Ads 468x60px

Tradisi dan Inkluturasi - Makna Tradisi Leluhur Malam Imlek (Chuxi)



HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Tradisi dan Inkluturasi - Makna Tradisi Leluhur Malam Imlek (Chuxi)
TAHUN ANJING TANAH
Imlek 2569 (Jumat, 16 Februari 2018)
Jumat, 16 Februari 2018 pada penanggalan Masehi dirayakan sebagai Hari Raya Nasional Tahun Baru Imlek. Komunitas Tionghoa biasanya menjelang Imlek mulai membersihkan rumah dan memasang lampion dan hiasan bernuansa merah.
Pada hari hari terakhir menjelang imlek, baju yang sobek dan lauk-pauk yang belum habis dimakan akan dibuang menjelang datangnya hari Tahun Baru dengan maksud agar kemiskinan tidak datang. Yang Unik dalam Perayaan Imlek yaitu : Acara makan besar bersama keluarga di malam Tahun Baru Cina.
Malam Tahun Baru sendiri disebut "chuxi", artinya menghapus yang lama dan hal-hal jelek. Juga berdoa malam terakhir sebelum imlek untuk menyongsong kedatangan tahun baru disebut juga dengan "Da Nian Ye" (dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi 'new year's eve). Orang Hokkian menyebut dengan 'Sa cap me', Mandarinnya 'shanshi ye', artinya "malam tanggal 30 ".
A.
In Memoriam: Mendoakan Arwah
Pada hari ini juga, biasanya diadakan upacara sembahyang yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun ( tanggal 30 bulan 12 Imlek ). Bagi keluarga Tionghoa yang masih memelihara abu leluhur, selalu mengadakan upacara Sembahyang Tutup Tahun, untuk menghormati para leluhur, sebagai ungkapan rasa Bhakti (Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur.
Upacara ini juga merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusianis yang bersifat humanis, religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut "xiao", dalam bahasa Inggris disebut juga "filial piety".
B.
Feast: Perjamuan - Makan bersama.
Setelah itu dalam perayaan Sa Cap Meh (malam tahun baru Imlek) tradisional tanggal 30 Cap Dji Gwee (bulan 12), biasanya seluruh anggota keluarga yang bekerja dan memiliki kesibukan di daerah lain, akan pulang ke rumahnya untuk berkumpul makan bersama dan saling bercerita atau mengobral santai menyambut datangnya Tahun Baru Imlek yang penuh harapan ini. Biasanya dimana orang tuanya tinggal merupakan tempat berkumpul untuk makan bersama sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru Imlek bersama sama mensyukuri kehidupan.
Makan bersama ini memiliki makna sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru Imlek. Makan adalah sumbu hidup. Makan bersama adalah untuk bersama sama mensyukuri kehidupan. Apapun agamanya, pada malam tahun baru Imlek ini seluruh anggota keluarga akan berkumpul bersama untuk mensyukuri sumbu kehidupan yang masih menyala, yang dilakukan dalam bentuk makan bersama.
Makanan yang tersaji pun terkesan lain dari biasanya, sebab mempunyai harapan yang besar di malam tahun baru agar keluarga selalu terjaga keharmonisan dan kebaikan.
Makanan yang disiapkannya, berisikan "Doa Ibu" yang memasaknya agar keluarganya dilimpahkan berbagai berkat sepanjang tahun. Bahan makanan yang dipilih adalah bahan makanan yang memiliki artinya sendiri-sendiri;
Beberapa makanan tersebut adalah:
1. Rebung = Harapan dan Keberuntungan.
2. Rumput Laut Hitam (Fucai) = Kemakmuran.
3. Mie = Panjang umur.
4. Ayam dan Ikan = Kebahagiaan dan Keberuntungan.
5. Bebek = Kesetiaan dan Ketaatan.
6. Haisom/Teripang laut = Kesehatan.
7. Jeruk Mandarin = Kekayaan, Keberuntungan dan keutuhan (meskipun terpisah-pisah tetap bersatu dalam satu keluarga).
8. Kue Keranjang = Tekstur yang lengket melambangkan keluarga selalu Rukun.
Di Tiongkok utara ada kebiasaan makan jiaozi (penganan berbentuk pempek kapal selam mini, terbuat dari tepung khusus berisi daging dan sayur). Alasannya, ada pepatah berbunyi nian nian you yu "setiap tahun ada sisa". Kata yu yang berarti "sisa" berbunyi sama dengan kata yu yang berarti "ikan".
Kesamaan bunyi itulah yang menyebabkan mengapa ikan menjadi hidangan wajib di malam tahun baru. Dengan makan ikan, berarti dalam segala hal ada sisa. Tentu saja yang dimaksud adalah kelebihan rezeki.
Makanan wajib lainnya, kue keranjang yang disebut nian gao. Kata gao "kue" berbunyi sama dengan gao yang bermakna "tinggi". Dengan makan kue keranjang, diharapkan rezeki seseorang setiap tahun bertambah tinggi.
Buah jeruk menjadi lambang keberuntungan karena lafal kata jeruk dalam bahasa Mandarin-juzi-mirip ji yang berarti "keberuntungan".
Kini ada tradisi baru dengan menambahkan yee sang atau yusheng, berupa salad ikan segar, irisan sayur wortel dan lobak. Irisan daging tuna atau ikan salem yang sudah direndam minyak wijen. Juga disiapkan minyak goreng yang mengandung saus campuran buah prem, gula pasir dan bubuk kayu manis. Bahan-bahan disiapkan dalam sebuah piring besar, lalu minyak dituangkan, dan seluruh anggota keluarga mengaduk bersama-sama dengan sumpit. Makanan ini dihidangkan sebagai makanan pembuka.
C.
"Senjata" Petasan: Mengusir Roh Jahat
Sejak zaman Dinasti Tang, malam tahun baru Imlek dirayakan dengan pesta kembang api atau mercon, sehingga kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir 'nian' mahluk jahat yang menurut legenda hobi makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si "nian" tadi.
Bagi anggota keluarga yang masih sehat, lazimnya tidak tidur pada malam menjelang hari Tahun Baru Imlek (“Shoushui”). Anak-anak paling senang karena pagi harinya sudah mandi dan mengenakan baju baru (bersih) lalu berkeliling rumah keluarga guna mendapatkan amplop merah (angpao).
Oh ya, bila menghidupkan petasan tidak diizinkan dapat digantikan dengan menyalakan pelita serta mendoakan semua keluarga memiliki kesehatan, kesejahteraan dan keharmonisan, juga untuk bangsa dan negara. Anak atau anggota keluarga yang lebih muda akan ungkapan rasa terima kasih dan permohonan maaf atas kesalahan kepada orang tua dengan bersujud sebagai bentuk bakti.
Pastinya, Tahun baru imlek sebagai wujud rasa bakti dan memiliki makna tersendiri. Sembayang tutup tahun dengan bertobat, dan menyalakan pelita serta mendoakan semua keluarga memiliki kesehatan, kesejahteraan dan keharmonisan, demikian dengan bangsa dan negara ini. Setelah itu yg terpenting adalah ungkapan terima kasih dan permohonan maaf atas aemua kesalahan kepada orang tua dengan bersujud sebagai bentuk bakti.
Mengutip puisi dari Dinasti Tang (618- 907) yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: “Lautan cinta membawa angin kasih, terhampar di daratan amal bikin hati bersih.”
Selamat Menyongsong Tahun Baru Imlek 2569.
Sin Cun Kiong Hie, semoga semua mahluk berbahagia.
Daun waru daun kucai - met taun baru gong xi fa cai”.
"Ada rayap ada bakpau- mhn maaf ga ada angpau ..."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Sharing dari Jendela Sebelah: Ramalan di Awal Tahun
Pagi baru merekah. Seperti biasa setelah semua anggota keluarga bangun, berdoa pagi dan mandi, kami berkumpul di meja makan untuk sarapan. Kakakku muncul dari kamarnya sambil berseru,”Yuk kita baca apa ramalan shio kita tahun ini”.
Kemudian ia membacakan isi dari ramalan kehidupan sepanjang tahun 2018 ini, sesuai dengan tahun kelahiran (shio) kami masing-masing. Memang di awal tahun seperti ini, media massa umumnya berlomba menyajikan ramalan hidup manusia untuk tahun yang baru, sesuai bulan kelahiran (zodiak) atau tahun kelahiran menurut penanggalan Cina (shio).
Tanpa sadar, kami membiarkan kakak membacakannya. Prediksi dari berbagai aspek hidup mulai dari kesehatan, asmara, keuangan hingga karir dibahas. Ada rasa asyik campur tegang saat mendengar “nasib” kami dibacakan. Pada saat ramalannya baik, senyum mengembang dan harapan merekah, tetapi saat ramalannya kurang mengenakkan, rasanya hati menjadi kecil dan tidak ingin mempercayainya bahkan ingin mengabaikannya saja.
Salah satu dari kami lantas nyeletuk,”Tapi herannya kok ramalan semacam itu sering benar ya, sesuai dengan kejadian hidup yang kemudian kita alami”. Dahi kami jadi berkerut. Apakah yang kami lakukan ini baik?
Kebanyakan orang menikmati membaca ramalan nasib /kehidupannya di masa depan, walau hanya sekilas.
Namun di balik keasyikan yang ditimbulkannya, dan komentar semacam, “ah itu hanya sekedar untuk main-main saja kok”, sesungguhnya kita tidak selalu sadar bagaimana hal itu mempengaruhi iman kita kepada Tuhan dan mempengaruhi bagaimana kita menyikapi hidup ini. Ramalan yang tidak baik menggantikan semangat dan kegembiraan kita dengan rasa was-was, seperti kalah sebelum bertanding saja. Sementara ramalan yang baik memberi harapan semu, seolah kita telah meraih apa yang kita inginkan sebelum benar-benar memperjuangkannya. Apa yang sebenarnya Tuhan katakan di dalam Kitab Suci?
Ulangan 18: 10:
“Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, atau pun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah Tuhan, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. “
KGK 2116:
Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8..). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Tuhan mengerti bahwa kita sering merasa khawatir terhadap hari esok, terhadap hal-hal yang belum kita ketahui. Tetapi Ia tidak mengatakan supaya kita mempelajari cara mengetahui hari esok agar kita tenang. Melainkan Ia mengajarkan kita untuk percaya sepenuhnya kepadaNya, untuk tidak takut, karena Ia adalah Tuhan atas hari esok, dan agar kita mengisi hari ini dengan sebaik-baiknya sambil menikmatinya dengan syukur, oleh karena itu Ia berkata, “kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Matius 6: 34b).
Betapa indahnya menikmati hari ini, demikian kita katakan itu dan jalani setiap hari. Maka sikap itulah yang akan selalu membawa kita ke hadiratNya setiap hari dalam hidup kita, penuh keceriaan dan harapan. Jelaslah bahwa rasa was-was dan khawatir terhadap hari depan bukan berasal dari Tuhan. Patah semangat dan takut apalagi. Ini suasana yang disukai si Jahat untuk makin leluasa mengambil alih damai sejahtera kita dalam Tuhan.
Bagaimana cara terbaik mengantisipasi berbagai kemungkinan hidup termasuk yang tak terduga atau yang tidak enak? Jalanilah bersama Perancangnya, yang selalu ingin memberi kan kita yang terbaik. “Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi. Dia tahu apa yang ada dalam gelap, dan terang ada pada-Nya” (Daniel 2:22)
Tuhan adalah Sang Perancang Agung dari kehidupan, yang dikaruniakan-Nya kepada kita atas dasar cinta, bermuara kepada keselamatan abadi bersamaNya. Kejadian yang baik adalah buah dari kerja keras dan doa yang membawa berkat dari Tuhan. Sementara kejadian yang “buruk” atau yang dianggap sebagai tidak berhasil di mata dunia, mungkin justru suatu berkat terselubung, di mana Tuhan melatih kita untuk menjadi lebih tangguh, membentuk kita menjadi lebih beriman, mengasah hati kita lebih peka terhadap penderitaan sesama, atau membekali kita dengan pengalaman berharga untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di kesempatan berikutnya.
Jadi, di dalam Tuhan, semua pengalaman adalah baik, dan semua peristiwa ada baiknya. Penderitaan – sebagaimana Kristus telah memberikan teladan agungNya – juga tidak selalu harus dihindari, apalagi penderitaan seringkali justru mendekatkan kita kepada Tuhan yang adalah tujuan akhir hidup kita. Rasul Paulus menulis bahwa Tuhan mengatakan, “di dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”. (2Kor 12: 9a). Penderitaan di dunia yang Tuhan ijinkan dapat membawa keselamatan dan memulihkan manusia dari dosa-dosa dunia.
Sebagaimana relasi antara dua orang yang saling mencinta, cinta melahirkan rasa percaya kepada satu sama lain, percaya bahwa pihak yang mencintai akan selalu memberikan yang terbaik pada pihak yang dicintai. Tuhan yang menciptakan kita karena cinta dan mencintai kita sampai kekal, selayaknya dan seharusnya mendapatkan kepercayaan kita sepenuhnya, bahwa bersama Dia dan dalam Dia, kita akan sampai kepada tujuan kita dalam hidup ini dan hingga kelak sampai kesudahannya. Itulah bukti cinta kita kepadaNya. Di dunia ini tidak ada persembahan apapun kepada Tuhan yang Tuhan belum mempunyainya, kecuali cinta kita kepada-Nya.
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui.
Fiat Lux - Be the Light!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar