Ads 468x60px

Minggu, 18 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 18 Maret 2018
Hari Minggu Prapaskah V
Yeremia (31:31-34)
(Mzm 51:3-4, 12-13, 14-15; Ul;lh. 12a)
Ibrani (5:7-9)
Yohanes (12:20-33)
"Via dolorosa- Jalan dukacita.”
Inilah jalan iman bahwa penderitaan mendahului kemuliaan, kasih Allah yang mulia mewujud melalui salib yang hina.Yesus sendiri berbicara tentang kematian-Nya sebagai suatu kemuliaan abadi dan bukan sebagai tragedi.
Dia mengajarkan bahwa jalan mencapai keberhasilan adalah melalui "via dolorosa" (Yoh 12:24) dengan 3 pilar "PKI" antara lain :
1.Prioritas:
Kita diajak untuk "membenci diri sendiri", dimana hal-hal sorgawi jauh lebih penting daripada hal-hal duniawi. Kita akan memperoleh "hidup kekal" karena kita tidak begitu mengindahkan dunia ini dan kita bersedia mengorbankannya semata-mata demi Tuhan. (Mat 16:24-25; Mrk 8:34-35).
2.Kualitas:
Beriman pada Yesus secara berkualitas berarti komitmen pribadi untuk mengikutiNya, menaati semua ajaranNya serta berada bersamaNya dengan pola “sangkuli”: – SANGkal diri, piKUL salib dan Ikuti Tuhan” (Mrk 8:34).
3.Integritas:
Iman kita menjadi integral, utuh dan penuh melalui salib dan kebangkitan Kristus walaupun de facto banyak orang yang masih tidak menyukai "salib" karna godaan Iblis (Yoh 14:30; 16:11; 2Kor 4:4; Ef 2) dengan aneka ria tawaran duniawi. Oleh karena itulah "persahabatan" atau kelekatan tak teratur dengan dunia adalah "permusuhan dengan Allah" (Yak 4:4; 1Yoh 2:15-16). Sebaliknya, orang yang memiliki integritas iman akan memperoleh upah yakni "persahabatan" dengan Allah dan hidup mulia bersama denganNya.
Peter Claver pernah berkata: "Agar dapat melakukan kehendak Tuhan, seseorang harus menganggap rendah dirinya sendiri: seseorang yang makin "mati" bagi dirinya sendiri akan makin "hidup" dalam kehendak Tuhan."
"Dari Korintus ke Kramat Jati-
Ikutilah Kristus sepenuh hati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN MISA HARI MINGGU PRAPASKAH V TAHUN B 18 Maret 2018
(Yoh 12:20-33 & Ibr 5:7-9) :
"PAK, KAMI INGIN MENEMUI YESUS!"
Rekan-rekan yang budiman!
Menjelang hari Paskah waktu itu banyak orang datang ke Yerusalem dengan tujuan mengikuti ibadah di Bait Allah. Juga orang-orang yang bukan Yahudi. Di antara mereka ada orang-orang Yunani yang mengikuti kepercayaan Yahudi. Di Kota Suci ini mereka mendengar berita mengenai Yesus dan pengajaran-Nya. Boleh jadi mereka juga tahu tentang tindakan simbolik Yesus membersihkan tempat ibadat. Karena itulah mereka ingin menemui-Nya. Dan mereka minta Filipus untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus. Filipus memberi tahu Andreas dan kedua-duanya menyampaikannya kepada Yesus. Jawaban Yesus berisi hal-hal yang paling dalam mengenai diri-Nya. Bagaimana penjelasan peristiwa yang diteruskan kepada kita dalam Yoh 12:20-33 (Injil Minggu Prapaskah V tahun B) ini?
ORANG YUNANI
Yang dimaksud dengan orang-orang Yunani dalam Injil Yohanes ialah mereka yang secara etnik bukan Yahudi. Kelompok ini dari macam-macam bangsa tapi latar pendidikan mereka ialah budaya Yunani, yang waktu itu sudah menjadi budaya dunia. Ada pula orang Yahudi yang berbahasa Yunani - misalnya yang disebut dalam Kis 6:1 - tapi bukan merekalah yang dibicarakan di sini. Dari antara orang-orang Yunani itu ada yang mengikuti ibadat Yahudi. Nanti juga ada yang menjadi pengikut Yesus. Mereka yang tertarik ikut hidup dalam komunitas kristiani awal itu menghadapi persoalan mengenai siapa sebenarnya Yesus, mengapa ia disalib, dan bagaimana peristiwa penyaliban itu menjadi penyelamatan bagi semua orang. Inilah keadaan yang melatari peristiwa yang disampaikan dalam bacaan hari ini.
Penderitaan dan kematian Yesus di salib menjadi tanda tanya besar bagi pengikut-pengikutnya. Paulus merumuskan dalam 1Kor 1:23-24 "....kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang Yahudi batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi kebodohan, tapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah". Dalam Injil Yohanes, persoalan yang dihadapi orang Yahudi tercermin dalam percakapan dengan Nikodemus, sedangkan yang dihadapi orang-orang Yunani muncul dalam bacaan hari ini.
Baik diingat, tindakan simbolik Yesus membersihkan Bait Allah berakhir dengan pernyataan bahwa Bait Allah yang sebenarnya ialah Bait yang akan dibangunnya kembali tiga hari setelah diruntuhkan, yakni dirinya sendiri (Yoh 2:19). Dan Bait yang baru ini tidak lagi terikat pada batasan-batasan ke-Yahudi-an. Tembok pemisah juga akan terbongkar dan Bait yang baru ini Bait yang hidup. Bahkan dalam laporan Injil Markus mengenai peristiwa itu, didapati pernyataan Yesus yang mengutip Yes 56:7 "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?..." Termasuk mereka inilah orang-orang Yunani tadi.
Orang-orang Yunani itu menghubungi Filipus yang kemudian menyampaikan keinginan mereka bertemu Yesus kepada Andreas. Kiranya Filipus dan Andreas berperan sebagai humas. Amat boleh jadi mereka juga orang-orang yang berpendidikan modern dan luas kontaknya. Mereka memiliki keterampilan bergaul. Kedua murid ini juga disebut dalam kisah pemberian makan orang banyak dalam Yoh 6:1-15. Di situ mereka diminta oleh Yesus mengurus orang yang mengikutinya. Dalam petikan kali ini mereka melantarkan keinginan orang-orang Yunani tadi kepada Yesus.
INGIN MENEMUI YESUS
Filipus dan Andreas melantarkan keinginan orang-orang Yunani kepada Yesus sendiri. Yohanes tidak menyebutkan alasannya. Langsung disampaikan serangkai penegasan dari Yesus (ay. 23-30). Ini cara Yohanes mengajak pembaca ikut memasuki peristiwa yang ditampilkannya, seperti pernah kita dapati dalam pertemuan antara Yesus dan Nikodemus. Kali ini pembaca juga diajak menjadi orang yang ingin menemui Yesus dengan macam-macam pertanyaan. Tetapi tidak semua rasa ingin tahu yang bermunculan dalam benak kita ada arahnya yang jelas. Hanya ada sebagian yang benar-benar membawa kita maju. Apa kiranya pertanyaan-pertanyaan itu? Dari jawaban Yesus yang panjang itu dapat disimpulkan beberapa pokok berikut ini.
Saatnya sudah tiba, dia yang diikuti orang banyak itu mengalami penderitaan dan mati disalib. Dari penegasan lain diketahui bahwa saat itu ditentukan oleh Bapanya sendiri, bukan pihak lain, bukan pula oleh Yesus sendiri. Orang diajak menyelami ketaatan Yesus serta kepasrahannya kepada Bapanya meskipun jalan yang akan dititi masih gelap. Justru kesediaannya inilah yang membuat Bapanya berkenan memberinya kebesaran. Penyerahan inilah yang memungkinkan kehidupan baru. Dipakai perumpamaan biji yang jatuh ke tanah dan "mati", tapi sebenarnya justru tumbuh menghasilkan buah banyak. Ia menjalaninya sampai memperoleh hidup kekal bagi semua orang.
Tentunya orang akan bertanya-tanya, apa kita mesti seperti dia? Sering orang terlalu antusias ke sana. Sebenarnya tidak diajarkan agar orang meniru Yesus dan tidak seorang pun diminta ke sana. Yang diminta ialah mengikutinya. Maksudnya, ikut mengusahakan agar ia dapat menjalankan perutusannya, mengawaninya, juga dalam saat-saat gelap, tidak membiarkannya sendirian. Tidak perlu ditafsirkan sebagai ikut menjalani penderitaan. Kalau cuma ikut meneguhkan penderitaan belaka kita malah akan memberatkannya. Bersimpati, solider dengan orang yang menderita berarti juga menyertainya dengan wajah segar. Bukan dengan muka muram. Ini cara meringankan bebannya.
KESAKSIAN DARI ATAS - GUNTUR - MALAIKAT
Disebutkan ada "suara dari surga", tapi orang-orang mengira "guntur" atau "malaikat" yang berbicara kepada Yesus. Bagaimana penjelasannya? Ketiga hal ini sebenarnya cara orang memahami wahyu ilahi. Yang pertama, "suara dari surga" itu jelas cara sang Penginjil memahami secara batin pernyataan dari atas sana. Pengalaman ini disampaikan kepada pembaca. Kini pembaca tahu apa yang sedang terjadi. Cara ini juga dipakai dalam Injil Sinoptik (Markus, Matius, Lukas) dalam kisah pembaptisan Yesus dan penampakan kemuliaannya di gunung. Yang kedua dan ketiga, "Sebagai guntur" dan "malaikat yang berbicara", adalah cara pemahaman orang banyak. Dirasakan ada sesuatu yang hebat, yang mencekam, yang dari atas sana, tetapi isinya tak segera disadari. Butuh penjelasan dari yang dari atas sana juga, yakni "malaikat". Motif seperti ini kerap muncul dalam tulisan-tulisan apokaliptik. Orang mendapat penglihatan atau pengalaman hebat, tetapi butuh pertolongan dari malaikat untuk memahaminya. Orang banyak mengira Yesus juga mengalami guntur dan memahami artinya dari penjelasan malaikat. Tetapi pembaca tahu bahwa sebenarnya Yesus mengalaminya dengan cara yang berbeda. Yesus langsung menangkap maksud Bapanya dan dapat menjelaskannya kepada siapa saja. Ada kebijaksanaan padanya untuk memahami keilahian. Oleh karenanya, ia dapat membawakannya kepada orang banyak.
Kita juga akan bertanya-tanya apa artinya perkataan dari langit "Aku sudah memuliakan dan akan memuliakannya lagi!" Yesus sendiri menjelaskannya. Dalam ay. 30 dikatakannya bahwa perkataan itu bukan demi dia, melainkan demi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa dunia telah mendapatkan penghakiman. Yang menguasai dunia ini akan dicampakkan keluar ketika Yesus ditinggikan dari bumi, maksudnya, nanti ketika ia disalib, wafat dan dibangkitkan. Tak meleset bila "penguasa dunia" di situ kita mengerti sebagai kuasa kegelapan dan kematian yang menakutkan. Kuasa itu kini sudah dihakimi dan diputuskan tidak lagi mengurung dunia dan akan segera tersingkir oleh terang, yakni sang Sabda yang diperdengarkan kepada orang banyak dalam ujud diri Yesus.
BAGI KITA JUGA?
Orang-orang Yunani mendengar semua itu langsung dari Yesus. Mereka mencari kebijaksanaan, dan sang kebijaksanaan sendiri memperkenalkan diri kepada mereka. Orang-orang Yunani mewakili umat manusia yang bukan Yahudi, yang tidak termasuk mereka yang mendapat wahyu ilahi turun-temurun. Tetapi keinginan tahu mereka membawa mereka mendekat kepada dia. Kepada orang-orang inilah kebijaksanaan datang. Itulah wahyu bagi mereka. Juga bagi orang zaman ini.
Yang mendekat kepada Yesus boleh berharap mendengar lebih tentangnya dari pada yang hingga kini terpikirkan. Perkenalan diri Yesus mencakup hal-hal baru tentang yang perkara-perkara yang sudah mulai dipercaya. Itulah dinamika iman kepercayaan. Sudah beribu kali didengar tentang salib, wafat, dan kebangkitan Yesus - tapi tetap akan didapati yang baru. Syaratnya, orang berani berkata, seperti orang-orang Yunani tadi: Pak,/Mas,/Bang,/Mo, kami ingin menemui Yesus - dia yang sudah Anda kenal dari dekat itu!
Kata-kata tadi diucapkan kepada Filipus dan diteruskan kepada Andreas. Bagaimana bila keinginan seperti itu disampaikan kepada kita, para humas sang Sabda pada zaman ini? Filipus dan Andreas dulu diminta Yesus membagikan makanan bagi orang banyak yang berbondong-bondong mengikutinya (Yoh 6:1-15). Perkenalan diri Yesus juga akan semakin berlimpah buahnya bila semakin dibagikan kepada orang banyak.
DARI BACAAN KEDUA: KE MANA ARAH PENDERITAAAN? (Ibr 5:7-9)
Dalam petikan surat kepada orang Ibrani 5:7-9 Yesus digambarkan sebagai tokoh besar yang dapat merasakan beratnya penderitaan manusia - ia sendiri mengalaminya dan "dengan ratap tangis dan air mata" ia memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa agar diselamatkan oleh-Nya. (Namun pusat perhatian bukan penderitaan sebagai penderitaan melainkan sebagai kenyataan dalam hidup manusiawi. Ada kaitannya dengan yang terungkap dalam Yoh 12:27.) Tokoh seperti inilah yang membuat banyak orang merasa tertarik. Dia yang kini dipercaya sebagai yang paling dekat dengan Allah sendiri - sang Anak - ialah juga dia yang bersedia serta mampu ikut memikul penderitaan manusia. Dia tampil sebagai bagian yang ilahi tapi sekaligus amat manusiawi. Sampai ke sana, itulah kebesarannya. Namun seperti ditegaskan dalam Ibr 5:7-8, ia sampai ke sana dengan "belajar taat". Belajar artinya mengalami setapak demi setapak kenyataan dan mengenalinya. Taat, dalam peristilahan kerohanian Alkitab, ialah mendengarkan gerak gerik Yang Ilahi dan mengikutinya. Inilah jalan yang membawanya sampai ke "kesempurnaan" yang dapat ikut dibagikan kepada umat manusia. Pengertian ini ditegaskan dalam ayat 9.
Apa wartanya bagi orang sekarang? Boleh dikata, mencari jalan keluar dari kesukaran hidup dan penderitaan adalah upaya paling biasa dan paling dasar. Bila kenyataan ini dianggap tak berarti maka kesukaran akan tetap menyakitkan melulu. Tetapi bila dipandang sebagai jalan mendekat ke Yang Maha Kuasa maka lambat laun akan muncul artinya. Sudah ada yang mendapatkan arti bagi penderitaan, yakni Yesus sendiri. Inilah yang ditunjukkan dalam petikan surat kepada orang Ibrani kali ini. (AG).
B.
Cinta “mengalahkan” segala
Cinta itu bukan “karena …” tetapi “meskipun …”
01.Konteks perikop Injil ini adalah hari-hari terakhir karya publik Yesus yakni Minggu Paskah saat Yesus mengorbankan hidup-Nya sebagai Anak Domba Paskah yang menghapus dosa-dosa umat manusia di sepanjang zaman dan seluas dunia. Pembasuhan kaki di Betania oleh Maria, saudara Lazarus, merupakan symbol profetis dari kematian yang akan dialami-Nya (Yoh 12:7). Karena memang aneh meminyaki kaki orang yang hidup. Lazimnya orang meminyaki kaki (dan seluruh tubuh) hanya pada jenazah. Karena itu dalam Injil Markus (Mrk 14:3) wanita itu meminyak kepala Yesus, yang mengingatkan kita pada pengurapan atas seorang raja atau mesias.
Ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem, dalam ketidaktahuannya para penduduk kota mengelu-elukan Dia sebagai raja (Yoh 12:12-19). Kejadian itu membuat para pemimpin Parisi ketakutan, "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.” (ay. 19).
Kehadiran orang-orang dari seluruh penjuru dunia ini dimaknai oleh Kaiphas, sang Imam Agung, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." (Yoh 11:50). Oleh Yohanes, kata-kata itu dilihat sebagai nubuat meskipun tidak disadari oleh Kaiphas sendiri, “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” (Yoh 11:51-52). Maka kehadiran dan keinginan orang-orang Yunani untuk bertemu dengan Yesus merupakan klimaks seluruh kisah dalam Yoh 11-12.
Rencana Penyelamatan Allah yang melampaui batas-batas keyahudian akhirnya terlaksana. Inilah yang dimaksudkan Yesus bahwa “saat” kemuliaan itu sudah datang.
02.Dalam Injil Yohanes beberapa kali Yesus menyatakan bahwa “saat” atau “waktu”-Nya belum tiba (Yoh 2:4; 7:6.8.30; 8:20). Saat atau waktu dalam konteks ini bukan dalam pengertian kronologis (hari atau jam) tetapikairos, yakni saat Allah bertindak, saat penyelamatan. Setelah diberitahu oleh Andreas dan Filipus bahwa beberapa orang Yunani ingin menemui-Nya, Yesus mengungkapkan, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (ay. 23). Dalam teks Indonesia dipakai kata “bertemu” namun dalam bahasa Yunani kata yang dipakai adalah “melihat” (idein) Yesus.
Dalam Injil Yohanes kata itu berarti beriman atau mengimani (Yoh 1:14.18.51; 3:11.32; 8:56; 14:9.19). Gambaran ideal orang beriman ditunjukkan oleh murid yang mengasihi-Nya ketika memasuki makam Yesus di hari Paskah yakni “melihat dan percaya” (Yoh 20:8).
Dengan demikian iman orang-orang Yunani menjadi tanda bahwa karya keselamatan Allah untuk seluruh dunia telah terlaksana. Aspek universalitas keselamatan sangat menonjol dalam Injil Keempat ini. Yesus diberi gelar “Juruselamat Dunia” (Yoh 4:42) dan “Terang Dunia” (Yoh 8:12). Dalam prolog Injil Yohanes ciri universalitas keselamatan pun sangat kuat. Maka ketika “seluruh dunia datang mengikuti Dia” (Yoh 12:19) berarti saat penyelamatan itu telah terpenuhi. Saat Anak Manusia dimuliakan telah datang dan dalam kemuliaan-Nya, Dia ingin menarik semua orang kepada-Nya (bdk. ay. 32).
03.Ay. 32-33 menjelaskan bahwa saat Anak Manusia dimuliakan adalah saat Yesus disalibkan. Nampaknya hal itu merupakan paradoks salib. Namun paradoks itu merupakan sebuah proses yang harus dijalani untuk mencapai hasil akhir yang membahagiakan.
Dengan 3 ilustrasi dijelaskan realitas salib yang nampak paradoksal itu : (i) sebuah biji harus mati, jatuh tertanam di dalam tanah dan membusuk supaya bisa tumbuh menjadi tunas dan akhirnya menghasilkan buah yang melimpah, ay. 24. (ii) kualitas hidup manusia terletak dalam kesediaan berkorban untuk sesamanya.
Ungkapan dalam ay. 25 : Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal mempunyai latar belakang suasana peperangan. Kalau ada seorang prajurit yang melarikan diri dari medan perang untuk menyelamatkan nyawanya, mungkin dia akan tetap hidup tetapi namanya mati di matarakyat. Dia akan dianggap sebagai pengkhianat, pengecut atau pecundang.
Sebaliknya bila ada seorang prajurit yang setia dalam perjuangan dan harus kehilangan nyawanya di medan perang, berarti dia mengabadikan namanya sebagai seorang pahlawan yang akan selalu dikenang dan dihormati. Demikian pula bila seorang para murid tekun dan setia dalam hidup beriman, berani kehilangan nyawa demi iman, dia akan memperolehkehidupan kekal.
Nasihat ini cocok sekali dengan situasi jemaat Yohanes yang sedang berada dalampenganiayaan, penindasan dan pengejaran karena iman. (iii) melayani dengan tulus dan sepenuh hati merupakan hidup yang terhormat dan mulia, ay. 26. Mengikuti Yesus berarti melayani-Nya, atau sebaliknya melayani Yesus adalah mengikuti-Nya.
Seorang pelayan yang baik akan selalu ada bersama dan siap sedia melayani tuannya. Tekanan utama dari ungkapan ini adalah kesediaan untuk selalu bersama dengan Yesus dan bersatu dengan-Nya. Melayani Yesus berarti bersatu dengan kematian-Nya agar dapat bersama dengan Dia mengalami kebangkitan. Melayani Yesus tidak akan menjadikan seseorang rendah, tetapi sebaliknya akan dihormati oleh Bapa sendiri. Dari kesatuan pribadi dengan Yesus ini mengalirlah jiwa dan semangat pelayanan kepada semua orang.
04.Dalam Injil Yohanes, Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang menentukan berlangsungnya kisah penyaliban-Nya. Dengan bebas Dialah yang memilih jalan salib itu sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Bapa. Sabda-Nya penuh wibawa dan kuasa sehingga membuat orang terkejut dan jatuh tak berdaya (Yoh 18:6).
Dengan penuh kuasa Ia melaksanakan misi Bapa yang diserahkan kepada-Nya, menyerahkan hidup-Nya untuk keselamatan dunia. Dia tidak mungkin lari dari tugas perutusan-Nya betapa pun berat tugas itu dan memohon, “Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini” (ay. 27, bandingkan dengan Injil Sinoptik: “Ya Abba, Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini daripada-Ku”, Mrk 14:36). Maka tidak mungkin ada doa lain yang keluar dari mulut-Nya kecuali, “Bapa muliakanlah nama-Mu” (ay. 28, bandingkan dengan Injil Sinoptik: “tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”, Mrk 14:36). Kematian-Nya di kayu salib menyatakan kemuliaan Nama Bapa dan membawa kemuliaan bagi Yesus sendiri.
05.Realitas hidup memang bersifat paradoksal. Paradoks adalah dua ungkapan kontradiktif yang hasilnya berlawanan dengan logika yang wajar. Ketika kita mencintai, kita harus berani menanggung resikonya: terluka karena ditolak, dikhianati atau tidak dimengerti.
Mencintai berarti memberikan seluruh diri, menjadikannya sebagai bagian dari hidup kita, menjadi sigaraning nyawa. Kegembiraannya menjadi kegembiraan kita, kesedihan dan beban hidup yang harus ditanggung juga menjadi kesusahan dan beban hidup kita. Ibu Theresia mengingatkan bahwa cinta berarti bersedia memberi sampai menyakitkan. To have the rose, you must accept the thorns. Karena cinta itu bukan “karena …” tetapi “meskipun …”. Karena cinta kita mau melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan.
06.Orang-orang besar atau pahlawan adalah orang-orang yang bersedia berkorban untuk orang lain, untuk kemanusiaan, untuk kebaikan sesama. Kehadiran mereka dibutuhkan, dirindukan karena membawa kebaikan dan keberuntungan bagi sesama. Ibu Theresa dikenang karena kasihnya pada para gelandangan yang sekarat di pinggir jalan Calcuta, India. Ibu RA Kartini diingat karena komitmennya memperjuangkan kemanusiaan dan emansipasi. Kardinal Oscar Romero dari El Salvador dikenang karena keberaniannya berjuang melawan ketidakadilan, penindasan dengan resiko dibunuh oleh rezim yang berkuasa. “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ay. 24).
07.Sikap atau gaya hidup melayani juga berciri paradoksal artinya kita harus berani “keluar” dari kecenderungan diri yang egoistis. Melayani berarti peduli dan terlibat: mendengarkan, mengunjungi dan menguatkan, memberi bantuan materiil, dsb. Singkatnya kesediaan untuk memberikan diri agar bermanfaat bagiorang lain. Tentu saja pelayanan itu membutuhkan pengorbanan, mulai dari waktu, tenaga, pikiran, dana, dsb.
Dibalik kesediaan melayani ada kerendahan hati. Kerendahan adalah komitmen kesiap-sediaan memberi yang terbaik kepada orang lain. Berkah Dalem.
C.
Kutipan Teks Misa:
Apabila kita mengikuti Dia dari dekat, kita akan diizinkan memandang perayaan abadi. (St. Athanasius)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 43:1-2)
Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh. Luputkanlah aku dari penipu dan orang yang curang. Sebab Engkaulah Allahku dan kekuatanku.
Iudica me Deus, et discerne causam meam de gente non sancta: ab homine iniquo et doloso eripe me: quia tu es Deus meus, et fortitudo mea.
Doa Pembuka
Tuhan dan Allah kami, Putra-Mu telah menyerahkan Diri-Nya sampai wafat, karena kasih-Nya kepada kami. Kami mohon, semoga berkat bantuan-Mu kami hidup dan bertindak penuh semangat dalam kasih yang sama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Injil tentang perempuan Samaria, orang yang lahir buta dan pembangkitan Lazarus, yang disediakan untuk Minggu Prapaskah ke-3, ke-4, dan ke-5 Tahun A, juga dapat dibawakan pada Tahun B dan C, karena amat bermakna bagi inisiasi ke dalam Gereja, terutama di mana ada pelamar baptis. (Surat Edaran Perayaan Paskah dan persiapannya, Kongregasi Ibadat Ilahi, 16 Januari 1988 No. 24).
Tahun A
Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (37:12-14)
"Aku akan memberikan Roh-Ku kepadamu, sehingga kamu hidup."
Beginilah firman Tuhan Allah, “Sungguh, Aku akan membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu dari dalamnya, hai umat-Ku. Dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalam dirimu, sehingga kamu hidup kembali, dan Aku akan menempatkan kamu di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, yang me-ngatakannya dan membuatnya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=f, Kanon 2 Suara 2/4, PS 814
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (Mzm 130:1-2.3-4.5-6b.7b-8; Ul:lh.7)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian, kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang bertakwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan, lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.
4. Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel, dari segala kesalahannya.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:8-11)
"Roh Allah yang membangkitan Yesus dari antara orang mati diam di dalam dirimu."
Saudara-saudara, mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, kalau Roh Allah memang tinggal di dalam dirimu. Tetapi jka orang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukanlah milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada dalam dirimu, maka tubuhmu memang mati karena dosa, tetapi rohmu hidup karena kebenaran. Dan jika Roh Allah, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam dalam dirimu, maka Ia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh Roh-Nya yang diam dalam dirimu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do=bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 11:25a.26)
Akulah kebangkitan dan hidup, Sabda Tuhan; setiap orang yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (11:1-45)
"Akulah kebangkitan dan hidup."
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria adalah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Mendengar kabar itu Yesus berkata, “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya serta Lazarus. Namun setelah mendengarnya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya, “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau; masihkah Engkau mau kembali ke sana?” Jawab Yesus, “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Yesus berkata kepada mereka, “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Maka kata murid-murid itu kepada-Nya, “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang, “Lazarus sudah mati. Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah sekarang kita pergi kepadanya!” Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Ketika Yesus tiba di Betania, didapati-Nya Lazarus telah empat hari terbaring di dalam kubur. Betania itu tidak jauh dari Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang untuk menghibur Marta dan Maria berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta, “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus, “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati; dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta, “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Sesudah berkata demikian, Marta pergi memanggil saudaranya Maria, dan berbisik kepadanya, “Guru ada di sana, dan Ia memanggil engkau.” Mendengar itu, Maria segera bangkit, lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai-Nya. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama Maria di rumah itu untuk menghiburnya melihat Maria tiba-tiba bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah Maria di depan kaki Yesus dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Ketika Yesus melihat Maria menangis, dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata, “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka, “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi, “Lihatlah, betapa besar kasih-Nya kepadanya!” Tetapi beberapa orang di antaranya berkata, “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak mampukah Ia bertindak sehingga orang ini tidak mati?” Makin masygullah hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus, “Angkatlah batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada Yesus, “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Jawab Yesus, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata, “Bapa, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku. Tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri mengelilingi Aku ini, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras, “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan, dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu, dan biarkan ia pergi.” Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Mendengar kabar bahwa Lazarus sakut, Yesus berkata, “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya serta Lazarus. Namun setelah mendengarnya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” ... Ketika Yesus tiba di Betania, didapati-Nya Lazarus telah empat hari terbaring di dalam kubur. (Yoh 11:4-7.17)
Keputusan Yesus untuk tidak segera datang ke rumah Lazarus yang sedang sakit tetapi menunda selama 2 hari ini, tentu tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak segera mengobati/mengobatkan orang sakit. Juga tidak boleh sebagai alat pembenaran diri bagi seorang imam untuk menunda ketika ada umat minta sakramen minyak suci. Alasan Yesus amat jelas, yaitu supaya kemuliaan Allah dinyatakan (ay.4). Rupanya, Yesus sengaja manunggu sampai Lazarus mati dan Ia akan hadir sebagai Tuhan yang mampu membangkitkan orang mati, tidak hanya menyembuhkan orang sakit. Menyembuhkan orang sakit, banyak orang bisa melakukan. Tapi membangkitkan orang mati, hanya Allah yang bisa. Dengan demikian, Yesus hendak menyatakan bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah yang diutus Bapa (ay.42). Hal ini semakin ditegaskan dengan kenyataan bahwa ketika Yesus tiba, Lazarus sudah 4 hari dimakamkan. Berdasarkan keyakinan Yahudi, dalam waktu 3 hari setelah kematian, jiwa masih berada di sekitar tubuh. Namun, setelah 3 hari, jiwa benar-benar meninggalkan tubuh untuk selama-lamanya. Itu berarti Lazarus sungguh-sungguh sudah mati. Tubuhnya sudah berbau dan membusuk (ay.39). Pada saat itulah Yesus hadir sebagai Tuhan yang membangkitkan orang mati. Ia mewahyukan jati diri-Nya: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya". Maka, "Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya." (ay.45).
Tuhan kita adalah Tuhan kehidupan. Ia tidak hanya menciptakan manusia baru tetapi juga membangkitkan orang mati. Maka, marilah cita semakin mencintai hidup yang dianugerahkan Tuhan. Kita memang tidak bisa menghidupkan orang mati. Namun, kita bisa dan harus menjaga serta melestarikan kehidupan. Kita syukuri anugerah hidup ini, kita pelihara dan kita kembangkan sebaik-baiknya. Kita lestarikan pula lingkungan hidup di sekitar kita supaya menjadi tempat hidup yang aman dan nyaman bagi kita semua dan keturunan kita.
Antifon Komuni (Yoh 11:26)
Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku tidak akan mati selama-lamanya, Sabda Tuhan.
atau
Videns Dominus flentes sorores Lazari ad monumentum, lacrimatus est coram Iudæis, et clamabat: Lazare, veni foras: et prodiit ligatis manibus et pedibus, qui fuerat quatriduanus mortuus. (Yoh 11:33,35,43,44,39)
***
Tahun B
Bacaan dari Kitab Yeremia (31:31-34)
"Aku akan mengikat perjanjian baru dan takkan lagi mengingat dosa mereka."
Beginilah firman Tuhan, "Sungguh, akan datang waktunya Aku akan mengikat perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuikat dengan nenek moyang mereka, ketika Aku memegang tangan mereka dan membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Perjanjian-Ku itu sudah mereka ingkari, meskipun Akulah tuan yang berkuasa atas mereka," demikianlah firman tuhan. "Tetapi beginilah perjanjian yang Kuikat dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman. "Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka. Maka Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya, dengan mengatakan 'Kenalkan Tuhan!' sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku," demikianlah firman Tuhan, "sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka, dan takkan lagi mengingat dosa mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, mi = c, 4/4, 1/4=69-76, PS 826
Ref. Curahkan rahmat dalam hatiku, ciptakan hati dan semangat baru.
Ayat. (Mzm 51:3-4, 12-13, 14-15; Ul;lh. 12a)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besar rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
3. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang durhaka supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (5:7-9)
"Kristus telah belajar menjadi taat, dan menjadi pokok keselamatan yang abadi."
Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut; dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi sekalipun Anak, Kristus telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Yoh 12:26)
Barangsiapa melayani Aku hendaklah mengikuti Aku, Sabda Tuhan. Di mana Aku berada, di situpun hamba-Ku hendaknya berada.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (12:20-33)
"Jikalau biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah."
Di antara orang-orang yang datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya, "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas, dan berdua menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya, "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari surga, "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata, "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." Tetapi Yesus menyahut, "Suara itu telah terdengar bukan karena Aku, melainkan karena kamu. Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila sudah ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan Yesus untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Kehadiran Yesus tidak hanya berpengaruh bagi bangsa-Nya tetapi juga bagi orang-orang Yunani. Mereka ingin berjumpa dengan Yesus melalui Filipus. Filipus meneruskan niat mereka itu kepada Andreas. Akhirnya Andreas dan Filipus bersama-sama menyampaikan hal itu kepada Yesus. Apa tujuan orang-orang Yunani itu menjumpai Yesus? Memang tidak dijelaskan apa tujuan mereka ingin menemui Yesus. Dari pihak Yesus sendiri ingin agar orang yang mengikuti-Nya semakin mengerti untuk apa Yesus datang. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" mau mengatakan bahwa Yesus harus mati seperti biji gandum yang mati akan menghasilkan buah banyak. Begitu juga Yesus dengan kematian-Nya di kayu salib akan menyelamatkan banyak orang kepada kehidupan.
Salib jalan yang harus dilalui Yesus agar apa yang dikehendaki Bapa dapat terlaksana. Bagaimana dengan kita yang sering menyebut diri sebagai pengikut Kristus? Apakah kita sudah siap mati bersama Yesus? Kehilangan nyawa demi kemuliaan Allah? Kehilangan nyawa berarti siap melayani Yesus dalam situasi apa pun bukan melayani diri sendiri. Kehilangan nyawa berarti siap dimusuhi dan dibenci orang asalkan nama Tuhan tetap menjadi yang termulia. Kehilangan nyawa berarti mengabaikan kepentinganku, demi kebahagiaan orang lain sehingga Tuhan tetap menjadi termulia.
Antifon Komuni (Yoh 12:24)
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
atau
Qui mihi ministrat, me sequatur: et ubi ego sum, illic et minister meus erit. (Yoh 12:26)
=====
*CINTANYA TANPA SYARAT*
Bacaan Injil Minggu diawali dengan kisah Filipus, salah satu Rasul Tuhan Yesus.
Transformasi Filipus ketika ia dibentuk oleh Tuhan Yesus, sangatlah mengagumkan sebagaimana dikisahkan oleh Injil Yohanes.
*PERTAMA:*
Filipus dipanggil oleh Yesus. Setelah Yesus memanggil Petrus dan Andreas, Yesus bertemu dengan Filipus dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku" (Yoh 1:43).
Saat itu Filipus LANGSUNG mengikuti Yesus. Dia terpukau dengan kharisma Yesus dan memutuskan untuk menjadi muridNya.
*KEDUA:*
Filipus tidak puas hanya menjadi murid Yesus saja. Filipus mengajak Natanael kepada Yesus.
Filipus memberi kesaksian tentang Yesus kepada Natanael. Meski Natanael meragukan kesaksian itu, Filipus tidak menyerah.
Filipus berkata kepada Natanael: "Mari dan lihatlah." (Yoh 1:47).
*KETIGA:*
Kemunculan ketiga Filipus menunjukkan dirinya lebih jauh berperan sebagai murid Yesus. Filipus diuji oleh Yesus.
Ketika 5000 orang terancam kelaparan, Tuhan Yesus mengetes Filipus dengan bertanya kepadanya: "di mana bisa beli roti untuk memberi orang-orang itu makan?" (Yoh 6:5).
Pada waktu itu Filipus berkata kepada Yesus:
"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja" (Yoh 6:7).
Sebagaimana kita tahu jawaban Filipus ini tidaklah tepat. Filipus lupa mengandalkan Tuhan. Filipus tidak lulus tes, dia gagal.
Untung ada Andreas yang langsung memberi solusi dengan membawa seorang anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan. (Yoh 6:9).
*KEEMPAT:*
Kemunculan keempat Filipus bisa ditemukan di Yoh 12:20-22.
Dikisahkan ada orang-orang Yunani ingin bertemu Yesus. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, lalu berkata kepadanya:
"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus."
Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
Di sini Filipus berperan lebih aktif sebagai murid Yesus, dia membawa orang-orang Yunani kepada Yesus.
Tapi pertanyaan kita: kenapa tidak Filipus sendiri yang membawa mereka kepada Yesus? Kenapa perlu mengajak Andreas dulu? Aneh kan?
Apakah di sini Filipus masih takut-takut, takut salah, atau masih ragu kepada Yesus? Imannya masih ikut-ikutan, belum otentik sepenuhnya.
*KELIMA:*
Yoh 14:8 adalah kemunculan Filipus dalam Injil Yohanes.
Di situ Filipus berbicara kepada Yesus, dan meminta kepada Yesus:
"Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" .
Permohonan ini lagi-lagi menunjukkan imannya yang belum matang.
Sebagaimana kita tahu, Filipus langsung ditegur oleh Yesus. Yesus berkata:
"telah sekian lama bersama-sama kamu Filipus, namun Engkau tidak mengenal Aku?"
Sebenarnya Filipus muncul lagi dalam Kitab Suci tapi kali ini di Kisah Para Rasul.
Filipus membantu sida-sida dari Etiopia untuk mengenal Yesus.
Tampak di Kis 8:26-40 kita melihat Filipus sudah menjadi pribadi baru, imannya telah matang. Filipus sudah selesai bertransformasi dalam perjalanan imannya.
*Apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan Santo Filipus ini?*
1. Setiap orang pasti harus melewati jatuh bangun dalam mengenal Yesus dan memahami misteri hidup Yesus. Setiap orang punya "jalan" nya sendiri.
2. Seperti Filipus yang memerlukan Andreas dalam proses pengenalannya akan Yesus, kita pun memerlukan teman seperjalanan yang selalu berada di sisi kita dalam mengenal Yesus.
3. Tuhan tidak memanggil kita ketika keadaan kita sudah jadi / sudah hebat / sudah suci / sudah hebat.
Tuhan menemani kita dalam jatuh bangun kita, ketika kita terlunta-lunta dalam mencintai Tuhan.
Tuhan mengerti kelemahan dan kekuatan kita. Asal hati kita mau terbuka untuk dibentuk olehNya.
Ada satu fakta luar biasa:
Dalam kesetiaan dan kesabaranNya, Tuhan menemani proses pertobatan kita. Karena dengan CintaNya tak bersyarat, Allah mencintai diri kita. (JS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar