“Primum non nocere!”
Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mat 13:54-58
“Primum non nocere - Pertama-tama janganlah menyakiti.” Inilah sebuah harapan bersama dengan Jumat Pertama hari ini supaya kita tidak sibuk menghakimi tapi sibuk mengasihi, tidak gandrung berpikir buruk tapi senantiasa berpikir positif.
Adapun Injil hari ini menceriterakan bagaimana Yesus “disakiti”: Ia ditolak di Nazareth (“kota bunga”), kampung halamanNya sendiri. Awalnya Ia disambut hangat, bahkan diundang berkhotbah di sinagoga di tempat asal-Nya. Jemaat yang mendengar khotbah Yesus bahkan awalnya sangat takjub oleh perkataan-Nya, tapi akhirnya menolakNya karena terlalu menganggap remeh dan sibuk menaruh rasa curiga, yang “semper accusat” - selalu menuduh: ”Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”
Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mat 13:54-58
“Primum non nocere - Pertama-tama janganlah menyakiti.” Inilah sebuah harapan bersama dengan Jumat Pertama hari ini supaya kita tidak sibuk menghakimi tapi sibuk mengasihi, tidak gandrung berpikir buruk tapi senantiasa berpikir positif.
Adapun Injil hari ini menceriterakan bagaimana Yesus “disakiti”: Ia ditolak di Nazareth (“kota bunga”), kampung halamanNya sendiri. Awalnya Ia disambut hangat, bahkan diundang berkhotbah di sinagoga di tempat asal-Nya. Jemaat yang mendengar khotbah Yesus bahkan awalnya sangat takjub oleh perkataan-Nya, tapi akhirnya menolakNya karena terlalu menganggap remeh dan sibuk menaruh rasa curiga, yang “semper accusat” - selalu menuduh: ”Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”
Berangkat dari hal inilah, kita diajak untuk memohon rahmat dasar, “RPK”, al:
1.Rendah hati:
Inilah modal dasar setiap orang yang siap mendekat pada Tuhan dan kebiasaan untuk terbuka mendengarkan orang lain adalah cara kita untuk bersikap rendah hati. Sederhana tapi tidak sesederhana itu karena kita lebih mudah besar mulut dibanding lebar telinga bukan? ”Oh Tuhan! Bukalah mata hati kami, dan kami akan mencari kebahagiaan di mana kami sungguh dapat menemukannya.”
2.Persaudaraan sejati:
Kita semua adalah saudara, bukan karena kita mempunyai satu leluhur, yaitu leluhur manusia, tapi karena kita adalah anak-anak dari Bapa yang sama disana. Dan, bukankah dengan kelahiran di palungan, Yesus menjadi seorang anak agar lebih mudah didekati oleh ciptaanNya yang juga adalah saudara saudaranya, yang sama sama berasal dari kasih Allah, dibentuk oleh kasih Allah, dan diarahkan menuju kasih Allah.
3.Kebijaksanaan:
Memahami tidaklah cukup karena kita harus menerapkannya. Berharap tidaklah cukup karena kita harus mewujudkannya. Beriman tidaklah cukup karena kita harus mewujudkannya. Disinilah, kita diajak untuk bertindak bijaksana dengan tidak mudah mencap buruk orang lain tapi selalu terbuka melihat kehadiran Tuhan lewat setiap orang di sekitar kita. Yang pasti, semoga setiap doa dan karya kita selalu dimulai dariNya, berlangsung lewatNya, serta berakhir selamat kepadaNya.
“Cari sepatu di desa Soran - Mari bersatu dalam persaudaraan.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@romojostkokoh.blogspot.com)
NB:
Dalam bac pertama hari ini (Im 23), disebutkan beberapa perayaan yang penting dalam kehidupan umat Allah di Israel, al:
1. Sabat: Hari kudus untuk berhenti bekerja sehingga bisa menempatkan seluruh hidup selaras dengan Sang Pencipta.
2. Paskah: Hari pengenangan akan kasih Allah yang telah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
3. HR.Penuaian: Hari pentahbisan seluruh persembahan sebelum diserahkan kepada Allah.
4. Pentakosta: Hari peringatan penyerahan hukum Taurat di Bukit Sinai.
5. Hari Pendamaian: Hari ketika orang-orang tidak boleh melakukan pekerjaan apapun, dan harus berpuasa sambil merendahkan diri.
6. HR Pondok Daun: Bentuk perayaan yang sama prinsipnya dengan perayaan Paskah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar