Ads 468x60px

Minggu, 04 Maret 2018 (2)



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 04 Maret 2018 (2)
Hari Minggu Prapaskah III
Keluaran (20:1-17)
(Mzm 19:8.9.10.11; Ul: lh.Yoh 6:69)
1 Korintus (1:22-25)
Yohanes (2:13-25)
"Extra ecclesiam nulla salus - Di luar grj tdk ada keselamatan."
Inilah salah satu paham lama dalam gereja. Hari ini, kita diajak meninggalkan paham lama sehingga menjadi gereja yang hidup, bukan dengan "g" tapi "G", bukan batu batanya tp batu-batu rohaninya.
Adapun, Yesus membersihkan Bait Allah:
"Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali".
Yesus sungguh-sungguh memulihkan kehormatan Bait Allah dengan membersihkan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang.
Lebih lanjut, ada beberapa pemaknaan kecilnya, al:
1. TubuhNya dibangun langsung oleh perintah Ilahi: "Engkau telah menyediakan Tubuh bagiku" (Ibr.10:5)
2. TubuhNya pun adalah bait yang kudus, yang disebut dengan yang kudus itu.
3. TubuhNya, seperti Bait Allah, merupakan tempat kediaman kemuliaan Allah. Di sanalah Firman yang kekal berdiam, shekinah yang sesunggguhnya. Dialah Imanuel Allah beserta kita.
4. Bait Allah merupakan tempat dan sarana hubungan antara Allah dan umat.
Disana Allah menyatakan diriNya kepada mereka, di sana mereka mempersembahkan diri dan ibadah mereka kepadaNya.
Umat yang beribadah memandang ke arah rumah itu (1 Raj. 8:30,35). Jadi, kita pun harus menyembah Allah dengan mata yang tertuju
kepada Kristus, bukan?
"Cari kapur barus di Maluku - Maju terus Gerejaku!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB.
A.
"Ecclesia semper reformanda - Gereja harus selalu diperbaharui!"
Inilah salah satu pesan iman ketika Yesus "membersihkan" Bait Allah.
Pembersihan ini sendiri menjadi tindakan besar pertama pelayananNya di muka umum (Yoh 2:13-22) dan sekaligus tindakan besar terakhir pelayananNya di muka umum (Mat 21:12-17; Mrk 11:15-17).
Dikisahkan bahwa Ia mengusir orang fasik, orang tamak dan mereka yang merusak tujuan rohani yang benar dari Bait Allah.
Tindakan Yesus yang dua kali membersihkan Bait Allah selama tiga tahun pelayananNya menunjukkan betapa pentingnya reformasi/perubahan dengan 4 pilar dasar ini, antara lain:
1.Kekudusan.
Ia sangat menginginkan kekudusan dalam gerejaNya (Yoh 17:17,19).
Ia mati untuk "menguduskannya, menyucikannya dan menempatkan jemaat, kudus dan tidak bercela" (Ef 5:25-27).
2.Kesatuan.
Ibadah gerejani haruslah bersatu dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Dengan kata laiin: Gereja harus menjadi suatu tempat doa yg bersekutu dengan Allah dan jemaatNya (Mat 21:13).
3.Keadilan.
Ia akan menghukum semua orang yg menggunakan gereja dan Injil demi keuntungan, kemuliaan/kemajuan pribadi dan kelompoknya.
4.Kemurnian.
Kita diajak untuk tulus dan murni melawan mereka yang mencemarkan/merendahkan GerejaNya (1Kor 6:9-11;?Gal 1:6-10;Why 2:1-3:22).
Mari kita persembahkan juga hidup kita kepadaNya, supaya semakin menjadi gereja yang hidup, yang punya kekudusan-kesatuan-keadilan & kemurnian hidup setiap harinya.
"Ke Pasar Koja naik bis patas - Bangunlah gereja yang punya vitalitas dan kualitas."
B.
Kutipan Teks Misa:
“Bangunan gereja manapun adalah rumahmu dan rumah Tuhan. Hargailah tempat itu sebagai tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Bapa kita bersama” (Paus Yohanes Paulus II, Homili, 3 Nov 1982).
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 25:15-16)
Mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jerat. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab sebatang kara dan celakalah aku.
Oculi mei semper ad Dominum, quia ipse evellet de laqueo pedes meos: respice in me, et miserere mei, quoniam unicus et pauper sum ego.
Doa Pembuka
Ya Allah Yang Maharahim dan sumber segala kebaikan, Engkau telah menyatakan bahwa dosa dapat diampuni dengan puasa, doa dan amal kasih. Sudilah memandang kami, ciptaan-Mu yang rapuh. Semoga belas kasih-Mu senantiasa mengangkat kami kembali ketika kami tertunduk karena menyadari kesalahan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (20:1-17)
"Hukum telah diberikan melalui Musa."
Di Gunung Sinai Allah berfirman begini, “Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit, atau yang ada di bumi atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku, dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu. Tetapi hari ketujuh adalah Sabat Tuhan, Allahmu. Maka janganlah melakukan suatu pekerjaan, engkau sendiri atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan pada hari ketujuh Ia beristirahat. Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh, jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu. Jangan mengingini isterinya, atau hamba sahayanya, lembu atau keledainya, atau apa pun yang dimiliki sesamamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = es, 2/4, PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.11; Ul: lh.Yoh 6:69)
1. Sabda Tuhan sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan teguh, membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas, membuat mata berseri.
2. Hikmat Tuhan baik, tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar, adil selalu. Lebih indah daripada emas murni, lebih manis daripada madu lebah.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1:22-25)
"Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi mereka yang terpanggil, merupakan hikmat Allah.
Saudara-saudara, orang Yahudi menuntut tanda dan orang Yunani mencari hikmat. Tetapi kami memberitakan Kristus yang tersalib. Suatu sandungan bagi orang Yahudi, dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi. Tetapi bagi mereka yang dipanggil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah! Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia, dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-25)
"Bait Allah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Maka Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing, domba dan lembu mereka; uang para penukar dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata, “Ambillah semuanya ini dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid Yesus bahwa ada tertulis, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Tetapi orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya, “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka, “Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya, “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini, dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan Yesus. Maka percayalah mereka akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Sementara Yesus tinggal di Yerusalem selama Hari Raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Yesus mengenal mereka semua. Dan tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Kutipan Injil hari ini mengisahkan bahwa Bait Allah adalah pusat kehidupan Bangsa Yahudi dan lambang agama mereka. Namun Yesus menemukan Bait Allah tidak bebas dari korupsi, nafsu akan kuasa, uang serta pungutan liar. Yesus menjadi marah karena kejahatan terjadi dan dilakukan di Bait Allah. Yesus marah ketika Bait Allah dijadikan tempat berjualan dan sarang penyamun. Yesus menjungkir balikkan meja para penukar uang. Yesus melepaskan hewan-hewan dagangan mereka. Yesus mengusir mereka dari pelataran Bait Allah.
Sesungguhnya, Yesus belum pernah marah seperti itu. Kemarahan Yesus menyangkut hal yang mendasar. Yesus marah karena orang datang ke Bait Allah bukan untuk mencari Tuhan, berbakti dan memuji Tuhan, tetapi justru untuk mencari uang, mencari keuntungan pribadi, untuk menipu dan membohongi orang-orang yang hendak berdoa, beribadat, memuji dan memuliakan Tuhan. Terutama orang-orang kecil dan miskin. Mereka menjual barang dagangan mereka dengan harga yang sangat tinggi.
Yesus menghendaki agar Bait Allah menjadi tempat suci, kediaman Tuhan, doa, ibadat, rumah Tuhan. Bukan sarang penyamun. Dikatakan dalam Injil, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yoh 2: 17). Kasih kepada Bapa ini yang menyebabkan Yesus marah melihat segala bentuk penipuan yang dilakukan di depan Bait Allah yang harusnya menjadi tempat yang suci.
Kitab Suci menjabarkan Bait Allah sebagai tempat kediaman Allah, di mana Allah hadir di tengah umat-Nya. Kita melihat di bait Allah-lah nabi Musa bertemu dengan Allah bagaikan dengan seorang sahabat, dan Allah hadir ditandai dengan tiang awan (lih. Kel 33:7-11).
Raja Salomo-pun sujud di hadapan mezbah, saat pentahbisan bait suci, dan Allah menerima segala doa dan kurban persembahan umat-Nya dan menyatakan kehadiran-Nya di sana (lih 1Raj 8:27- 9:3).
St. Paus Yohanes Paulus II juga mengajarkan demikian, “Bangunan gereja manapun adalah rumahmu dan rumah Tuhan. Hargailah tempat itu sebagai tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Bapa kita bersama” (Homily, 3 Nov 1982).
Maka bangunan gereja merupakan simbol bagi Gereja yang dibangun dari batu-batu yang hidup, dengan Kristus sebagai batu penjurunya. Dalam gedung gerejalah, kita berkumpul, mendengarkan sabda Tuhan, mengangkat doa-doa kita, dan merayakan misteri iman kita. Sakramen Mahakudus yang tersimpan di dalamnya, menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah umat-Nya.
Altar, imam, hosti dan umat yang merayakan perjamuan surgawi juga menandakan kurban Kristus yang satu dan sama itu yang dihadirkan kembali mengatasi ruang dan waktu, untuk menyertai umat-Nya sampai akhir zaman.
Maka marilah kita memasuki rumah Tuhan dengan penuh khidmat dan hormat, sebab tak ada tempat di dunia ini yang lebih layak untuk dihormati, daripada rumah Tuhan. Tiada tempat lain di dunia ini, di mana peristiwa surgawi dapat dihadirkan, di mana Tuhan kita yang mengatasi segala sesuatu memilih untuk mengambil rupa hosti yang kecil dan sangat sederhana, untuk menjadi satu dengan kita. Maka, jika kita memandang gedung gereja kita yang indah ini, semoga rasa kagum kita tidak berhenti hanya sampai di mata atau di mulut, tetapi sampai ke hati.
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 84:4-5)
Burung pipit telah mendapat rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya: pada mezbah-mezbah itu, ya Tuhan semesta alam, Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, untuk selama-lamanya mereka akan memuji Dikau.
Passer invenit sibi domum, et turtur nidum, ubi reponat pullos suos: altaria tua Domine virtutum, Rex meus, et Deus meus: beati qui habitant in domo tua, in saeculum saeculi laudabent te.
C.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN MISA HARI MINGGU PRAPASKAH III TAHUN B 4 Februari 2018
(Yoh 2:13-22 & 1Kor 1:22-25):
"Membersihkan Bait Allah. Bagaimana?"
Rekan-rekan yang baik!
Kerap tindakan Yesus menjelang hari raya Paskah sebagaimana dikisahkan Yoh 2:13-22 dimengerti sebagai pembersihan Bait Allah dari kegiatan menukar uang dan berdagang. Betulkah demikian? Apa yang sebenarnya dilakukan Yesus bersama murid-muridnya di sana? Kesadaran macam apa yang hendak digugahnya? Marilah kita simak Injil Minggu Prapaskah III tahun B ini.
1.
PASAR HEWAN DAN BISNIS VALAS DI BAIT ALLAH
Seperti diceritakan Yohanes, peristiwa di Bait Allah itu terjadi menjelang hari raya terbesar orang Yahudi, yakni Paskah – bukan Paskah Kristen yang belum ada waktu itu. Menjelang hari raya itu orang-orang berdatangan ke Yerusalem menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas dipersembahkan tidak sebarangan. Karena itu, ada layanan penjualan hewan yang memenuhi syarat. Pada zaman itu, dipakai uang Romawi yang memuat gambar Kaisar. Akan tetapi, larangan agama mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai membeli hewan yang bakal dipersembahkan sebagai kurban. Karena itu, ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di tempat suci. Para pedagang dan penukar uang bertempat di serambi Bait Allah yang juga boleh dimasuki orang bukan Yahudi atau orang yang tidak bermaksud mempersembahkan kurban. Sebelum mendalami lebih jauh, marilah berkonsultasi dengan seorang pakar ilmu tafsir.
2.
YESUS KALAP?
TANYA: Yesus yang biasanya berpenampilan tenang berwibawa kok sekarang kalap mengobrak-abrik dagangan orang. Bagaimana kelakuan ini bisa dijelaskan?
PAKAR: Anda ini ingin cepat-cepat jadi kayak murid-murid Yesus yang dikatakan dalam ay. 17 ingat akan Mzm 69:9(10). Tapi peristiwa itu perlu kita amati dengan lebih teliti.
TANYA: Apa tak boleh?
PAKAR: Masih ingat beberapa tahun silam orang-orang turun ke jalan, demo, mengusung “mayat reformasi”? Bayi reformasi yang dikandung dengan susah payah dan dilahirkan dengan penderitaan itu ternyata mati sebelum sempat dewasa. Yesus sebenarnya sedang menggelar “unjuk rasa” dengan gaya seperti itu.
TANYA: Wah, penjelasan ini belum pernah saya dengar. Orisinil! Bagaimana, bagaimana kelanjutannya?
PAKAR: Ada baiknya eksegese makin peka akan dunia Kitab Suci sendiri. Yesus tampil seperti nabi yang melakukan “tindakan simbolik” untuk membuka mata orang. Anda ingat Yeremia (Yer 13:1-11) yang memperagakan tindakan menyembunyikan ikat pinggang di celah batu di pinggir sungai Efrat. Setelah beberapa waktu diambilnya kembali ikat pinggang itu, tapi sudah lapuk. Lalu ia bernubuat bahwa orang Israel kini lapuk seperti ikat pinggang itu. Tak lagi layak dikenakan. Dalam gaya busana orang sana dulu, ikat pinggang menunjukkan sosok orang yang memakainya. Umat yang tidak pas dengan Tuhan tidak bisa mem­buat-Nya dikenal orang lagi.
TANYA: Kembali ke Injil Yohanes. Jadi, Yesus bukan bermaksud menghantam praktek dagang dan tukar uang?
PAKAR: Yesus bukannya kalap mengobrak-abrik usaha orang lain. Unjuk rasa itu kejadiannya begini. Dengan disaksikan banyak orang, Yesus bersama murid-muridnya sengaja datang ke serambi Bait Allah membawa dagangan dan meja penukar uang. Orang-orang yang melihat itu bertanya-tanya dalam hati apa sang Guru tenar ini mau bersaing dagang sapi, merpati, dan buka bisnis valas. Aneh, ia juga menjalin cemeti. Dan ketika rasa ingin tahu mereka memuncak, Yesus tiba-tiba mulai menjungkirbalikkan meja dagangan, mencambuki hewan yang dibawanya sendiri sambil menghardik murid-murid yang memainkan peran sebagai pedagang dan penukar uang: “Enyahlah, jangan bikin rumah Bapaku ini jadi pasar!” (ay. 16). Dan pada saat itu juga, masih termasuk pementasan ini, murid-murid berkomentar samping – gaya “aside” – dengan mengutip Mzm 69:9(10), “Kalap sungguh aku oleh kobaran cintaku pada Bait-Mu!” Drama yang mementaskan tindakan simbolik selesai di sini. Akan tetapi, serambi yang morat-marit masih terlihat. Dan warta yang hendak disampaikan tertangkap: Bait Allah kini morat marit, jadi sarang tindakan yang bukan-bukan.
TANYA: Wah, penjelasannya ini lebih klop! Tapi apa orang-orang waktu itu paham bahwa Yesus memperagakan tindakan simbolik seperti nabi-nabi dulu?
PAKAR: Mereka mengenal Perjanjian Lama dengan baik. Mereka ingat tindakan simbolik para nabi. Drama ikat pinggang Yeremia itu tak asing; ini bacaan mereka sejak kecil. Akan terbayang pula Yesaya yang menanggalkan alas kaki dan pakaian tanda berkabung (Yes 20:1 dst.), lalu juga Yeremia yang memanggil orang agar menonton bagaimana ia memecahkan buli-buli kurban jahanam (Yer 19:1.13). Juga Yehezkiel menggelar lakon pengepungan Yerusalem seperti dalang wayang klitik (Yeh 4:1-5:17) sambil bernubuat akan adanya kelaparan di kota itu. Bahkan kehidupan pribadi pernah ditayangkan para nabi sebagai tindakan simbolik. Yehezkiel menunggui mayat istri terkasihnya tanpa meneteskan air mata atau berkabung dan bernubuat bahwa kehancuran Yerusalem nanti sedemikian tak dinyana sampai orang tak sempat menangisinya (Yeh 24:15); Hosea mentalak istrinya yang serong dan menerangkannya sebagai pertanda Tuhan mentalak Israel yang tak setia ke­padaNya (Hos 1-3).
TANYA: Tentunya hanya tokoh publik yang berwibawa bisa melakukan tindakan simbolik seperti itu?
PAKAR: Betul. Karena itu, menurut Yoh 2:18 orang-orang menantang apa Yesus bisa menunjukkan ia mempunyai hak menjalankan tindakan simbolik tadi. Lihat, mereka bukannya bereaksi melawan tindak­an Yesus mengobrak-abrik pasar hewan dan bisnis valas karena ia memang tidak merusak perdagangan yang sungguhan di situ.
TANYA: Lalu ringkasnya apa yang hendak disampaikan Yesus?
PAKAR: Orang-orang tercengkam oleh keadaan morat-marit yang dipertontonkan Yesus di serambi Bait Allah (Seperti dalam layat “mayat reformasi” tadi: yang dicerap orang bukan tindakan menggotong mayat, melainkan suasana pedih dan kecewa). Yesus mengajak orang menyadari bahwa mereka menerima begitu saja terjungkirbaliknya kehidupan Bait Allah. Bait Allah kini hanya dapat menjadi ibadat luar belaka dan orang bahkan lebih sibuk dengan mana hewan kurban yang mulus dan mana mata uang yang cocok. Yesus mengajak orang mencari Bait yang membuat batin plong, yang membuat orang menikmati hadirnya Tuhan, Bait yang bisa memberi kehidupan. Dan itu ialah dirinya.
3.
YOHANES DAN INJIL-INJIL LAIN
Peristiwa “pembersihan” Bait Allah diceritakan oleh keempat Injil dengan sudut pandang masing-masing.
– Yohanes menaruh episode itu pada awal karya Yesus untuk menekankan bahwa sejak awal Yesus mau mengajak orang mengarahkan diri ke Bait yang didirikan Yang Maha Kuasa sendiri, yakni dirinya yang dibangkit­kan-Nya.
– Ketiga Injil lain (Mrk 11:15-17; Mat 21:12-13; Luk 19:45-46) menaruhnya pada hari-hari terakhir kehidupan Yesus untuk menekankan kontras antara Bait Allah yang morat-marit itu dengan Bait yang akan dibangunnya kembali dalam tiga hari.
– Berbeda dengan Yohanes, ketiga Injil Sinoptik, yakni Injil Markus, Matius, dan Lukas, tidak menghubungkan pernyataan Yesus akan membangun kembali Bait yang hancur dalam waktu tiga hari dengan tindakannya di Bait Allah.
– Di lain pihak, Markus dan Matius melaporkan bahwa pernyataan itu menjadi salah satu tuduhan terhadap Yesus di Mahkamah Agama (Mrk 14:58; Mat 26:61). Pernyataan itu juga disitir dengan sinis oleh orang-orang yang lewat di muka salib (Mrk 15:29; Mat 27:40). Yohanes tidak menghubungkan kata-kata itu dengan tuduhan maupun olok-olok itu. Lukas tidak menyebutnya sama sekali, tetapi ia menggarap bahan ini dengan caranya sendiri: seluruh Kisah Para Rasul memuat cerita bagaimana Gereja yang tumbuh pesat itu adalah karya Roh Yesus yang membangun kembali Bait yang baru.
Bagaimanapun juga, kata-kata tentang membangun kembali Bait yang runtuh dalam tiga hari ini memang menjadi hal yang dipersoalkan oleh mereka yang menyaksikan tindakan simbolik pembersihan Bait, oleh mereka yang menuduh Yesus di Mahkamah Agung, dan oleh mereka yang mengolok-oloknya waktu ia disalib. Dalam ketiga hal itu, Yesus menghadapi ketakpercayaan orang. Pembaca Injil dapat memeriksa diri di mana sedang berdiri.
Ada “relung-relung keramat” bagi Tuhan dalam hidup kita. Semua itu dibangun dengan iktikad baik. Tapi tindakan simbolik Yesus tetap menyapa. Bukan hanya dalam arti agar batin makin dibersihkan. Wartanya jauh lebih tajam. Yesus mengajak melepaskan bangunan itu. Mengapa? Bait yang kita akrabi dan pelihara itu sebenarnya tak banyak artinya karena akan runtuh. Yang bakal terus ada ialah Bait yang dibangunnya kembali dengan kebangkitannya. Kita diimbau untuk merelakan relung-relung suci dan bangunan keramat dalam diri kita. Leburkan dalam satu Bait yang hidup, yakni dia yang bangkit itu (Ahli-ahli tenung di Efesus merelakan ilmu hitam mereka, termasuk kitab-kitab wasiat ketika mereka menyatakan diri percaya kepada Yesus, lihat Kis 19:18-19). Ini hidup rohani yang mengarahkan diri ke Sana, ke Dia, ke Bait Allah yang hidup, ke Bait yang sungguh. Simpanan keramat memang tumbuh dari kebutuhan manusia untuk mendekati Yang Ilahi, tapi Yang Ilahi malah bisa dijadikan semacam barang koleksi yang dirumat, diberi sajian kurban khusus yang dibeli dengan uang yang khusus, dan banyak juga yang mengembangkannya menjadi ilmu sakti. Tapi, ya, berhenti di situ. Yesus sang Utusan Allah itu, menunjukkan betapa morat-maritnya dasar keyakinan rohani yang begitu itu.
Romo-romo Yesuit akan teringat Latihan Rohani yang mulai dengan upaya menyadari betapa aktivitas kita-kita ini sebenarnya sering kacau-balau. Melepas bangunan-bangunan keramat itu memang askese yang menggentarkan. Mungkin satu-satunya jalan untuk terus ialah berbagi tanggung jawab dengan sesama orang percaya dalam membangun Bait yang baru. Latihan Rohani juga berakhir dengan beberapa pegangan bagaimana bersepaham dengan Gereja.
4.
DARI BACAAN KEDUA (1Kor 1:22-25)
Bagi orang Yahudi, kehadiran ilahi ada tandanya. Dan orang boleh mengharap mendapatkan tanda yang menyatakan Allah betul hadir. Maka mukjizat, kejayaan atas lawan, bahkan juga pengalaman pahit. Apa saja yang membuat orang ingat bahwa kehadiran ilahi tidak tinggal diam. Alam pikiran Yunani juga mengakui kehadiran ilahi. Namun kebenarannya bukan didasarkan pada tanda-tandanya, melainkan pada kemungkinan mengenali kehadiran-Nya lewat penalaran. Dan inilah hikmat yang disebut Paulus. Di kalangan orang Korintus waktu itu kedua alam pikiran ini amat hidup. Bagaimana menempatkan kepercayaan akan Kristus di hadapan kedua alam pikiran seperti ini.
Di kalangan orang Yahudi, tokoh Yesus dianggap menghujat Allah oleh para pemimpin Yahudi sendiri dan akhirnya mati disalib. Tapi kematiannya di salib ini justru diwartakan sebagai penyelamatan! Ini sandungan bagi orang Yahudi. Bagi orang Yunani, pewartaan salib dalam konteks penyelamatan semacam ini tak masuk akal. Mana bisa gagasan penyelamatan lewat salib mungkin – menyelamatkan diri sendiri saja tak terjadi! Mempercayainya sama dengan berlaku bodoh, begitulah menurut alam pikiran orang Yunani ketika itu.
Pemikiran Paulus sebetulnya sebuah upaya untuk membuat iman kepercayaan dapat dibicarakan dengan budaya yang berbeda-beda arahnya. Ia mengajak orang yang berpikir seperti orang Yunani untuk bertumpu pada kenyataan bahwa ada orang percaya akan salib sebagai pokok penyelamatan. Mengapa seperti ini? Dan bila yang aneh ini sungguh maka pasti ada hal yang bisa ditarik sebagai kesimpulan, yakni masuk akalnya peristiwa salib itu sendiri. Bagaimana? Tentu karena tak berhenti di situ. Ada kelanjutannya, yakni kebangkitan sendiri! Dan kebangkitan selepas pengalaman salib inilah Hikmat yang sesungguhnya. Penalaran ini dapat dicapai mereka yang mau menalarkan mengapa percaya akan Kristus itu masuk akal. Ini penalaran yang lurus.
Titik tolak yang sama dipakai dalam berbicara dengan orang Yahudi. Bila salib yang kelihatannya seperti bukti Allah meninggalkan Yesus sendirian dalam kelemahannya itu nyata-nyata dipercaya sebagai jalan keselamatan, maka pasti ada yang mengubah kelemahan ini menjadi kekuatan yang amat besar, yang bahkan mengatasi kekuatan maut. Apa itu? Tak lain tak bukan tentunya kebangkitan! Inilah kekuatan ilahi. Kristus yang bangkit ini kekuatan ilahi sendiri. Patut diterima!
Dihubungkan dengan bacaan Injil, tanda mana yang diberikan untuk menunjukkan bahwa Yesus itu berhak bertindak membersihkan rumah Bapanya – mengaku diri Anak Allah sendiri. Tanda yang bakal diberikan ialah terbangunnya kembali bait dalam tiga hari setelah diruntuhkan (Yoh 2:18-19). Maksudnya, seperti dijelaskan dalam Yoh 2:21-25, yakni diri Yesus yang mengalami salib (runtuhnya bait) dan kebangkitan/terbangun kembali utuh dalam tiga hari. (AG).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar