Ads 468x60px

Minggu 07 September 2014

Minggu Biasa XXIII
Yeh 33:7-9; Mzm: 95; Rm 13:8-10; Mat 18:15-20.

"Fraternitas-Persaudaraan"

Inilah salah satu "core values", semangat dasar yang hadir dalam bacaan hari ini ketika Yehezkiel, Paulus dan Yesus memberikan nasehat kepada umat beriman. Jelasnya, Tuhan datang sebagai "SAUDARA" dan mengajak kita untuk hidup ber-"saudara" ("se-udara").


Beberapa indikasi dasar yang bisa menambah-tingkatkan semangat persaudaraan kita, antara lain: 

1.Memahami.
Ia mengajak kita menjadi "conselor", penasehat yang sabar dan bijak, juga terhadap orang yang sulit dipahami, yang kerap menjadi "trouble maker/batu sandungan". Jelasnya, Ia mengajak kita untuk menjadi "peace-maker" dengan tidak mudah men-cap buruk orang lain tapi selalu belajar sabar untuk memahami dalam semangat "correctio fraterna", yakni berani memberikan "nasehat" yang memiliki tiga indikasi positif, NAikkan pujian (bukan makian), SEgarkan iman (bukan gosipan) dan HAdirkan Tuhan (bukan setan) dalam semangat persaudaraan sejati.

2.Mengimani.
Ia
mengajak kita untuk terbiasa berdoa dalam semangat kebersamaan:
"Jika dua orang di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu."
Dengan kata lain: Ia mengajak kita untuk terbiasa bersekutu dalam hidup beriman. Hal baik ini tentunya bisa dimulai dengan kebiasaan berdoa bersama di keluarga, dimana ayah-ibu+anak saling bersatu dalam doa sebagai sebuah "ecclesia domestica-gereja basis", bukan?

3.Mengilhami.
S
eperti Yesus yang selalu menjadi "inspirator" banyak orang, kita juga diajak meng-"inspirasi" ("In-spiritus: di dalam Roh") banyak orang lewat "KUD": Karya, Ucapan dan Doa, yang selalu dibawa dan diarahkan dalam nama Yesus karena diyakini oleh sabdaNya sendiri: "Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:19-20).

"Ada tiga warna di Danau Kelimutu
- Jadilah orang yang bijaksana dan suka bersekutu." 

Salam HIK-ers.
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).





Minggu XXIII
Yeh 33:7-9; Mzm: 95; Rm 13:8-10; Mat 18:15-20. 

“Correctio salutis-koreksi keselamatan.”

Tiga bacaan minggu ini membicarakan tentang tanggung jawab kita untuk berani meng”koreksi” demi keselamatan jiwa sesama. Dengan “koreksi keselamatan”, kita diajak menjadi penjaga ‘saudara’, seperti yg dikatakan Tuhan kpd Yehezkiel: “Aku tetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel” (Yeh 33:7).


D
alam bacaan ke-2, Paulus menekankan kehidupan yang saling menjaga dengan nada dasar kasih. Demikian juga dalam bacaan Injil (Mat 18:15-20), kita dituntut untuk menyatakan kasih yang tulus, dengan menjadi penasehat bijak (“NASEHAT”: NAikkan pujian–SEgarkan iman–HAdirkan Tuhan) terhadap orang yang hidupnya tidak berkenan kepada Allah.

Adapun b
eberapa pokok perlunya “corectio salutis”, antara lain: melindungi nama Allah (Mat 6:9; Rom 2:23-24),menjaga kemurnian moral dan integritas ajaran gereja (1Kor 5:6-7; 2Yoh 1:7-11) serta berusaha untuk menyelamatkan anggota yang bersalah (1 Kor 5:5; Yak 5:19-20).

"Correctio salutis" j
uga menekankan semangat kebersamaan dalam iman dan persaudaraan karena diyakini bahwa Tuhan juga hadir disana. KehadiranNya pasti akan memberikan “hik”: harapan iman dan kasih kepada kita sebagai "penjaga" keselamatan sesama.

"Tukang pahat tukang pajak
- Jadilah penasehat yang bijak." 

Salam HIK-ers.
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).

1 komentar: