari ini kita serentak bersama umat separoki St Maria Fatima, Sragen diundang untuk bersama-sama berdoa serentak dan memohon berkat Allah dalam ibadat “PAM”-Pertobatan Ala Maria Fatima”, terlebih untuk mempersiapkan hati memasuki Pekan Suci. Pertama-tama, kita serentak bersyukur bersama karena kita mempunyai pelindung paroki yakni Bunda Maria Fatima yang setia menjaga dan mendoakan kita. Kedua, kita serentak juga berharap agar berkat perlindungan dan kasih Bunda Maria Fatima selalu melimpah bagi hidup kita, terutama bagi setiap niat pertobatan dan kebangkitan kita masing-masing. Oleh karena itu, bersama teladan dan doa Bunda Maria Fatima, marilah kita hening sejenak, mengangkat hati kepada Allah memohon rahmat dan belas kasih-Nya agar kita dapat berkenan dihadirat-Nya dalam doa serentak pada malam ini.

PERNYATAAN TOBAT
Setelah hening sejenak, pemimpin mengajak umat untuk menyesali dan mengakui dosa dengan kata-kata berikut:

P : Saudara-saudari, marilah menyesali dan mengakui bahwa kita berdosa, supaya layak merayakan ibadat “PAM”-Pertobatan Ala Maria Fatima” ini.
Hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosa dengan mengucapkan Doa Tobat:

P + U : Saya mengaku kepada Allah yang Mahakuasa dan kepada saudara sekalian,
bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, 
dengan perbuatan dan kelalaian,
Baris berikut diucapkan sambil menepuk dada.
Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada saudara sekalian supaya mendoakan saya pada Allah, 
Tuhan kita.
Dengan tangan terkatup, pemimpin ibadat berkata:
P : Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, 
dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin.
Tuhan Kasihanilah
Kristus Kasihanilah
Tuhan Kasihanilah

DOA PEMBUKA
Sesudah Tuhan kasihanilah kami, pemimpin mengucapkan doa pembukaan dengan tangan terkatub:

P : Marilah berdoa
Pemimpin dan seluruh umat yang hadir hening sejenak, berdoa dalam hati. 
Kemudian pemimpin sambil merentangkan tangan, mengucapkan DOA PEMBUKA yang diakhiri dengan rumusan Trinitaris.

P Allah Bapa maha pengasih dan penyayang,
Engkaulah tumpuan harapan kaum beriman.
Sebagaimana Engkau memberikan berkat ilahi dalam Putra-Mu yang lahir lewat rahim suci Santa Perawan Maria
Secara khusus pada malam hari ini, limpahkanlah berkat-Mu atas semua 
umat di paroki St Maria Fatima Sragen ini, agar bersama teladan Bunda Maria Fatima, kami dapat semakin berakar dalam iman, bertumbuh dalam persaudaraan dan berbuah dalam karya pelayanan nyata. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami. yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
U : Amin

LITURGI SABDA

BACAAN I
Pemimpin duduk di tempat yang sudah disediakan. Sementara itu Lektor menuju mimbar dan membacakan bacaan pertama. Seluruh umat duduk dengan tenang mendengarkan bacaan. 

L : Pembacaan diambil dari Kisah Para Rasul (1:12-14).

Lektor mengakhiri bacaan dengan mengucapkan:
L : Demikianlah Sabda Tuhan
U : Syukur kepada Allah.

Umat hening sejenak untuk meresapkan sabda Allah.

Lagu Renungan Atas Sabda Allah: (“Ya Nama Mu Maria”) 

BACAAN INJIL
P : Tuhan sertamu.
U : Dan sertamu juga.
P : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (Luk 1:39-47)
U : Dimuliakanlah Tuhan.

Aklamasi sesudah Injil
Setelah pembacaan Injil selesai, pemimpin menyerukan Aklamasi di bawah ini:
P : Demikianlah Injil Tuhan.
U : Terpujilah Kristus.

HOMILI/KOTBAH
Kemudian pemimpin menyampaikan kotbah/pesan rohani sambil berdiri di depan tempat duduk atau di mimbar atau di tempat lain yang serasi (Lihat: lampiran/usulan bahan kotbah).

DOA UMAT
Dengan tangan terkatup, pemimpin mengajak/mengundang semua umat untuk memanjatkan DOA UMAT. Kemudian menyusul DOA UMAT yang dibacakan oleh lektor dan berisi permohonan-permohonan seluruh umat. Seluruh umat mengambil bagian dalam doa ini dengan menyerukan aklamasi pada akhir tiap-tiap ujud: “Kabulkanlah doa kami ya Tuhan”.

Bapa Kami
P : Atas petunjuk Penyelamat kita,
dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa:

Sambil membuka tangan, pemimpin mengucapkan Salam Damai.
P : Damai Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

Doa Penutup 
Kemudian pemimpin berdiri di belakang meja altar, dan berkata:
P : Marilah berdoa.

Lalu ia merentangkan tangan dan mengucapkan doa penutup yang diakhiri dengan konklusi singkat:
P : Allah Bapa yang mahapengasih,
kami mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah memberikan anugerah melalui doa serentak kami pada malam ini.
Semoga berkat “PAM-Pertobatan Ala Maria Fatima”, 
kami semakin layak memasuki Pekan Suci ini sampai kelak kami disatukan 
sebagai satu keluarga dalam rumah abadi-Mu di surga.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin

RITUS PENUTUP

PENGUMUMAN
Sekarang dapat dibacakan beberapa PENGUMUMAN yang perlu diketahui oleh umat.

BERKAT
“Aku adalah milikmu
dan segala milikku adalah milikmu.
Engkau kuterima dalam diriku seluruhnya.
Berikan aku hatimu, ya Maria.”

Pemimpin membuka tangan.
P : Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama lamanya.

Pemimpin mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat.
P : Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa,
╬ Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin

PENGUTUSAN
Pemimpin mengutus umat.
P : Saudara sekalian,
perayaan “PAM” dan doa serentak kita sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.
P : Marilah pergi, kita diutus.
U : Amin.

LAGU PENUTUP : (“Nderek Dewi Mariyah”) 
Pemimpin meninggalkan meja perjamuan. Sementara itu bisa dinyanyikan lagu penutup.




LAMPIRAN KHOTBAH PAM

1. Tujuh “PAM” - Pertobatan Ala Maria Fatima

Kita bisa “mengandung” dan “melahirkan” Yesus, ketika kita sungguh bersedia sejenak bijak merenungkan arti nama Maria. Nama Maria sendiri punya arti mendasar, yakni: “MAu Rendahhati Ikut Allah”. Secara lebih mendalam, selain namanya yang penuh makna, ternyata kita juga bisa belajar “mengandung” dan “melahirkan” Yesus lewat pelbagai pemaknaan kalimat yang pernah diucap-sapa dan keluar langsung dari mulut Bunda Maria sendiri. Bukan sebuah kebetulan, ternyata terdapat 7 kalimat maklumat Maria yang tercatat-kenang oleh Injil, al:

Pertama: Bersyukur. 
“Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukacita karena Allah penyelamatku” (Luk 1:46-47). Sebenarnya kita diajak untuk terus senantiasa bersyukur: “burung tekukur di kalvari-mari bersyukur setiap hari”. Jelasnya, hidup kita dan setiap nafas yang kita hirup dan hembuskan sebetulnya adalah sebuah undangan untuk bersyukur bukan? Disinilah, perlu juga diketahui bahwa sejak abad XII, dinyata-kenangkan ada lima sukacita yang membuat hati Maria senantiasa bersyukur yaitu: Kabar Sukacita Nazareth (Lukas 1:30), Momentum Betlehem (kelahiran Yesus), Momentum Paskah (kebangkitan Yesus), kenaikan Yesus dan pengangkatan Maria ke surga (Maria Asumpta). Menyitir pesan Bapa Suci Paus Benediktus XVI, pada audiensi Sabtu malam di Lapangan Santo Petrus sebagai tanda penutupan bulan Maria beberapa tahun lalu, "Mari kita pulang dengan Magnificat dalam hati kita", kiranya tepat mengajak kita untuk selalu bersyukur. 


Kedua: Bersadar diri
“Aku ini adalah hamba Tuhan” (Luk 1:38a). Kita diajak untuk bersadar diri, bahwa kita hanyalah hambanya Tuhan. Kita ibarat keledai yang ditumpangi Yesus memasuki kota Yerusalem. Beberapa orang kudus juga lekat-dekat dengan maklumat Maria yang kedua ini, misalnya: Bunda Teresa dari Calcutta berkata, “aku hanyalah pensil di tangan Tuhan - instrumentum cum Deo.” Pendiri Opus Dei, Jose Maria Escriva berkata, “engkau adalah sebuah kuas di tangan pelukis dan tidak lebih daripada itu. Katakanlah kepadaku apa gunanya sebuah kuas jika ia tidak menuruti kehendak sang pelukis?” Rasul Paulus dari Tarsus berkata, “harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat...” (2 Korintus 4:7), Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus, berkata, “ambillah Tuhan terimalah Tuhan semua kebebasanku, ingatanku, pikiran dan kehendakku.” 

Di lain matra, kita kerap kurang bersadar diri akan apa yang kita perbuat bukan? Baiklah kita mengingat sepenggal pengakuan Bernadette sewaktu mengalami penampakan perdana di Lourdes: “Aku berjumpa dengan seorang wanita berpakaian putih, mengenakan ikat pinggang biru dan ada bunga mawar kuning di tiap kakinya. Aku meletakkan tangan di saku dan mendapatkan rosario. Aku ingin membuat tanda salib, tetapi tak mampu mengangkat tangan ke keningku. Wanita itu membuat tanda salib. Tanganku gemetar. Aku mencoba lagi dan akhirnya berhasil.” Beberapa tahun sesudahnya, Bernadette menegas-ulangkan kepada sahabatnya, Suster Emilienne Duboe: “Kamu harus sadar akan apa yang tengah kamu lakukan karena sangat penting mengetahui bagaimana membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh sadar.” 

Sebenarnya, maklumat Maria yang kedua ini juga lekat-dekat dengan sikap rendah hati, dan tentunya kita tahu banyak orang kudus yang menjaga dan meluhurkan sikap kerendahan hati. Misalnya, St. Hieronimus mengatakan: “Kerendahan hati adalah dasar dan perlindungan dari segala kebajikan. Jikalau orang rendah hati maka ia akan terlindung dari segala bahaya, tetapi jika tidak ada kerendahan hati, kebajikan-kebajikan bisa berubah menjadi jerat bagi mereka.” St. Thomas mengatakan, “kerendahan hati menduduki tempat nomor satu dalam diri seseorang, karena membuat Allah menjadi bebas untuk menyatakan diriNya kepadanya.”

Yesus sendiri memuji orang yang bersemangat “miskin”, artinya orang yang rendah hati (bdk. Mat 5:3). Yesus jelas mengecam orang yang sombong dan tegas memuji orang yang rendah hati: “Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk 19:14). Yesus menjadikan kerendahan hatiNya sebagai teladan yang harus kita ikuti: “Belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:29). Marilah, bersama maklumat kedua Maria ini, kita tetap bersadar diri: menjadi kecil sesuai dengan keinginan Tuhan sendiri.


Ketiga: Berpasrah
“Jadilah padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38 b). Iman secara konkret tidak berjalan sendirian tetapi bekerja sama dengan daya-daya jiwa yang lain khususnya bersama dengan harapan dan kasih. Iman, harapan dan kasih tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kadang-kadang diantara kebajikan itu ada suatu hubungan yang akan terungkap dalam suatu kebajikan lain, sebenarnya bukan suatu kebajikan tersendiri, tetapi merupakan kombinasi dari kebajikan-kebajikan itu. Inilah yang disebut sebagai “sarah”: ber’sa’bar dan berse’rah’. 

St. Theresia mengungkapkan, “Kalau seorang sungguh-sungguh berpasrah, maka Tuhan akan melimpahi dia dengan rahmat-rahmatNya”. Allah tidak akan kuatir dan takut orang itu akan mencuri kemuliaanNya dan merampasnya sebagai miliknya. Sebaliknya, orang yang berani berpasrah akan dilimpahi Tuhan dengan rahmat, karena didalam tangan orang itu, semuanya aman, rahmat itu tidak akan disalahgunakan , tetapi justru akan dipakai untuk kepentingan orang lain. Bukankah sikap pasrah yang penuh kepercayaan akan dengan segera mempersatukan kehendak kita dengan Allah? Dan, bukankah orang yang berpasrah membuat karya Allah lebih mudah dilaksanakan? 


Keempat: Berterus terang
“Bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan aku belum bersuami.” (Luk 1:34). Maria berani berterus terang, ketika ia takut, bingung, bimbang dan gelisah saat menerima kabar dari malaikat. Lihatlah sebuah kisah dari Fatima! Fatima sendiri adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun. Dia berkali-kali menampakkan diri kepada tiga anak gembala ini. Sebuah pesannya yang jujur dan blak-blakan: “Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan, dan bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu." 

Disinilah, kita diajak berani untuk selalu belajar berterus terang kepada Tuhan. Bukankah pemazmur berkata bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu yang dia lakukan dan segala sesuatu yang dia pikirkan? (Mzm 139:2). Di Lourdes, Maria juga mengajak setiap orang untuk “berterus terang”. Dalam penampakannya yang ke-8, Maria berkata: “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah! Berdoalah kepada Tuhan bagi orang-orang berdosa!” Pesan ini terus bergema sampai hari ini. Mengajak setiap orang bertobat dengan jujur di hadapan Tuhan. 


Kelima: Berpeduli
“Yesus, mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3). Kepedulian dalam bahasa Inggris lebih diartikan sebagai “caring”, lebih tepat sebetulnya diartikan sebagai perHATIan. Maria peduli karena ia punya hati terhadap orang lain. Singkatnya, Maria tidak egois! Lihatlah Goa Maria Lourdes, yang terletak di perbatasan Spanyol-Perancis. Kota kecil ini berada di wilayah Pegunungan Pyrenée di Perancis Selatan atau Le Sud, begitu kawasan ini biasa disebut oleh masyarakat Perancis. Lourdes menjadi fenomena global, setelah di kota kecil ini Bunda Maria berkenan menampakkan diri sebanyak 18 kali kepada gadis kecil sederhana bernama Bernadette Soubirous. 

Lourdes adalah sepenggal bukti bahwa Maria sungguh berpeduli: Dalam setahun, Lourdes dikunjungi peziarah tak kurang berjumlah enam juta orang, umumnya banyak orang yang meminta kesembuhan dan peneguhan. Dari kisaran jumlah itu, 400-an ribu di antaranya adalah kaum muda. Pada perayaan Pesta 150 Tahun Penampakan di Lourdes tahun 2008 lalu, tak kurang tujuh juta peziarah dari seluruh dunia telah menyesaki jalanan menuju Lourdes. Setiap sore, diadakan Prosesi Sakramen Mahakudus, Adorasi dan berkat bagi orang sakit di Gereja St. Pius, di bawah tanah. Banyaknya orang sakit dan anak-anak muda yang menolong mereka dengan mendorong kursi roda, menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Bisa jadi, ini terjadi karena mereka mengalami dan mengamini bahwa Maria sungguh berpeduli dalam hidup mereka. Baiklah, kita juga mengingat sebuah kalimat penuh kepedulian dari Bunda Maria Guadalupe: "Janganlah kuatir mengenai apapun, bukankah aku ada di sini? Aku, yang adalah bundamu. Bukankah engkau ada dalam perlindunganku?"


Keenam: Berbesar hati
“Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian, tidak tahukah Engkau, bahwa ayahmu dan aku resah mencari Engkau? (Luk 2:48). Ketika itu, Yesus kecil tertinggal dan hilang di Bait Allah Yerusalem. Maria berhari-hari terus setia mencari Yesus. Maria mungkin lapar, haus, letih, lelah dan mengantuk, berjalan kesana kemari mencari anaknya. Setelah bertemu, apa jawaban Yesus: ”Mengapa engkau mencari Aku?” Mungkin, jika kita menjadi Maria, kita bisa menjadi sangat marah, kecewa, sedih, menjewer kupingnya, mencubit pahanya atau bahkan menampar mulutnya. Tapi Maria? Dia berbesar hati dan menyimpan semua itu dalam hatinya.

Sebuah kisah dari penampakan kedua di Lourdes: Bernadette membawa air suci yang dia ambil dari gereja paroki. Dia ingin segera memercikkan air suci tersebut, bila “wanita asing” itu menampakkan diri lagi. Dan ketika peristiwa penampakan itu berlangsung, Bernadette lalu melakukan rencananya. Dia memercikkan air suci itu dan “wanita asing” itu hanya meresponnya dengan tersenyum. Yah, Maria mengajak kita belajar berbesar hati/mudah mengampuni, bahkan terhadap orang yang salah paham dengan kita. 


Ketujuh: Bersabar
“Apa yang dikatakanNya kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:5). Maria bersabar dalam menantikan saat Tuhan, walau “ditolak” dan tidak langsung diterima oleh Tuhan. Ia setia menunggu jawaban Tuhan atas hidup dan masalahnya. Sebuah sharing dari Lourdes: Selesai mempersembahkan Ekaristi di kapel Santo Mikael Lourdes, kami berziarah dengan “mandi” air suci. Antrian yang sangat panjang dan memakan waktu ber-jam jam itu, mengajarkan kepada kami untuk lebih bersabar dan menghargai orang lain yang telah lebih dahulu antri di depan kami. Apalagi kalau ada orang-orang sakit dan cacat yang mendapatkan perlakukan istimewa, kami harus mendahulukan mereka. Bukankah “kesabaran pada orang lain berarti cinta, kesabaran pada diri sendiri berarti pengharapan dan kesabaran pada Allah berarti iman? 

“Tuhan Memberkati dan Bunda Merestui…..”.

Contoh pertanyaan reflektif:
1.Siapa Maria buat hidupku?
2.Dari tujuh sikap “PAM”, manakah yang paling kupilih?
3.Adakah satu contoh tindakan pertobatan yang akan kubuat? 




2. BBM-Beriman Bersama Maria (Fatima)

Fatima adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun.

Enam Penampakan Maria Fatima:
13 Mei 1917 
Pesta Bunda Maria dari Sakramen Mahakudus. Ketiga anak itu sedang menggembalakan ternaknya di Cova da Iria, sebuah padang alam yang amat luas, kira-kira satu mil dari desa mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah kilatan cahaya dan setelah kilatan yang kedua, muncul seorang perempuan yang amat cantik. Pakaiannya putih berkilauan. Perempuan yang bersinar bagaikan matahari itu berdiri di atas sebuah pohon oak kecil dan menyapa anak-anak. Perempuan itu juga meminta anak-anak untuk datang ke Cova setiap tanggal 13 selama 6 bulan berturut-turut dan berdoa rosario setiap hari:

"Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?" 

13 Juni 1917 
Ketiga anak itu pergi ke Cova. Pada kesempatan itu Bunda Maria mengatakan bahwa ia akan segera membawa Jacinta dan Fransisco ke surga. Sedangkan Lucia diminta tetap tinggal untuk memulai devosi kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Ketika mengucapkan kata-kata ini, muncullah dari kedua tangan Maria sebuah cahaya. Di telapak tangan kanannya nampak sebuah hati yang dilingkari duri, Hati Maria Yang Tak Bernoda yang terhina oleh dosa manusia:

"Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya.Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."

13 Juli 1917
"Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda. Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."

Kemudian Bunda Maria memperlihatkan neraka yang sangat mengerikan. Begitu ngeri sampai anak-anak itu gemetar ketakutan. 

13 Agustus 1917 
Anak-anak tidak bisa datang ke Cova karena mereka semua digiring ke pengadilan oleh penguasa daerah setempat. Mereka diancam akan dimasukkan ke dalam minyak panas. Anak-anak dijebloskan ke dalam penjara selama 2 hari. Pada tanggal 19 Agustus Bunda Maria menampakkan diri pada saat anak-anak sedang menggembalakan ternak mereka di Valinhos: 

"Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."

13 September 1917 
Bunda Maria mendesak lagi tentang betapa pentingnya doa dan kurban. Ia juga berjanji akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus: 
"Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya." 

13 Oktober 1917 
Bersama anak-anak, sekitar 70.000 orang datang ke Cova untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang. 

Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kau kehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari. Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba:

"MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."

Akhirnya, Bunda Maria pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan yang terakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.

“Tuhan Memberkati dan Bunda Merestui…..”.

Contoh pertanyaan reflektif:
1.Siapa Maria Fatima buat hidupku?
2.Dari enam penampakan di Fatima, penampakan manakah yang paling berkesan?
3.Adakah satu contoh tindakan pertobatan yang akan kubuat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar