Ads 468x60px

Pax et bonum Damai & kebaikan... Doa Satu Menit Untuk Perdamaian


HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
 HARAPAN IMAN KASIH
 Pax et bonum
Damai & kebaikan...
Doa Satu Menit Untuk Perdamaian"
Kamis, 8 Juni 2017, pukul 13.00.
Marilah Berdoa:
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai-Mu.
Bila terjadi kebencian,
Jadikanlah aku pembawa cinta kasih;
Bila terjadi penghinaan,
Jadikanlah aku pembawa pengampunan;
Bila terjadi perselisihan,
Jadikanlah aku pembawa kerukunan;
Bila terjadi kebimbangan,
Jadikanlah aku pembawa kepastian;
Bila terjadi kesesatan,
Jadikanlah aku pembawa kebenaran;
Bila terjadi kecemasan,
Jadikanlah aku pembawa harapan;
Bila terjadi kesedihan,
Jadikanlah aku pembawa kegembiraan;
Bila terjadi kegelapan,
Jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dibibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi, aku menerima;
dengan mengampuni, aku diampuni;
dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Amin.
(St. Fransiskus Asisi)
Paus Fransiskus mengundang umat beriman untuk ikut serta dalam Prakarsa "Doa Satu Menit Untuk Perdamaian" pada hari Kamis, 8 Juni 2017, pukul 13.00, untuk mengenang pertemuan Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Taman Vatikan dengan Paus Fransiskus dan Patriark Bartholomew I, untuk berdoa bersama bagi perdamaian pada tanggal 8 Juni 2014.
"Besok pukul 1 siang", kata Paus dalam bahasa Italia selama Audiensi Umum pada hari Rabu, 7 Juni 2017, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan "Prakarsa Satu Menit untuk Perdamaian" akan dilangsungkan kembali di berbagai negara.
Sebuah momen doa pada hari peringatan pertemuan di Vatikan antara saya, mendiang Presiden Israel Shimon Peres, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas", kenang Paus Fransiskus.
"Ada banyak kebutuhan, di masa kita, mendoakan - umat Kristen, Yahudi dan Muslim - perdamaian", Paus Fransiskus menegaskan.
"Momen untuk Perdamaian" menyerukan doa dan terjadinya perdamaian pada peringatan ketiga pertemuan 'Doa untuk Perdamaian' di Vatikan.
Para peserta diundang untuk menyela kegiatan sehari-hari mereka dan mempersembahkan satu menit untuk merenung dan berdoa sesuai tradisi keagamaan mereka bagi perdamaian di dunia.
'Satu Menit' ini bisa dilakukan secara pribadi atau berkelompok, di jalanan atau di gereja, dalam keluarga, di sekolah atau di tempat kerja, demikian pernyataan dari panitia prakarsa tersebut.
Prakarsa ini dipromosikan oleh Komisi Nasional untuk Keadilan dan Perdamaian, 'Aksi Katolik' Argentina, serta Departemen Awam, Komisi Waligereja untuk ekumenisme, hubungan dengan Yudaisme, Islam dan agama-agama lain, dalam persekutuan bersama dengan Konferensi Waligereja Argentina
Pada tingkat internasional, prakarsa ini didukung oleh Forum Aksi Katolik Internasional dan Organisasi-organisasi Persatuan Wanita Katolik Sedunia.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Doa Damai dari St. Fransiskus Asisi”, demikian nama yang sudah dikenal secara luas, sekarang ini sudah berumur 105 tahun. “Kok baru seratus tahun!? Bukankah Fransiskus Asisi itu berasal dari permulaan abad 13? Jadi sudah 800an tahun dong!”
Pertanyaan itu tepat sekali. Secara harafiah, doa ini bukanlah dari St. Fransiskus Asisi, tetapi memuat jiwa dan semangat yang sedemikian kental bernas dari St. Fransiskus Asisi, sehingga menamakannya sebagai “Doa Damai St. Fransiskus Asisi” terasa mengalir begitu alami, lancar, dan mengena tanpa hambatan.
Seratus lima tahun yang lalu, pada bulan Desember 1912, Doa ini diterbitkan pertama kali oleh Esther Auguste Bouquerel dalam surat kabar Perancis La Clochette. Tidak lama kemudian, doa itu pun diterbitkan dalam journal terkemuka seperti "La Croix" dan "Osservatore Romano", kemungkinan besar atas permintaan Sri Paus Benediktus XV atau Kardinal Gasparri. Dari sinilah doa itu menyebar ke seantero dunia dan menjadi terkenal, mengena di hati dan disayang oleh siapa saja yang berkehendak baik.
Siapa pun merindukan kedamaian, tidak hanya kedamaian dalam hati sendiri, tapi juga dalam lingkup dunia di mana dia hidup, bahkan damai di setiap sudut bumi. Karena itu, doa ini dengan cepat melekat pada hati banyak orang. Kata-katanya sedemikian sederhana, tak berbelit-belit dalam kalimat-kalimat yang panjang. Singkat, padat, bernas, sederhana, sehingga dengan mudah meresap di hati yang membacanya.
Karena itu tidak mengherankan bahwa “doa sederhana” ini diucapkan oleh begitu banyak orang – banyak yang setiap hari mendoakannya – termasuk tokoh-tokoh dunia yang terkenal, seperti Ibu Teresa: ketika menerima hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, dia hanya mengucapkan dua-tiga kalimat terimakasih, kemudian mengajak para hadirin untuk bersama-sama mendoakan Doa Damai ini, yang naskahnya sudah dibagikan sebelumnya.
Demikian juga Margaret Thatcer pada hari pelantikannya sebagai Perdana Menteri Inggris; Patti Smith dalam lagu yang berjudul “Constantine’s Dream” dan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, ketika dia pada tanggal 4 Oktober 1995 menerima kedatangan Sri Paus Yohanes Paulus II yang menghadiri Sidang Umum PBB di New York.
Jiwa Fransiskus dalam Doa
Fransiskus Asisi orang yang sedemikian rendah hati di hadapan sesama manusia, apalagi di hadapan Allah. Rendah hati bukan berarti minder, takut bertindak atau pengecut.
Fransiskus menyadari diri bukan apa-apa di hadapan Tuhan. Hanya sekedar ciptaan-Nya. Kendati merasa diri sedemikian dicintai oleh Allah Sang Pencipta itu, dia merasa apa pun juga yang dikerjakan, itu hanyalah anugerah Allah itu sendiri. Dirinya hanyalah alat. Tuhanlah yang berperan utama.
Dalam doa ini semangat iman itu kentara betul. Dia memohon kepada Tuhan supaya Tuhan menjadikan dirinya sebagai sarana, pembawa perdamaian, bukan pelakunya. Karena itu, setiap kalimat diserukan: “jadikanlah aku”. Fransiskus tidak berkata – O, dia tidak akan berani berkata – “bila terjadi kebencian, saya akan membawa cinta kasih”.
Seandainya pun dia berhasil meluluhkan kebencian itu dan berubah menjadi cinta kasih, dia akan bersyukut kepada Tuhan karena Tuhan telah berkenanuan membuat dirinya menjadi sarana cinta kasih Tuhan itu. Karena itu dia hanya mampu dan berani memohon: “Bila terjadi penghinaan, JADIKANLAH aku pembawa pengampunan”. Hal yang sama diterjemahkan oleh orang lain sebagai: “BIAR(KAN)LAH aku membawa pengampunan”.
Kendati naskah doa ini bukan hasil dari tangan Fransiskus sendiri, namun semangat Fransiskus menggelegak sedemikian kental di dalamnya. Karena itu orang pun tak segan-segan menganggapnya berasal dari Fransiskus Asisi sendiri.
Tersembunyi
Dalam Madah Bakti lagu no 460 terdapat sebuah madah yang lagunya indah bersemangat dengan lirik yang mirip dengan Doa Damai Fransiskus:
Tuhan jadikanlah daku pembawa damai
Kan kunyanyikan lagu penawar badai
Tuhan jadikanlah daku penabur benih
Kan kudamaikan silang selisih.
1. Bila ada kulihat kawan bermusuh, ‘kan kusatukan dalam ikatan nan teguh.
Bila ada kudengar salah di tutur; ‘kan kusampaikan segala kataku yang jujur.
Dan bahagialah daku selamanya.
2. Bila ada kurasa duka di dada; ‘kan kubawakan kisah dan lagu gembira.
Bila ada kuraba gelap nan hitam; ‘kan kupancarkan cahaya-Mu di tengah malam.
Dan bahagialah daku selamanya.
Lagunya lincah bersemangat. Liriknya juga tidak jelek. Tetapi dalam hal sema-ngat spiritualitas, sangat berbeda dengan Doa Damai Fransiskus. Memang kalimat pertama masih menggemakan semangat Fransiskus: “JADIKANLAH aku pembawa damai”.
Tetapi dalam kalimat-kalimat berikutnya, semangat itu tidak muncul. Karena si pendoa seolah-olah berkata: “Kalau saya Kau jadikan ‘pembawa damai’, maka duduk tenang saja Bos, ‘kan kusatukan’, ‘kan kusampaikan’, ‘kan kubawakan’, ‘kan kupancarkan’…”
Penonjolan diri si pendoa sebagai pelaku tunggal begitu kuat terasa. Jiwa Fransiskus tidak demikian, justru sebaliknya: ‘Izikanlah saya, biarlah saya, jadikanlah saya …. pembawa cintakasih’, dan sebagainya. Si pendoa tetap merasa diri sebagai alat Tuhan, sekadar izin dan perkenanan Allah belaka.
Kita?
Sebagaimana spiritualitas Fransiskan, Doa Fransiskus Asisi ini pun dapat dipergunakan oleh siapa pun dari agama mana pun, karena mencerminkan relasi otentik antara manusia dengan Yang Ilahi, yang kita sebut Tuhan atau Allah.
Hendaknya kita pun sesering mungkin – syukur-sykur setiap hari – mendoakan Doa Sederhana ini. Demi kedamaian dalam hati kita masing-masing dan demi kedamaian dalam hati orang lain.
B.
JP II:
Let us pray to the Holy Spirit and Seat of Wisdom (from the litany of Loreto):
Holy Spirit and Seat of Wisdom,
help us in the great endeavor that we are carrying out to meet on a more and more mature way our brothers and sisters in the faith.
Through all the means of knowledge, of mutual respect, of love, may we be able to rediscover gradually the divine plan.
Teach us constantly the ways that lead to unity. Help us all to proclaim Christ and reveal the power of God and the wisdom of God hidden in His Cross.
How greatly I desire to entrust to You all the difficult problems of the societies, systems, and states— problems that cannot be solved with hatred, war, and self-destruction, but only by peace, justice, and respect for the rights of people and nations. Amen.
Our Lady Seat of Wisdom, pray for us.
C.
In Memoriam:
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, lantunan ayat Alquran dan doa dari kaum muslim dibacakan di tempat suci umat Katolik, Vatikan. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi berkumpul & berdoa bersama di Vatikan pada Minggu 8 Juni 2014 yang lalu.
Hal ini dalam rangka upaya Paus Fransiskus mendamaikan Israel dan Palestina. Dalam lawatannya ke Timur Tengah, Paus mengundang Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Israel Shimon Peres untuk berkumpul di Vatikan.Seperti dimuat Al-Arabiya (7/6/2014).
Pihak Vatikan menyebut pertemuan antara Paus, Abbas, dan Peres sebagai suatu "jeda politik". Artinya, tak ada unsur politik selain untuk mendamaikan Israel dan Palestina.
Dalam rilis yang diterima Times of Israel dari juru bicara Presiden Peres, dibacakan doa dan lantunan ayat dari 3 kitab, yakni kitab Alquran, Injil, dan Taurat. Acara itu juga menghadirkan sejumlah orang dari ketiga agama tersebut. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi yang duduk bersama di Vatikan. Ini merupakan yang kali pertama, kebersamaan antar-agama terjadi di Vatikan.
Pertemuan tokoh antar-agama yang juga dihadiri Presiden Giorgio Napolitano dan Menteri Luar Negeri Federica Mogherini ini hadir sbg slh satu usaha nyata utk terus menciptakan "surga di bumi", damai di bumi dan damai di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar