Ads 468x60px

Senin 14 Oktober 2013


"Tempus mutatur et nos mutamur in illud .”

 Rm 1:1-7; Luk 11:29-32

"Tempus mutatur et nos mutamur in illud - Waktu berputar dan kita diubah olehnya.” Inilah tanda tanda jaman yang kita amini setiap harinya. Di lain matra, sepakat dengan Ernst Cassier, kita juga adalah “penanda”, semacam “animale symbolicum”: hanya dengan menggunakan tanda tanda, kita dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi.

Yesus sendiri datang sebagai "TANDA" yang bisa berarti "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah" (Bdk: Buku "TANDA", RJK, Kanisius). Ya, lewat hidup dan karyaNya, Ia mengajak kita semua juga untuk belajar menjadi "tanda", menjadi sebuah tempat untuk nampakkan damai Allah: "Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini" (Luk 11:30)

Adapun tiga indikasi dasar ketika kita bisa menjadi “tanda” yang hidup bagi hadirnya damai Allah secara real, aktual dan operasional, al:

1. Teruji:
Hidup penuh dengan ujian dan dengan ujian kehidupan kita semakin bertahan uji karena belajar untuk terus mengetahui kehendakNya, menemukan kehendakNya sekaligus melakukan kehendakNya. Dengan sikap hidup yang sudah dan terus teruji inilah, kita diyakinkan bahwa kedamaian bukanlah ketidakhadiran masalah tapi kedamaian adalah semata kehadiran Allah. Dkl: Allah tidak menjanjikan perjalanan yang nyaman, tetapi pendaratan yang aman.

2. Terpuji:
Orang yang menjadi tanda itu selalu berjuang menjadi orang yang terpuji, yang sederhana dalam ucapan dan penampilan tetapi hebat dan luar biasa dalam tindakan nyata, yang selalu berusaha menjadi cahaya kebenaran walaupun kadang hanya kelap-kelip dan tidak selalu terang benderang. Dalam bahasa Jose Maria Escriva: “Hendaklah tingkah dan perkataanmu baik sehingga setiap orang yang melihat dan mendengarmu akan berkata: orang ini pengikut Yesus Kristus. Terangilah jalan-jalan di dunia ini dengan terang Kristus yang kau bawa dalam hatimu.“


3. Tanpa aji aji:
Kita diajak hanya mengandalkan Tuhan dan tidak menyembah “tuhan tuhan lain”, entah berupa hasrat, jimat, pangkat, derajat, harta keramat dsbya. Bagian kita adalah semata melakukan kehendak Allah, dan bagian Allah adalah mengurus kita, karenanya kita seharusnya tidak pernah takut pada apapun. Yakinlah: apa yang tidak terletak pada rencanak kita terletak pada rencanaNya. Bukankah, semakin sering hal itu terjadi, semakin hidup keyakinan kita bahwa Allah sematalah yang ber’”providential divina”, menyelenggarakan kehidupan harian kita?

“Banyak peta tentang Pantai Kuta - Jadilah TANDA dengan kata dan karya nyata!”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

adi lua5 � a a �| �� oleh diperkenankan diangkat naik ke surga. Semper gaude tempus limita - Bersyukurlah senantiasa karena waktu itu terbatas. At the end of the day, count your blessings and give thanks! Yakinilah bahwa dengan bersyukur, kebahagiaan kita akan terus bertambah. Semper Gaude, Bersyukurlah senantiasa.

Dari Samaria ke Efesus – Selalu bersukaria bersama Yesus.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar