Ads 468x60px

Rabu, 21 Juni 2017


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Rabu, 21 Juni 2017
Peringatan Wajib St. Aloysius Gonzaga.
2 Korintus (9:6-11)
(Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9)
Matius (6:1-6.16-18)
“Pulvis et umbra sumus - Kita hanya debu dan bayangan.”
Abu adalah lambang biblis dari sesal dan tobat. Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu menjadi tanda tobat (Yun 3:6, Est 4:13, Ayb 42:6, Dan 9:3).
Gereja Perdana pun mewariskan penggunaan abu untuk alasan yang sama seperti yang dikatakan Eusebius dan secara khusus Tertulianus dalam De Poenitentia: "pendosa yang bertobat harus “hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu.”
Adapun 3 semangat iman Gereja lewat simbol abu, antara lain:
1."Kebersamaan":
Dalam hari Rabu Abu, penerimaan abu merupakan suatu tanda pertobatan yang universal dimana semua orang Katolik sama-sama menerima abu di dahinya sebagai permulaan saat pertobatan dalam semangat ber-“PDA”, Puasa Doa dan Amal.
2."Keterbukaan":
Karena abu diurapkan di dahi, maka amatlah mustahil bahwa kita bisa melihat secara langsung betapa kotornya dahi kita tapi kita bisa dengan amat mudah melihat kotornya dahi orang lain. Disinilah orang lain seakan berdiri dan menjadi cermin tempat kita melihat diri kita masing-masing. Dengan kata lain: Kita diajak untuk terbuka karena sesama adalah gambaran dan cermin diri. Kita melihat diri yang penuh kelemahan melalui keterbukaan terhadap orang lain yang kini berada di depan kita. Tak ada yang bisa banyak kita katakan kecuali bersama-sama terbuka di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita adalah manusia lemah yang sama-sama membutuhkan rahmatNya.
3."Kerendahan hati":
Abu melambang dan mengingatkan kita akan ketidakabadian. Karenanya, ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di dahi, ia akan berkata, “Bertobatlah dan percaya kepada Injil" atau "Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu". Inilah kalimat seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam (Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29; Pktbh 3:20). Ini juga sesuai dengan pengakuan Abraham, “Aku debu dan abu” (Kej 18:27). Dengan kata lain: Abu menjadi tanda ketidakabadian kita serta mengingatkan kita untuk selalu rendah hati.
"Cari obat di Sriwedari - Mari bertobat setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Ad Maiorem Dei Gloriam - Demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan.”
Itulah motto dan mars SMA Kolese Gonzaga Jakarta yang kerap saya dengar ketika menjadi sub- moderator di Kolese Gonzaga pada tahun 2002.
Adapun motto ini berangkat dari semboyan para Jesuit yang mengedepankan semua “harta” semata bagi kemuliaan Tuhan.
Bersama dengan teladan St Aloysius (Luigi) Gonzaga, seorang frater Jesuit yang kita kenangkan hari ini, adapun “kaki” iman yang bisa diterapkan dalam hidup harian dan pekerjaan supaya “harta” kita (entah secara materil/spiritual) bisa lebih memuliakan nama Tuhan yakni: "Komunikatif - Afektif - Kreatif - Integratif":
A.Komunikatif:
Gonzaga selalu berupaya terbuka menjalin komunikasi insani dengan sesamanya, terlebih yang kecil dan tersingkir. Ia tidak tertutup dan lekat-pekat pada kemapanan dan kekayaan dunia. Hatinya lepas bebas.
Hal ini didasari karena ia juga terbuka dan menjalin komunikasi yang intensif dengan Yang Ilahi. Ia sendiri mempunyai empat devosi khusus: devosi kepada Sakramen Maha Kudus, devosi kepada Sengsara Kristus, devosi kepada para Malaikat dan yang pasti juga devosi kepada Bunda Maria. Itu sebabnya, ia digambarkan sebagai seorang frater muda berjubah dengan memegang rosario yang menunjukkan sikap devotifnya yang komunikatif dengan “Yang Kudus.”
B.Afektif:
Gonzaga yang adalah pelindung kemurnian kaum muda kerap juga dilambangkan dengan seseorang yang memegang bunga lili (bakung). Bukankah ini melambangkan rasa perasaan yang terbuka dan tulus? Inilah sebuah perasaan yang suci dan murni, tidak ada udang di balik batu. Ia berbuat baik bukan karena untuk dipuja-puji atau supaya menjadi “selebritis”, tapi karena memang hatinya penuh dengan sikap yang berbelarasa pada sesama.
Jelasnya, ia bukan orang yang sekedar efektif, tapi sekaligus juga orang yang punya “hati”, semacam kasih “afektif” karena semua tindakannya didasari dengan hati yang tulus dan tidak penuh akal bulus.
Adapun motto yang membimbingnya ke seminari: “Saya ibarat sepotong besi yang telah bengkok. Saya ingin agar Tuhan yang meluruskannya kembali”. Ketulusan afeksinya berdasarkan pada semangat kesadaran diri dan kerendahan hati yang terus terolah, bukan?
C.Kreatif:
Gonzaga sebagai putra tertua Marchese (bangsawan) dari Castiglione tentunya mempunyai banyak pemahaman dan pengalaman untuk mencari ruang kreatif dalam menemukan Tuhan. Sejak kecil, ia biasa berdoa dengan mendaraskan mazmur-mazmur secara kreatif.
Sebuah kisah:
Pada tahun 1591, ketika terjadi wabah pes dan kelaparan di Italia, maka ia secara kreatif mengumpulkan dana dengan “mengemis” di Roma bagi daerah-daerah yang terkena wabah. Ia juga dengan pelbagai cara kreatif bekerja langsung merawat orang-orang sakit, mengangkut orang-orang yang hampir mati di jalan raya, membawanya ke rumah sakit, memandikan mereka dan memberi mereka makan serta mempersiapkan mereka untuk penerimaan sakramen-sakramen. Bukankah Tuhan bisa juga ditemukan lewat hal-hal kreatif yang kita kerjakan secara nyata bagi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa?
D.Integratif:
Gonzaga juga dilukiskan dengan gambaran seorang laki-laki muda yang mengenakan jubah hitam dengan superpli putih dan memegang salib. Ini menunjukkan kesetiaan dan pengorbanannya sepanjang hidup secara utuh penuh dan menyeluruh.
Ia tinggalkan “harta”, keluarga, kekayaan dan kebangsawanannya demi Allah. Ia tidak mencari harta dunia, tapi sungguh berjuang untuk mencari dan menemukan harta surgawi. Matanya terang mencari keabadian dan bukan kesementaraan. Hidupnya sibuk pada perkara-perkara “yang diatas”, bukan yang remeh-temeh seperti yang kerap kita jumpai ketika orang saling licik dan penuh intrik berebut harta, tahta dan kuasa.
“Naik Tangga cari indomie - Aloysius Gonzaga doakanlah kami.”
Doa St Aloysius Gonzaga
(Buku Tour de Maria, RJK)
"Santa Maria, Ratu junjunganku, aku menyerahkan diriku
kepada perlindunganMu yang suci dan pemeliharaan khususmu
serta pangkuan belas kasihmu, hari ini dan setiap hari serta pada saat aku mati. Aku serahkan jiwa ragaku kepadamu. Aku percayakan kepadamu harapan dan hiburanku, kesedihan dan kesengsaraanku, seuruh hidup dan akhir hayatku. Melalui perantaraanmu yang paing suci dan melalui jasa-jasamu, semoga segala tindakanku diarahkan sesuai dengan arah kehendakmu dan kehendak Puteramu." (St.Aloysius Gonzaga, 1568 - 1591).
2.
"Intentio pura - Maksud yang tulus/murni."
Inilah kualitas iman yang diharapkan Yesus di tengah banyak orang yg mudah ber-intentio "pura-pura" (penuh akal bulus/tidak murni).
Adapun, dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda dengan tulus-lurus dan kudus: "Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di depan orang supaya dilihat."
Yesus mencela sikap hidup orang beriman yang "dangkal/banal" karena penuh kosmetika kepalsuan/kepura-puraan (Jawa: "slintat slintut") sekedar mau pamer/dipuja puji orang. Sikap ini juga kerap kita sebut sebagai mentalitas orang yang munafik ("MUlutnya pedas-NAlurinya iri dan FIKirannya negatif").
Secara sederhana, penghayatan iman orang kristiani yang tulus-lurus dan kudus setidaknya mencakup "4 pilar dasar/tetralogi", yakni "PDAM", antara lain:
A."Puasa":
Relasi dialog dengan diri sendiri, karena seperti kata St. Leo Agung, berpuasa itu tidak hanya berarti mengurangi makan/minum tapi memberantas semua habitus/kebiasaan jahat dalam diri kita supaya lebih reflektif dan instrospektif.
B."Doa":
Relasi dialog dengan Tuhan entah devosi/kontemplasi/meditasi, sehingga kita lebih mengalami "intimitas cum Deo, keakraban dengan yang ilahi" setiap hari.
C."Amal":
Relasi dialog dengan sesama, terlebih yang kecil dan miskin sehingga kita semakin hidup berbelarasa dan menjadi sahabat bagi semua orang.
D."Misa":
Relasi dialog bersama Gereja, karena jelaslah iman kita bersama iman gereja mesti berdimensi ekaristis, siap untuk dipilih diberkati dipecah dan dibagi-bagi bagi hidup sesama dan semesta.
"Makan srikaya di Surakarta - Mari berkarya penuh sukacita."
3
"Zelo zelatus sum pro Domino Deo exercituum - Aku bekerja segiat-giatnya demi kemuliaan Tuhan semesta alam".
Inilah motto yang saya dapatkan di pintu masuk sebuah sekolah Katolik tertua di Malang, yakni SMA St Albertus Dempo ketika saya memberi retret tahunan untuk para guru dan beberapa bruder/suster Karmelit disana.
Nah, mengacu pada bacaan hari ini, setidaknya ada 3 hal dasar yang bisa kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan yakni "PDA - Puasa Doa + Amal" : Dengan puasa, kita diajak untuk lebih bersabar; dengan doa, kita diajak untuk lebih beriman; dengan amal, kita diajak untuk lebih berbagi.
Ke 3 hal ini, “Puasa Doa Amal” yang mengajak kita belajar “bersabar-beriman dan berbagi” tentunya dimaksudkan semata mata demi kemuliaan Tuhan atau dalam bahasa para suster Ursulin, "Soli Deo Gloria," karena kita lakukan dengan hati yang tulus/"munajat".
Di lain matra, Yesus hari ini juga mengatakan tentang sikap yang dibenciNya karena jelas tidak memuliakan nama Tuhan semesta alam adalah sikap yang penuh akal bulus/"munafik".
Dalam buku saya, "TANDA" (RJK, Kanisius), ada 3 indikasi dasar orang munafik, al: "MUlutnya pedas-NAlurinya iri + FIKirannya negatif.
Nah, bersama teladan iman yang saya dapat dari motto sekolah Dempo Malang ini, marilah kita juga semakin giat ber"PDA", berpuasa berdoa dan beramal secara tulus, dan semakin giat juga menanggalkan sikap-sikap munafik yang penuh akal bulus, sehingga dengan perbuatan baik dan ketulusan hati, namaNya semakin dimuliakan dan hidup kita semakin diselamatkan.
"Belajar Kalkulus bersama Romo Sixtus – Jadilah orang yang berhati tulus seperti Kristus."
4.
"When you pray, fast, and give alms"
Gospel Reading: Matthew 6:1-6, 16-18
"Beware of practicing your piety before men in order to be seen by them; for then you will have no reward from your Father who is in heaven. "Thus, when you give alms, sound no trumpet before you, as the hypocrites do in the synagogues and in the streets, that they may be praised by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you give alms, do not let your left hand know what your right hand is doing, so that your alms may be in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you pray, you must not be like the hypocrites; for they love to stand and pray in the synagogues and at the street corners, that they may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward.
But when you pray, go into your room and shut the door and pray to your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you. "And when you fast, do not look dismal, like the hypocrites, for they disfigure their faces that their fasting may be seen by men. Truly, I say to you, they have received their reward. But when you fast, anoint your head and wash your face, that your fasting may not be seen by men but by your Father who is in secret; and your Father who sees in secret will reward you."
Old Testament Reading: Joel 2:12-18
"Yet even now," says the LORD, "return to me with all your heart, with fasting, with weeping, and with mourning; and rend your hearts and not your garments." Return to the LORD, your God, for he is gracious and merciful, slow to anger, and abounding in steadfast love, and repents of evil. Who knows whether he will not turn and repent, and leave a blessing behind him, a cereal offering and a drink offering for the LORD, your God? Blow the trumpet in Zion; sanctify a fast; call a solemn assembly; gather the people. Sanctify the congregation; assemble the elders; gather the children, even nursing infants. Let the bridegroom leave his room, and the bride her chamber. Between the vestibule and the altar let the priests, the ministers of the LORD, weep and say, "Spare your people, O LORD, and make not your heritage a reproach, a byword among the nations. Why should they say among the peoples, `Where is their God?'" Then the LORD became jealous for his land, and had pity on his people.
Meditation
Are you hungry for God and do you thirst for his holiness? God wants to set our hearts ablaze with the fire of his Holy Spirit that we may share in his holiness and radiate the joy of the gospel to those around us. St. Augustine of Hippo tells us that there are two kinds of people and two kinds of love: "One is holy, the other is selfish. One is subject to God; the other endeavors to equal Him." We are what we love. God wants to free our hearts from all that would keep us captive to selfishness and sin. "Rend your hearts and not your garments" says the prophet Joel (Joel 2:12). The Holy Spirit is ever ready to transform our hearts and to lead us further in God's way of truth and holiness.
Why did Jesus single out prayer, fasting, and almsgiving for his disciples? The Jews considered these three as the cardinal works of the religious life. These were seen as the key signs of a pious person, the three great pillars on which the good life was based. Jesus pointed to the heart of the matter. Why do you pray, fast, and give alms? To draw attention to yourself so that others may notice and think highly of you? Or to give glory to God? The Lord warns his disciples of self-seeking glory - the preoccupation with looking good and seeking praise from others. True piety is something more than feeling good or looking holy. True piety is loving devotion to God. It is an attitude of awe, reverence, worship and obedience. It is a gift and working of the Holy Spirit that enables us to devote our lives to God with a holy desire to please him in all things (Isaiah 11:1-2).
What is the sure reward which Jesus points out to his disciples? It is communion with God our Father. In him alone we find the fulness of life, happiness, and truth. May the prayer of Augustine of Hippo, recorded in his Confessions, be our prayer this Lent: When I am completely united to you, there will be no more sorrows or trials; entirely full of you, my life will be complete. The Lord wants to renew us each day and give us new hearts of love and compassion. Do you want to grow in your love for God and for your neighbor? Seek him expectantly in prayer, with fasting, and in generous giving to those in need.
The forty days of Lent is the annual retreat of the people of God in imitation of Jesus' forty days in the wilderness. Forty is a significant number in the scriptures. Moses went to the mountain to seek the face of God for forty days in prayer and fasting. The people of Israel were in the wilderness for forty years in preparation for their entry into the promised land. Elijah fasted for forty days as he journeyed in the wilderness to the mountain of God. We are called to journey with the Lord in a special season of prayer, fasting, almsgiving, and penitence as we prepare to celebrate the feast of Easter, the Christian Passover. The Lord gives us spiritual food and supernatural strength to seek his face and to prepare ourselves for spiritual combat and testing. We, too, must follow in the way of the cross in order to share in the victory of Christ's death and resurrection. As we begin this holy season of testing and preparation, let's ask the Lord for a fresh outpouring of his Holy Spirit that we may grow in faith, hope, and love and embrace his will more fully in our lives.
"Lord Jesus, give me a lively faith, a firm hope, a fervent charity, and a great love of you. Take from me all lukewarmness in the meditation of your word, and dullness in prayer. Give me fervor and delight in thinking of you and your grace, and fill me with compassion for others, especially those in need, that I may respond with generosity."
Psalm 51:3-6,12-14,17
For I know my transgressions, and my sin is ever
before me.
Against you, you only, have I sinned, and done
that which is evil in your sight, so that you are
justified in your sentence and blameless in
your judgment.
Behold, I was brought forth in iniquity, and in sin
did my mother conceive me.
Behold, you desire truth in the inward being;
therefore teach me wisdom in my secret heart.
Restore to me the joy of your salvation, and
uphold me with a willing spirit.
Then I will teach transgressors your ways, and
sinners will return to you.
Deliver me from bloodguiltiness, O God, O God
of my salvation, and my tongue will sing
aloud of your deliverance.
The sacrifice acceptable to God is a broken spirit;
a broken and contrite heart, O God, you will
not despise.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"Christians must always live in this way, without any wish to come down from their cross - otherwise they will sink beneath the world's mire. But if we have to do so all our lives, we must make an even greater effort during the days of Lent. It is not a simple matter of living through forty days. Lent is the epitome of our whole life." (Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 205, 1)
5.
Kutipan Teks Misa:
“Percayalah, orang yang sungguh-sungguh rendah hati akan diberi Tuhan hati yang damai” (Sta. Teresia dari Avila)
Antifon Pembuka (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya.

Doa Pembuka
 Ya Allah, dalam diri Santo Aloysius Engkau menyatukan hidup suci dengan semangat tapa. Kami takkan mampu menyamai kesuciannya. Maka semoga berkat jasa dan doanya kami sekurang-kurangnya meneladan semangat tapanya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (9:6-11)
 "Allah mengasihi orang yang memberi sukacita."
Saudara-saudara, camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula. Sebaliknya orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula. Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau terpaksa. Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kalian, supaya kalian senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis, “Ia murah hati, orang miskin diberi-Nya derma. Kebenaran-Nya tetap untuk selama-lamanya.” Dia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Dia juga yang akan menyediakan benih bagi kalian serta melipatgandakannya, dan menumbuhkan buah kebenaranmu. Kalian akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.
Ayat. (Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)
"Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau."
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni (Mat 77:24-25)
Roti surgawi diberikan kepada manusia. Roti malaikat menjadi santapan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar