Banyak wanita ingin tampil cantik, bukan? Tapi, apa itu cantik? Jawabannya
kerap sama: Cantik itu dari luar dan dari dalam. Kalau hanya dari luar? Tidak
utuh cantiknya. Kalau cuma dari dalam? Kurang juga cantiknya. Pilih yang mana?
Kalau boleh sih ... keduanya, cantik luar dan dalam, bukan? Cantik itu sendiri
kerap obyektif atau subyektif? Kalau melihat kerumunan orang banyak atau foto
orang banyak, kita bisa menunjuk: Yang ini, dan ini, dan ini cantik... Seperti
bintang film atau foto model untuk reklame sabun, dll. Jadi ada ukuran
obyektif.
Tapi ada juga ungkapan-ungkapan seperti ini yang menjadikan cantik itu subyektif: Beauty is in the eyes of the beholder. Kecantikan ada di mata orang yang memandangnya. We don’t love a woman because she is beautiful; she is beautiful because we love her. Kita tidak mengasihi seorang perempuan karena ia cantik; ia cantik karena kita mencintainya. Banyak dari kita pasti mengenal Ibu Teresa dari Kalkuta. Wanita tua dan keriput. Bagi orang-orang miskin India yang mengalami sentuhan kasihnya dialah wanita paling cantik di dunia.
Apa yang menjadikan seorang wanita cantik dari dalam?
Upik: Ma, hari ini Mama cantiiik deh!
Mama: Loh, kenapa?
Upik: Habis, Mama hari ini tidak marah-marah.
Ilona tinggal di Smoky Mountain, Quezon City, sebuah gunung berupa tumpukan sampah yang terus berasap karena dibakar. Di dekatnya ada perkampungan pemulung, rapi dan bersih, tidak seperti di Indonesia. Ketika saya masuk ke dalam rumahnya, ia sedang menyapu. Saat dia menoleh, saya terpesona oleh wajahnya yang cantik berseri, secantik namanya. Sekaligus saya terperanjat, sebab ternyata lengannya cuma sebatas siku. “Ilona is beautiful woman because she’s happy,” kata tuan rumah kepada saya.
Seorang pastor muda, ketika ditanya siapa wanita paling cantik dalam hidupnya, kontan menjawab, “Ibu saya!” Katanya, “Dulu, sebelum saya lahir, ibu saya lebih cantik. Itu yang nampak di foto. Tapi di mata saya kecantikan ibu tidak menjadi pudar, malah ia semakin cantik saja. Ibu tumbuh secara rohani. Ia makin sabar, makin pasrah, makin lembut, makin penuh pengertian, makin ramah. Pokoknya makin suci, makin dekat Tuhan. Itu yang membuat seorang wanita makin cantik.”
Kisah yang lain:
Seorang gadis mungil bertanya pada ibunya, "Ibu, engkau terlihat begitu cantik, aku ingin seperti ibu". Dengan tatapan dan senyum kasih sayang, sang ibupun menjawab, "Anakku, agar bibir ini menarik, ucapkanlah perkataan yang baik saja, jangan melukai hati temanmu dengan perkataanmu, sapalah mereka dengan keramahan yang tulus, jangan membicarakan seseorang di belakangnya. Agar pipi ini lesung, tebarkan senyummu dengan ikhlas kepada siapa saja yang kaujumpai. Agar mata indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain. Dari kebaikan itu kamu bisa belajar tentang misteri kebahagiaan. Agar jemari tanganmu lentik menawan, biasakanlah untuk memegang manik-manik rosario dalam doa dan pujianmu kepada Tuhan dan ringankanlah tanganmu menolong sesama yang membutuhkan uluran hatimu, sisihkan makanan yang kaubutuhkan sendiri untuk orang-orang miskin. Agar wajahmu bersih bercahaya, basuhlah mukamu pada setiap pergantian waktu, bersihkanlah kotoran hari yang telah berlalu, hiasilah dengan rasa optimis dan kegembiraan serta selalu berprasangka baik pada setiap orang. Anakku, kecantikan fisik akan pudar oleh waktu, tapi kecantikan perilaku dan inner beauty, tak akan pernah pudar meski oleh kematian..."
"XXX - Family Way".
(RJK, Kanisius).
(RJK, Kanisius).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar