Ads 468x60px

100 Tahun Fatima: Magnificat :Pesan–Pesan Bunda Maria Di Fatima

Magnificat :Pesan –Pesan Bunda Maria Di Fatima
"De maria numquam satis  - bicara tentang Maria, tak akan ada habisnya!"


GARIS BESAR PESAN MARIA FATIMA 1917

Pesannya terbagi menjadi tiga bagian.
Pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka,
permintaan akan Devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, tentang Perang Dunia Kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia yaitu penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan ajaran totalitarianisme- komunisme.


Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan Sr. Lucia pada tahun 1941, dan dipublikasikan. Sedangkan pesan ketiga yang dituliskan oleh Sr. Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria, dibawa dalam amplop tersegel kepada Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak mempublikasikannya, demikian juga Paus Paulus VI.

Namun; Paus Yohanes Paulus II, setelah percobaan pembunuhan dirinya pada tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu secara terbuka.

Pengumuman akan dipublikasikannya “The Third Secret of Fatima” – “Pesan Ketiga Fatima” diumumkan Kardinal Angelo Sedano atas nama Bapa Suci pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto pada 13 Mei 2000. Teks pesan ketiga Fatima ini akhirnya dipublikasikan pada tanggal 26 Juni 2000.

“Pesan Ketiga” ini adalah peringatan akan apa yang akan terjadi;  jika manusia tidak bertobat dan mengindahkan pesan Bunda Maria, maka Rusia akan menyebarkan faham komunisme-nya.

Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi penghukuman kepada dunia yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa, kebencian, balas dendam, ketidakadilan, pelanggaran hak-hak manusia, pemerosotan moral, kekerasan, dan lainnya.

Maka Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikan pesan ketiga ini. Ia sendiri meng-konsekrasikan/ menyerahkan Rusia dan dunia kepada doa-doa Bunda Maria pada tahun 1981. Selanjutnya, kita ketahui pada tahun 1989 tembok Berlin dirubuhkan dan tumbanglah komunisme di Rusia.

Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus II, pada perayaan Pentakosta, mendoakan dan meng-konsekrasikan dunia kepada Hati Bunda Maria yang Tak Bernoda, yang disebut sebagai “Act of Entrustment“, memohon agar Bunda Maria menjaga dan mendoakan segenap umat beriman di dunia.
==========




PESAN FATIMA YANG DIUNGKAPKAN LUCIA

PESAN PERTAMA :
“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa dalam rupa manusia, seperti bara api yang tembus pandang, semuanya kehitaman, gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, lalu jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan.

Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan bagai binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan.

Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Kami sungguh bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam penampakannya yang pertama, untuk membawa kami ke surga.
Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”


PESAN KEDUA :
Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:
“Kamu telah melihat kemana perginya jiwa-jiwa yang berdosa.
Untuk menyelamatkan mereka, Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia; devosi kepada Hatiku Yang Tidak Bernoda (Immaculate Heart).
Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang (Perang Dunia I) akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI.

Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itulah tanda yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci.

Untuk menghindari ini, aku datang untuk meminta konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan komuni sebagai silih atas semua dosa - pada setiap Sabtu pertama.

Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada perdamaian, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan.

Pada akhirnya Hatiku Yang Tak Bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”



PESAN KETIGA :
Saya (Sr. Lucia) menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.
Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, aku melihat di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas; seorang malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati ketika bersentuhan dengan kemuliaan yang dipancarkan Bunda Maria kepadanya (malaikat itu), dari tangan kanannya.

Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!”, dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip bagai seseorang muncul di cermin ketika mereka melewatinya, yah seorang Uskup berpakaian putih, dan kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa Suci.
uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan mendaki sebuah gunung yang terjal, yang di puncaknya terdapat sebuah salib yang besar dari batang pohon yang ditebang secara kasar, sepertinya dari batang pohon perop;

Sebelum sampai kesana, Bapa Suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya telah hancur dan separuhnya lagi sedang bergetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok prajurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama; disana, satu persatu wafatlah para uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi.

Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang berjalan menuju Allah.

=============


PENAFSIRAN PESAN KETIGA :

Berikut ini adalah ringkasan pembicaraan Uskup Agung Tarcisio Bertone, Sekretaris dari “Konggregasi Kepausan untuk Urusan Doktrin Iman” (Congregation for the Doctrine of Faith), yang diutus oleh Paus Yohanes Paulus II untuk bertemu dengan Sr. Lucia (27 April 2000):

“Sr. Lucia mengulangi keyakinannya bahwa penglihatan di Fatima tersebut terutama adalah mengenai pergolakan antara komunisme ateis melawan Gereja dan umat Kristiani dan menjabarkan penderitaan para korban demi iman kristiani di abad ke-20. 

Figur sentral dari pesan terakhir ini menurut Sr. Lucia adalah Bapa Paus, meskipun pada penglihatan itu tidak disebutkan siapa nama Paus yang dibunuh tersebut. Maka ketika ia melihat Paus Yohanes Paulus II ditembak di tahun 1981, ia segera teringat akan penglihatannya tersebut yang dituliskannya pada tahun 1944.

Sr. Lucia percaya, sama seperti yang dipercayai oleh Bapa Paus sendiri, bahwa “adalah tangan Bunda yang mengalihkan jalannya peluru dan memberhentikannya ketika Paus berada di ambang kematian.”

Di akhir pertemuan itu Sr. Lucia menyatakan ketaatannya kepada Bapa suci, dan berharap agar tulisannya dapat membantu memimpin semua orang yang bermaksud baik kepada jalan menuju Tuhan.”
=============

Dari hasil pertemuan di atas, sebuah pengumuman dibuat oleh Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Angelo Sodano, dengan ringkasannya sebagai berikut:

“Nubuatan yang terdapat dalam pesan Fatima ini harus diinterpretasikan secara simbolis. Penglihatan Fatima adalah tentang perang yang diadakan oleh sistem ateis melawan Gereja dan umat Kristiani, dan menggambarkan penderitaan yang dialami oleh para saksi iman pada abad terakhir di milenium kedua, sebagai Jalan Salib yang dipimpin oleh para paus di abad ke 20.

Sesuai dengan interpretasi para visioner, seperti yang ditegaskan oleh Sr. Lucia, ”uskup dengan pakaian putih” yang berdoa bagi umat beriman adalah Bapa Suci. Setelah ia mendaki menuju Salib melewati jenazah-jenazah para martir (para uskup, imam, kaum religius, dan kaum awam), ia sendiri jatuh ke tanah, wafat karena dihujani peluru.

Sesudah percobaan pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, maka begitu nyata bahwa “tangan seorang ibu yang mengarahkan jalur peluru sehingga Bapa Paus dapat terluput dari kematian.” (Perlindungan ini diyakini oleh Sr. Lucia dan Bapa Paus sendiri sebagai campur tangan dari Bunda Maria).

Pada tahun 1989, Rusia dan negara-negara Eropa Timur mengalami kejatuhan sehubungan dengan runtuhnya komunisme. Untuk ini Bapa Paus mengucapkan syukur kepada Bunda Maria. Meskipun seolah kejadian tentang pesan atau rahasia ketiga dari Fatima ini merupakan hal yang lampau atau sudah terjadi, namun pesan Bunda Maria untuk pertobatan dunia tetaplah sangat penting di masa sekarang.

“Undangan Bunda Maria kepada pertobatan adalah pertama-tama perwujudan perhatian keibuannya kepada keluarga besar umat manusia, yang memerlukan pertobatan dan permohonan maaf ”(Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada peringatan Hari Orang Sakit Sedunia, 11 Februari 1997)
===============


KOMENTAR TEOLOGIS  OLEH JOSEPH CARDINAL RATZINGER
Ketua CDF- Congregation for the Doctrine of the Faith.
(Sekarang Paus Emeritus Benediktus XVI).

Ringkasannya :

Perlu diketahui bahwa pesan Fatima ini termasuk dalam kategori wahyu pribadi yang statusnya berbeda dengan wahyu publik (yaitu Kitab Suci, yaitu dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).

Wahyu publik sudah selesai dengan berakhirnya kitab Perjanjian Baru.
Namun meskipun Wahyu telah selesai, hal itu belum dibuat sepenuhnya secara eksplisit, maka tetaplah tertinggal pada iman Kristiani untuk berangsur-angsur menangkap makna pentingnya secara penuh di sepanjang abad (KGK 66).

Ini sesuai dengan perkataan Yesus, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:12-14)

Katekismus 67 mengajarkan, “….wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka (wahyu-wahyu pribadi) untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu….”.

Jadi:
a.Otoritas wahyu pribadi secara prinsip berbeda dengan Wahyu publik.
Wahyu Publik menuntut iman (dari seluruh umat), sebab di dalamnya Tuhan sendiri berbicara melalui perkataan manusia dan melalui perantaraan komunitas yang hidup dalam Gereja, sedangkan wahyu pribadi tidak demikian. Iman terhadap Wahyu publik ini berbeda dengan bentuk kepercayaan kepada manusia atau pendapat. Iman kepada Allah ini adalah keyakinan yang di atasnya kita membangun hidup kita dan kepadanya kita memasrahkan diri kita pada saat kita mati.

b. Wahyu pribadi adalah sebuah bantuan terhadap iman ini, dan menunjukkan kredibilitasnya justru dengan memimpin kita kembali kepada Wahyu publik yang definitif tersebut. Oleh karena itu, kriteria untuk kebenaran dan nilai dari sebuah wahyu pribadi adalah orientasi kepada Kristus. Maka ketika wahyu pribadi itu memimpin orang menjauh dari Kristus, menjadi berdiri sendiri atau bahkan menampilkan diri sebagai rencana keselamatan yang ‘lebih baik’/ lebih penting daripada Injil, maka dipastikan wahyu itu bukan berasal dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa wahyu pribadi tidak akan menyatakan penekanan-penekanan baru, atau bentuk devosi baru, atau memperdalam dan menyebarkan bentuk devosi yang sudah ada. Tetapi di dalam semua ini, harus ada pembinaan “hik”, harapan iman dan kasih.

Pentingnya wahyu pribadi disampaikan oleh Rasul Paulus (1Tes 5:19-21). Sepanjang sejarah Gereja terdapat nubuat- nubuat yang harus diteliti kebenarannya, bukan dicemooh.

Nubuat adalah sebuah peringatan dan penghiburan, atau keduanya sekaligus. 
Untuk menginterpretasikan/ “menilai zaman ini” (Luk 12:56) dalam terang iman berarti mengenali kehadiran Yesus pada setiap zaman.

Struktur antropologis dari wahyu pribadi intinya adalah “interior vision”/ penglihatan ini bukanlah merupakan fantasi/ilusi, yang merupakan ekspresi dari imajinasi yang subyektif. Penglihatan ini melibatkan “obyek” yang benar-benar ada yang menyentuh jiwa, meskipun tidak terdapat di dalam dunia sensorik. Maka ini memerlukan sikap berjaga-jaga secara rohani.

Namun penglihatan juga mempunyai keterbatasan, sebab obyek yang dilihat juga bukan yang murni/ sebenarnya, tetapi melalui filter dari alat sensorik yang melihat, maka terpengaruh oleh keterbatasan dari subyek yang melihat. 
Maksud dari nubuatan Kristiani terlihat apabila penglihatan itu menjadi sebuah perintah dan bimbingan atas kehendak Allah.




USAHA UNTUK MENGINTERPRETASIKAN PESAN FATIMA 
Secara singkat pesan pertama dan kedua adalah anak-anak itu diberi penglihatan tentang neraka. Mereka melihat di sana ‘jiwa-jiwa yang malang’. Lalu mereka diberi pesan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, yang artinya untuk menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan.
Untuk ini kita mengingat pengajaran Rasul Petrus: “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Pet 1:9).
Untuk mencapai ini, jalan yang diberikan adalah devosi kepada hati Maria Yang Tak Bernoda.

Dalam bahasa Alkitabiah, “hati” mengacu pada pusat hidup manusia, di mana akal budi, keinginan, temperamen dan sensitivitas berasal, di mana seseorang menemukan kesatuan dan orientasi sikap hati.

Menurut Mat 5:8, “hati yang suci/ tak bernoda” adalah sebuah hati yang, dengan rahmat Tuhan, yang telah mencapai kesempurnaan kesatuan sikap hati dan karena itu dapat “melihat Tuhan.”

Maka untuk mempunyai devosi terhadap hati Maria Yang Tak Bernoda, adalah untuk mempunyai sikap hati yang demikian, yang bersikap taat “Ya, terjadilah kehendak-Mu” sebagai pusat dari keseluruhan hidup seseorang.

Mungkin ada orang yang berkata, kita jangan meletakkan seorang manusiapun antara kita dengan Kristus. Tetapi Rasul Paulus sendiri berkata agar kita meniru dia (lih. 1 Kor 4:16, Fil 3:17; 1 Tes 1:6; 2 Tes 3:7,9).

Pada Rasul Paulus kita melihat bagaimana kita mengikuti Kristus.
Tetapi dari siapa kita dapat lebih belajar pada setiap masa, selain dari Ibu Tuhan Yesus sendiri?

Sr. Lucia sendiri mengakui bahwa yang diberikan kepadanya adalah penglihatan, tetapi bukan interpretasinya. Interpretasi ini menurut Sr. Lucia, bukan menjadi miliknya tetapi milik Gereja. “Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa” adalah kata kunci dari pesan pertama dan kedua Fatima.
Sedangkan, kata kunci pada pesan yang ketiga adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Ini sesuai dengan Injil dalam Mrk 1:15.

Untuk mengetahui tanda-tanda jaman adalah untuk menerima pentingnya pertobatan dan keberimanan. Maka maksud dari penampakan-penampakan Bunda Maria ini adalah untuk memimpin orang-orang untuk bertumbuh di dalam “hik”, harapan - iman dan kasih.

Sekarang tentang penglihatan mengenai malaikat dengan pedang yang menyala, seperti dalam gambaran di kitab Wahyu. Ini adalah untuk menunjukkan ancaman penghakiman.

Jaman sekarang manusia sendiri dapat menghancurkan dunia menjadi abu, dengan penemuan-penemuannya, manusia sendiri menempa pedang yang menyala.

Penglihatan kemudian memperlihatkan bahwa kekuatan yang merusak itu dikalahkan oleh kemuliaan Bunda Allah, dengan ajakan pertobatan. Maka di sini terdapat pentingnya kehendak bebas manusia: masa depan bukan sesuatu fakta yang tidak bisa diubah. Maka penglihatan itu adalah untuk mengarahkan kekuatan untuk mengadakan perubahan ke arah yang benar.

Selanjutnya adalah karakter simbolis dari penglihatan itu:
Tuhan adalah yang tak terukur, sebagai terang yang tak terukur.
Para manusia kelihatan seperti di dalam cermin. Karena kita sekarang melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar- samar (1 Kor 13:12).

Sekarang tentang gunung yang terjal dengan Salib dipuncaknya.
Gunung dan kota besar yang menjadi reruntuhan, melambangkan arena sejarah manusia: arena kreativitas dan harmoni sosial maupun juga arena penghancuran, di mana manusia menghancurkan hasil pekerjaannya sendiri. 
Salib merupakan lambang tujuan dan bimbingan sejarah manusia.
Salib mengubah kerusakan menjadi keselamatan; salib merupakan tanda kemalangan sejarah tetapi juga sebuah janji bagi sejarah.

Lalu tentang penderitaan Uskup (Bapa suci) dan para uskup, imam dan kaum religius. Jalan Gereja dikatakan sebagai jalan salib, “via crucis”, melalui waktu kekerasan, penghancuran, dan penganiayaan.

Seluruh sejarah abad ini diwakili oleh gambar ini. Abad ini merupakan abad para martir, penganiayaan Gereja, abad perang dunia dan perang lokal lainnya.
Maka diperingatkan oleh Bunda Maria, “Jika tidak (bertobat), Rusia akan menyebarkan kesesatannya ke seluruh dunia….”

Di tengah perjalanan ini dari seluruh abad, gambaran Paus yang mendaki adalah gambaran generasi para Paus dari Paus Pius X sampai Paus yang sekarang, mereka semua menderita mendaki menuju ke Salib.

Di penglihatan itu, paus itu dibunuh bersama para martir.
Bukankah itu yang hampir terjadi pada percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II tanggal 13 Mei 1981? Namun tangan Bunda Maria menolongnya; kekuatan iman dan doa-doa dapat mempengaruhi sejarah; dan kekuatan doa lebih kuat daripada peluru.

Akhirnya, darah Kristus dan darah para martir merupakan satu kesatuan.
Darah para martir turun dari kedua lengan Salib itu. Para martir wafat dalam persekutuan dengan Kristus. Demi Tubuh Kristus, para martir menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Darah para martir adalah biji umat Kristiani. Seperti melalui kematian Kristus, Gereja lahir; maka kematian para martir menjadikan kehidupan Gereja semakin berkembang.

Maka tak ada penderitaan yang sia- sia. Dari penderitaan para saksi iman, lahirlah kekuatan yang memurnikan dan memperbaharui, sebab penderitaan mereka adalah aktualisasi dari penderitaan Kristus sendiri dan penyampaian efeknya yang menyelamatkan di sini dan sekarang.

Maka, arti pesan/ rahasia Fatima sebagai satu kesatuan adalah
ajakan/ desakan bagi para umat beriman untuk berdoa,
sebagai jalan untuk keselamatan jiwa-jiwa
dan juga perintah untuk bertobat (penance and conversion).

Saya ingin menyebutkan lagi ekspresi kunci dari pesan Fatima,
“Hatiku Yang Tak Bernoda akan menang”,
Apa maksudnya?
Hati yang terbuka terhadap Tuhan, dimurnikan oleh kontemplasi akan Tuhan, adalah lebih kuat daripada senjata apapun.
Ketaatan Bunda Maria telah mengubah dunia, sebab dengan ketaatannya ia telah membawa Kristus ke dunia.

Syukurlah atas “Ya” dari Bunda Maria, Tuhan dapat menjadi manusia di dunia dan tetap hadir di dunia sepanjang jaman. Walaupun ada kuasa jahat di bumi, seperti yang kita lihat; namun karena Tuhan sendiri menjadi manusia dan mempunyai hati manusia, maka karenanya dapat menggiring kehendak bebas manusia menuju apa yang baik, maka kebebasan memilih yang jahat tidak lagi menjadi keputusan akhir.

Maka ayat yang akhirnya merangkum semua adalah,
“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33)
============


“Hendaklah kita mencari rahmat, dan marilah kita mencarinya melalui Maria.”


Oh Mempelai Roh Kudus
Oh Mempelai yang berduka,
Oh Mempelai yang mulia
Oh Mempelai yang utama

Pancarkanlah tangan yang siap bekerja
Berikanlah hati yang selalu bersahaja
Cerahkanlah budi yang terbuka akan surga

Oh Mempelai Roh Kudus
Oh Mempelai yang berduka,
Oh Mempelai yang mulia
Oh Mempelai yang utama

Sukacitamu yang jelita
Dukacitamu yang jelata
Cintamu yang jenaka
Ya Mempelai Roh Kudus, engkau selalu menghibur semua orang;
anugerahilah aku juga dengan penghiburan-penghiburan kudusmu.
(RJK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar