Ads 468x60px

Jumat 28 Agustus 2015

Peringatan Wajib St. Agustinus
1
Tes. 4:1-8; Mzm. 97:1-2b,5-6,10,11-12 ; Mat. 25:1-13. BcO Ef. 6:10-24

“Mea culpa, mea culpa mea maxima culpa – Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa .”

Inilah ungkapan iman pertobatan yang kita ucapkan di awal misa karena hati kita kerap penuh dusta: "Celakalah kamu, sebab di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."

Bersama dengan peringatan St Agustinus yang kita kenangkan hari ini, kita diajak untuk bertobat setiap harinya. Agustinus ("Yang tahu banyak") sendiri adalah seorang kudus yang banyak menulis, bahkan tulisannya “Pengakuan Agustinus” kerap disebut sebagai otobiografi Barat yang pertama - masih dibaca luas oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia. Agustinus sendiri merupakan anak tertua dari Santa Monika yang terlahir pada 354 di Tagaste, sebuah kota di Algeria Afrika Utara yang merupakan wilayah Romawi saat itu. Pada masa mudanya, Agustinus hidup dengan gaya hedonis ala descartesian: aku nikmat maka aku ada: “muda foya foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” 

Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk bertobat. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa. Agustinus merasa malu. “Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!” Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! Sejak saat itu, Agustinus bertobat dan memulai hidup baru.

Adapun tiga orang yang berpengaruh dalam perubahan hidupnya secara utuh, al:

1. Monika, ibunya. 
Ibunya ialah St. Monika, seorang Kristen yang saleh yang perlahan tapi pasti membentuk dan mencerahkan "akhlak" Agustinus untuk bertobat. St. Monika mendidik ketiga putera-puterinya dalam iman Kristen. Namun demikian, menginjak dewasa Agustinus mulai berontak dan hidup liar, tapi Monika setia untuk terus mendoakan anaknya: “Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku, dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau.”

2. Ambrosius, uskup Milan.
Ambrosius adalah seorang ahli retorika seperti Agustinus sendiri, namun lebih tua dan lebih berpengalaman. Ia setia untuk menjadi teladan dan mencerahkan "otak" Agustinus. Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agustinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

3. Floria Amelia, kekasih hatinya.
Floria Amelia, kekasih hatinya adalah orang yang membuat Agustinus mempunyai "watak" yang dewasa untuk berani membuat pilihan. Pada masa itulah Agustinus juga mengucapkan doanya yang terkenal, "Berikanlah daku kemurnian dan penguasaan diri, tapi jangan dulu" [da mihi castitatem et continentiam, sed noli modo]. Di dinding kamarnya juga terdapat kalimat yang tertulis dengan huruf-huruf yang besar: “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapa pun.” “Terlambat aku mencintai-Mu, Tuhan,” serunya kepada Tuhan suatu ketika.
Agustinus akhirnya wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilika Santo Petrus. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”. Santo Agustinus dikenang sebagai Uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan Santo pelindung para seminaris yang pestanya dirayakan setiap tanggal 28 Agustus.

“Pak Yunus pergi ke Sukabumi –St Agustinus doakanlah kami.”




"Tolle et legge - Ambil dan bacalah!"

Inilah seruan khas yang lekat dengan St Agustinus yang kita kenangkan hari ini. Agustinus Hippo ("Yang tahu banyak") yang terlahir 13 November 354 dan meninggal pada 28 Agustus 430 adalah seorang santo dan doktor Gereja serta diakui sebagai salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan Kekristenan Barat.

Adapun tiga sikapnya yang bisa kita teladani, antara lain:

1."Positif": 
Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis dengan huruf-huruf besar: “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapapun.” Ia mengajak kita untuk tidak menjadi orang beriman yang asyik bergosip/bergunjing tapi selalu sibuk dan penuh dengan hal hal baik untuk memuliakan Tuhan lewat sesama dan bersama semesta.

2."Kontemplatif": 
“Terlambat aku mencintaiMu, Tuhan,” serunya kepada Tuhan. Agustinus beberapa kali mendapat "insight", pengalaman pribadi dengan yang ilahi. Itulah juga yang menguatkan imannya untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan mencintai Tuhan dan membawa orang-orang lain untuk juga mencintaiNya lewat doa dan relasi pribadinya dengan Tuhan.

3."Produktif": 
Semasa hidupnya, Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung. Ia juga menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik para biarawan agar dapat mewartakan injil ke banyak tempat. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”. Ia dikenang sebagai uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan pelindung para seminaris: “Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku, dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau.” (St. Agustinus "Pengakuan-Pengakuan").

"Pati Unus pahlawan kami - St Agustinus doakanlah kami."



“Ut sementes faceris ita metes - Seperti engkau buat pada waktu menabur, demikian engkau akan menuainya.”

Inilah sebuah pepatah latin yang lekat dengan prinsip populer “tabur - tuai”. Inilah juga yang diumpamakan Yesus tentang hal Kerajaan Surga: Itu seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong pengantin. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak dalam buli-bulinya."

Adapun tiga kearifan lokal yang bisa kita petik dari injil hari ini supaya kita bisa lebih bijaksana, al:

1. "Eling lan waspada": Ingat dan bermawas diri
Kita semua tahu bahwa persediaan minyak itu mutlak penting supaya sebuah pelita tetap dapat menyala, tapi kita kadang lalai, malas dan terlena. Kita mudah larut dan hanyut pada arus dunia sehingga kurang bersadar dan bermawas diri. Bukankah "Ya" dan "Tidak" adalah kata yang sangat singkat untuk dikatakan, tapi kita membutuhkan waktu berpikir yang tdk singkat untuk mengatakannya?

Resep sederhananya orang yang berjaga dan bermawas diri adalah: belajar saat yg lain tidur, bekerja saat yg lain malas-malasan, bersiap saat yg lain bermain dan berdoa saat yg lain takabur.

2. "Urip Iku Urup": Hidup itu mesti “nyala”
Tuhan mengajak kita supaya tetap mempunyai “urup”, nyala dalam hidup sehingga menjadi terang juga bagi orang lain. Itu sebabnya kita harus selalu mempunyai “persediaan minyak rohani” lewat hidup doa, olah rohani, devosi ekaristi dan pelbagai perbuatan baik lainnya. Orang yang hidupnya menjadi terang karena dekat dengan Tuhan itu kerap sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan, biasa dalam penampilan tapi luar biasa dlm kearifan.

3. "Aja dumeh" - Jangan mentang-mentang 
Kita kadang merasa pintar dan tahu banyak hal sehingga menjadi orang yang sok dan mudah menghakimi dan kurang maksimal mempersiapkan diri. Akibatnya, kita mudah takabur dan nantinya menjadi orang yang kurang cermat dan cenderung tergesa-gesa padahal ketergesaan dalam setiap usaha kerap membawa kegagalan. Disinilah kita diajak untuk mau rendah hati untuk jangan pernah melupakan pemberian Tuhan, baik itu anugerah maupun cobaan, karena selalu ada makna disetiap peristiwa.

“Ada domba suka buah mangga – Jadilah hamba yang selalu berjaga.”

Salam HIKers,
Tuhan
memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0




NB:
MOM - Mary Our Mother - Maria Ibu Kita Semua.
Holy Feast "HUT" Bunda Maria.
Selasa 8 Sept 2015
18.00 - 20.00.
MAP - Misa Adorasi Prosesi Mawar.
@Gereja St Yohanes Bosco Sunter Jakarta.
Datangah dan kamu akan melihat NYA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar