Ads 468x60px

ANTOLOGI RENUNGAN MARIA (A)


ANTOLOGI RENUNGAN MARIA (A)
@ TTM - TRIBUTE TO MARY
1.
"Rosario" – Roh Allah sadarkan rapuhnya iman orang.
Ratu Rosari Ratu terkudus
Bunda melahirkan Tuhanku Yesus
Di muka tahtamu anakmu berseru
Doakan kami, Maria
Doakan kami, Maria.
Ratu Rosari Ratu tersuci
kami anakmu bermadah memuji.
nyanyian pujian
madah pengharapan
Lindungi kami Maria
Lindungi kami Maria.
Ratu Rosari Ratu penyayang
harapan kami di dalam bahaya
Lihatlah putramu,
yang mohon padamu
Doakan kami, Maria
Doakan kami, Maria.
Berdoalah Rosario setiap hari... Berdoa, berdoalah sesering mungkin dan persembahkanlah silih bagi para pendosa... Akulah Ratu Rosario... Pada akhirnya Hatiku yang Tak Bernoda akan menang." Itulah salah satu pesan Bunda Maria dalam penampakan kepada anak-anak di Fatima.
Bicara soal bulan Rosario, pada tanggal 7 Oktober 1571 terjadi suatu pertempuran armada laut yang dahsyat di Laut Tengah, dekat pantai Yunani. Tempat itu disebut Lepanto. Turki memiliki angkatan laut yang paling kuat di bawah pimpinan Halifasha. Sebelum pertempuran ini, Turki telah menyerang semua pelabuhan Katolik di Eropa. Paus Pius V yang pada waktu itu duduk di Tahta St. Petrus di Roma menyerukan supaya semua orang Katolik di Eropa bersatu dan bertahan terhadap serangan armada Halifasha. Kemudian Paus menunjuk Don Yuan dari Austria menjadi komandan armada gabungan Eropa yang akan menghadapi armada Turki.
Don Yuan terkenal memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria. Ketika tentara Katolik naik ke kapal untuk diberangkatkan ke medan perang, mereka masing-masing diberi rosario di tangan kanan, sementara tangan kiri mereka memegang senjata. Paus yang menyadari armada ini tidak ada artinya dibandingkan dengan armada Turki yang jumlahnya tiga kali lipat, meminta agar seluruh penduduk Eropa berdoa rosario. Di mana-mana orang berdoa rosario selama 24 jam terus-menerus.
7 Oktober 1571 pukul 11.30 kedua armada itu mulai bertempur dengan dahsyat hingga baru berakhir keesokan harinya pukul 5.30 sore. Mukjizat terjadi di sana. Ketika pertempuran sedang berlangsung sengit, tiba-tiba angin berubah arah sehingga menguntungkan pihak armada Katolik. Armada Turki berhasil dikalahkan. Halifasha mati terbunuh. Karena kemenangan rosario ini, maka tanggal 7 Oktober ditetapkan sebagai Hari Raya Rosario.
Rosario sendiri berarti "Mahkota Mawar". Bunda Maria menyatakan kepada beberapa orang bahwa setiap kali mereka mendaraskan satu Salam Maria, mereka memberinya sekuntum mawar yang indah dan setiap mendaraskan Rosario secara lengkap mereka memberinya sebuah mahkota mawar. Rosario dianggap sebagai doa yang sempurna karena di dalamnya terkandung warta keselamatan yang mengagumkan.
Bagi saya sendiri, Rosario berarti: ”Roh Allah sadarkan rapuhnya iman orang.” Karena, sesungguhnya, dengan Rosario kita diajak merenungkan juga menyadari peristiwa-peristiwa gembira, sedih dan mulia dalam kehidupan Yesus dan Maria, juga dalam hidup kita yang jelas-jelas rapuh. Rosario sekaligus adalah doa yang sederhana, sangat sederhana seperti Maria. Rosario adalah doa yang dapat kita doakan bersama dengan Bunda Maria dan setiap kerapuhan serta pergulatan iman kita. Saya kadang bahkan mendoakan Rosario dengan menggunakan jari-jari tangan sambil berjalan, entah ketika mendaki gunung atau ketika ada di sebuah terminal.
Yang pasti, di setiap penampakan, kerap Maria meminta kita untuk mendaraskan Rosario sebagai senjata ampuh melawan kejahatan yang ada di tengah kerapuhan hidup kita. Memang, tampaknya, Rosario hanyalah doa yang diulang-ulang, tapi di balik itu kita dapat memperoleh rahmat yang besar untuk sadarkan diri sehingga kita tergerak untuk menghasilkan pertobatan.
Adapun salah satu ciri doa yang baik adalah kalau doa itu membuat kita menjadi semakin sederhana di hadapan Tuhan, tidak muluk-muluk dalam kata-kata, tapi juga tidak bertele-tele dalam nalar. Dan, itulah yang dapat ditemukan dalam doa rosario. Bisa didoakan sambil berjalan di pegunungan, bisa sambil duduk di sebuah angkutan, cukup dengan menggunakan 10 jari tangan kita.
Sejarah doa Rosario sendiri dimulai pada abad pertengahan, ketika itu banyak biarawan monastik yang tidak mampu berbahasa Latin, sehingga mereka kesulitan mengikuti doa offisi (mendaraskan mazmur). Maka mereka mengganti doa offisi dengan mendaraskan 150 kali doa Bapa Kami (mengacu pada Katekismus Katolik, no.2678, dalam kesalehan Barat selama Abad Pertengahan, muncullah Doa Rosario sebagai pengganti populer untuk ibadat harian).
Doa Rosario ini sendiri diwariskan kepada Gereja, terlebih oleh St. Dominikus, pendiri Ordo Para Pengkotbah, yang menerimanya langsung dari Bunda Perawan Terberkati sebagai sarana yang ampuh untuk mempertobatkan kaum bidaah Albigensia dan pendosa-pendosa lainnya (kisah ini sendiri ditemukan di dalam buku termasyhur Beato Alan de la Roche berjudul De Dignitate Psalterii).
Kemudian pada abad XV, doa rosario makin dikenal dimana-mana seiring dengan ditemukannya mesin cetak. Buku kecil yang dicetak di Ulm (Jerman) tahun 1483 menganjurkan tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima lukisan tersendiri, yaitu 5 sukacita Maria, 5 penumpahan darah Yesus dan 5 suka cita Maria setelah kebangkitan Yesus. Jadi Inilah ke-15 peristiwa Rosario yang kita kenal hingga sekarang. Dan daftar ini pun disahkan Paus Pius V ketika menetapkan Rosario sebagai doa yang sah pada tahun 1569.
Pada abad XX, berdasarkan Enskilik Marialis Cultus dari Paus pendahulunya, yang membicarakan tentang Rosario sebagai ringkasan Injil, Paus Yohanes Paulus II (alm) dalam Enskilik Rosarium Virginis Mariae, merasa perlu melengkapi pola baru pada pola rosario yaitu peristiwa Terang (cahaya). Paus mengatakan “Agar Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh, tepatlah ditambahkan renungan tentang peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum antar pembaptisan dan sengsaraNya. Peristiwa-peristiwa baru ini ditempatkan sesudah renungan sekitar inkarnasi dan kehidupan Yesus yang tersembunyi (peristiwa gembira) dan sebelum renungan yang berpusat pada sengsaraNya (peristiwa sedih) dan kenangan akan kebangkitanNya (peristiwa mulia). Jadi penambahan peristiwa baru ini dimaksudkan untuk memberi kesegaran dan untuk mengobarkan minat baru terhadap doa rosario dalam spritualitas Kristiani sebagai jalan lurus menuju lubuk hati Yesus, samudera sukacita dan terang sengsara dan kemuliaan".
Bukan kebetulan pula bahwa Bunda Maria menampakan diri enam kali kepada tiga anak gembala didekat kota Fatima, Portugal antara tanggal 13 Mei dan 13 Oktober 1917. Dalam penampakannya Bunda Maria mengatakan bahwa ia dikirim oleh Allah untuk menyampaikan pesan kepada semua orang bahwa akan ada kesengsaraan besar akibat perang dan kekerasan akan tetapi ia menjanjikan keselamatan bagi orang-orang yang berdoa memohon pertobatan dan pengampunan. Dalam setiap penampakan itu Bunda Maria juga menekankan pentingnya berdoa Rosario setiap hari serta melakukan pertobatan dan pengorbanan. Bunda Maria juga menyampaikan tiga rahasia yang kemudian dikenal sebagai tiga rahasia besar Fatima.
Mengacu pada almarhum Paus Yohanes Paulus II, dalam surat apostolik Rosarium Virginis (15 Oktober 2002), doa rosario adalah juga sekolah doa, sebuah doa yang sederhana tapi banyak memberikan pelajaran iman yang mendalam. Dengan berdoa rosario, kita mengkontemplasikan wajah Yesus Kristus sendiri bersama Maria. Rosario juga mengajak mata batin kita untuk berdoa bersama dengan tahun liturgi Gereja, karena Maria sendiri adalah Bunda Gereja. Sebuah dokumen resmi dari Gereja, yang pertama berbicara soal peran doa rosario, yakni Ensiklik Supremi Apostolatus Officio, yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII. Dikatakan dengan lugas bahwa, doa rosario itu sangat membantu hidup rohani.
Jelas bahwa orang yang biasa berdoa rosario biasanya pula menyebarkan semacam odor sanctitatis, aroma kesucian, karena doa rosario itu adalah doa Yesus Kristus sendiri. Itulah doa Salam Maria yang diulang-ulang seperti mantera. Sebuah doa sederhana tapi banyak berbicara tentang misteri cinta Tuhan.
Ada 6 keistimewaan juga dari doa rosario, al: Doa rosario adalah doa kepada Maria yang menjadi sarana menjalin hubungan personal dengan Maria, Doa rosario adalah doa bersama Maria yang ditujukan kepada Allah, Doa rosario adalah doa bersama Santa Bernadeth Soubirous, Doa rosario bersifat repetisi - jadi bersifat meditatif, Doa rosario berarti kita masuk dalam titik titik penting seluruh karya penyelamatan Allah, dan dalam doa Rosario termuat seluruh isi iman Gereja.
Mengacu pada tradisi Gereja Katolik, terdapat juga 15 janji Bunda Maria bagi mereka yang setia berdoa Rosario, yakni:
1. Mereka yang dengan setia mengabdi padaku dengan mendaraskan Rosario, akan menerima rahmat-rahmat yang berdaya guna.
2. Aku menjanjikan perlindungan istimewa dan rahmat-rahmat terbaik bagi mereka semua yang mendaraskan Rosario.
3. Rosario akan menjadi perisai ampuh melawan neraka. Rosario melenyapkan sifat-sifat buruk, mengurangi dosa dan memenaklukkan kesesatan.
4. Rosario akan menumbuhkan keutamaan-keutamaan dan menghasilkan buah dari perbuatan-perbuatan baik. Rosario akan memperolehkan bagi jiwa belas kasihan melimpah dari Allah, akan menarik jiwa dari cinta akan dunia dan segala kesia-siaannya, serta mengangkatnya untuk mendamba hal-hal abadi. Oh, betapa jiwa-jiwa akan menguduskan diri mereka dengan sarana ini.
5. Jiwa yang mempersembahkan dirinya kepadaku dengan berdoa Rosario tidak akan binasa.
6. Ia yang mendaraskan rosario dengan khusuk, dengan merenungkan misteri-misterinya yang suci, tidak akan dikuasai kemalangan. Tuhan tidak akan menghukumnya dalam keadilan-Nya, ia tidak akan meninggal dunia tanpa persiapan; jika ia tulus hati, ia akan tinggal dalam keadaan rahmat dan layak bagi kehidupan kekal.
7. Mereka yang memiliki devosi sejati kepada Rosario tidak akan meninggal dunia tanpa menerima sakramen-sakramen Gereja.
8. Mereka yang dengan setia mendaraskan Rosario, sepanjang hidup mereka dan pada saat ajal mereka, akan menerima Terang Ilahi dan rahmat Tuhan yang berlimpah; pada saat ajal, mereka akan menikmati ganjaran pada kudus di surga.
9. Aku akan membebaskan mereka, yang setia berdevosi Rosario, dari api penyucian.
10. Putera-puteri Rosario yang setia akan diganjari tingkat kemuliaan yang tinggi di surga.
11. Kalian akan mendapatkan segala yang kalian minta daripadaku dengan mendaraskan Rosario.
12. Aku akan menolong mereka semua yang menganjurkan Rosario Suci dalam segala kebutuhan mereka.
13. Aku mendapatkan janji dari Putra Ilahiku bahwa segenap penganjur Rosario akan mendapat perhatian surgawi secara khusus sepanjang hidup mereka dan pada saat ajal.
14. Mereka semua yang mendaraskan Rosario adalah anak-anakku, saudara dan saudari Putra tunggalku, Yesus Kristus.
15. Devosi kepada Rosarioku merupakan pratanda keselamatan yang luhur.
Ngomong-ngomong, sudahkah anda berdoa Rosario hari ini?
NB:
Dalam gereja Katolik, kita juga mengenal “Salam Maria”, atau dalam bahasa Latin “Ave Maria”. Itu adalah doa tradisional Katolik kepada Maria, bunda Yesus untuk memohonkan perantaraannya.
Doa ini digunakan di kalangan Gereja Katolik Roma dan merupakan dasar dari doa rosario. Doa “Salam Maria” merupakan salah satu doa yang paling populer di dunia. Doa tersebut lebih kurang didoakan sebanyak 2 juta kali sehari dalam segala bahasa dan di seluruh pojok dunia. Sungguh populer bukan? Bahkan St. Hieronimus mengatakan bahwa “kebenaran yang terkandung dalam Salam Maria begitu agung dan luhur, begitu mengagumkan, hingga tak ada manusia atau pun malaikat yang dapat memahami sepenuhnya.”
Selain itu, Salam Maria juga digunakan oleh Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, serta berbagai kelompok lainnya dalam tradisi Katolik, termasuk Anglikan, Katolik Independen dan Katolik Lama. Sebagian denominasi Protestan juga menggunakan doa ini. Kebanyakan dari teks Salam Maria dapat ditemukan dalam Injil Lukas.
Doa ini memadukan dua nas dari Injil Lukas: "Salam Maria, penuh rahmat,Tuhan sertamu; terpujilah engkau di antara wanita" (Lukas 1:28) dan "terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus." (Lukas 1:42). Di Eropa Barat pada pertengahan abad ke-13, doa ini hanya terdiri dari kata-kata ini dengan penambahan nama "Maria" setelah kata "Salam", seperti yang jelas terlihat dari tafsiran St. Tomas Aquinas tentang doa ini. Jelasnya, St. Bernardus dan banyak para kudus lainnya mengatakan bahwa tak pernah sekali pun terdengar pernah terjadi di suatu waktu atau pun tempat bahwa Bunda Maria menolak mendengarkan doa anak-anaknya yang di bumi.
Bahasa Latin:
Ave Maria, gratia plena,
Dominus tecum,
benedicta tu in mulieribus,
et benedictus fructus ventris tui, Jesus.
Sancta Maria, Mater Dei,
ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae.
Amen
Bahasa Inggris:
Hail Mary, full of Grace,
The Lord is with thee;
Blessed art thou among women,
and blessed is the fruit
of thy womb, Jesus.
Holy Mary, Mother of God,
pray for us sinners,
now and at the hour of our death.
Amen.
2.
“Lotis” – Loving, Transforming dan Sharing.
Ketika saya masih belajar di kota Yogyakarta, ada banyak makanan yang saya minati, antara lain: Gudeg Yu Djum di Wijilan, Bakso Bawor di dekat gapura seberang kolam renang UNY, Soto Kadipiro, Bakmi Kadin di Bintaran, Lotek Bu Ning dan teh poci di Tamansiswa, Wirogunan, Gado-gado di Moses Sanata Dharma, juga ada “tongseng asu” di Condong Catur, Mataram dan Kalasan, angkringan di depan Kentungan, pecel di Samirono, lele mangut di Kasihan Bantul, juga ada lotis di dekat Gejayan. Biasanya, saya bersama beberapa frater dari Seminari Kentungan mencari makan ketika ada waktu senggang atau setelah mengurus sebuah acara komunitas bersama rekan-rekan frater lainnya.
Lotis adalah, aneka buah, yang kerap kita kenal dengan nama rujak, potongan buah-buahan yang segar, yang dicocolkan dalam sambal gula merah campur kacang tanah. Ada aneka macamnya. Ada rujak cingur di Surabaya, bumbu rujak di Sunda, rujak Shanghai di Glodok. Artinya, meski berbeda, kita tetap diajak untuk bersatu memperkaya rasa bukan? Seperti Maria yang juga datang memperkaya rasa banyak orang bukan? Dia memperkaya Yusuf suaminya, Yesus puteranya, para murid Yesus sahabatnya, dan banyak orang juga.
Lotis sendiri terdiri atas tiga sikap baik, al: loving, transforming dan sharing.
-Loving:
Sepenggal kisah nyata dari Pulau Galang, terdapatlah sebuah bangunan tua yang sebagian besar terbuat dari kayu. Di atas atap bangunan tersebut tampak sebuah salib kayu. Di bawahnya terdapat gambar Bunda Maria. Di sisi kanan dan kiri terdapat dua jendela yang terkunci rapat. Itulah bangunan Gereja St Maria di Pulau Galang, Kepulauan Riau, yang menjadi jejak kecintaan para pengungsi Vietnam di tengah impitan, putus atas, dan hilang harapan setelah eksodus dari negaranya.
Sedikitnya, 250.000 pengungsi Vietnam pernah tinggal di Pulau Galang yang berjarak sekitar 50 kilometer sebelah selatan Pulau Batam dan hanya sekitar setengah jam perjalanan dari Singapura dengan menggunakan feri. Tidak jauh dari Gereja St Maria juga terdapat Patung Bunda Maria di atas perahu yang dibuat oleh pengungsi Vietnam selama mereka berada di Pulau Galang yang kini bisa ditempuh dengan melalui Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang). Jembatan itu menghubungkan lima pulau dan berakhir di Pulau Galang.
Di areal Gereja St Maria juga terdapat sejumlah patung, diantaranya Patung Bunda Maria yang di bawahnya terdapat bangku, patung seorang pastor yang tengah merangkul dua anak kecil serta sebuah patung Rasul Paulus yang sedang membungkukkan diri.
Gereja St Maria, Patung Bunda Maria, serta patung-patung lainnya merupakan jejak kecintaan para pengungsi Vietnam (boat people) terhadap Tuhan. Di tengah impitan serta kesusahan yang luar biasa, para pengungsi Vietnam yang eksodus dari negerinya setelah jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan kekuasaan Vietnam Utara atau biasa dikenal sebagai Vietkong itu dan akhirnya dikumpulkan di kamp pengungsi di Pulau Galang, tetap menaruh harapan dan kasih mereka kepada Tuhan. Itulah loving!
Kata Paulus, ada trilogi penting bagi orang Kristen; Iman, harapan dan kasih, dan yang terbesar adalah Kasih. Kasih Maria dan kasih Yesus, membuat mukjijat Kana menjadi ada. Kasih mengalirkan kebaikan. Khalil Gibran dalam “Sang Nabi” pun berkata: Saat cinta menuntunmu, ikutlah dengannya walaupun jalan yang harus kau tempuh berliku. Dan saat sayap-sayapnya merangkulmu, serahkanlah seluruh dirimu padanya walaupun pedang-pedang yang ada dibalik sayap-sayap akan melukaimu. Sebagaimana cinta memahkotaimu, ia menyalibmu. Menumbuhkan juga memangkasmu. Saat engkau mencintai jangan katakan Tuhan ada dalam hatiku, tapi ucapkan, aku ada di hati Tuhan.”
-Transforming:
Menemukan Maria dalam kehidupan sehari-hari orang Katolik, akan nampak terlebih dalam bulan Mei dan Oktober sepanjang tahun. Tiada hari tanpa doa Maria dalam kehidupan umat kristiani katolik yang mentradisi dalam iman. Bahkan kadang patung Dewi Maria ditempatkan secara khusus dan diarak dari rumah ke rumah untuk didoakan bersama. Maria sebagai bunda kita yang mempersatukan segala bangsa dalam doa. Bila kita ke Lourdes terdengar lagu Ave Maria dengan berbagai ragam bahasa yang memuji Maria. Tidak hanya lagu Maria yang membuat orang beriman merasa bersatu tapi nampaknya juga lewat kelompok doa di bawah panji Maria, misalnya Legio Maria.
Bapa Suci Yohanes Paulus II begitu mencintai dan menghormati Maria sehingga ia menciptakan “Peristiwa Terang” agar Maria menjadi harum, seperti Kartini harum namanya. Di Medan dibangun gereja yang bagus untuk menghormati Maria, namanya Gereja Maria Annai Velangkanni: Maria yang nampak seperti wanita India. Di Jawa Tengah dibuat arca Maria seperti patung candi yang terbuat dari batu alam. Ada banyak sekolah, yayasan, perkumpulan, lembaga keterampilan, dan organisasi yang berlindung dalam nama Maria. Maria telah masuk ke segala aspek kehidupan. Mengapa? Karena Maria kerap mentransformasi: mengubah hidup banyak orang. Kadang dalam membacakan intensi misa, ada saja umat yang bersyukur atas terkabulnya permohonan lewat doa novena tiga salam maria. Kadang, dalam mendengarkan keluh kesah hidup berkeluarga, ada saja umat yang men-sharingkan hidup doanya menjadi indah dengan doa Rosario.
Dan, ingatlah inti kisah Kana: perubahan air menjadi anggur. Itu semua terjadi lewat perantaraan Maria bukan? Anggur sendiri adalah tanda suka cita dan antusiasme pesta perjamuan perkawinan Yahudi. Maka bagaimana lewat Maria, kita bisa juga belajar menjadi lebih bermutu, bagaimana lebih memberi suka cita. Suatu perubahan dari dalam. Itulah transformasi! Kita bisa belajar dari Tiram: Sebutir pasir terbawa arus masuk ke dalam cangkangnya, melukai dagingnya yang halus dan lembut. Ia tak berdaya melepaskannya. Apa yang dilakukannya? Ia mengeluarkan lendir, membungkus pasir itu, dan setelah berbulan bertahun lewat, sebutir pasir itu telah berubah menjadi mutiara. Mulanya dari sesuatu yang remeh, kecil, menyakitkan, minder, tapi Tuhan mengubah menjadi mutiara indah yang mahal harganya.
-Sharing:
Maria sebagai seorang ibu dan tokoh rohani telah mendapat hati bagi kaum beriman Katolik mulai dari anak-anak sampai orang tua, dari kalangan sederhana sampai kalangan tinggi. Maria telah menjadi ibu Yesus dan ibu kita semua. Sering kita temukan pula di rumah atau di tempat-tempat doa, banyak terdapat patung Bunda Maria. Bahkan aksesori, dan gambar Maria banyak sekali diminati umat Katolik. Maria tidak hanya mendapat hati bagi pencintanya, tetapi juga sudah menjadi nafas kehidupan umat. Doa Salam Maria misalnya telah menjadi doa yang terindah dan selalu didoakan di setiap kepentingan dan permohonan. Maria menjadi manusia beriman yang mencerminkan tipikal umat yang beriman mendalam. Maka kehidupan Maria sebagai gambaran umat dalam mencari dan menemukan keteladanan. Tidak melebih-lebihkan Maria, karena kekagumannya banyak penyair membuat puisi kehormatan, gambar yang indah sebagai madona dan lagu yang populer bagi para penggemarnya. Dan begitu banyak doa Salam Maria beraneka ragam bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari Maria bukan saja jadi model, tetapi bergeser jadi pusat cipta dan kreasi yang menyuburkan inspirasi bagi kehormatan Maria. Hidup Maria menjadi sumber inspirasi yang bila digali tidak pernah habis-habisnya. Gereja selalu menghidupkan peranan Maria lewat doa, novena, dan pembicara dengan nara sumber yang bagus. Banyak orang tersentuh dan merasa digerakkan dan dibangkitkan semangatnya lewat pengalaman hidup bersama Maria. Disinilah jelas, Maria mendapat tempat dalam hidup sehari-hari karena Maria sangat rela berbagi, karena jelaslah, seperti mukjijat di Kana, perubahan air menjadi anggur tidaklah untuk dinikmati panitia pesta sendiri, bukan? Yo.. yo.. disimpan, nanti diminum sendiri ..nggak… anggur yang nikmat itu ada untuk dibagikan. Ini soal berbagi sukacita, berbagi rahmat. Ibarat cermin, tugas kita memantulkan cahaya ilahi yang kita terima ke sudut-sudut yang paling gelap sekalipun. Kita mau saling berbagi sinar yang kita terima untuk menerangi juga saat-saat sedih pedih dari pengalaman hidup kita. Aku berbagi, maka aku ada, itulah sharing!
Yang pasti, Tuhan membutuhkan kita untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. To make a Better World. Seperti idaman Michel Jackson. Heal the world, make a better place, for you and for me and the entire human race. Akhirulallam, sepakat dengan AA Gymnastiar, ini semua bisa lebih mudah dicapai dengan prinsip 3 M, yakni: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai dari sekarang”. Selamat menjadi “Lotis Dunia”.
3.
“Cabe” - Caring dan Bearing
Ada macam-macam cabe. Ada cabe merah, cabe rawit, cabe keriting, cabe jawa, juga ada saos cabe, dan jangan lupa ada daerah di Tangerang bernama Pondok Cabe bukan?
Cabe atau cabai sendiri merupakan nama dari tumbuhan bumbu tradisional penghasil rasa pedas yang umumnya berwarna merah menyala atau hijau tua. Jika cabe dibelah, maka kita akan menemukan tangkai putih di dalamnya yang mengandung zat capsaicin. Zat capsaicin ini seperti minyak dan menyengat sel-sel pengecap lidah. Zat capsaicin inilah yang mengakibatkan cabe menjadi terasa pedas dan panas di lidah saat kita mengkonsumsinya. Selain itu, capsaicin ini juga dapat membuat para pengkonsumsinya merasa ketagihan dan kecanduan. Itulah alasan yang membuat banyak orang begitu menyukai, bahkan tidak mau berhenti mengkonsumsi cabe.
Jika dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak, cabe dapat mengakibatkan sakit perut yang dahsyat bagi pengkonsumsinya. Namun, jika dikonsumsi dalam jumlah wajar, cabe justru akan memberikan banyak manfaat bagi pengkonsumsinya, di antaranya yakni:
Pertama, cabe dapat meredakan pilek dan hidung tersumbat karena capsaicin dapat mengencerkan lendir. Sehingga, lendir yang tersumbat dalam rongga hidung akan menjadi encer dan keluar. Akibatnya, hidung menjadi tidak tersumbat lagi.
Kedua, cabe dapat meringankan keluhan sakit kepala dan nyeri sendi. Karena, rasa pedas dan panas yang ditimbulkan capsaicin akan menghadang pengiriman sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf ke otak. Sehingga, rasa sakit tersebut akan berkurang, bahkan hilang.
Ketiga, cabe dapat memperkecil risiko terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, dan jantung koroner. Karena, dengan mengkonsumsi capsaicin secara rutin darah akan tetap encer dan kerak lemak pada pembuluh darah tidak akan terbentuk. Sehingga, darah akan mengalir dengan lancar.
Keempat, cabe dapat meningkatkan nafsu makan pengkonsumsinya. Karena, capsaicin dapat merangsang produksi hormon endorfin – hormon yang mampu membangkitkan rasa nikmat dan kebahagiaan. Sehingga, nafsu makan menjadi bertambah.
Kelima, cabe menghasilkan vitamin C dan provitamin A serta memberikan kalsium dan
fosfor bagi tubuh kita karena cabe banyak mengandung kedua zat tersebut serta dapat menghilangkan rasa dingin pada tubuh dengan cara mengoleskannya pada bagian yang terasa dingin. Cabe ternyata juga menghasilkan vitamin C dan provitamin A yang sangat diperlukan bagi tubuh.
Kepedasan cabe sendiri akan optimal apabila: tumbuh di daerah pegunungan (min 200m dpl); mendapatkan curah hujan yang cukup; dan terkena sinar matahari yang cukup selama 11-12 jam/ hari. Berdasarkan faktor alam iklim tersebut, maka daerah yang paling cocok menjadi penghasil cabe berkualitas tinggi adalah Asia, meskipun sebenarnya cabe berasal dari Amerika. Oleh karena itu, Asia sering disebut sebagai rumah kedua cabe
Yang pasti, memang cabe itu pedas! Maka setiap pribadi juga musti pedas (dalam artian positif), musti terasa kehadiran dan peranannya, jelas kontribusinya. Yesus bersabda ”Untuk apa garam yang kehilangan asinnya, selain dibuang dan diinjak-injak orang?” Kita musti punya rasa, bahasa populer-nya Nescafe…tunjukin rasa loe! Seperti peristiwa penampakan Maria Guadalupe, yang terjadi di Meksiko. Awalnya, Mexico saat itu dihuni oleh oleh bangsa Aztek. Pada tahun 1521 penjelajah Spanyol Hernan Cortez berhasil menaklukkan bangsa Aztek dengan menduduki ibu kotanya. Bersamaan dengan pendudukan itu, orang Spanyol menjadi “cabe”: menyebarkan agama Katolik ke antara suku indian Aztek.
Sekarang apa nilai yang dikandung Cabe? Cabe gabungan dari dua kata kerja dalam bahasa Inggris, yakni: Caring dan Bearing.
-Caring: Pesta perkawinan di Kana jika sampai kehabisan anggur, kemungkinan besar karena yang hadir mbludak seperti pentas Slank atau Inul Daratista misalnya. Artinya apa? Artinya banyak orang yang peduli pada kebahagiaan kedua mempelai dan keluarganya. Selain Yesus dan para muridNya, Maria juga datang! Dia datang karena peduli. Di tengah-tengah pesta ternyata anggur habis, panitia bingung, malu, cemas, takut. Maria tahu! Dia peduli. Itulah “caring” (care=cor=hati, perHATIan). Dia coba ikut memberi kemungkinan solusi dengan bicara pada Yesus yang nampaknya cuek bebek karena waktunya belum tiba untuk membuat sesuatu yang luar biasa. Tapi lihat, karena kepedulian Maria, kehendak Allah berkaitan dengan waktu bisa diubah. Hati Allah yang maha kasih itu tersentuh. Lalu panitia pesta tidak jadi malu karena habis anggur, tapi malu karena dipuji anggurnya kok enak banget.
-Bearing: Ada kisah abad 15 di Jerman, desa kecil. Sebuah keluarga dengan 18 anak, 2 anak bercita-cita sekolah seni, tapi tahu keuangan keluarga sulit diharapkan. Lalu dibuat konsensus: Undian dengan koin. Yang kalah akan bekerja di tambang terdekat dan hasilnya dipakai studi yang menang. Saat yang menang selesai studi, ganti dia membiayai studi yang kalah terserah dengan cara apa.
Begitulah satu orang, yakni Albert pergi bekerja di tambang, yang satu lagi, yakni Albrecht pergi studi. Empat tahun kemudian studi selesai, Albrecht pulang disambut perjamuan makan meriah. Albrecht memberi sambutan, toast, dan berkata: “Albert, trima kasih.. sekarang giliranmu untuk kuliah mengejar cita-citamu, aku akan membiayaimu.” Albert duduk sambil meneteskan air mata, menggeleng-gelengkan kepala sambil tersedu-sedu, dan berulang berkata ”tidak.. tidak…”. Akhirnya dia bangkit, menghapus air matanya dan mengulurkan tangan ke Albrecht: ”Tidak saudaraku, terlambat bagiku untuk pergi belajar. Lihat… apa yang terjadi dengan tanganku selama empat tahun dalam tambang. Tulang-tulang pada setiap jari sudah remuk, saya menderita radang sendi berat hingga bahkan untuk memegang gelas anggur untuk menyambut ucapan selamatmu tak mampu, apalagi untuk membuat garis-garis di kanvas… tidak saudaraku….”
Untuk menghormati Albert atas segala pengobanannya, Albrecht Durer dengan seksama menggambar tangan-tangan saudaranya yang menderita dengan telapak tangan menyatu dan jari-jari bengkok menunjuk ke angkasa. Lukisannya diberi judul ‘hands”, tapi dunia hingga sekarang menamainya “tangan-tangan yang berdoa”. Saling menanggung, itulah bearing.
Bagaimana dengan Maria? Tanggal 11 Februari, pada peringatan Santa Perawan Maria dari Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia juga dirayakan. Ini merupakan suatu kesempatan yang tepat untuk merenungkan kasih Maria yang berani menanggung tanggung jawab dalam situasi apa pun, terlebih apabila penderitaan dan sakit kita terjadi. Pada tahun 2008, persis pada peringatan seratus lima puluh tahun sejak penampakan di Lourdes mengajak kita semua untuk memandang Maria sebagai model atau teladan yang berani menanggung beratnya jalan Allah: ia menerima di dalam hatinya, Sabda Ilahi dan mengandung-Nya di dalam rahim perawannya; ia percaya kepada Allah dan, dengan jiwanya yang tertusuk pedang (bdk. Luk 2:35). Ia tanpa ragu turut menanggung penderitaan Putranya, memperbarui jawaban “Ya” pada waktu menerima Kabar Gembira di Kalvari, di kaki Salib. Bagaimana dengan kita sendiri?
4.
“Ulangtahun” - Utuhkan hidupmu, Langkahkan cintamu, Tabahkan hatimu dan Hunjukkan doamu.
Tidak biasanya kita merayakan hari kelahiran para kudus. Sebaliknya kita merayakan hari mereka wafat, karena pada hari itulah mereka dilahirkan ke dalam sukacita surgawi. Namun, hari kelahiran Maria, yang dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September merupakan suatu pengecualian. Kita merayakan hari kelahirannya karena ia datang ke dunia dalam keadaan penuh rahmat dan karena ia akan menjadi Bunda Yesus
Kelahiran Bunda Maria sendiri bagaikan fajar. Ketika pada waktu pagi cakrawala mulai berwarna merah, kita tahu bahwa matahari akan segera terbit. Demikian juga ketika Maria dilahirkan, ia membawa sukacita yang besar bagi dunia. Kelahirannya berarti bahwa Yesus, Matahari Keadilan, akan segera datang. Maria adalah manusia mengagumkan yang memperoleh hak istimewa untuk membawa Yesus kepada segenap umat manusia. Maria adalah sosok yang sangat populer, bukan hanya dikalangan Katolik tetapi di semua kalangan, bahkan dikalangan Muslim juga, sebab dalam Alquran nama Maria juga sering disebut.
Dalam bahasa St. Agustinus, Maria adalah bunga indah yang tumbuh di ladang, bunga indah ini menghasilkan “lili” yang menghiasi ladang. Lewat Maria lahir sang Penyelamat dunia, Yesus Kristus.
Kelahiran Bunda Maria sendiri bagi orang-orang di Mangalore, (sebuah basis Katolik di Negara Bagian Karnataka di India bagian selatan), dirayakan sebagai festival bunga bersama anak-anak. Disana, banyak gereja memulai novena, atau doa khusus sembilan hari, untuk menghormati Bunda Maria di kota yang berjarak 2.290 kilometer selatan New Delhi ini.
Selama hari-hari novena itu, anak-anak berkeliling mengumpulkan bunga untuk mempersembahkannya kepada Kanak-Kanak Maria. Rishal Albuquerque, seorang gadis Katolik berusia 13 tahun, berbagi dengan UCA News (Kantor Berita Katolik Asia, UCAN, Union of Catholic Asian News), tentang mengapa dia tertarik dengan pesta Ulang Tahun Bunda Maria.
Dia yakin bahwa Bunda Maria sangat menyayanginya. Dia mengatakan, “Para guru mengajarkan kepada kami untuk menjadi indah dan bersih seperti bunga yang kami
persembahkan kepada Kanak-Kanak Maria.”
Dia juga menambahkan, perayaan ulang tahun selalu penuh kegembiraan. Setiap orang datang, ia mendapat banyak manisan, pergi ke gereja, dan menari. Di hari ulang tahun Bunda Maria itu, biasanya ia bersama teman-teman mengumpulkan bunga-bunga terbaik, mengenakan pakaian baru, dan pergi ke gereja paroki dengan seluruh keluarga, untuk mempersembahkan bunga dalam prosesi dan doa. Di akhir Misa, ia mendapat banyak manisan dan tebu.
Di sore hari ada acara perlombaan, olahraga, dan pementasan budaya di gereja. Di malam hari, ia pergi ke rumah nenek untuk makan malam. Dia memperlihatkan cintanya kepada Bunda Maria dengan berdoa rosario setiap hari di keluarga, pada doa-doa malam. Ia memiliki sebuah gua Maria di rumah, bahkan pada hari-hari lain, ia mempersembahkan bunga dan menyalakan lilin di depan patung Bunda Maria di sore hari. Bagaimana dengan kita?
Yang pasti, selamat Ulang Tahun buat Bunda Maria. Kita tak punya kue ulang tahun untukmu, tetapi kita diajak belajar memberikan diri untuk mengikuti jejaknya mengimani Allah yang benar. Semoga hidup dan iman kita bisa menjadi hadiah ulang tahun untuknya juga. Berdoalah untuk kami ya Maria!
5.
"BBM" – Bulan, Bintang dan Matahari
Ada sepenggal cerita pendek dari epik/wiracarita Ramayana yang sudah dikenal sekian puluh abad yang lalu. Epik ini datang dari budaya Hindu di kaki pegunungan Himalaya ke Pulau Jawa lalu berkembang menjadi bagian budaya Jawa melalui media wayang. Di situ dikatakan bahwa Rama Wijaya (yang tak lain adalah titisan Dewa Wisnu) sedang memberikan petuah kepada Raja Alengka yang baru, Gunawan Wibisana. Adapun isi petuah itu berupa delapan butir kata sebagai delapam pegangan dalam kehidupan.
Tiga kata diantaranya, yakni: Bulan, Bintang dan Matahari (BBM).
Ada tiga sifat dari BBM, yakni:
-Berguna bagi orang lain:
Mereka memberi faedah atau manfaat kepada orang lain. Bulan (Chandra): menciptakan suasana teduh, damai, cinta, sabar dan indah. Bintang (Kartika): memberi arah atau menjadi teladan. Serta, Matahari (Surya): menerangi, memberi kehangatan, menghidupkan dan menumbuhkan. Maria juga berguna bagi orang lain bukan? Rahimnya berguna bagi Yesus lahir. Permintaannya berguna untuk terjadinya mukjijat yang pertama di desa Kana. Doanya berguna bagi banyak umat yang “sedang kekurangan anggur”: letih, lesu dan berbeban berat.
-Bersifat abadi dan sejati:
Setiap hari mereka setia menjalankan tugasnya. Matahari setiap pagi bersinar, entah tanggal tua atau tanggal muda, entah sedang sehat atau sakit, entah diterima atau ditolak. Juga bintang setiap malam juga tetap setia berkerlip. Setiap malam, bulan juga setia menerangi bumi. Bunda Maria juga setia ada sejak awal mula Gereja. Ia setia ada pada saat Kabar Sukacita ketika dalam kesediaannya yang bersahaja, dengan hati yang tulus murni, mengijinkan Putra Allah mengambil daging dalam rahimnya yang perawan. Bunda Maria juga setia ada di bawah kaki salib sementara Putranya, Juruselamat kita, menebus dunia sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah. Di sana ia ditunjuk untuk menjadi ibu dari mereka semua yang dihantar kepada hidup melalui wafat Putra tunggalnya (Yoh 19:26-27). Bahkan, pada hari raya Pentakosta, ketika misi apostolik Gereja dimulai, ketika para murid kehilangan Yesus, Bunda Maria ada juga di sana.
- Membuka hati bagi semua orang:
Mereka tidak diskriminatif. Matahari tidak hanya menghangatkan bangsa-bangsa tertentu, bulan dan bintang tidak hanya menyejukkan agama-agama tertentu. Maria juga tidak tertutup hanya bagi orang Nazaret di kampung halamannya atau bangsa Israel tanah airnya. Maria terbuka bagi siapa saja. Bagi Michaelangelo dengan Pieta-nya. Bagi Andre Manika dengan Negeri di Awan-nya. Bagi Piyu-Padi dengan Maharani-nya. Bagi The Beatles dengan Let It Be-nya dsbnya.
6.
"Sinta " - Selalu Ingin Nampakkan Cinta
Adalah sebuah drama berjudul Sinta Obong, yang pernah dipentaskan di Gedung Pewayangan Kautaman, TMII, oleh 50 seniman alumnus sekolah seni Jakarta dan Solo yang tergabung dalam paguyuban Swargaloka. Dalam versi lain, Garin Nugroho juga pernah membuat film “Opera Jawa: Sinta Obong”, yang diperankan Artika Sari Dewi. Drama wayang Sinta Obong sendiri mengisahkan peperangan dahsyat antara Rahwana dan Ramawijaya. Rahwana yang menculik Sinta akhirnya dikalahkan. Namun, Ramawijaya sangsi akan kesucian Sinta, yang telah cukup lama berada dalam tahanan Rahwana. Untuk membuktikan kesuciannya, Sinta pun masuk ke dalam api. Tetapi, sedikitpun tubuhnya tidak terbakar hingga Dewa Brahma turun dari surga dan mengangkatnya keluar dari kobaran api yang hebat.
Bagi saya, sosok Sinta berarti “selalu ingin nampakkan cinta”. Sinta, sebagai wanita atau istri yang setia, tegar dan bijaksana juga masih relevan dijadikan teladan cinta kasih pada jaman sekarang. Di jaman modern sekarang ini, di mana nilai-nilai tradisi dan agama banyak tergerus budaya asing yang serba bebas, teladan Sinta, yang selalu ingin nampakkan cinta, kepada Rama juga kepada orang lain yang berkesulitan, justru harus ditonjolkan sebagai pegangan di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa. Sinta juga adalah lambang kesetiaan. Jika ini diteladani oleh kaum remaja dan orang dewasa, akan tercipta generasi yang kokoh, tidak rapuh diterjang pengaruh yang buruk. Lebih dari itu, kisah Sinta Obong ini juga menunjukkan bahwa kebenaran akan selalu muncul sebagai pemenang.
Sebetulnya Sinta itu siapa? Ia adalah seorang puteri yang sangat cantik, anak dari Prabu Janaka, Raja Kerajaan Mantili. Banyak orang, termasuk Prabu Rahwana, pemimpin Kerajaan Alengkadiraja yang ingin untuk menikahi Sinta. Untuk menentukan siapa calon pendamping yang tepat baginya, diadakanlah sebuah sayembara. Rama Wijaya, Pangeran dari Kerajaan Ayodya akhirnya memenangi sayembara tersebut.
Dalam kisah Ramayana, juga tampak bahwa Sinta adalah seorang wanita yang sangat berbudi. Ia mudah jatuh kasihan terhadap orang lemah, bahkan ketika Rahwana menyamar menjadi Brahmana yang tua, ia pun juga jatuh kasihan, walaupun itu bisa membuat dirinya jatuh dalam masalah.
Mengapa Sinta berarti selalu ingin nampakkan cinta? Ada beberapa hal yang bisa diangkat, al:
Pertama: Ia setia mengikuti suami di hutan belantara.
Keteguhan seorang putri raja untuk mengikuti suami yang harus pergi ke hutan belantara perlu mendapatkan pujian. Sebagai seorang istri, dia tidak mau kembali ke kerajaan ayahandanya, bahkan mendampingi Sri Rama menyelesaikan pengasingannya di hutan selama 14 tahun. Sinta juga tidak mempengaruhi Sri Rama untuk membangkang kehendak ayahandanya yang ‘kalah janji’ dengan Dewi Kekayi, ibu tiri suaminya yang meminta putera ibu tirinya yang akan menjadi Raja di Ayodya.
Disinilah kita juga bisa melihat Bunda Maria yang juga memiliki keteguhan hati walaupun sadar akan menghadapi banyak kesulitan dalam kehidupannya kedepan. Kesediaan dan kesetiaan hidup menderita bersama Yesus dan para muridnya, merupakan modal dasar seorang wanita pilihan yang bernama Maria ini.
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria (Yohanes 2:1-11). Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya (Matius 13:54-56; Markus 6:3; Kisah Para Rasul 1:14).
Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam Matius 27:55, bdk. Markus 15:40), serta Maria Magdalena (Yohanes 19:25-26). Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus).
Kedua: Sinta mudah cemas akan nasib orang lain.
Lihatlah kecemasan Sinta terhadap keselamatan Sri Rama. Ketika Rama berlari mengejar kijang kencana (yang merupakan penjelmaan Raksasa Kala Maricha), tetapi suara jeritan dari kejauhan yang terdengar Dewi Sinta membuatnya cemas. Maria pun juga pernah mengalami kecemasan bukan? Ketika dia harus pergi jauh dari Nazaret ke Betlehem. Ketika semua tempat penginapan menolak dia yang sedang mengandung. Ketika dia harus pergi sampai ke negeri Mesir. Juga, ketika Maria terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah (Lukas 2:41-52).
Ketiga. Sinta berbela rasa dan terketuk rasa iba terhadap pengemis tua.
Sebelum Laksmana pergi mengejar Sri Rama, dia membuat garis bermantra yang membuat binatang buas dan raksasa tidak dapat menerobos garis tersebut. Pada waktu binatang buas dan raksasa datang menakut-nakutinya, Sinta tetap teguh dan merasa aman berada dalam pagar pengaman, garis batas yang dibuat Laksmana. Sinta baru lalai ketika seorang pengemis tua meruntuhkan ibanya. Sinta, melupakan nasehat Laksmana untuk jangan keluar dari pagar pengaman. Tanpa sadar tangan Sinta terjulur keluar berniat memberi kepada sang pengemis. Dan, dalam hitungan detik tangan pengemis tersebut sudah menarik Sinta keluar dari pagar pengaman. Lepas dari pelbagai kelemahan manusiawi Sinta yang mudah iba yang bisa dimanfaatkan oleh orang jahat, kita bisa melihat bahwa Sinta peduli pada orang yang berkekurangan. Begitu juga Maria bukan? Ingat kisah mukjijat yang pertama di desa Kana yang di Galilea. Disana, tampak Maria begitu mudah terketuk pada keresahan panitia pesta yang sedang bingung karena kekurangan anggur.
Keempat: Sinta tahan uji terhadap godaan nafsu angkara murka.
Selama bertahun-tahun Sinta tahan uji di tengah kesedihan dan selalu siap bunuh diri dengan cundrik-nya apabila Rahwana akan memaksanya. Juga, ketika Sri Rama dapat merebut kembali Sinta isterinya, dia meragukan apakah isterinya masih suci dan tidak diganggu oleh Rahwana. Kecurigaannya ini cukup beralasan karena kalung Uncal lambang kesucian itu telah hilang dari leher Sinta. Sinta memaklumi keraguan dari suaminya Sri Rama. Walau kalung Uncal tersebut telah hilang dari dirinya, dia masih suci. Karenanya untuk membuktikan kesuciannya, dia rela membakar diri sebagai bukti kalau dia masih suci.
Lihatlah Maria! Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba-tiba datanglah sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus (Lukas 2:1) yang menitahkan agar Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (lih. Micah 5:2), sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Juga, ketika mereka berada di Betlehem, semua tempat penginapan menolak dia. Juga, ketika ia harus melahirkan bayinya di sebuah palungan, atau tempat makan hewan Ketika Maria yang baru saja melahirkan, harus pergi jauh ke Mesir. Juga, ketika Yesus kecil (12 tahun) membentaknya di Bait Allah (Luk 2), atau ketika Yesus menolak permintaan Maria untuk membuat mukjijat di desa Kana (Yoh 2).
Kelima: Sinta pasrah pada kuasa Tuhan.
Sinta pasrah kepadaNya. Ketika Rahwana beserta balatentaranya berhasil dihancurkan pasukan Rama. Dan, ketika Rama tidak mau menjajah negara Alengka dengan menyerahkan tampuk pimpinan kerajaan Alengka kepada Wibisana adik Rahwana, Sinta semakin bersyukur penuh pasrah kepadaNya, bahwa dia dikaruniai suami yang bijaksana. Kebahagiaan bersatu kembali dengan Rama pun dijalani dengan penuh kepasrahan. Semua ini hanya terlaksana atas karuniaNya. Perasaan bersyukurnya kepada Hyang Widhi diungkapkan dengan rasa kasih kepada Rama. Bahkan ketika Rama mengikuti pendapat penduduk negaranya untuk tes uji kesucian bagi dirinya, Sinta menerima dengan penuh kesadaran.
Lihatlah juga Maria, ketika Yesus remaja, Yosef meninggal, dan Maria menjadi janda. Ketika Yesus dewasa, sibuk mengajar kesana-kemari, Maria tetap sabar menjadi ibu yang baik. Juga ketika banyak hal yang pahit dan sekaligus sulit dimengerti, Maria selalu berusaha menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hati.
Maria sebagai seorang “sinta, yang selalu ingin nampakkan cinta”, ingin menghadirkan Putranya kepada yang lain dan menghantar mereka kepada Putra Ilahinya. Dalam Injil, ia menghadirkan Yesus kepada para gembala, para majus, Nabi Simeon dan Hana, dan juga dalam perjamuan nikah di Kana. Ia rindu melakukan hal yang sama bagi tiap-tiap kita. Ketika Kristus wafat di salib, berdiri di sana Bunda-Nya, Maria, dan St. Yohanes Rasul; Yesus berkata kepada Maria, “Ibu, inilah, anakmu!” mempercayakan bunda-Nya yang janda ke dalam pemeliharaan St. Yohanes; dan kepada St. Yohanes, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27). Sesuai tradisi, kita senantiasa yakin bahwa dengan itu Yesus memberikan Bunda Maria sebagai Bunda kepada Gereja seluruhnya dan kepada kita masing-masing bukan?
7.
LEGIO MARIAE:
"Kusta" - Kuduskan cinta, taklukkan derita
Konsili Vatikan II berkata tentang peran Bunda Maria: "Sesudah diangkat ke surga ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus menerus memperolehkan bagi kita karunia karunia yang menghantar kepada keselamatan yang kekal" (LG n. 62). Salah satu dari aneka perantaraannya itu bagi kita adalah "Legio Mariae”. Seperti dulu dalam Gereja Perdana di Yerusalem, Bunda Maria bekerja bersama para Rasul, begitupun sekarang dalam Gereja masa kini di Indonesia, Bunda Maria ingin bekerja sama dengan para Imam dan para anggota Legio Mariae.
Bicara lebih dalam soal Legio Mariae, mengacu pada Buku Pegangan hal 9, Legio Mariae sendiri adalah gerakan awam yang berdasar pada teladan iman Maria, yang diatur menurut model tentara, terutama seperti tentara Romawi kuno. Demikian pula nama Legio sendiri diambil dari istilah tentara Romawi. Legio Romawi, asal nama Legio Mariae memang selama berabad-abad termashyur karena kesetiaan, keberanian, kedisplinan, ketabahan dan keberhasilan. Itulah juga sebetulnya harapan bagi setiap Legio Mariae. Dikatakan juga dalam Buku Pegangan, seperti halnya dalam setiap pasukan militer, “yang besar tidak mungkin ada tanpa yang kecil, begitupun yang kecil tanpa yang besar, kepala bukan apa apa tanpa kaki, begitupun kaki bukan?” Dengan kata lain; dalam Legio Mariae, setiap pribadi mempunyai peran khas-nya masing-masing.
Tanggal 10 Oktober 1982, ketika Paus Yohanes Paulus II mengadakan audiensi dengan Legio Mariae di Italia, Bapa Suci menyatakan bahwa modus essendi (cara hidup khas) Legio, yakni: gerakan awam, untuk menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:14-16).
Ketika saya berkarya di sebuah gereja tertua di kawasan Tangerang, disana ada juga beberapa presidium Legio Mariae, dimana salah satu tugas mereka adalah mengunjungi pasien di rumah sakit, juga pasien rumah sakit kusta yang kebetulan ada di wilayah Tangerang.
Kusta, dalam kacamata medis, terjadi karena disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae, membuat syaraf menjadi tumpul/mati rasa. Dalam kacamata biblis: kusta itu penyakit yang menyeramkan, membuat si penderita dijauhi. Para penderita kusta juga tak boleh ikut ibadat (dianggap najis). Dalam dunia Perjanjian Lama, meski sudah sembuh, orang kusta baru akan diterima kembali ke dalam masyarakat setelah dinyatakan sembuh dalam upacara yang hanya dapat dilakukan para imam. Hanya imamlah yang berhak menyatakan "najis"/kotor atau "tahir"/sembuh dari kusta (Bdk: Im 14:2-32). Padahal, dalam dunia Perjanjian Baru, hampir semua upacara keagamaan semakin dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Penegasan sudah tahir atau masih kotor praktis kemudian hanya dilakukan di Bait Allah, sehingga orang kusta itu akan benar-benar terkucil.
Disinilah bagi saya, kusta sendiri berarti: “kuduskan cinta dan taklukkan derita”. Mengapa?
-Kuduskan cinta:
Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (Mrk 1:40), begitulah bunyi permohonan seorang yang terkena penyakit kusta kepada Yesus. Orang kusta itu menaruh harapan besar pada Yesus untuk kuduskan cinta. Ia percaya bahwa Yesus dapat mentahirkannya dari kusta. Dan Yesus segera mentahirkan orang kusta itu. Tindakan Yesus mentahirkan itu berarti kuduskan cinta: menyembuhkan orang tidak hanya fisiknya saja tetapi sekaligus membersihkannya dari dosa. Terlebih bagi masyarakat Yahudi di zaman Yesus, kusta dianggap sebagai penyakit yang berbahaya dan tanda pekerjaan dosa. Masyarakat Yahudi pada zaman itu mengucilkan orang kusta itu dari pergaulan bukan hanya karena takut terjangkiti penyakit jahanam tersebut tetapi karena orang kusta dianggap terkutuk dalam dosa. Setiap anggota Legio Mariae juga diajak berani untuk belajar kuduskan cinta bukan?
-Taklukkan derita:
Orang kusta serentak dianggap sebagai orang yang memiliki penyakit berbahaya dan terbenam dalam kutukan dosa. Sikap Yesus bergaul dengan orang kusta tentu saja mengundang kontroversial bagi masyarakat Yahudi. Mereka sulit memahami bagaimana Yesus yang dianggap kudus ternyata mau bergaul dengan orang berdosa. Lebih dari sekedar bergaul, Yesus malahan menyembuhkan orang kusta itu dari penyakitnya sekaligus mencucinya dari dosa. Kuasa taklukkan derita semacam inilah yang tidak dimiliki oleh imam-imam Yahudi. Imam-imam Yahudi hanya bertugas memeriksa seseorang apakah ia terkena kusta atau tidak. Jika orang itu bebas dari kusta maka orang itu disebut “tahir.” Dan jika orang itu terkena kusta maka akan disebut “najis.” Di sini jelaslah bahwa konsep tahir dipertentangkan dengan konsep najis.
Yesus menembus batas-batas geososial yang dipetakan oleh imam-imam Yahudi itu. Ia memiliki komitmen bahwa kedatanganNya ke dunia justru untuk taklukkan derita: membebaskan orang dari dosa. Dalam perjumpaan dengan Yesus, orang menemukan bahwa pintu maaf terbuka lebar. Allah yang dihadirkan oleh Yesus melalui pribadi dan karyaNya adalah Allah yang mau mengampuni. Allah yang berwajah cinta kasih inilah yang terus menerus menjiwai ajaran dan karya-karya Yesus. Pantaslah jika orang mengenal Yesus sebagai nabi yang penuh kasih sayang. Namun, Yesus lebih dari sekedar nabi. Yesus adalah Allah yang menampakkan DiriNya dalam kemanusiaan yang secara konkrit terlibat dalam suka duka hidup manusia. Tak ada tangis dan derita manusia yang tidak menggugah hatiNya yang selalu tergerak oleh belas kasihan.
Memang benar, Legio Mariae juga hidup di tengah-tengah kusta-kusta modern. Kusta-kusta masyarakat masa kini adalah konsumerisme yang berlebihan, serta tekanan ekstrem untuk menolak kenyataan tak terelakkan bahwa manusia dapat cacat, sakit, tua dan mati. Pantaslah jika semua anggota Legio Mariae diajak berjuang untuk setia kuduskan cinta dan tak lupa bahagia taklukkan derita bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar