Ads 468x60px

Senin, 09 Oktober 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 09 Oktober 2017
Hari Biasa Pekan XXVII
Yunus (1:1-2; 2:1-2.11)
(Yun 2:2,3,4,5,8)
Lukas (10:25-37)
“Adauge nobis fidem - Tambahkanlah iman kami.”
Keyakinan sebagai umat terpilih (the chosen people) seharusnya mendorong kita untuk beriman secara penuh dengan mengingat tiga dimensi iman yang ditampilkan pada bacaan hari ini, al:
1.Diungkapkan:
Rm Van Lith mengharapkan para muridnya di Muntilan untuk menghidupi semboyan “4GO”: “GOlek seGO GOlek swarGO”. Rm Mangun mengharapkan agar Gereja bisa menjadi “admiranda et amanda” (dikagumi dan dicintai). Mgr Soegija mengharapkan kesadaran bersama bahwa kita bukan yang paling banyak (“pars maior”) tapi harus berjuang jadi yang paling baik (“pars sanior”). Bukankah hidup itu penuh harapan? Harapan berarti mimpi dan mimpi berarti pekerjaan, bukan?
2.Dirayakan:
Kita adalah Imago Dei, citra Allah. Dalam Bahasa Paulus: “Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.” Kita juga diajak merayakan iman kita dengan pelbagai pewartaan dan aneka kegiatan devotif liturgis bukan?
3.Diwujudnyatakan:
”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Inilah syarat untuk mencapai hidup yang kekal yakni iman yang diwujudkan dengan kasih yang total kepada Allah dan sesama. Dalam tradisi Yahudi, "sesama"= plesios="orang dekat", sebangsa atau sesuku. Mereka cenderung hidup eksklusif dan men-cap buruk yang lainnya.
Untuk menegur keadaan inilah, Yesus menampilkan tiga tokoh:
a.Korban perampokan:
Dia adalah seorang pria malang yang tidak diketahui namanya, status sosialnya, profesinya, sukunya, tujuan perjalanannya. Ia dipukuli perampok, pingsan (“setengah mati”), dilucuti pakaiannya ( “dirampok habis-habisan”) dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yeriko yang berjarak sekitar 30 km.
Yerusalem sendiri terletak di bukit Yudea dengan ketinggian sekitar 700 m di atas permukaan laut, sedang kota Yeriko berada di dataran rendah, sehingga perjalanan dari Yerusalem ke Yeriko merupakan perjalanan yang menurun. Jalan antara Yerusalem ke Yeriko memang terkenal berbahaya dan tidak aman maka disebut “jalan berdarah”.
b.Imam dan Lewi:
Kelompok yang mempunyai status sosial terhormat: Imam adalah pemimpin ibadat dan persembahan sedangkan Lewi adalah salah satu dari kedua-belas suku Israel keturunan Lewi, putra Yakub yang bertugas sebagai penjaga serta pemelihara Bait Suci di Yerusalem.
Kedua tokoh ini sengaja ditampilkan karena merekalah penjaga Taurat. Setiap hari, sebagai doa pagi dan malam, mereka mendaraskan Shema Yisrael: “Shema Yisrael Adonai Eloheinu Adonai Ehad.” ("Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa", Ul 6:4). Merekalah yang oleh Yesus dalam ayat sebelumnya (ay. 21) disebut sebagai orang bijak dan pandai namun tidak mampu mengenal misteri kehendak Allah dengan rencana penyelamatan Bapa melalui Putera. Dalam perumpamaan ini mereka ditampilkan sebagai orang yang "munafik", mengetahui dengan baik isi hukum Taurat tetapi tidak melaksanakannya.
c. Orang Samaria:
Seorang yang dianggap sesat, tidak memahami Taurat, tidak pernah menjalani ibadat di Yerusalem artinya dianggap jauh dari Allah, namun secara spontan malahan menunjukkan belas kasih dan kemurahan hatinya.
Dia mau berbelaskasihan dengan rela berkorban, al:
- waktu:
Ia berhenti dan membawa korban perampokan itu ke rumah penginapan.
- tenaga:
Ia menaikkan korban ke keledai tunggangannya.
- harta:
Ia memberikan minyak, anggur dan membayar seluruh biaya perawatan orang itu.
Inilah sebuah perwujudan iman dari kutipan Ul 6:5 (“Kasihilah Tuhan Allahmu”) dan Im 19:18 (“Kasihilah sesamamu manusia). Secara tidak langsung, Yesus juga menjelaskan bahwa semua orang adalah sesama: "hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." Bagaimana dengan wajah diri dan gereja kita sendiri?
“Naik delman di kota Pati - Iman tanpa perbuatan adalah mati.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Tempus mutatur et nos mutamur in illud - Waktu berputar dan kita diubah olehnya.”
Inilah tanda tanda jaman yang kita amini setiap harinya. Di lain matra, sepakat dengan Ernst Cassier, kita juga adalah “penanda”, semacam “animale symbolicum”: hanya dengan menggunakan tanda tanda, kita dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi.
Seperti orang Samaria yang baik, Yesus sendiri datang sebagai "TANDA" yang bisa berarti "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah" (Bdk: Buku "TANDA", RJK, Kanisius). Ya, lewat hidup dan karyaNya, Ia mengajak kita semua juga untuk belajar menjadi "tanda", menjadi sebuah tempat untuk nampakkan damai Allah.
Adapun tiga indikasi dasar ketika kita bisa menjadi “tanda” yang hidup bagi hadirnya damai Allah secara real, aktual dan operasional, al:
1. Teruji:
Hidup penuh dengan ujian dan dengan ujian kehidupan kita semakin bertahan uji karena belajar untuk terus mengetahui kehendakNya, menemukan kehendakNya sekaligus melakukan kehendakNya. Dengan sikap hidup yang sudah dan terus teruji inilah, kita diyakinkan bahwa kedamaian bukanlah ketidakhadiran masalah tapi kedamaian adalah semata kehadiran Allah. Dkl: Allah tidak menjanjikan perjalanan yang nyaman, tetapi pendaratan yang aman.
2. Terpuji:
Orang yang menjadi tanda itu selalu berjuang menjadi orang yang terpuji, yang sederhana dalam ucapan dan penampilan tetapi hebat dan luar biasa dalam tindakan nyata, yang selalu berusaha menjadi cahaya kebenaran walaupun kadang hanya kelap-kelip dan tidak selalu terang benderang. Dalam bahasa Jose Maria Escriva: “Hendaklah tingkah dan perkataanmu baik sehingga setiap orang yang melihat dan mendengarmu akan berkata: orang ini pengikut Yesus Kristus. Terangilah jalan-jalan di dunia ini dengan terang Kristus yang kau bawa dalam hatimu.“
3. Tanpa aji aji:
Kita diajak hanya mengandalkan Tuhan dan tidak menyembah “tuhan tuhan lain”, entah berupa hasrat, jimat, pangkat, derajat, harta keramat dsbya. Bagian kita adalah semata melakukan kehendak Allah, dan bagian Allah adalah mengurus kita, karenanya kita seharusnya tidak pernah takut pada apapun. Yakinlah: apa yang tidak terletak pada rencanak kita terletak pada rencanaNya. Bukankah, semakin sering hal itu terjadi, semakin hidup keyakinan kita bahwa Allah sematalah yang ber’”providential divina”, menyelenggarakan kehidupan harian kita?
Dari Samaria ke Efesus – Selalu bersukaria bersama Yesus.”
B.
Kutipan Teks Misa:
Kehidupan batin seorang imam Katolik ditentukan oleh janji-janjinya, yang dimotivasi oleh iman dan cinta kasih, untuk hidup murni sebagai seorang selibat dan menaati uskup. Melanggar janji-janji tersebut menghancurkan panggilannya dan melukai Gereja. – Francis Cardinal George, OMI., Kardinal dan Uskup Agung Chicago, dalam suratnya yang berisi informasi penonaktifan terhadap seorang imam Katolik yang mengajarkan ajaran yang menyimpang.
Antifon Pembuka (Luk 10:27)
Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati dan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatan dan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami yang Maharahim, belas kasih Kaujadikan pertanda kehadiran-Mu di tengah-tengah kami. Kami mohon, hadirlah pula di antara orang-orang yang saling memaafkan dan saling melayani dengan hati yang tulus ikhlas. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Nabi Yunus diutus untuk mempertobatkan orang-orang Niniwe. Ia rupanya tidak berkenan atas perutusan itu. Ia lalu melarikan diri dari hadapan Tuhan. Namun, Tuhan dengan cara-Nya membawa Yunus untuk melaksanakan tugasnya.
Bacaan dari Nubuat Yunus (1:1-2; 2:1-2.11)
"Yunus siap melarikan diri dari hadapan Tuhan."
Datanglah sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian, “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah terhadap mereka, sebab kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia pergi ke Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut; lalu terjadilah badai besar sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut; masing-masing berteriak kepada allahnya, dan mereka membuang segala muatan ke dalam laut untuk meringankan kapal. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata, “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” Lalu berkatalah mereka satu sama lain, “Marilah kita buang undi, supaya kita tahu, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini.” Mereka lalu membuang undi, dan Yunuslah yang kena. Maka berkatalah mereka kepadanya, “Beritahu kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang? Manakah negerimu dan dari bangsa manakah engkau?” Sahut Yunus kepada mereka, “Aku ini seorang Ibrani. Aku takwa pada Tuhan, Allah yang menguasai langit, yang telah menjadikan laut dan daratan.” Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, “Apa yang telah kauperbuat?” Sebab orang-orang itu tahu, bahwa ia telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. Bertanyalah mereka, “Akan kami apakan dikau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi? Sebab laut semakin bergelora.” Sahut Yunus kepada mereka, “Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian lagi. Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang kalian.” Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada Tuhan, katanya, “Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini, dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.” Kemudian mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke dalam laut. Maka laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan kurban sembelihan kepada Tuhan serta mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Lalu bersabdalah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ref. Engkau mengangkat nyawaku dari dalam liang kubur.
Ayat. (Yun 2:2,3,4,5,8)
1. Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku. Dari tengah-tengah alam maut aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
2. Engkau telah melemparkan daku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
3. Aku berkata, “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?”
4. Ketika jiwaku letih lesu dalam diriku, teringatlah aku kepada Tuhan, maka sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 13:34)
Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Cinta kepada Tuhan dan sesama menjadi syarat mutlak untuk memperoleh hidup kekal. Orang boleh dan harus melakukan segalanya untuk Tuhan, tetapi jangan sampai melupakan sesama yang menderita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)
"Siapakah sesamaku?"
Pada suatu ketika, seorang ahli Kitab berdiri hendak mencobai Yesus, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya, “Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’. Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya.” Yesus berkata kepadanya, “Pergilah, dan lakukan demikian.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Luk 10:33-34)
Lewatlah seorang Samaria di situ. Ketika melihat orang itu iba hatinya. Ia mendekat dan membebat lukanya dan menuangkan minyak dan anggur.
Doa Malam
Ya Allah, terima kasih atas penyertaan-Mu, hari ini. Semoga semua aktivitas yang telah kulakan seturut kehendak-Mu menyukakan hati-Mu. Dengan rendah hati aku mohon, ampunilah aku jika ada perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.
===
Buku "Bulan Bintang Matahari"
(RJK. Kanisius).
Contoh sikap berbelas kasih dari perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10):
Dalam kasus ini, orang yang telah dirampok dan dianiaya sangat membutuhkan pertolongan.
Pertama-tama, Yesus memperlihatkan kurangnya belas kasihan dalam diri Imam dan orang Lewi. Padahal Imam dan Lewi adalah dua golongan masyarakat yang dekat-lekat dengan Bait Allah bukan? Sebuah otokritik untuk gereja kita masing masing.
Kemudian Dia menampilkan Allah yang berbelas kasih lewat kehadiran seorang tokoh dari Samaria, yang kerap dicap kafir, pendosa dan penyembah berhala. Ia memperlihatkan cara bagaimana belas kasihan harus dilakukan.
Perhatikanlah contoh orang Samaria. Dia membuktikannya dengan 7 hal pokok yang dibuat secara nyata, al
 Dia membahayakan dirinya sendiri: Ia berhenti sendirian di tengah padang pasir yang sepi, dan mungkin saja ada perompak lain yang siap merampok semua hartanya.
 Dia mengalahkan kecurigaan-kecurigaan/prasangka buruk: Orang Samaria di-cap kafir, sesat dan penyembah banyak dewa oleh orang Yahudi, tapi dia tetap saja berinisiatif untuk berbuat baik, tak peduli terhadap pelbagai asumsi buruk/prasangka orang lain yang bisa muncul.
 Dia mengorbankan kenikmatan fisik: Dia turun dari kudanya dan membantu membersihkan luka dan rasa sakit si korban perampokan.
 Dia menanggung ketidaknyamanan fisik: Dia menaiki kuda dan menaruh si korban di belakangnya, otomatis bebannya bertambah berat, bukan?
 Dia mengorbankan waktu: Dia berhenti, dia membantu si korban dan bahkan dia mencarikan rumah penginapan buat si korban itu. Itu pasti butuh waktu, bukan?
 Dia menyumbangkan uangnya untuk menginap dan perawatan si korban.
 Dia tetap memberi perhatian, kalau-kalau uang yang dia berikan masih kurang. Dia berjanji akan kembali dan menambahkan uangnya.
Dari tujuh hal di atas inilah, suatu kebenaran pokok dari Yohanes dalam I Yoh 3: 17 bisa dicanangkan: “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar