Ads 468x60px

Senin 27 Mei 2013

“Non vestimentum virum ornat, sed vir vestimentum.


Pekan Biasa VIII
Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27

“Non vestimentum virum ornat, sed vir vestimentum - Bukan pakaian yang memberi arti pada seseorang, akan tetapi dia yang memberi arti pada pakaiannya.” Inilah pepatah yang mengartikan bahwa harta kekayaan itu hanya sekunder, karena yang primer adalah kepribadiannya, terlebih menurut Injil hari ini, harta kekayaan yang sekunder itu kadang malahan bisa menghambat jalan kita yang primer untuk masuk ke surga. Sifat dan karakter, sikap dan parameter yang cenderung mediocritas (yang setengah-setengah) tidak dikehendakiNya. Adapun tiga ajakan Yesus supaya kita layak mengikutiNya dan masuk surga, al: 

1. Pergilah:
Yesus mengajak kita untuk selalu berpola "pergi" dan "meninggalkan”, tidak lekat-pekat dan larut-hanyut pada hiruk-pikuk dan ruwet-renteng hal-hal material: “Karena itu jangan risau dan berkata apa yang akan kita makan atau apa yang akan kita minum atau darimana kita mendapat pakaian karena itulah yang yang dicari orang tak beriman.” (Mat 6:31-33). Ia mengajak kita untuk lahir baru dan tidak berhenti untuk terus menaburkan kebaikan karena kadang kita mudah menjadi besar mulut daripada lebar telinga ketika sudah berada dalam “zona nyaman.” Tuhan ajak kita untuk mau terus menerus dibimbing bahkan kadang dibentur-hancurkan untuk benar-benar menemukan Tuhan yang sejati. Deo vult - Tuhan menghendakinya! 

2.Juallah segala milikmu:
Orang Latin kerap berkata, “Radix malorum est cupiditas - Akar dari kejahatan adalah nafsu. Itulah sebabnya Yesus mengajak kita untuk ringan dalam melangkah: “menjual harta” supaya kita juga terlepas dari kubangan dan kungkungan nafsu duniawi karena kebijakan jauh lebih berguna daripada harta benda. “Dengan kebijakan rumahmu dibangun; dengan pengertian rumahmu didirikan: dengan pengetahuan lumbungmu akan diisi dengan kekayaan.” Deo Vindice - Tuhan yang melindunginya! 

3.Berikan itu kepada orang miskin:
Dengan memberilah, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya, bukan? Jelasnya, Yesus meajak kita untuk selalu bermurah hati dan terlebih memihak kepada orang miskin, karena iman bukan hanya berarti keterlibatan tapi sekaligus keberpihakan. Saya meyakini bahwa mereka yang rela menyisihkan keuangannya untuk orang miskin takkan pernah kekurangan, tapi mereka yang menyembunyikan matanya dari orang miskin akan menuai kutukan. Deo Gloria-Demi kemuliaan Tuhan!

Yah, tiga ajakan Yesus ini adalah fundamen, semacam dasar kokoh untuk “melepaskan kasut,“ untuk percaya seutuh-penuhnya pada Tuhan karena “kita ini buatan Allah!” (Efesus 2:10). Tiga ajakan Yesus ini juga mengingatkan lagi tujuan hidup kita yakni memuliakan dan memuji Tuhan. Dalam bahasa Ignatius Loyola: 
“Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain diatas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi; dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi dirinya. Oleh karena itu kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh pilihan merdeka ada pada kita dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak memilih kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan, hidup panjang lebih dari hidup pendek. Begitu seterusnya mengenai hal-hal lain yang kita inginkan dan yang kita pilih ialah melulu yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan: “Apa yang telah kubuat bagi Kristus? Apa yang sedang kubuat bagi Kristus? Apa yang harus dan akan kubuat bagi Kristus?”

“Cari usus di desa Masaran – Ikut Yesus tak akan berkekurangan.”
Tuhan memberkati dan Bunda meretui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar