Ads 468x60px

Surat Apostolik Bapa Suci Benediktus XVI Porta Fidei

-Sebuah Pintu Gerbang kepada Iman-

A. Alasan Diadakan Tahun Iman
Kita menyadari bahwa pintu kepada iman selalu terbuka bagi siapa saja yang hendak mendekat kepada Allah. Pintu itu akan menghantarkan untuk masuk ke dalam persekutuan hidup dengan Allah. Seperti orang yang hendak berjabat tangan, Allah senantiasa mengulurkan tangan-Nya. Ia memberi tawaran kepada orang-orang untuk masuk kedapam Gereja-Nya. Sebagai orang Kristiani, memasuki pintu Iman adalah sebuah perjalanan yang belangsung seumur hidup. Perjalanan itu dimulai dari baptisan hingga menuju kepada kehidupan kekal (art 1). Segenap Umat Beriman Kristiani mempunyai tanggung jawab penuh terlibat secara sadar dan aktif untuk mau bergerak keluar dari padang gurun (situasi kegelapan) menuju ke tempat kehidupan, menuju persahabatan dengan Allah Tritunggal yang senantiasa memberi kelimpahan (art 2).


B. Koteks Dunia yang Memprihatinkan
Berangkat dari situasi Eropa dan dunia zaman sekarang, kini muncul keprihatinan-keprihatinan yang menggoncang iman dan tidak bisa terelakkan (art 3). Krisis iman telah mempengaruhi banyak orang. Bahkan, mereka terang-terangan mengingkari iman mereka dan tidak menjadikan kehidupan beriman menjadi inspirasi hidup. Atas keprihatinan tersebut Bapa Suci, Paus Benediktus XVI pada mulai tanggal 11 Oktober 2012 hingga tanggal 2012 mencanangkan adanya TAHUN IMAN. Tujuannya adalah mengajak kepada seluruh umat Katolik dunia untuk kembali menemukan kembali dan memaknai perjalan iman kita sebagai pengikut Kristus. Dari diadakan tahun iman tersebut, diharapkan umat dapat mengalami pencerahan, sukacita dan lebih semangat karena perjumpaan dengan Kristus yang senantiasa member kelegaan bagi siapa saja yang haus dan rindu akan santapan Roti Hidup.

Secara khusus Tahun Iman ini dibuka tanggal 11 Oktober 2012 sebagai peringatan akan pesta 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan hari ulang tahun publikasi buku Katekismus Gereja Katolik. Sedangkan, penutupannya tanggal 13 November 2013 yang merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Maka, Gereja merasa perlu memperingati Konsili Vatikan II karena konsili tersebut diyakini sebagai rahmat agung yang dicurahkan Allah kepada Gereja di abad ke-20. Oleh karenanya, Gereja menemukan pedoman untuk membuka jendela dan membiarkan angin segar masuk ke seluruh dunia (art 4).


C. Maksud Diadakan Tahun Iman
Hidup di zaman yang penuh dengan kemajuan tehnologi, informasi, dan kebebasan ini, Bapa Suci menghimbau kepada seluruh Kaum Beriman Kristiani untuk tetap setia kepada ajaran iman dan moral Gereja yang tertuang dalam Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja (Magisterium), dan tradisi-tradisi baik dalam Gereja. Segala warisan baik yang tertuang dalam ajaran-ajaran Gereja khususnya dalam Dokumen Konsili Vatikan II diyakini oleh Bapa Suci (dengan mengutip kata-kata Beato Yohanes Paulus II) bahwa segalanya itu “sama sekali belum kehilangan nilai dan kecemerlangannya”. Oleh sebab itu, pada tahun ini, hendaknya para Kaum Beriman Kristiani membaca naskah-naskah dokumen Konsili, menangkap dengan akal budi secara lebih luas dan mencamkan dalam hati (art 5).

Namun, mengetahui dan memahami ajaran Gereja saja belumlah cukup. Pembaruan Gereja harus perlu dicapai melalui kesaksian Kaum Beriman Kristiani. Kesaksian hidup secara konkret inilah yang menjadi titik tolak pengejawantahan pengakuan iman. Iman yang benar itu akan tercermin dalam kehidupan. Kaum Beriman Kristiani dipanggil untuk memancarkan kebenaran yang telah diwariskan Tuhan Yesus kepada kita tidak hanya dalam pengakuan melainkan sampai ke ranah tindakan dalam keberadaan hidup secara nyata. 
Meskipun misteri iman itu masih samar-samar, Gereja meyakini bahwa suatu saat misteri tersebut akan dinyatakan dalam terang sempurna atas dasar kasih Kristus yang menguasai kita. Melalui kasih-Nya, Yesus Kristus menarik siapapun kepada diri-Nya dan Kristus pula menghimpun mereka sambil mempercayakan kepada Gereja pewartaan Injil dengan perintah-Nya yang senantiasa baru. Pada zaman sekarangpun dirasa adanya kebutuhan akan komitmen Gereja yang lebih kuat bagi suatu evangelisasi baru, agar orang menemukan kembali kegembiraan dalam percaya dan bergairah untuk mengkomunikasikan iman itu (art 6-7).


D. Ajakan-Ajakan
Tahun Iman adalah suatu panggilan kepada sebuah pertobatan yang diperbaharui dan sejati kepada Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat dunia. Di dalam misteri wafat dan kebangkitan-Nya, Allah telah menyatakan kepenuhan Kasih yang menyelamatkan dan memanggil kita kepada pertobatan hidup melalui pengampunan dosa-dosa (lih. Kis 5:31). Bagi Santo Paulus, Kasih yang menyelamatkan dan memanggil ini menghantarkan ke dalam suatu kehidupan baru: “Kita telah dikuburkan… bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rom 6:4).

Atas dasar itu semua, Bapa Suci mengajak kepada seluruh Kaum Beriman Kristiani untuk mengingat anugerah iman yang sangat berharga itu. Kita hendak merayakan tahun itu secara pantas dan menghasilkan buah. Renungan-renungan tentang iman hendaknya diintensifkan untuk membantu segenap umat Kristiani dalam mendapatkan kesadaran yang lebih baik dan secara lebih bersemangat melekatkan diri kepada Kabar Gembira, khususnya ketika sedang terjadi perubahan mendalam seperti yang sedang dialami oleh umat manusia pada saat ini (art .

Secara lebih konkret, dalam Tahun Iman ini, Bapa Suci mengajak kita semua untuk lebih mengakui iman kita yang tertuang dalam syahadat dengan penuh kepercayaan dan harapan. Selain itu, kita dianjurkan untuk semakin menghayati dan mengintensifkan perayaan sakramen-sakramen sebagai kekhasan iman Katolik lebih-lebih Ekaristi sebagai sumber dan puncak liturgi Gereja dan inti iman Katolik. Selain itu, kesaksian hidup umat beriman yang dapat dipercaya dalam masyarakat tetap perlu diperhatikan (art 9).


E. Pesan-Pesan Bapa Suci (art 10-15)
“Dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom 10:10). Hati menunjukkan bahwa tindakan pertama yang membawa seseorang menjadi percaya adalah anugerah Allah dan perbuatan rahmat yang bertindak serta mengubah seseorang dari dalam. Pengakuan dengan mulut pada gilirannya menunjukkan, bahwa iman melibatkan pengakuan secara publik dan komitmen. Seorang Kristiani tidak pernah boleh berpikir bahwa beriman adalah tindakan pribadi saja. Beriman adalah memilih untuk memihak kepada Allah agar kita pun dapat hidup bersama dengan Dia. “Memihak kepada Dia” ini menunjuk kepada pemahaman akan alasan-alasan mengapa menjadi percaya. Justru karena iman adalah suatu tindakan yang bebas, iman juga menuntut tanggungjawab sosial atas apa yang diimaninya.
Dalam skala yang lebih besar, sekarang ini iman dihantam dengan serangkaian pertanyaan yang muncul dari suatu sikap mental yang telah berubah khususnya dengan perkembangan-perkembangan alam pikiran yang membatasi bidang kepastian-kepastian rasional kepada bidang penemuan-penemuan ilmiah dan teknologi. Namun demikian, Gereja tidak pernah merasa takut untuk tetap menunjukkan, bahwa tidak mugkin ada pertentangan antara iman dan ilmu pengetahuan yang sejati, sebab keduanya, kendatipun melalui jalur yang berbeda, mengarah kepada kebenaran. Satu hal yang akan menentukan dalam Tahun Iman ini adalah, penelusuran sejarah iman kita, yang ditandai dengan adanya misteri yang tak terpahami tentang keterjalinan antara kekudusan dan dosa serta karya keselamatan Allah yang nyata sejak awal mula dunia diciptakan hingga sekarang. Oleh karena itulah, sejarah iman ini perlu kembali diakui dan diamini oleh setiap pribadi sebagai campur tangan Allah dalam kehidupan manusia.

Pengakuan iman ternyata tidak hanya tindakan bersifat pribadi, tetapi juga bersifat komuniter/ bersama-sama. Gerejalah yang menjadi subjek utama iman. Di dalam iman, komunitas-komunitas Kristiani semakin mendapatkan keleluasaan untuk mengkomunikasikan iman mereka melalui peran dan panggilan hidup mereka masing-masing. Dengan demikian, setiap orang dapat memperoleh keselamatan secara bersama-sama yakni mendorong setiap orang hidup dalam terang Injili.

Tahun Iman juga akan menjadi sebuah kesempatan yang baik untuk menguatkan kesaksian amal kasih. Santo Yakobus mengatakan: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Iman tanpa kasih tidak akan menghasilkan buah, sedangkan kasih tanpa iman hanya akan menjadi suatu perasaan yang terus menerus berada di bawah kuasa kebimbangan. 

Imanlah yang memampukan kita mengenali Kristus dan kasih-Nyalah yang mendorong kita untuk membantu-Nya kapan saja. Kristus sendirilah yang akan menjadi teman dalam perjalanan hidup. Didukung oleh iman, marilah kita memandang dengan penuh harap kepada komitmen kita di dunia, sambil kita menantikan “langit yang baru dan dunia yang baru, di mana terdapat kebenaran. Iman yang menjadi pendamping sepanjang hidup inilah yang membuat iman mampu untuk memahami secara baru, keajaiban-keajaiban yang Tuhan lakukan bagi kita. Percobaan-percobaan hidup di dunia bukan berarti beban yang didatangkan Tuhan melainkan dapat membantu kita untuk memahami misteri salib dan turut mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus (lih. Kol 1:24), adalah juga suatu pendahuluan kepada sukacita dan harapan ke mana iman mengarahkan: “jika aku lemah, maka aku kuat” (2Kor 12:10).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar