Ads 468x60px

Maria Teladan Dalam Hidup Kristen.

Selayang Pandang

Bulan Mei dan Oktober adalah bulan-bulan yang khusus dipersembahkan untuk menghormati Bunda Maria. Gereja menetapkan dua bulan tersebut dalam setahun sebagai bulan Maria dan Bulan Rosario. Hal ini menunjukkan bahwa Maria bukanlah pribadi yang biasa dalam kehidupan Gereja. Dia memiliki peran dan kedudukan yang penting sekali dalam kehidupan Kristen. Siapakah sebenarnya Maria itu dan apa perannya dalam kehidupan Gereja dan dalam hidup kita sebagai orang Kristiani? 

I. Sikap Terhadap Maria dalam Kehidupan Gereja Dewasa ini.
Dewasa ini, dalam kehidupan Gereja, ada tiga macam sikap umat dalam berhubungan atau berelasi dengan Bunda Maria: 

1. Sikap yang berlebih-lebihan dalam berhubungan dengan Maria. 
Sikap ini memberi kesan bahwa orang Katolik menyembah Maria. Hanya Maria saja sudah cukup, tidak perlu lagi berdoa kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ada beberapa tempat tertentu yang memiliki devosi berlebihan kepada Bunda Maria sehingga Tuhan dirasakan tidak diperlukan lagi padahal sikap ini justru mengaburkan peran Bunda Maria sendiri. Sikap ini sebenarnya sama saja dengan menjadikan Maria sebagai berhala, sehingga berlawanan dengan kehendak Allah Sebagai Penciptanya. 


2. Sikap menolak sama sekali untuk berhubungan dengan Bunda Maria. 
Sikap ini disebabkan karena pengertian yang salah akan peran Bunda Maria dalam kehidupan beriman atau terkena pengaruh sekte-sekte tertentu yang menolak Maria sekalipun mereka memakai Kitab Suci yang sama dengan Gereja Katolik di mana di dalamnya termuat dasardasar yang benar untuk membina hubungan dengan Bunda Maria dan Tuhan sendiri. 

3. Sikap menghormati Bunda Maria dan bukan menyembah. 
Sikap yang seimbang sebagai sikap yang benar dalam berhubungan dengan Bunda Maria, yaitu sikap yang tidak mendewa-dewakan Maria, tetapi tidak menolak Maria sama sekali. Sikap yang benar kepada Maria adalah sikap menghormatinya, bukan menyembahnya. 

Kita dapat melihat bahwa sikap pertama dan kedua adalah sikap yang salah. Kedua sikap ini merupakan dua sikap yang saling bertolak belakang dan ekstrem. Yang satu menyembah Bunda Maria dan yang satu lagi sama sekali tidak mau berhubungan dengan Bunda Maria. Sikap yang benar tertuang dalam sikap yang ketiga yaitu sikap yang menghormatinya dan bukan menyembahnya serta bukan menolaknya. Untuk memiliki sikap yang benar ini kita perlu memiliki pengenalan dan pengertian yang benar akan dia. Pengenalan dan pengertian yang benar itu akan membantu kita dalam menempatkan Bunda Maria dalam posisinya yang benar sehingga dia sungguh-sungguh bisa membantu kita didalam perkembangan hidup Kristiani kita. 



II. Pengenalan Akan Maria 

Dalam Kitab Suci, Injil Lukas 1:26-38, memberikan kepada kita suatu gambaran yang jelas tentang Maria yang akan membantu kita mengenal Bunda Maria secara lebih dekat. Ada beberapa point pokok yang dapat kita ambil dari perikop Injil Lukas di atas yaitu: 
1. Maria adalah pilihan Allah secara khusus 

1. Latar Belakang Peristiwa. 

Untuk melihat dengan jelas bahwa memang Maria adalah pilihan Allah secara khusus, kita perlu membandingkan peristiwa kedatangan Malaikat Gabriel kepada Maria dan kedatangan Malaikat yang sama kepada Zakharia. (Luk. 1:5-25) 
Dari perikop Luk. 1:5-25 dapat kita lihat bahwa kedatangan malaikat pada Zakharia adalah untuk menyampaikan bahwa doanya sudah dikabulkan, yaitu doa untuk memohon keturunan. Jadi kedatangan Malaikat Gabriel pada Zakharia diawali dengan adanya doa permohonan kepada Allah. Artinya bahwa apa yang akan terjadi, yaitu kelahiran Yohanes Pembaptis didasari oleh kerinduan seorang manusia yaitu ayahnya. 
Sedangkan pada Maria, dikatakan dengan jelas bahwa malaikat itu memang diutus oleh Allah, tanpa didahului oleh doa permohonan atau permintaan Bunda Maria kepada Tuhan. Sehingga jelas bahwa Bunda Maria memang dipilih oleh Allah secara khusus. 

2. Sapaan Malaikat : “Salam, hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau.” 

Maria adalah satu-satunya yang disapa oleb malaikat dengan sapaan serupa. Sebenarnya terjemahan bahasa Indonesia yang dipakai dalam Kitab Suci kita, kurang menunjukkan arti kekuatan dan kedalaman rahmat Tuhan pada Maria. Terjemahan yang benar adalah: “Salam, hai engkau yang dikaruniai secara istimewa atau yang penuh rahmat.” Jikalau sapaan itu dibandingkan dengan sapaan malaikat kepada Zakharia, ‘jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan...” 
Sapaan kepada Bunda Maria adalah suatu sapaan yang khusus dari Malaikat Gabriel karena dia mengetahui bahwa Maria adalah yang terpilih secara khusus oleh Allah. 


III. Dipilih sebagai apa? Yaitu sebagai BUNDA ALLAH 
Ada dua kesaksian Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Bunda Maria diangkat menjadi Bunda Allah: 
1. Kata-kata Malaikat sendiri kepada Maria: Luk 1:3l-32. 
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, Bapa leluhur-Nya” 
Malaikat Gabriel yang diutus untuk menemui Bunda Maria adalah utusan Allah sendiri untuk menyampaikan kabar gembira akan kedatangan Sang Penebus. Dalam ayat 31-32, kita dapat melihat sendiri kata-kata dari Malaikat Gabriel bahwa Bunda Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki yang adalah Anak Allah sendiri. 

2. Kesaksian Roh Kudus melalui Elisabet. 
Dalam Luk. 1:39-45 dikisahkan bahwa Bunda Maria pergi mengunjungi Elisabet, saudaranya, istri Zakharia, yang juga sedang mengandung. Pada waktu Maria memasuki rumah Elisabet, dia disapa dengan sapaan yang mengandung suatu kebenaran yang mendalam: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku ?“ 
Secara manusiawi kita tentunya bertanya: “Bagaimana mungkin Elisabet dari dirinya sendiri bisa mengetahui apa yang terjadi pada Maria? Dan mengapa Elisabet memanggil Maria dengan jelas sebagai ibu Tuhan, bukannya ibu Mesias yang seharusnya lebih umum dan dikenal di kalangan orang Israel?” Jawaban yg paling tepat ialah karena Elisabet didorong oleh Roh Kudus untuk menyatakan hal ini. 

Jadi Maria adalah Bunda Allah. Hal ini dapat diketahui melalui Sabda Tuhan sendiri yang tertulis dalam Kitab Suci yaitu yang disampaikan oleh Malaikat dan oleh Roh Kudus sendiri melalui Elisabet. Oleh karena itu, sejak awal Gereja sudah mengakui hal ini bahkan ada dua Konsili besar yaitu Konsili Efesus (tahun 431) dan Konsili Calcedon, yang mengeluarkan pengakuan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah. Keputusan ini dibuat secara resmi untuk menyelamatkan iman umat kristiani yang diombang-ambingkan oleh pendapat sesat yang mengatakan bahwa Maria bukan Bunda Allah, tetapi Bunda Yesus dan Yesus bukanlah Allah, tetapi hanya manusia. 

3.Bagaimanakah sikap Maria? 
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMu itu. “(bdk. Luk. 1:38,). 
Pernyataan sikap Maria ini mengandung banyak arti mendalam yang perlu kita gali satu persatu agar kita dapat mengenal Maria dengan sungguh sehingga kita dapat menempatkan dia dalam posisinya yang benar dalam hidup menggereja kita. 
a) Pernyataan sikap Maria ini yang sering disebut sebagai “fiat” menunjukkan penyerahan diri Maria secara sukarela pada kehendak Allah, menerima dan taat secara bebas kepada-Nya. 

b) Sang Perawan Maria adalah gambaran manusia yang seluruhnya tergantung pada Allah. Hal ini dapat disimpulkan dari arti kata “Perawan” yang melambangkan dua hal yang bertolak belakang yaitu:

1) Ketandusan atau kemiskinan di satu pihak. 
2) Tetapi juga menunjukkan adanya suatu kemampuan yang semata mata perlu diisi dari yang lain. 

Oleh karena itu, dengan menjadi ibu atau kebundaannya memiliki arti sebagai sikap menerima hidup dari seorang yang lain, melahirkan hidup itu menjadi ciptaan yang baru. Yang memberi hidup kepada Maria adalah Allah sendiri melalui Roh Kudus dan hidup baru yang kemudian dilahirkannya itu adalah Putera Allah. Oleh karena itu, Maria sebagai seorang perawan mengungkapkan sifat manusia yang tergantung sepenuhnya kepada Allah karena rahmat Roh Kudus. 

c) Maria menjadi besar karena menyadari kepapaannya dan kerendahannya, karena dengan kepapaan dan kerendahan itu, membuat Allah bisa mengisinya dan membuatnya menjadi besar. Maria merupakan gambaran manusia yang dipenuhi oleh kebesaran Allah, model yang harus dicapai oleh setiap manusia karena kuasa Roh Kudus. Maria sendiri dalam Injil Luk. 1: 46-49 mengakui bahwa kebesarannya berasal dari Allah. Allah yang sudah memperhatikan setiap orang yang sungguh datang kepadanya dengan rendah hati. 
d) Kepapaan, kerendahan hati, ketaatan dan ketergantungan pada Allah, merupakan ciri khas seorang Bunda Allah. Jadi Bunda Maria tidak bisa hanya disebut sebagai Bunda Yesus secara biologis. Akan tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk. 8:21) 


4. Maria adalah Hawa Baru, Bunda Kehidupan, karya terindah dari Allah (master piece), Putri Allah yang sangat dikasihi Bapa 

1. Bunda Maria dalam jawabannya kepada Allah mengatakan: “Terjadilah padaku menurut perkataanMu.”
Kesadaran dan pengakuan akan kepapaan dan kerendahannya yang sekaligus menunjukkan ketergantungannya kepada Allah, membuat Maria menjadi besar karena dengan demikian dia membiarkan dirinya diisi oleh Allah. Sehingga dia dipenuhi oleh kebahagiaan dan sukacita. Sedangkan Hawa tidak mau mengakui ketergantungannya pada Allah, memberontak kepada Allah. Dia ingin menjadi seperti Allah. Dia menolak untuk menjadi bunda yang sepenuhnya tergantung kepada Allah. Hal ini menunjukkan penerimaan Hawa terhadap sabda ular atau setan yang artinya melakukan ketidak-taatan, yang membawa kebinasaan. 
Peran yang dilakukan Maria yaitu melahirkan Yesus, menunjukkan bahwa Maria adalah Hawa baru yang bekerja sama dengan Adam baru yaitu Yesus Kristus. Dia menjadi pembawa kehidupan baru dan dialah yang mampu menghancurkan kepala ular atau mengalahkan kuasa setan. 

2. Karena pemberontakan maka dosa menjalar kemana-mana, tetapi karena kasih yang besar, Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal supaya kita menjadi putera-puteri-Nya. 
Walaupun kita adalah putera puteri Allah karena adopsi, tetapi dalam diri kita mengalir hidup Allah sendiri, berbeda dengan kalau manusia mengadopsi anak manusia, darah orang tua angkat tidak akan mengalir dalam tubuh anak adopsi. Misalnya: jikalau ada sepasang suami istri mengadopsi seorang anak Swedia, sekalipun anak angkat itu diberi nama Indonesia “Slamet” atau “Bambang”, rambutnya akan tetap pirang, badannya tinggi besar, matanya biru dan kulitnya putih, lain dengan bapaknya yang lebih kecil, dan lain sebagainya. 
Maria sebagai Hawa baru yang bekerja sama dengan Adam Baru atau Yesus Kristus merupakan gambaran setiap orang yang ingin mencapai keselamatan melalui kerja sama dengan rahmat Allah. Inilah dasar bagi penghormatan dan devosi kepada Bunda Maria. 


Sikap Kita Sebagai Orang Kristen
Bagaimana sikap kita yang benar sebagai orang Kristen terhadap Maria dan dihadapannya? 
1. Berdasarkan pengertian kata “Kristen” yang berasal dari nama Kristus dan Kristus adalah putera Maria maka dengan sendirinya kita juga menjadi anak-anak Maria. Sudah sewajarnya jikalau kita juga menganggap Maria adalah Bunda kita. 
2. Maria adalah ciptaan Allah yang terbesar di antara segala ciptaan lain yang terbesar. Dia adalah Master Piece dari karya seni Allah yang terindah. Oleh karena itu, kita harus menghargai dan menghormati Maria seperti maksud dan tujuan Tuhan menciptakannya. Dengan cara ini, kita dapat juga menghargai dan menghormati Allah sendiri sebagai Penciptanya. 

“Menghargai suatu karya seni sama dengan menghargai penciptanya.” Misalnya : Bila kita memuji sebuah lukisan yang indah dalam satu ruangan, pelukisnya akan merasa bangga dan senang karena keindahan karya ciptanya bisa memberikan hiburan pada orang lain. Apa yang dapat kita tiru dari Bunda Maria, Bunda kita dalam penghayatan hidup Kristen kita? 
“Kerja sama Maria yang luar biasa dengan Allah, yang bertentangan sekali dengan Hawa.” Hal ini diungkapkan melalui: 

Penyerahan diri Maria secara sukarela pada kehendak Allah, menerima dan taat secara bebas kepadaNya. Jadi dia tidak merasa terpaksa. Hal ini dapat kita lihat dari sikap Maria yang berani bertanya karena sebagai manusia, dia tidak mengerti bagaimana caranya hal itu bisa terjadi. Setelah Malaikat Gabriel menjelaskannya dan dia mengerti maka dia menjawab panggilan Allah itu dengan taat dan bebas. 

Maria menjadi besar karena menyadari kepapaannya dan kerendahannya. Kesadaran ini penting karena dengan kepapaan dan kerendahan itu, membuat Allah dapat mengisinya dan membuatnya menjadi besar. Jadi Maria merupakan gambaran manusia yang dipenuhi oleh kebesaran Allah, model yang harus dicapai oleh tiap manusia karena kuasa Roh Kudus. Kalau orang yang sombong, merasa sudah memiliki segalanya, berarti dirinya sudah merasa penuh, bagaimana mungkin Allah bisa mengisi dirinya kembali, dia sudah menutup pintu dirinya. 
Maria sebagai seorang perawan mengungkapkan sifat manusia yang tergantung sepenuhnya kepada Allah karena rahmat Roh Kudus. Jadi kita perlu memurnikan hati kita, supaya kita dapat menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah, kepada bimbingan Roh Kudus-Nya. 

“Aku memerlukan hati yang membara dan lembut,
Yang tetap menjadi tumpuanku tiada taranya, 
Mencintai semuanya pada diriku, bahkan kelemahanku,
Tidak meninggalkan daku siang dan malam. 
Aku tidak dapat menemukan makhluk manapun 
Yang mengasihi daku selalu, tak pernah mati…….. 
Aku memerlukan Allah yang mengambil 

Menjadi saudaraku dan mampu menderita! ” 
(St. Theresia Lisieux)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar