Ads 468x60px

Senin, 12 Juni 2017


HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
 HARAPAN IMAN KASIH
 Senin, 12 Juni 2017
Hari Biasa Pekan X
2 Korintus (1:1-7)
 (Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9)
Matius (5:1-12)
“Fiat cor meum immaculatum - Jadikanlah hatiku murni.”
Inilah salah satu harapan orang yang ingin memperoleh kebahagiaan. Adapun hari ini, Yesus bersabda:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, ...
"Berbahagialah orang yang berdukacita....,
"Berbahagialah orang yang lemah lembut..,
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran...,
"Berbahagialah orang yang murah hati...,
"Berbahagialah orang yang suci hatinya...,
"Berbahagialah orang yang membawa damai...,
"Berbahagialah kalian, jika dicela dan dianiaya, difitnah... bersukacita dan bergembiralah..."
Inilah sabda yang biasanya disebut “Khotbah di Bukit”, yang berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dimana semua orang kristiani harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam dirinya (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25).
Adapun kata "berbahagia" menunjuk kepada kesejahteraan semua orang yang karena hubungannya dengan Kristus dan Firman-Nya, menerima Kerajaan Allah, yang meliputi kasih, perhatian, keselamatan dan kehadiran Allah hari lepas hari (Mat 14:19; Luk 24:50).
Beberapa syarat dasar yang harus dipenuhi jikalau kita ingin menerima berkat-berkat Kerajaan Allah, adalah "8 K", antara lain:
1.Kerendahan hati: "Miskin di hadapan Allah".
Kita harus sadar bahwa kita itu terbatas. Kita membutuhkan “rahmat”: kuasa dan kasih karunia yang datang dari Roh Kudus untuk mewarisi Kerajaan Allah.
2.Kesadaran diri: "Berdukacita"
Kita peka dan merasa sedih atas kelemahan kita sendiri karena tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah (Mat 5:6; 6:33). Itu juga berarti berdukacita karena hal-hal yang menyedihkan hati Allah, berbagi rasa dengan Allah dan ikut berduka bersama-Nya atas dosa, kebejatan, dan kekejaman yang tampak di dunia (Kis 20:19; Luk 19:41; 2Pet 2:8).
3.Kelemah lembutan: "Lemah lembut":
Mereka yang rendah hati, patuh dan berlindung pada-Nya. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat Allah daripada hal-hal yang mungkin terjadi pada diri mereka (Mazm 37:11).
4.Keberanian: ”Lapar dan haus akan kebenaran”
Lapar ini tampak dalam diri Musa (Kel 33:13,18), pemazmur (Maz 42:3,7; Maz 63:2) dan Rasul Paulus (Fil 3:10). Kondisi rohani kita akan tergantung pada rasa lapar dan dahaga akan
(a) kehadiran Allah (Ul 4:29),
(b) Firman Allah (Mazm 119:1-176),
(c) hubungan dengan Kristus (Fil 3:8-10),
(d) persekutuan Roh Kudus (Yoh 7:37-39; 2Kor 13:14),
(e) kebenaran (Mat 5:6),
(f) kuasa kerajaan (Mat 6:33) dan
(g) kedatangan Tuhan kembali (2Tim 4:8).
5.Kemurahan hati: "Murah hatinya".
Penuh belas kasihan dan rasa iba terhadap orang menderita, baik karena dosa maupun karena dukacita. Orang yang murah hati itu sungguh ingin mengurangi penderitaan itu dengan menuntun orang itu kepada Kristus sehingga ia dapat menerima kasih karunia dan pertolongan Allah (Mat 18:23-35; Luk 10:30-37; Ibr 2:17).
6. Kesucian: "Suci hatinya".
Kita diajak untuk terus berusaha menyenangkan hati Allah dan memuliakan Dia dan menjadi sama seperti Dia. Kita berusaha untuk memiliki sikap hati yang sama seperti Allah: mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan (Ibr 1:9). Hatinya (termasuk pikiran, kehendak, dan perasaan) adalah selaras dengan hati Allah (1Sam 13:14; Mat 22:37; 1Tim 1:5).
Pastinya, hanya orang yang suci hatinya yang "akan melihat Allah". Melihat Allah artinya menjadi anak-Nya dan tinggal di hadapan-Nya, baik sekarang maupun di masa yang akan datang (Kel 33:11; Wahy 21:7; 22:4).
7.Kedamaian: "Membawa damai".
Orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah, yang berdamai dengan Allah karena salib (Rom 5:1; Ef 2:14-16) serta menuntun orang lain, termasuk musuh-musuhnya, agar berdamai dengan Allah.
8.Kerelaaan berkorban: ”Siap dianiaya”.
Penganiayaan akan menimpa semua orang yang berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman Allah demi kebenaran yakni mereka yang mempertahankan standar kebenaran, keadilan, dan kesucian, yang pada saat bersamaan tidak mau berkompromi dengan masyarakat sekarang yang fasik atau gaya hidup orang percaya yang suam (Wahy 2:1-29; 3:1-4,14-22), tidak menjadi populer, ditolak, dan dikecam.
Penganiayaan dan pertentangan itu sendiri akan datang dari dunia (Mat 10:22; 24:9;Yoh 15:19) dan bahkan kadang-kadang dari orang yang mengaku diri anggota gereja (Kis 20:28-31; 2Kor 11:3-15; 2Tim 1:15; 3:8-14; 4:16). Pada saat mereka mengalami penderitaan ini, orang Kristen hendaknya bersukacita (ayat Mat 5:12), karena mereka yang paling menderita akan diberikan berkat yang terbesar oleh Allah (2Kor 1:5; 2Tim 2:12;1Pet 1:7; 4:13).
“Mgr Soegiya adalah uskup pribumi pertama di Indonesia – Orang beriman yang bahagia itu tak akan pernah hidup sia sia.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Gaudium - Syukur!"
Inilah nuansa khas ketika hari ini kita mengenangkan bacaan harian, yang biasanya disebut Khotbah di Bukit, yang berisi penyataan dari aneka prinsip kebenaran Allah dengan penuh "HIK" – “Harapan Iman Kasih”, dimana kita diharapkan harus hidup di dalam kasih dan iman akan Yesus (Gal 2:20, Rom 8:2-14; Gal 5:16-25).
Dengan modal "HIK", kita diajak menjadi orang yang "silaban-siap dan rela berkorban" dengan beberapa semangat dasarnya, yakni:
* MISKIN (rendah hati),
* BERDUKACITA (tegar hati),
* LEMAH LEMBUT (baik hati),
* LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN (sejati),
* MURAH HATI,
* SUCI HATI,
* MEMBAWA DAMAI, dan
* SIAP DIANIAYA OLEH KARENA KEBENARAN.
Bagaimana dengan kita sendiri?
"Cari kardus di Lebak Bulus - Mari kita hidup kudus dan tulus."
B.
"Ecce ancilla Domini - Aku adalah hamba Tuhan."
Inilah salah satu kalimat khas Bunda Maria yang sejajar dengan semangat kerendahan hati imani seperti yang diajarkan Yesus hari ini: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah".
Dengan kata lain: Yesus ingin kita selalu menjadi orang beriman yang bahagia walau kadang kecewa dan tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, karena bahagia bukanlah melulu pada aneka hal material-duniawi (harta tahta kuasa) tapi lebih pada suasana hati yang "BAgikan harapan-HAdirkan Tuhan dan GIAtkan iman" dengan beberapa semangat pokok yang diwartakanNya, antara lain:
1.yang "miskin":
yang tidak terikat-lekat pada harta dan tahta duniawi tetapi lepas bebas dan hanya mengikatkan/mengandalkan diri pada Tuhan.
2."yang "berdukacita":
yang menjadi "korban", dizalimi dan dihakimi secara tidak adil, yang sengsara dan dukalara karena penganiayaan sesama tapi tetap setia untuk terus mendekat kepadaNya.
3.yang "murah hati":
yang mudah peka dan berempati/berbelarasa, bisa dan biasa berbagi dengan sukarela pada sesama terlebih yang kecil dan tersingkir, lewat doa-ucapan dan karya nyata.
4.yang "lemah lembut":
yang hatinya tulus dan halus, tidak suka menghakimi tapi selalu belajar memahami orang lain dengan sabar dan rendah hati.
5.yang "lapar dan haus akan kebenaran":
yang selalu berjuang sepenuh hati dan merindukan keadilan/kesejahteraan bagi sesama secara utuh penuh dan teduh, yang tidak angkat tangan/cuci tangan tapi yang mau untuk turun tangan, terlibat di tengah suka duka masyarakat kendati harus menghadapi berbagai macam resiko.
6.yang "suci hatinya":
yang selalu menjaga kalbu/hati dan tidak membiarkan hatinya kotor dan rusak dinodai oleh virus kebencian dan dendam, iri dan tinggi hati serta aneka ria perasaan negatif lainnya.
7.yang "membawa damai":
yang selalu siap untuk berkorban dan bersaksi demi mengupayakan perdamaian sebagai satu satunya modal dasar dengan siapapun untuk urusan apapun dan dimanapun.
"Cari galah di Stadion Manahan - Selalu berbahagialah dalam kasih Tuhan."
C.
“Intentio pura - Maksud yang murni."
Inilah yang selalu diharapkan setiap kali kita menjalin relasi dengan orang lain dan hendak mencapai sebuah kebahagiaan sejati. Inilah sebuah tindakan komunikatif yang membahagiakan (Lat: comunicare: berbagi), tidak ada "rekayasa/agenda politis/hidden agenda" karena semuanya tulus tanpa ada akal bulus, hanya hadir dan mengalir.
Tapi secara real, kadang ada saja orang yang tidak membahagiakan karena "tidak fair": Ia berpura-pura tulus padahal hatinya penuh akal bulus. Hati dan kata-katanya seperti "pepesan kosong" karena penuh topeng dan kepalsuan, kadang penuh gosipan dan cibiran, seolah mereka adalah orang yang berhak menjadi "hakim" bagi sesamanya.
Adapun tiga keutamaan jawa yang bisa kita petik dari realitas ini, al:
1. "Eling lan waspada":
Ingat diri dan ber-mawas diri dalam menjalin relasi, karena ada saja "serigala berbulu domba": di depan kita berpura-pura baik tapi ternyata di belakang malahan menjelek-jelekkan/memfitnah, ngrasani, mencari untung dll. Ini bisa terjadi di banyak tempat, entah di tempat kerja atau juga di gerej, entah dengan sesama umat/sesama gembalanya. Dkl: Kita perlu bersikap instrospektif setiap harinya supaya selalu bermawas diri.
2. "Alon alon waton kelakon":
Perlahan dan jangan tergesa dalam mengambil banyak keputusan. Semuanya mesti dilihat dengan arif dan tidak terburu buru. Ada sikap kehati-hatian dalam menjalin relasi. Dkl: Kita perlu bersikap reflektif, "menep", tidak larut hanyut dalam emosi dan rasa perasaan sesaat yang bergejolak hanya karena atas dasar suka/tidak suka. Kita perlu punya kepekaan nurani dalam menjalin relasi.
3. "Ojo Dumeh":
Kita diharapkan untuk hidup sederhana dan tidak suka pamer/tampil "wah" karena kadang bisa menimbulkan keiri-hatian orang lain yang tidak suka. Disinilah kita perlu menjadi orang yang integratif, yang utuh dan seimbang, tidak sibuk pada tampilan luar tapi sungguh mempunyai "inner power" yang muncul dari kedalaman hati yang bena-benar tulus dan sejati: Think before speak!
"Cari roti di Lebak Bulus - Milikilah hati yang benar-benar tulus."
D.
Kutipan Teks Misa:
"Aku ingin menjadi orang Kristen sejati dan bukan sekadar pembawa nama Kristen." (St. Ignatius dari Antiokhia).

Antifon Pembuka (Mzm 34:9)
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Raja Mahamulia, kerajaan-Mu Kaujanjikan kepada orang miskin dan rendah hati. Kami mohon, semoga kami dapat menerima semangat-Mu, agar dapat memasuki kedamaian-Mu dan menjadi putra dan putri-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1:1-7)
 "Allah menghibur kita, sehingga kita sanggup menghibur semua orang yang berada dalam macam-macam penderitaan."
Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius, saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dan kepada semua orang kudus di seluruh Akhaya. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasih dan Allah sumber segala penghiburan. Ia menghibur kami dalam segala penderitaan, sehingga kami sanggup menghibur semua orang yang berada dalam macam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab seperti halnya kami mendapat bagian berlimpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula berlimpahlah penghiburan kami oleh Kristus. Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kalian, jika kami dihibur, hal itu adalah untuk penghiburanmu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita. Kami mempunyai harapan yang teguh akan kalian. Sebab kami tahu, sebagaimana kalian turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, demikian juga kalian turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan.
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
4. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 5:12a)
Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12)
 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah."
Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit, sebab melihat orang banyak. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus mulai berbicara dan menyampaikan ajaran ini kepada mereka, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kalian, jika demi Aku kalian dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga, sebab para nabi sebelum kalian pun telah dianiaya."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Antifon Komuni (Mat 5:5)
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan dimiliki bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar