Ads 468x60px

Jumat 19 Februari 2016

Pekan Prapaskah I
Hari Pantang

Yeh 18:21-28; Mzm 130:1-2.3-4ab.4c-6.7-8; Mat 5:20-26



"δικαιοσυνη - diakosune-kebenaran."
Inilah kata Yunani yang mengartikan istilah 'hidup keagamaan' dimana orang kristiani diajak hidup sebagai "orang benar."

Yesus mengharapkan bahwa "hidup keagamaan" (kebenaran) kita haruslah lebih benar daripada "hidup keagamaan" ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang kerap melupakan inti hukum Taurat.

Kebenaran ala orang Farisi dan ahli Taurat hanya bersifat lahiriah dengan mentaati banyak aturan tapi tidak punya kasih yang berpola salib (vertikal kepada Tuhan dan hortisontal pada sesama).

Mereka tampaknya memuliakan Allah dengan bibir, sedangkan nyatanya hati mereka jauh daripada Dia; dari luar tampaknya benar, tetapi hatinya sama sekali tidak mengasihi Allah.
Jelasnya, motivasi mereka untuk menaati Allah tidak bersumber dari iman yang "asli": hidup dan tulus tapi iman yang "palsu": mati dan penuh akal bulus(Mat 6:1-7; Yoh 14:21).
Disinilah, Yesus mengatakan bahwa kebenaran yang dikehendakiNya adalah yang bukan sekedar tindakan lahiriah/formalitas belaka tapi harus selaras dengan hidup yang berkualitas, dimana doa-ucapan dan karya nyata kita penuh dengan “hik”, harapan iman dan kasih kepada sesama.

Di lain segi, kita diajak untuk menghidupi "hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan" (Yak 1:25),
"hukum utama" (Yak 2:8),
"hukum Kristus" (Gal 6:2) dan
"hukum Roh" (Roma 8:2)
dimana harapan keselamatan itu terpadu antara iman+perbuatan kasih kepada sesama dimana perbuatan kasih itu menjadi wujud syukur dan kesaksian sebagai orang beriman (Yak 2:17).

"Dari Matraman ke Pangkalan Jati- Jadilah orang beriman yang sejati."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0



NB:

1."Homo homini lupus - Manusia adalah serigala bagi sesamanya!"
Inilah kenyataan yang kadang terjadi di negara kita yang katanya beragama. Kita senang melihat setiap jumat: banyak mesjid penuh, setiap minggu: pelbagai gereja hiruk pikuk oleh pelbagai ritus dan kultus keagamaan. Tapi kita juga gamang melihat di balik kemegahan perayaan keagamaan: yang suka ke gereja tapi malas kerja, yang suka berkata halus ternyata penuh akal bulus, yang suka sholat tapi suka menghojat, yang bawa kitab suci ternyata juga getol korupsi, yang suka bicara pelayanan tapi malahan penuh dengan skandal dan ke-irihati-an.

Jelaslah bahwa "sensus fidelium/citarasa iman" kerap kalah oleh "sense of markets/citarasa pasar", dimana beragama tidak menjamin orang menjadi beriman, karena beragama kadang penuh dengan "tata lahiriah" sedangkan beriman lebih pada "tata laku": cara pikir dan cara hidup.

Mengacu pada bacaan injil hari ini, Yesus berkata: "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Disinilah, kita diajak untuk jujur melihat dan menelanjangi seperti apa kualitas iman kita sebagai orang beragama selama ini, jangan-jangan agama hanya menjadi kosmetik belaka, karena kita sibuk dengan tampilan lahiriah dan permukaan saja. Adapun 3 mentalitas buruk yg kadang dibuat org farisi dan ahli taurat yang juga kadang kita buat, antara lain:

A."Tomat - sekarang TObat besok kumat": 
Kita menjadi pribadi yang labil, yang terus suka berkubang dalam kegelapan dosa dan tidak tegas bertobat secara total.

B."Dele - esuk DEle sore tempe lambe domble mencla mencLE": 
Kita tidak bisa menjadi orang yang berkomitmen dan mudah berdusta demi kepentingan sendiri.

C."Blangkon - Bisa kotBah tidak bisa nglakoni": 
Kualitas hidup kita hanya pada perkataan tapi tidak dalam kenyataan. Ini bisa terjadi ketika iman terpisah dari hidup harian, kita hanya sibuk berkata-kata baik tapi lupa untuk menjadi orang yang benar-benar baik. Bertobatlah!

"Cari baju di Pasar Semanan - Mari maju sebagai orang beriman."


2.Providentia divina – Penyelenggaraan Ilahi”.
Bersama dengan datangnya hari Jumat (“Hari Tobat” dan “Hari Pantang”), saya terkenang ketika saya berkarya di Paroki St Maria Fatima Sragen di Kevikepan Surakarta, kadang sehabis mempersembahkan misa harian, saya diajak menyantap seporsi soto kwali (“kwalitas ilahi - quales dives”).

Nah, tiga syarat mendasar yang diajukan Yesus supaya kita juga bisa menyadari penyelenggaraan ilahi sekaligus memiliki kualitas ilahi, al:

A.Integritas: Keutuhan
Hari ini, Yesus berkata: "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga!" Ya, bukankah orang Farisi dan ahli Taurat (yang terkenal sebagai orang yang taat dan tertib dalam hukum Taurat), cenderung merasa diri paling benar dan suci sehingga mudah merendahkan dan memandang buruk orang lain, bahkan selalu mencari-cari kesalahan orang lain (Mat 12:10; Mrk 12:13-17)?

Pastinya, kecakapan budi tidak menjamin keutuhan hati dan kebijaksanaan diri. Ibadat dan pengetahuan suci tidak menjamin kita menjadi benar-benar suci. Disinilah, kita diajak untuk beriman secara penuh-utuh dan menyeluruh, menyeimbangkan hidup doa dan karya, studi dan tugas mengabdi secara integral, dimana hidup doanya menjadi dasar dalam semua hidup karya, dan hidup karya menjadi buah-buah nyata dari hidup doanya.

B.Sanctitas: Kesucian
Seperti Yesus yang mengajak kita untuk selalu hidup suci dan berdamai dengan sesama sebelum berdoa kepada Tuhan, kita juga dipanggil untuk hidup suci

C.Veritas: Kebenaran
Yesus pernah mengatakan dirinya sebagai “Via Veritas Vita-Jalan Kebenaran dan Hidup”, bukan? Nah,kitapun juga diajak mewartakan kebenaran ilahi.
“Cari angsa di Pasar Baru - Kalahkan dosa dengan hati yang baru.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui (@RomoJostKokoh).


3.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi
a.Sabtu 20 Febr 2016
08.00 - 12.00
@ Aula SD Theresia Jkt


b.Sabtu 20 Febr 2016
13.00 - 17.00
@ Gereja Maria Kusuma Karmel (MKK) Jkt
Feat: Edward Chen dkk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar