Ads 468x60px

Minggu 15 November 2015

Hari Minggu Biasa XXXIII B
Dan 12:1-3; Ibr. 10:11-14.18; Mrk 13:24-32

Hidup Dalam Perspektif Akhir yang Membahagiakan
13:24 "Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya 13:25 dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang. 13:26 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 13:27 Dan pada waktu itu pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit. 13:28 Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. 13:29 Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. 13:30 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi. 13:31 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. 13:32 Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja."


Renungan :

01. Berbeda dengan Injil Mateus dan Lukas yang mengkaitkan nubuat tentang akhir zaman dengan kehancuran Bait Allah di Yerusalem, Injil Markus menghubungkan kehancuran itu dengan saat penyelamatan bangsa terpilih yang ditandai dengan kedatangan Anak Manusia.
Secara konkret nubuat itu terpenuhi dengan kebangkitan Kristus dan kehadiran-Nya yang penuh kemuliaan dan kuasa di dalam Gereja maupun dalam sejarah kehidupan manusia. Fenomena kosmis yang dahsyat dan menakutkan dalam ay. 24-27 merupakan bahasa kiasan yang dipakai oleh para nabi Perjanjian Lama (misalnya Yes 13:10; 34:4; Yoel 3:1-5; Yeh 32:7-8; Yer 32:37) untuk menggambarkan campur tangan Allah dalam sejarah manusia, yakni Allah akan merombak dunia lama yang berdosa menjadi langit dan bumi yang baru. Allah membangun tata dunia yang baru. Peristiwa Pentakosta pun (Kis 2:14-40) dengan mengutip Yoel 3:1-5 dimaknai sebagai akhir zaman dan mulailah zaman yang baru. Akhir zaman itu ditandai dengan kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan dan juga kemenangan serta kemuliaan para kudus yakni umat terpilih. Tidak ada indikasi bahwa gambaran kekacauan atau kehancuran semesta yang menandai akhir zaman itu mesti dimaknai atau ditafsirkan secara harafiah. Dalam kotbah tentang akhir zaman, Markus tidak menyebut tentang kekalahan setan, pengadilan terakhir dan kebangkitan semua orang mati.


02. Dalam ay. 26 Markus mengutip Kitab Daniel 7:13-14, “Aku, Daniel, melihat dalam penglihatan waktu malam: Nampak seorang seperti anak manusia datang dari langit bersama awan-gemawan. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya, dan diantar ke hadapan-Nya. Kepada yang serupa anak manusia itu diserahkan kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja. Dan segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya takkan binasa”.

Teks ini pun tidak boleh dimengerti secara harafiah. Teks ini secara simbolis menggambarkan zaman Allah dalam sejarah manusia yang ditandai dengan kedaulatan Anak Manusia di surga. Dia tidak turun dari surga ke dunia, tetapi “menghadap” Allah untuk menerima mahkota dan kekuasaan, ditahtakan sebagai raja di surga. Bila manusia dengan tekun dan setia menjadi pelaksana kehendak Allah, mengabdi Sang Anak Manusia, manusia juga akan diilahikan, dipulihkan kembali martabatnya sebagai gambar dan rupa Allah, mengalami kemuliaan kekal bersama-Nya di surga.


03. Setelah menggambarkan malapetaka yang akan terjadi menjelang hancurnya bait Allah di Yerusalam serta kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya, kotbah mengenai eskatologi diakhiri dengan dua pengajaran yakni pertama penegasan bahwa semua yang telah diramalkan itu akan segera terjadi, dalam waktu yang sangat dekat dan digambarkan dengan perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas; dan kedua penegasan bahwa tidak seorang pun mengetahui kapan peristiwa itu akan terjadi dan digambarkan dengan perumpamaan tentang penjaga pintu (ay. 33-37).
Dengan perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas Yesus mengajarkan bahwa seperti tumbuhnya tunas pada pohon ara itu menandakan datangnya musim panas demikian pula kehancuran Bait Allah menjadi tanda bahwa kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya akan segera terjadi. Kalau dalam ay. 5-27 dibicarakan mengenai tanda-tanda yang mendahului hancurnya Bait Allah, dalam ay. 30 dibahas tentang saat kehancuran itu terjadi, yakni di zaman generasi Gereja Perdana, “Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi” (ay.30). Namun dalam ayat berikutnya (ay. 32) unsur “dekat” atau “segera” itu direlativir dengan pernyataan bahwa kapan persisnya peristiwa itu terjadi tidak ada yang tahu. Yang khas dalam Injil Markus adalah pernyataan bahwa Putra pun tidak tahu kapan peristiwa itu akan terjadi. Para ekseget sepakat bahwa Sabda itu merupakan ipsisima verba, Sabda yang secara historis diucapkan oleh Yesus tanpa campur tangan redaksional Markus.


04. Kehancuran Bait Allah di Yerusalem yang terjadi sekitar th. 70 bagi orang Yahudi saleh merupakan sebuah malapetaka yang dahsyat dan dalam arti tertentu merupakan akhir dari “dunia” mereka karena Bait Allah merupakan identitas sekaligus pusat dan jantung kehidupan Yudaisme.
Kehancuran Bait Allah berarti runtuhnya Yudaisme. Namun dengan kehancuran Yerusalem itu justru menyebabkan munculnya Yerusalem yang baru (lih. Why 3:12; 21:2). Kehancuran Bait Allah di Yerusalem itu pun bagian dari kehendak Tuhan, “Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia” (Mrk 14:58). Bait Allah Yerusalem memang hancur sama seperti tubuh Kristus yang mati pada hari Jum’at Agung. Namun sebagaimana Yesus bangkit pada hari ketiga, demikian pula pada akhir dunia, kita akan melihat tempat kudus baru, Yerusalem baru yang turun dari surga. Di Yerusalem baru itulah Kristus meraja dengan mulia. Dan berpusat pada Tubuh dan Darah-Nya itu dikumpulkan-Nya umat yang baru, terbentuklah persaudaraan baru, masyarakat baru, dunia baru.


05. Sepanjang sejarah begitu banyak orang meramalkan hari dan tanggal terjadinya kiamat. Ramalan terakhir menyatakan bahwa pada tanggal 21 Desember 2012 yang lalu dunia akan kiamat. Ramalan itu berdasarkan perhitungan kalender suku Maya, sekelompok suku kuno yang telah punah dan pernah tinggal di Amerika Tengah (hidup sekitar tahun 250 – 800). Suku ini dianggap mempunyai kecerdasan dan peradaban yang sangat maju pada zamannya.

Meskipun semua ramalan yang dibuat oleh manusia tidak ada satupun yang terbukti kebenarannya dan Yesus sendiri juga memilih untuk tidak mengatakan kapan akhir zaman akan terjadi tetapi manusia masih selalu berusaha menebak dan berspekulasi tentang hal itu. Dan anehnya selalu saja ada yang percaya terhadap ramalan itu. Mengapa? Sebenarnya hati kita itu begitu resah, gelisah, galau dan takut menghadapi pelbagai macam keadaan yang rasa-rasanya tidak bertambah baik tetapi malah semakin memburuk. Hidup semakin sulit, semakin jauh dari harapan akan masa depan yang cerah. Keadaan semakin kacau balau. Ketidakpastian akan masa depan membuat gamang menjalani hidup. Nampaknya kejahatan lebih dominan, sulit dikendalikan dan sepertinya bahkan dapat mengalahkan kebaikan. Ketidakberdayaan itu menimbulkan keputusasaan.

Dalam keputusasaan itu rasa perasaan dan nalar tidak dapat berjalan seimbang. Karena tidak tahu pasti kapan beban kehidupan ini akan berakhir dan tidak ada penjelasan yang memadai untuk berbagai macam masalah yang harus dihadapi maka muncullah imaginasi tentang kehancuran. Imaginasi itu dianggap sesuai dengan tanda-tanda akhir zaman yang ada dalam Kitab Suci yang juga bercerita mengenai kehancuran kosmis (yang dipahami secara harafiah!). Akibatnya muncullah berbagai macam spekulasi tentang adanya tanda-tanda akan datangnya akhir zaman dan kapan terjadinya kiamat. Untuk mereka yang merasakan kesesakan karena terhimpit beban kehidupan yang berat dan tidak tahu kapan akan berakhir, harapan bahwa akhir zaman itu akan segera terjadi cukup kuat. Karena itu setiap kali ada spekulasi akan datangnya hari kiamat banyak yang mempercayainya.


06. Dalam tradisi Jawa dikenal ramalan tentang akhir zaman yang disebut ramalan Jayabaya. Jayabaya adalah Raja Kediri (1135-1159) yang diyakini sebagai titisan dewa Wishnu. Dikisahkan dalam Serat Jayabaya Musarar, bahwa Jayabaya berguru pada seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen. Dari ulama tersebut, Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat. Dari nama guru Jayabaya itu nampaknya serat itu ditulis pada zaman berkembangnya Islam di Pulau Jawa. Tidak diketahui siapa penulisnya tetapi diyakini secara umum bahwa ramalan itu berasal dari ucapan Prabu Jayabaya.

Ramalan itu ditulis dalam bentuk tembang yang terdiri atas 21 pupuh Asmaradana, 29 pupuh Sinom, dan 8 pupuh Dhandanggulo. Dalam ramalan itu, zaman ini dibagi dalam 3 periode, masing-masing berlangsung selama 700 tahun, yaitu Zaman Permulaan (Kali-swara, 0-700), Zaman Pertengahan (Kali-yoga, 701-1400) dan Zaman Akhir (Kali-sangara 1401-2100). Sebelum kiamat pada tahun 2100 itu akan muncul seorang Satria Piningit, yang digambarkan sebagai Tunjung Putih Semune Pudhak Sinumpet (seorang berhati suci, masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan). Tokoh inilah yang akan membawa tanah Jawa mengalami zaman keemasan, kejayaan dan kesejahteraan. Zaman yang gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja.


07. Sebenarnya Yesus sendiri menegaskan, bahwa yang penting bukan tahu kapan terjadinya hari kiamat, tetapi bagaimana kita mencakrawalai hidup dengan harapan akan akhir yang membahagiakan, karena itu "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”. (Luk 21:34).

Mencakrawalai hidup dengan harapan akan akhir yang membahagiakan secara konkret berarti menjalaninya dengan kesadaran dan kewaspadaan, dengan berjaga-jaga dan berdoa, eling lan waspada, dengan selalu melakukan dan memberi yang terbaik, dengan ikhlas dan syukur. Apapun yang terjadi dalam sejarah kehidupan ini kita tidak perlu takut menghadapinya. Semua peristiwa kehidupan dapat terjadi karena kehendak Allah. Semua ada dalam kuasa-Nya karena Dialah Penguasa sejarah. Dialah yang akan menyelesaikan sejarah kehidupan manusia. Seluruh semesta berasal dari Allah dan bergerak menuju kepada Allah. Selama kita selalu berjalan dengan-Nya tidak ada hal yang perlu ditakutkan.

Bersama St. Paulus kita yakin sepenuhnya bahwa “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil 1:6). Marilah kita pergunakan waktu yang diberikan oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya, selalu berusaha menjadi pelaksana kehendak Allah, sehingga pada saat Yesus datang kembali, kita didapati-Nya melaksanakan tugas dengan setia dan Ia akan berkata “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25:23).


08. Seorang penulis terkenal, Joseph Addison, menuliskan refleksinya tentang kematian. Di hadapan fakta kematian semua peristiwa kehidupan dengan segala suka dan dukanya menjadi relatif :
“Ketika aku melihat makam orang-orang besar, semua ambisi dan rasa iri akan keberuntungan mereka tiba-tiba hilang lenyap. Ketika membaca tulisan-tulisan di atas batu nisan para selebritis cantik dan terkenal, semua gejolak nafsu dan keinginan yang berlebihan, tak teratur dan tak terkendali menjadi sirna. Ketika menyaksikan orang-orang yang menangis sedih di atas kuburan orang-orang yang dicintai, hatiku luluh oleh rasa iba. Tetapi apakah kesedihan itu bukan sebuah kesia-siaan karena tidak akan mengubah “garising pepesthen”?

Memang kita tidak bisa memilih kehilangan. Kita bisa kehilangan siapa saja, apa saja dan kapan saja. Namun rasa kehilangan hanya akan dirasakan oleh orang yang “memiliki” dan “melekat”. Di saat memandangi makam para raja dan pemimpin politik yang terbaring di dekat para lawan politik yang menjatuhkan mereka, aku mengagumi kematian. Ternyata hanya kematianlah yang mampu mengakhiri semua perbedaan, mengakhiri persaingan, konflik dan permusuhan, membongkar sekat-sekat, pengelompokan dan penggolongan. Ketika membaca tanggal-tanggal yang tertulis di batu nisan, aku tahu ada yang meninggal kemarin, ada yang setahun lalu tetapi ada juga yang sudah dipanggil Tuhan seratus tahun yang lalu. Aku yakin kita hanya mempunyai satu Hari Agung ketika kita semua menjadi orang sezaman dan tampil bersama-sama di hadapan-Nya”.


09. Kita baru saja berduka dengan wafatnya Mgr. Yohanes Pujasumarto, Uskup Keuskupan Agung Semarang. Beliau menjadi contoh seorang yang mencakrawalai kehidupan dengan harapan akan akhir yang membahagiakan. Dalam tugas penggembalaan sebagai Uskup, beliau menghidupi semangat pengorbanan burung Pelican yang menjadi simbol yang terpateri dalam tongkat kegembalaan Keuskupan Agung Semarang.

Dalam tongkat kegembalaan itu dilukiskan gambar burung Pelican yang memberikan dirinya menjadi makanan bagi anak-anaknya. Seluruh hidup beliau terserap habis untuk tugas penggembalaan. Bahkan ketika diketahui mempunyai penyakit yang sangat berbahaya dan serius, beliau tetap melaksanakan tugas kegembalaannya dengan penuh semangat. Beliau ingin menjalani proses pengobatan sebagaimana dijalani oleh orang biasa yakni di dalam negeri.

Bersama St. Paulus beliau bisa berseru, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan," (2 Tim 4:7-8). Sekarang Sang Pelican itu sudah terbang tinggi menghadap Sang Pencipta Kehidupan. Kepada kita diwariskan ketekunan dalam pelayanan, semangat dalam pengorbanan dan pemberian diri yang utuh dan penuh, persaudaraan yang hangat.

Sugeng tindak Bapak Uskup. Nyuwun sembahyangan lan pangestunipun supados saged nglajengaken anggen kula ngabdi Gusti lan sesami ing Pasamuwan Dalem.
Berkah Dalem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar