Ads 468x60px

Minggu 03 Januari 2016

Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani)
Yes 60:1-6;Mzm 72:1-2,7-8,10-11,12-13; Ef 3:2-3a,5-6; Mat 2:1-12


"Stella Aeterna - Bintang Abadi." 
Inilah salah satu karakter ilahi dari pribadi Yesus yang kehadirannya selalu mencerahkan-meneduhkan dan menghangatkan. Sinarnya menyatukan para gembala yang bersahaja dengan para majus yang bijaksana. Kasihnya mengajak orang yang jauh menjadi dekat, untuk sama-sama datang dan bersembah sujud kepadaNya.


Pastinya, dengan merayakan Hari Raya Natal dan Epifani (sekarang Hari Raya Penampakan Tuhan), kita pun patut sadar akan kewajiban kita untuk datang dan bersembah sujud kepada Kristus melalui doa, sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta korban.

Dengan kata lain: Kita diajak memiliki 3 poros untuk belajar menjadi "bintang", antara lain:

1.Berusaha:
Seperti para majus yang pergi dari Timur ke Yerusalem, kitapun juga diajak untuk selalu berusaha, hidup dalam pola "meninggalkan", lepas dari ketakutan masa lampau dan masa depan.

2.Bersukacita:
Kita yakin bahwa Allah selalu menyertai kita. Itu juga yang dialami para majus yang disertai Bintang Betlehem. Hati mereka penuh dengan syukur ketika menemukan Yesus dengan perantaraan bintang yang tersamar.

3.Berbagi:
"Burung tekukur burung rajawali - tiada syukur tanpa berpeduli!" 
Jelasnya, buah orang yang bersyukur adalah lebih mudah berpeduli, tidak cuek bebek tapi mau memberikan "harta/talenta"nya kepada orang banyak. Marilah kita terus tinggal dalam sembah sujud; dan kepada Dia, yang guna menyelamatkan kita, merendahkan Diri hingga ke tingkat kemiskinan yang begitu rupa dengan menerima tubuh kita, marilah kita berbagi dan mempersembahkan tidak hanya kemenyan, emas dan mur, melainkan juga berbagi persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat dilihat dengan mata.

"Dari Pasar Baru ke Kramat Jati – Selamat tahun baru, Tuhan Yesus memberkati.”

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0


NB:

1. "Ad astra per aspera - Sampai ke bintang dengan jerih payah."
Inilah motto negara bagian Kansas di Amerika yang juga menjadi tema pokok pada Hari Raya Penampakan Tuhan (Efifani) dan kalimat penutup pada salah satu buku saya, "FX - Sketsa Walikota Surakarta".

Pastinya, setelah natal, para majus (Kaspar Baltasar Melkhior) datang ke Yerusalem dan bertanya-tanya, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia” ("ex oriente lux - cahaya itu datang dari timur").

Jelaslah bahwa Yesus datang sebagai "Bintang" dan kitapun diajak belajar menjadi "bintang bintang kecil" bagi dunia. Mengacu pada dunia harian kita, ada pelbagai bintang: bintang film sampai bintang iklan, bir bintang, bintang tujuh, bintang laut dll, yang pasti itu sebabnya Apollo 13 bermotto "ex astris scientia - dari bintang datanglah pengetahuan".
Adapun 3 sikap dasar dari bintang, al:

A. "Universal": 
Bintang bersinar untuk semua orang tanpa pandang bulu. Ia tidak diskriminatif. Cahayanya terbuka: tidak eksklusif tapi inklusif. Karya keselamatan Allah juga berlaku universal, melebar dan menyebar untuk semua. Dengan kata lain: Kita diajak menjadi orang yang tanggap jaman, yang tidak pilih kasih tapi siap ber-dialog kasih bagi semua.

B."Integral": 
Bintang bersinar dengan utuh-penuh dan menyeluruh. Setiap malam selalu berkelap kelip. Ia memantulkan dan membagikan sinarnya 100% dengan sepenuh hati, tidak peduli diabaikan/ditinggalkan, dipergunjingkan/dilupakan. Eksistensinya jelas: hadir dan mengalir, berbagi dan peduli. Dengan kata lain: Aku berbagi (cahaya) maka aku ada. Sudahkah?

C."Inspirasional": 
Bintang selalu meng-inspirasi banyak orang. Banyak lagu-drama-prosa+puisi bicara soal bintang: dari lagu "bintang kecil" sampai seabrek ramalan bintang dan lain-lain. Kehadirannya selalu membawa "enlightenment", pencerahan bagi dunia. Kita juga diajak menjadi inspirasi (Lat: "in-spirit": dalam ROH) bagi dunia, mencerahkan dan menyegarkan dunia dengan warna warni kasih dan kebaikan.

"Cari senar di Taman Sari - Mari bersinar setiap hari."



2. “Lumen Gentium - Cahaya Para Bangsa”.
Itulah pesan pada Hari Raya Epifani bahwa para majus datang untuk menyembah Kristus, “Cahaya Para Bangsa”. Yang pasti, bersama 3 majus, kita juga diajak menjadi “lumen gentium”, dg 3 pola dasar, antara lain:

A.”CA”ri Tuhan: 
Dalam tradisi Eropa, mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Dalam “Excerpta et Collectanea” yang ditulis St.Beda: “Para majus, al: Melkior, orang tua berambut putih berjenggot panjang (dari Asia); Kaspar, orang muda tanpa jenggot dan kulitnya kemerah-merahan (dari Eropa); Baltasar, berkulit hitamdan berjenggot lebat (dari Afrika). Mereka datang dari negeri yg jauh dan menggunakan keahliannya untuk mencari Tuhan. Sudahkah kita gunakan keahlian/talenta sebagai sarana untuk mencari Tuhan?

B.”HA”dapi cobaan: 
Suatu kutipan dari penanggalan orang kudus abad pertengahan: “Setelah mengalami banyak cobaan dan kelelahan, ke-3 Majus bertemu di Sewa pada tahun 54 untuk merayakan Natal. Lalu, setelah Misa Natal, mereka wafat: Melkior pada 1 Januari (usia 116 thn); Baltasar pada 6 Jan (112 thn); Kaspar pada 11 Jan (109 thn). Walau kadang kita "lelah": dilukai, dijatuhkan, dikorbankan da dikambinghitamkan, maukah kitaselalu tegar dan tetap berbagi sinar kasih bagi banyak orang?

C.”YA”kini iman: 
Kunjungan para majus telah menggenapi nubuat KSPL (Bil 24:17, Maz 72: 10-11, Yes 60:6). Dan, meski masih banyak misteri tentang orang majus, Gereja selalumenghormati sembah sujud mereka sebagai penghayatan dalam ekaristi dan adorasi: Mereka ber-“adoro te devote” dengan membawa 3 gift, al: emas/Ia adalah raja “yg memimpin”; kemenyan/imam “yg menguduskan”; mur-balsam makam/nabi “yang mewartakan”. Bukankah sejak dibaptis, kita juga diajak menjadi raja, imam dan nabi? Pastinya, seperti 3 majus yang pulang lewat "jalan baru" setelah berjumpa dengan Yesus, kita juga diajak untuk selalu mau lahir dan menapaki jalan hidup yang baru. Ya, seperti kata St. Gregorius Nazianze, “Marilah kita persembahkan tidak cuma kemenyan, emas dan mur tapi juga persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat dilihat dengan mata!

“Ada Dullah ada Alya, Jadikanlah hidup kita selalu bercahaya."


3.Pesta Penampakan Tuhan: "Mereka berlutut dan memuji Yesus" 
Chromatius: Mengungkap Keilahian Kristus yang mulia.
"Marilah memperingati betapa jayanya kemuliaan yang hadir dalam diri sang Raja setelah dilahirkan, setelah para majus yang dalam perjalanannya patuh mengikuti bintang yang berinar. Para majus segera berlutut dan memuji Dia yang dilahirkan sebagai Tuhan. Dalam palungan-Nya mereka memuliakan-Nya dengan persembahan, meski Yesus adalah bayi yang masih menangis dalam gendongan ibu-Nya.

Dengan mata fisik, mereka melihat satu hal, namun mereka juga melihat hal lain dengan mata hati mereka. Mereka memandang kerendahan hati yang diambil-Nya dalam rupa seorang bayi, tetapi kejayaan keilahian-Nya telah dimanifestasikan juga mereka lihat. Mereka melihat seorang anak laki-laki, tetapi Dialah Tuhan yang dipuja. Sangat tidak terperikan misteri kemuliaan ilahi-Nya! Allah yang tak kasat mata dan abadi tidak segan mengambil rupa seorang manusia untuk kita. Putera Allah, yakni Allah alam semesta, lahir dalam rupa manusia. Dia memperkenankan dirinya lahir di palungan, sehingga surga berada dalam palungan tersebut. Dia berada dalam buaian; buaian yang tidak dapat digenggam dunia. Dia didengar dalam bentuk tangisan bayi. Dialah persona yang sama yang mengatakan bahwa seluruh dunia akan berguncang pada saat sengsara-Nya.
Maka Dialah, Allah yang mulia dan Tuhan yang agung, yang dilihat sebagai bayi yang mungil oleh para orang majus. Dialah yang selama masih kecil adalah benar-benar Allah dan Raja abadi. Bagi-Nya, Yesaya menubuatkan, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putera telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya (Yes 9:6)"." 

(Trattato sul vangelo di Matteo 5:1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar